LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN PEMULA
TIM PENGUSUL
Anggota:
Benny Irwan Towoliu, SE.,M.Par
(NIDN 002109735)
i
HALAMAN PENGESAHAN
SBK RISET DOSEN PEMULA
iii
RINGKASAN
Kata kunci: persepsi masyarakat lokal, perilaku China Tourist, Bunaken, Taman
Laut Nasional
ii
iii
PRAKATA
November 2018
Penulis
iv
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... i
RINGKASAN …………………………….………………………………. ii
PRAKATA ……………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vii
viv
7.1 Kesimpulan………………………………………………… 29
7.2 Saran ………………………………………………………. 29
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 33
Kuisioner
viv
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
US$ 810,790,000 dengan lama tinggal wisatawan Tiongkok di Indonesia rata-rata
sebesar 6,21 hari. (Purwanto, 2016)
Salah satu daerah yang paling senang dikunjungi oleh wisatawan asal
Tiongkok selain Bali di Indonesia, adalah Manado (Sulawesi Utara). Menurut
informasi dari Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata bahwa di tahun 2017
pada periode high season ini, ada 19 penerbangan carter (charter flight) per
minggu yang terbang dari China ke Manado, Sulawesi Utara (Sulut). Tingkat
keterisian kursi pesawat mencapai 200-212 penumpang. Selama 1 Juli 2016-20
Juli 2017 sudah ada 47.794 wisatawan China yang berkunjung ke Sulawesi Utara.
Ditambah pada periode Juni-Juli ada 19 penerbangan dari beberapa kota di China,
seperti Changsa, Guangzhou, Wuhan, Sanghai, Shenzen, Chongqing, Chengdu,
dan Kunming. Ketertarikan wisatawan tiongkok ke manado, dikarenakan: harga
yang murah, akses dari China Ke Manado dekat, serta mereka menyukai wisata
Bahari.
Namun dibalik sisi positif kedatangan wisatawan asal Tiongkok ke
Indonesia yang memberikan dampak bagi devisa negara, tetapi ada juga hal
negative seperti yang dberitakan oleh berbagai media massa dunia yang
menyesalkan sikap dan perilaku wisatawan asal negeri jiran ini. Perilaku yang
banyak diekspose oleh media asing seperti: membuang hajat dijalanan, meludah
di tempat umum, buang sampah sembarangan, mengamuk di pesawat atau diruang
tunggu, vandalism, menjemur kutang di airport, dan banyak hal yang sering dibuat
oleh wisatawan asal Tiongkok sehingga pemerintah China pun mengeluarkan
aturan bagi warganya sendiri yang akan melakukan perjalanan wisata ke luar
negeri.
Di Manado sendiri belum terdapat informasi apa saja perilaku buruk yang
dilakukan oleh wisatawan asal China ini, beberapa informasi menyebutkan bahwa
kebiasan buruk seperti yang disebutkan sebelumnya juga sudah terjadi di Pulau
Bunaken, sebagai destinasi bahari, namun tentunyainformasi tersebut perlu dikaji
lebih mendalam lagi, apakah benar wisatawan asal Tiongkok (China ) melakukan
juga kebiasaan yang buruk di Pulau Bunaken, yang merupakan pintu gerbang
Taman Laut Nasional? Tentunya hanya masyarakat lokal di Pulau Bunaken yang
lebih tahu; disebabkan mereka yang keseharian mereka pasti berinteraksi dengan
2
warga China tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti
merumuskan judul: Persepsi Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Perilaku
China Tourist Di Pulau Bunaken, Taman Laut, Nasional, Propinsi Sulawesi
Utara
1.2. Rumusan Masalah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pariwisata
Pengertian pariwisata berdasarkan Undang- Undang RI No.10 Tahun
2009, tentang kepariwisataan, disebutkan pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Pariwisata (
tourism) secara sederhana adalah suatu perjalanan untuk bersenang- senang
(Yoeti, 2001:xx). Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada empat kriteria yang harus
dipenuhi untuk menyatakan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang adalah
perjalanan wisata, yaitu: 1). Perjalanan itu semata- mata untuk bersenang- senang,
2).Perjalan itu harus dilakukan dari suatu tempat (dimana orang itu tinggal) ke
tempat lain yang bukan kota atau Nergara dimana ia biasanya tinggal, 3).
Perjalanan dilakukan dalam waktu minimal dua puluh empat jam, dan,
4).Perjalanan yang dilakukan tidak ada kaitannya dengan kegiatan mencari
nafkah. Mereka melakukan perjalanan semata- mata sebagai konsumen di tempat
yang dikunjunginya.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam pengertian perjalanan yang
termasuk dalam kategori pariwisata, yaitu (Hudmnn dan Hawkins, dalam Yoeti,
2001) terjdi perpindahan antara dua tempat atau lebih ( movement between two or
more places or origin and destination), 2). Maksud kunjungan untuk bersenang-
senang ( purposes of travel for pleasure) dan 3). Perjalanan itu dilakukan untuk
sementara waktu (temporary).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah
perjalanan untukmenikmati dari suatu tempat ke tempat lain keluar dari negara
yang tempat tinggal dengan tujuan bukan untuk mencari pekerjaan dan hanya
bersifat sementara.
4
2.1.2. Wisatawan
Kemudian dalam Undang-Undang RI No.10 Tahun 2009, tentang
Kepariwisataan disebutkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan
wisata. Sedangkan menurut International Union of Travel Organization (IUTO)
dalam Yoeti (1996) wisatawan adalah pengunjung yang tinggal sementara di suatu
tempat paling sedikit 24 jam di Negara yang dikunjunginya dengan motivasi
perjalanan untuk bersenang-senang, liburan, kesehatan, studi, keagamaan,
olahraga, kunjungan keluarga, konferensi dan misi tertentu.
Batasan pada wisatawan sangat penting dilakukan, untuk dapat melihat
sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata itu dilakukan,
sehingga wisatawan dapat diklasifikasikan dapat sebagai berikut:
1. Wisatawan Mancanegara adalah individu asing yang melakukan
perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu Negara lain yang
bukan merupakan Negara yang biasanya tinggal.
2. Wisatawan Nusantara adalah warga Negara yang melakukan
perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya tanpa melewati
batas negaranya, Yoeti(1996).
Sedangkan menurut Smit (1997:124-125) bahwa pengelompokkan
wisatawan atas dasar pengaruh social dan ekonomi yang ditimbulkan terhadap
masyarakt local, daerah tujuan wisata, norma- norma yang berlaku menjadi tujuh
kategori, sebagai berikut:
1. Explorer-type toyrist, wisatawan yang bertujuan untuk menemukan
sesuatu yang terkait dengan ilmu pengetahuan. Jumlah wisatawan
yang tergolong dalam tipe ini sangat sedikit dan mereka melakukan
kontak yang intensif dengan masyarakat setempat.
2. Elite tourist, kelompik wisatawan kaya yang banyak melakukan
kegiatan berbelanja. Mereka biasanya menggunakan jasa biro
perjalanan dan ditemani oleh seorang pemandu. Wisatawan jenis ini
mempunyai lama tinggal yang relative singkat.
3. Off –beat tourist, wisatan petualang yang bertujuan untuk mencari
tempat – tempat yang sepi dan jauh dari pusat keramaian, misalnya
mengikuti acara hunting safari.
5
4. Unsual tourist, wisatawan yang melakukan perjalanan sehari (one day
package tour) untuk mengunjungi tempat- tempat yang primitive dan
mengamati budaya- budaya yang masih asli.
5. Incipient mass tourist, wisatawan yang melakukan perjalanan dalam
kelompok (group) kecil dengan menggunakan bus- bus wisata dan
menginap pada hotel – hotel berbintang, Mereka sering melakukan
keluhan (complaint) apabila pelayanan yang diberikan kurang
memuaskan.
6. Mass tourist, wisatawan yang tergolong dalam tipe ini melakukan
perjalanan wisata secara kontiyu sepanjang tahun. Mereka tergolong
orang kelas menengah dan biasanya menginap pada hotel kecil.
Jumlah wisatawan jenis ini sangat banyak dengan tinggal di daerah
tujuan wisata beberapa minggu.
7. Charter tourist, Kelompok wisatawan ini menginginkan kawasan yang
maju dan cosmopolitan dengan berbagai fasilitas yang lengkap sesuai
dengan kebutuhannya. Biasanya mereka menggunakan hari liburnya
pada akhir pekan untuk menikmati keyamanan dan keindahan
lingkungan.
Wisatawan dalam pengertian international adalah : (1) pengunjung yang
tinggal di Negara yang dikunjunginya (2) lebih dari dua puluh empat jam dan (3)
datang dengan tujuan mengisi waktu senggang ( untuk bersenang- senang,
berlibur, untuk kesehatan, pendidikan, keperluan agama & olahraga), bisnis
keluarga dan pertemuan – pertemuan. Menurut Butler (1996:97) pola perilaku
wisatawan saat ini, melakukan perjalanan ke lokasi yang berbeda dan eksotik
(bagi mereka), dengan tujuan- tujuan khusus seperti mempelajari budaya, bahasa,
perilaku, adat istiadat. Transfer budaya adalah hal khusus dan juga merupakan
sebagian harapan mereka dalam melakukan perjalanannya. Jadi wisatawan
adalah disini menunjuka kepada seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu
tempat ke tempat lain atau dari satu negera ke negara lain dengan maksud tertentu
atauberdasarkan kepentingan.
6
2.2. Perilaku Wisatawan
Menurut Loudon dan Della Bitta dalam Buchari Alma, 2008:236 “Tourist
behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals
engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and
services“. (Perilaku wisatawan adalah proses pengambilan keputusan dan
kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam
menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-
jasa). Perilaku wisatawan menurut Ali Hasan (2008:129) adalah respon
psikologis yang kompleks yang muncul dalam bentuk perilaku atau tindakan yang
khas secara perseorangan yang langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan
menggunakan produk serta menentukan proses pengambilan keputusan dalam
melakukan pembelian produk termasuk dalam melakukan pembelian ulang, yang
dimaksud adalah wisatawan berkunjung ke daerah tujuan wisata, membeli
souvenir, dan suatu saat wisatawan tersebut kembali berkunjung karena merasa
nyaman dan percaya.
Sedangkan Kotler dan Keller (2009:189) mengemukakan tentang
definisi perilaku wisatawan yaitu, “Tourist behaviour is study of how individuals,
groups, and organizations select, buy, use, and dispose of goods, services, ideas,
or experiences to satisfy their needs and wants”. Jadi pemasar atau perusahaan
harus memahami tentang apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan wisatawan
baik itu berupa jasa, ide-ide, atau pengalaman yang mampu memuaskan keinginan
dan kebutuhan wisatawan.
Jadi dari beberapa hal yang penting yang dapat diungkapkan dari definisi
yang telah dipaparkan oleh para ahli, perilaku wisatawan adalah suatu proses yang
terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Tahap perolehan (acquisition), mencari (searching) dan membeli
(purchasing).
2. Tahap konsumsi (consumption) yang berupa menggunakan (using) dan
mengevaluasi (evaluating).
3. Tahap tindakan pasca pembelian (disposition) yang berupa tindakan
wisatawan.
7
Perilaku wisatawan dalam mempengaruhi unit-unit pengambil keputusan
(decision unit) menurut Kotler dan Keller (2009:190) terdiri dari, wisatawan
sendiri yang membentuk pasar wisatawan (tourist market) dan wisatawan
organisasional yang membentuk pasar bisnis (business market). Adapun
konsep personal tourist dalam definisi perilaku wisatawan dapat lebih dijelaskan
bahwa personal wisatawan merupakan individu yang membeli barang dan jasa
untuk dirinya sendiri, memenuhi kebutuhan keluarga dan dijadikan hadiah untuk
orang lain sehingga personal wisatawan merupakan pengguna terakhir. Terdapat
beberapa sifat dari perilaku wisatawan antara lain:
1. Tourist Behavior Is Dynamic.
Perilaku wisatawan dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan,
dan aksi dari setiap individu wisatawan, kelompok wisatawan, dan perhimpunan
besar wisatawan selalu berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian
menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat menantang
sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat dan tempat tertentu
tapi gagal pada saat dan tempat lain, karena itu suatu perusahaan harus senantiasa
melakukan inovasi-inovasi secara berkala untuk meraih wisatawannya.
2. Tourist Behavior Involves Interactions.
Perilaku wisatawan terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan
tindakan manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan memahami
bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi wisatawan semakin baik perusahaan
tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan wisatawan serta
memberikan value atau nilai bagi wisatawan.
3. Tourist Behavior Involves Exchange.
Perilaku wisatawan, melibatkan pertukaran antara manusia. Dengan kata
lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu
sebagai gantinya.
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Wisatawan
Perilaku wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang
dikemukakan Kotler dan Keller (2009:190) yaitu, faktor budaya, faktor sosial,
faktor personal dan faktor psikologi. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
8
1. Faktor Budaya
Budaya, subbudaya dan kelas sosial merupakan faktor yang paling banyak
mempengaruhi perilaku kunjungan pada wistawan. Budaya merupakan sesuatu
yang dasar dari keinginan dan kebutuhan seseorang. Masing-masing budaya
terdiri dari bagian yang lebih kecil yaitu sub budaya yang mampu menyediakan
identifikasi yang lebih spesifik dan sosialisasi bagi anggotanya. Sub budaya terdiri
dari dari kebangsaan, kepercayaan, ras, dan area geografi.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial sebagai tambahan dari faktor budaya, faktor sosial terdiri dari
referensi keluarga, kelompok, dan aturan sosial dan status berdampak pada
perilaku kunjungan.
3. Faktor Personal
Keputusan berkunjung juga dipengaruhi oleh karakteristik personal, yang
termasuk dalam kategori ini adalah umur dan daur hidup, pekerjaan dan ekonomi,
kepribadian dan konsep diri, dan gaya hidup dan nilai. Karena beberapa
karakteristik ini memiliki dampak yang langsung dalam perilaku wisatawan, hal
ini sangat penting untuk pemasar dalam mendekati wisatawan.
4. Faktor Psikologi
Langkah utama dalam memahami perilaku wisatawan adalah model
tanggapan rangsangan. Pemasar dan lingkungan mempengaruhi untuk masuk
dalam kesadaran wisatawan dan mengatur proses kejiwaannya yang
menggabungkan dengan karakteristik keyakinan wisatawan untuk menghasilkan
proses keputusan dan keputusan berkunjung. Tugas pemasar adalah untuk
memahami apa yang terjadi pada kesadaran wisatawan antara kedatangan stimuli
pemasaran yang masuk dan keputusan berkunjung total. Terdapat empat kunci
proses psikologi yaitu, motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori yang
merupakan hal dasar untuk mempengaruhi tanggapan wisatawan.
2.4. Masyarakat Lokal.
Menurut Handa Abidin masyarakat lokal merupakan kesatuan hidup
manusia pada suatu wilayah tertentu yang berinteraksi menurut system adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas
bersama. Masyarakat tersebut hidup bersama dalam suatu komunitas masyarakat,
9
yang mandir, hidup bersama bersama-sama dalam waktu yang cukup lama,
tinggal disuatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama,kabiasaan,
tradisi, sikap dan perasaan yang relative sama, serta melakukan sebagian kegiatan
besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia itu.
Sedangkan dalam Pasal 1 Angka 34 UU No 37 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil disebutkan bahwa masyarakat
lokal adalah sekelompok masyarakat yang menjalankan tata kehidupan sehari-hari
berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima sebagai nilai-nilai yang berlaku umum
tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada sumber daya pesisir dan pulau-pulau
kecil tertentu.
10
sekitar, negara-negara yang menjunjung perhatian terhadap prinsip pariwisata
bertanggung jawab tidak akan pernah membidik China sebagai pasar pariwisata
yang potensial.
Pada penelitian ini akan membahas tentang perilaku wisatawan China di
Taman Nasional Bunaken dengan mengambil case di Pulau Bunaken sebagai
pintu masuk taman nasional serta pusat perkembangan industry pariwisata di
Propinsi Sulwesi Utara. Adapun road map research dapat dilihat berikut ini:
Gambar 2.1. Road Map Peneliti 2018-2020
11
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
12
BAB IV
METODE PENELITIAN
13
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2010: 62). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
teknik probability sampling yaitu proportionate stratified random sampling
dengan menggunakan rumus slovin. Menurut Sugiyono (2010: 63), Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin sebagai
berikut: Formulanya : n = N/(1 + Ne^2)
dimana:
n = jumlah elemen / anggota sampel
N = jumlah elemen / anggota populasi
e = error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1 % atau
0,01, 5 % atau 0,05, dan 10 % atau 0,1) (catatan dapat dipilih oleh
peneliti).
4.5. Definisi Operasional Variabel
Untuk membatasi ruang lingkup masalah penelitian maka secara
operasional yang dimaksud variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut: Persepsi merukan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu
proses berujud diterimanya rangsangan oleh individu melalui alat reseptornya
(alat indranya) namun proses ini tidak berhenti sampai disitu, melainkan
rangsangan itu diteruskan ke pusat susunan saraf yaitu otak dan terjadilah proses
psikologi. Sehingga individu menyadari akan apa yang dilihat, apa yang didengar,
dan sebagainya (Walgito,1990:53).
Pesepsi dalam penelitian ini persepsi merupakan suatu aktivitas individu
untuk mengenal suatu objek alat indra yang kemudian diteruskan ke otak sehingga
individu tersebut dapa memberikan tanggapan terhadap objek dengan sadar.
Tanggapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian masyarakat lokal
terhadap ciri perilaku yang bersifat adaptif dan habitual dari china tourist yang
berkunjung ke Pulau Bunaken.
A. Adaptif adalah kemampuan wisatawan untuk menyesuaikan diri
dengan mudah terhadap aturan-aturan / norma-norma yang berlaku
pada lingkungan social-budaya masyarakat yang ada di pulau Bunaken
14
B. Habitual adalah kebiasaan-kebiasaan yang melekat pada wisatawan
yang dipengaruhi oleh lingkungan social-budaya yang secara sadar
atau pun tidak dilakukan di Pulau Bunaken.
C. Akomodasi, sikap wisatawan dalam menggunakan fasilitas tempat
tinggal, dan fasilitas yang ada dalam akomodasi.
D. Fasilitas umum, sikap wisatawan dalam menggunakan fasilitas seperti,
kamar mandi, air bersih, tempat sampah, jalan umum dsb.
E. Peraturan dalam areal taman nasional,segala peraturan baik
menyangkut keselamatan, pelarangan untuk diving dan snorkeling
dsb.
15
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item pertanyaan. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat
diberi skor, misalnya:
a) Sangat setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5
b) Setuju/sering/positif/ diberi skor 4
c) Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
d) Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2
Sangat tidak setuju/tidak pernah/ diberi skor 1
b. Uji Kuisioner
Uji Kuisioner dengan uji Validitas dan Reliabilitas. Uji validitas dan
reliabilitas disini yaitu untuk mengukur seberapa valid dan reliable item
pertanyaan yang dipakai dalam variable yang dieliti
16
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Bunaken dan pulau disekitarnya dikenal sebagai obyek wisata sudah sejak
tahun 1978 dimana pada tahun tersebut sudah ada beberapa aktivitas yang
dilakukan di sekitar gugus pulau Bunaken seperti pengusahaan ikan hias,
penelitian taman laut oleh PT. Ida Cipta dan pembangunan pantai Liang.
17
Arakan-Wawontulap. Adapun instansi yang ditunjuk untuk pengelolaan tersebut
adalah Dinas Pariwisata Daerah. Pada masa itu pernah muncul beberapa konflik
antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat lokal menyusul munculnya rencana
relokasi penduduk dari dalam Kawasan. Penolakan sangat kuat muncul dari
masyarakat sehingga pada akhirnya rencana tersebut tidak direalisasikan.
Selanjutnya kewenangan pengelolaan berpindah pada Pemerintah Pusat melalui
Instansi Teknis Departemen Kehutanan dalam hal ini Sub Balai Konservasi
Sumber Daya Alam.
Pada tahun 1986 dikeluarkan SK. Menteri Kehutanan No. 328/Kpts.-II/86
yang menetapkan kawasan Pulau Bunaken ini menjadi Cagar Alam Laut
Bunaken-Manado Tua yang meliputi Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau
Siladen dan pesisir sekitar Tanjung Pisok untuk wilayah utara dan untuk wilayah
selatan ditetapkan sebagai Cagar Alam Laut Arakan-Wawontulap yang meliputi
kawasan Arakan hingga Wawontulap. Tahun 1988 Pemerintah Republik
Indonesia mengeluarkan PP Nomor 22 yang menetapkan bahwa, secara
administrasi Kawasan Taman Laut Bunaken masuk dalam wilayah Kota Manado
18
Wilayah perairan Bunaken secara geografis masuk dalam perairan "Segi
Tiga Emas" dimana kawasan ini menjadi habitat lebih dari ±3.000 spesies ikan.
Perairan yang dimaksud ialah perairan yang menghubungkan Laut Papua,
Filipina, dan Indonesia, hal ini karena kekayaan yang terkandung di dalamnya.
Pemerintah dan organisasi non pemerintah baik nasional maupun internasional
bekerja sama untuk menjalankan program konservasi terumbu karang dan
mangrove di kawasan Bunaken. Program konservasi ini bertujuan untuk menjaga
ribuan jenis ikan laut dari kepunahan.(sumber: Balai Taman Nasional Bunaken)
Data tersebut hanya khusus di Pulau Bunaken, sebab terdapat 1 lingkungan yaitu
lingkungan 7, masuk dalam admistrasi Pulau Bunaken. Jadi jumlah jiwa (334
jiwa) yang ada di lingkungan 7 (Pulau Siladen) tidak dihitung.
Sedangkan tingkat pendidikan, hampir rata-rata penduduk di pulau
Bunaken saat ini masuk dalam pendidikan yang baik, tabel 5.2 dan 5.3
menunjukkan kondisi pendidikan masyarakat di pulau Bunaken dan Siladen. Pada
tabel 5.2. diperlihatkan tingkat pendidikan di Kelurahan Bunaken.
19
Tabel 5.2. Tingkat pendidikan di Kelurahan Bunaken
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 TK 108
2 SD 892
3 SMP 890
4 SLTA 1000
5 Akademi/Sarjana 15
Jumlah 2905
Sumber: Data kelurahan Bunaken& Alung Banua/Anthoni.J/2016)
Sedangkan pada tabel 5.3. menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat di
Kelurahan Alung Banua
Tabel 5.3. Tingkat pendidikan di Kelurahan Alung Banua
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 TK 30
2 SD 310
3 SMP 320
4 SLTA 200
5 Akademi/Sarjana 5
Jumlah 865
Sumber: Data kelurahan Bunaken& Alung Banua/Anthoni.J/2016)
Pada data tabel tersebut menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat di
Pulau Bunaken dengan demikian mengindikasikan juga bahwa masyarakat di
pulau telah siap mendukung perkembangan industry pariwisata.
20
masyarakat asli sedangkan 65% non lokal. Tabel 5.4 berikut menunjukkan nama-
nama penginapan yang sedang beroperasi di Pulau Bunaken. (Anthoni.J, 2016)
21
jumlah wisatawan berkunjung dan diving disekitar perairan Bunaken dan
sekitarnya.
5.2. Hasil dan Pembahasan
5.2.1. Pengukuran Sampel dan Validity and Reliability Test.
(1) Pengukuran Sampel
Dalam pengambilan data responden terhadap masyarakat lokal peneliti
menggunakan pembastasan jumlah responden sebanyak 70 orang
responden yang aktif terlibat sebagai pekerja bisnis yang ada di Pantai
Liang. Jumlah sampel ini diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin.
n = N / ( 1 + N.(e)2)
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = total populasi
22
(2) Hasil pengukuran test validitas dan reabilitas
5.2.2. Pembahasan
Berikut ini hasil diperoleh setelah dilakukan oleh data dengan
menggunakan SPSS terhadap 70 responden masyarakat lokal yang terllibat dalam
industry pariwisata di pulau Bunaken. Karakateristik respondennya berikut ini:
23
Tabel 5.6. Demographic profile of responden
Respondent Variable (n= 70) Number Per cent
Gender Male 38 54,3
Female 32 45,7
Age 20-30 18 25,7
31-40 40 57,1
41-50 9 12,9
> 51 3 4,3
Education Middle School 21 30
High School 49 70
Occupation Resort Staff 4 5,7
Tourist Venture 32 45,7
Dive Guide 29 41,4
Restaurant Staff 5 7,1
Sumber : data olahan peneliti
Pada tabel 5.2 merangkum profil demografis responden yang memenuhi
syarat. Dimana pada tabel tersebut terdapat 70 responden dengan distribusi jender
adalah 54,3 persen laki-laki dan 45,7 persen perempuan. Sebagian besar
responden berada di kelompok usia 31 hingga 40 adalah 57, 1 persen; usia 20
hingga 30 adalah 25,7 persen; usia 41 hingga 50 adalah 12,9 persen dan terakhir
usia diatas 51 tahun 7,1 persen. Kemudian khusus tingkat pendidikan didominasi
responden dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atas yaitu 49 persen dan
sekolah menegah pertama 21 persen. Untuk pekerjaan yang menonjol responden
yang memiliki pekerjaan sebagai tourist venture yaitu 45,7 persen, dive guide
41,4 persen restaurat staff 7,1 persen dan resort staff 5,7 persen. Jenis pekerjaan
lain cenderung data yang diambil dari para pedagang di lokasi wisata .
Berdasarkan karakteristik responden tersebut maka dapat disimpulkan responden
terdistribusi cukup merata.
Pada Tabel 5.3 akan memperlihatakan jawaban responden terhadap prilaku
wisatawan China ketika berada diseputar kawasan Pulau Bunaken yang menjadi
Ikon wisata Taman Nasional Laut. Adapun indikator pernyataan yang
disampaikan kepada responden adalah sebagai berikut: wisatawan China (1)
selalu melakukan aktivitas dilokasi wisata secara berkelompok, (2) menataati
24
peraturan-peraturan di taman, (3) mentaati aturan pelarangan
menginjak/memegang karang pada saat aktivitas snorkeling /diving, (4) pada saat
diving /menyelam mengikuti petunjuk para guide diving, (5) menyewa peralatan
untuk berenang, snorkling, dan diving para usahawan di lokasi wisata, (6)
mendukung upaya kebersihan di lokasi wisata dengan tidak membuang sampah
sembarangan, (7) menyukai makanan – minuman yang ditawarkan dan dijual,
dengan membeli dari para usahawan di lokasi wisata, (8) pada saat aktivitas
belanja souvenir di lokasi, setuju menyukai dengan harga yang dijual, dan tidak
menawar, (9) menggunakan fasilitas publik seperti kamar mandi, shower bilas dan
toilet di lokasi dengan menjaga kebersihannya, (10) bergaul akrab dengan
masyarakat di sekitar lokasi wisata dan (11) beraktivitas foto (selfie & welfie)
hanya dilakukan di tempat-tempat yang diijinkan untuk mengambil foto dan tidak
sembarang tempat. Berikut ini jawaban atas pernyataan tersebut:
Tabel 5. 7. Persepsi responden terhadap perilaku wisatawan China di Pulau Bunaken
No Indicator Mean Sd
1 Selalu melakukan aktivitas dilokasi wisata secara berkelompok, 2.6857 1.19834
2 Menataati peraturan-peraturan di taman 2.2857 1.16896
3 Mentaati aturan pelarangan menginjak/memegang karang pada
2.0143 1.27964
saat aktivitas snorkeling /diving,
4 Saat diving /menyelam mengikuti petunjuk para guide diving 2.6143 1.50644
5 Menyewa peralatan untuk berenang, snorkling, dan diving para
2.9143 1.40127
usahawan di lokasi wisata
6 Mendukung upaya kebersihan di lokasi wisata dengan tidak
2.3571 1.48457
membuang sampah sembarangan
7 Menyukai makanan – minuman yang ditawarkan dan dijual,
2.5571 1.21149
dengan membeli dari para usahawan di lokasi wisata
8 Pada saat aktivitas belanja souvenir di lokasi, setuju dengan
1.6857 0.69246
harga yang ditawarkan
9 Menggunakan fasilitas publik dengan menjaga kebersihannya 2.2286 1.07907
10 Akrab dengan masyarakat di sekitar lokasi wisata 2.6000 1.20866
11 Beraktivitas foto (selfie & welfie) hanya dilakukan di tempat-
1.9714 0.88418
tempat yang diijinkan.
Sumber : data olahan peneliti
Dari sebelas pernyataan tersebut, peneliti telah menarik empat kesimpulan
antara lain: pernyataan pertama bahwa wisatawan menataati setiap aturan yang
saat aktivitas di taman nasional, dan jawaban yang diperoleh dari responden
menyatakan tidak setuju yaitu rata-rata 2,5 persen. Kedua wisatawan menyukai
interaksi dengan masyarakat lokal jawaban responden menunjukkan rata-rata
25
tidak setuju yaitu 2,3 persen, sedangkan pernyataan ketiga adanya dukungan
wisatawan terhadap aktivitas menjaga kebersihan fasilitas secara khususnya dan
taman nasional, namun jawaban responden rata-rata 2,3 persen tidak setuju.
Artinya secara keseluruhan rata-rata pernyataan positif yang dikemukakan kepada
responden tidak disetujui, bahwa wisatawan china ke taman nasional cenderung
destruktif. Berikut ini gambar-gambar yang menunjukkan aktivitas wisatawan
china ketika berada di sekitar pulau Bunaken.
26
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Hasil penelitian ini hanya bersifat kajian sederhana untuk menilai persepsi
masyarakat lokal yang terlibat dalam industri pariwisata di Pulau Bunaken
terhadap perilaku wisatawan China ke Taman Nasional Bunaken dimana kasusnya
diambil Pulau Bunaken yang merupakan pintu gerbang taman nasional. Hasil
temuan ini masih bersifat kajian untuk satu pihak dengan metode berupa
kuisioner. Penelitian berikutnya diharapkan lebih dalam apakah memang benar
wisatawan china cenderung destruktif baik secara perorangan yang datang atau
pun yang datang berkelompok.
Penelitian ditahun berikutnya atau penelitian tahap II, (2019) perlu
dibuatkan model pembelajaran bagi wisatawan china yang datang, sehingga
mengantisipasi perilaku yang bersifat destruktif model pembelajaran tersebut
berupa, setiap aturan baik yang bersifat umum atau pun khusus perlu ditulisakan
dalam bahasa China. Selain itu perlu dibuatkan aturan menyangkut jumlah
wisatawan yang berkunjung ke taman nasional.
Khusus di tahun yang ketiga (III) 2020, setelah model pengelolaan pembelajaran
dibuat maka perlu dilakukan uji model untuk menilai apakah model tersebut layak
untuk dipakai sebagai panduan bagi pihak pengelola atraksi wisata dan
masyarakat lokal dalam mengedukasi wisatawan yang datang ke taman nasional.
27
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini hanya bersifat kajian sederhana untuk menilai persepsi
masyarakat lokal terhadap perilaku wisatawan China, didapati bahwa wisatawan
China cenderung destruktif (merusak) yaitu dengan melihat rata-rata jawaban
responden yaitu 2.5 tidak setuju terhadap untuk pernyataan postif bahwa
wisatawan China mengikuti aturan-aturan yang berlaku di taman. Kemudian 2,3
persen tidak setuju atas pernyataan wisatawan mendukung aktivitas kebersihan
dilokasi taman serta 2,3 persen juga tidak setuju bahwa wisatawan China
berinteraksi baik dengan masyarakat lokal. Adanya temuan ini memberikan
masukan pengelola taman dan juga pemerintah daerah untuk memberikan
perhatian yang dalam dengan membatasi pengunjung yang masuk ke taman serta
perlu adanya proses edukasi bagi wisatawan China melalui operator yang
membawa mereka yang datang ke Manado.
7.2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, ada beberapa
masukan yang perlu diperhatikan, antara lain:
28
membicarakan kondisi daya tarik wisata supaya demi kebaikan objek
wisata, mengingat wisata sebagai user dari berbagai fasilitas yag ada.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Pendit, N. S. 1999. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT
Pradnya Paramita.
Purwanto, S. (2016). Analisis Perilaku Wisatawan Tiongkok di Luar Negeri:
Sebuah Studi Literatur. Bina Ekonomi, 20(1), 57-66.
Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Smith, V.L.1997.Introduction To Host and Guest : The Antropology of Tourism in
The Eathscan Reader in Sustainable Tourism,Lesley France (ed). United
Kingdom (UK) : Earthscan Publication Ltd.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Towoliu, I Benny. 2012. “Studi Daya Dukung Air untuk Kebutuhan Pariwisata
Di Pulau Bunaken Kota Manado Propinsi Sulawesi Utara ” (tesis).
Universitas Udayana
31
Lampiran
KUISIONER
Profile Responden
Jenis Kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan
Umur : a. 20 s.d 30thn b. 31 s.d 40 thn c. 41 s.d 50
d. > 51 thn
Pendidikan : a. SD b. SMP c. SMA(Sederajat) d. S1
Pekerjaan : a. Pekerja Resort b. Usaha Wisata c. Guide Dive d.
Pekerja Restoran
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Keterangan :
Sangat tidak setuju =1
Tidak setuju =2
Ragu-ragu =3
Setuju =4
Sangat setuju =5
Berikan tanda (X) atau (√) terhadap pernyataan dibawah ini yang
berkesesuian dengan keadaan yang anda temui pada Wisatawan China
ketika berada lokasi wisata.
32
sembarangan.
7 Wisatawan China menyukai makanan – minuman
yang ditawarkan dan dijual, dengan membeli dari
para usahawan di lokasi wisata
8 Pada saat aktivitas belanja souvenir di lokasi,
Wisatawan China menyukai harga yang dijual,
dan tidak menawar.
9 Wisatawan China menggunakan fasilitas publik
seperti kamar mandi, shower bilas dan toilet di
lokasi dengan menjaga kebersihannya.
10 Wisatawan China suka bergaul akrab dengan
masyarakat di sekitar lokasi wisata
11 Wisatawan China beraktivitas foto (selfie &
welfie) hanya dilakukan di tempat-tempat yang
diijinkan untuk mengambil foto dan tidak
sembarang tempat.
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
33
20