Disusun oleh:
Kelompok 3 Lingkungan
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., karena atas rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan proposal penelitian dengan judul
“Persepsi Masyarakat Terhadap Perilaku Lingkungan Wisatawan di Kawasan Wisata
Dieng” Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW., para sahabat, dan para pengikut-Nya yang setia hingga akhir zaman.
Tujuan penyusunan proposal penelitian ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok pada matakuliah Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Pada kesempatan ini, penyusun
ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan
proposal penelitian ini, kepada:
1. Bapak Nandi Kurniawan, M.Si selaku dosen Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang telah
memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan proposal.
2. Ibu Saipiatuddin, M.Si. selaku dosen pembimbing Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang
telah memberikan arahan dan bimbingan selama di lapangan.
3. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberikan motivasi.
4. Teman-teman yang telah memberikan saran dan semangat.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proposal penelitian ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan proposal selanjutnya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih, semoga proposal
penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca dan pihak-pihak
lain yang memerlukannya.
Jakarta, 19 Juni 2023
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR/PETA ..................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................................................... 3
1.3. Pembatasan Masalah ................................................................................................... 3
1.4. Perumusan Masalah..................................................................................................... 3
1.5. Tujuan Kegiatan .......................................................................................................... 3
1.6. Manfaat Kegiatan ........................................................................................................ 4
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................................... 5
2.1. Landasan Teori ............................................................................................................ 5
2.1.1. Pengertian Lingkungan ........................................................................................ 5
2.1.2. Pengertian Wisatawan ........................................................................................ 11
2.1.3. Konsep Dasar Perilaku ....................................................................................... 14
2.1.4. Pengertian Persepsi ............................................................................................ 15
2.2. Kerangka Berpikir ..................................................................................................... 20
2.3. Perumusan Hipotesis ................................................................................................. 20
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................................... 21
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................................... 21
3.2. Sumber Data .............................................................................................................. 21
3.3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 21
3.4. Instrumen Penelitian .................................................................................................. 22
3.5. Pengolahan Data ........................................................................................................ 25
3.6. Teknik Analisis Data ................................................................................................. 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 28
4.1. Deskripsi Data ........................................................................................................... 28
4.1.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ............................................................................. 28
iii
4.1.2. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................................... 29
4.1.3. Deskripsi Data Wawancara ................................................................................ 29
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................................... 38
BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 41
5.1. Kesimpulan................................................................................................................ 41
5.2. Saran .......................................................................................................................... 42
5.3. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 44
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR/PETA
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mendapat penghasilan tambahan dengan membuka usaha di sekitar objek wisata
tersebut. Dengan begitu, adanya objek wisata dapat membuat kesejahteraan
masyarakat meningkat dan taraf hidupnya bisa menjadi lebih baik.
Kawasan wisata dieng tidak luput dari masalah lingkungan seperti sampah, masih
kurangnya kesadaran wisatawan untuk menjaga kebersihan. Sebagai contoh terdapat
salah satu rangkaian acara di kawasan wisata dieng yaitu acara Dieng Culture Festival,
dimana Aksi Dieng Lestari merupakan aksi membersihkan sampah di lokasi DCF secara
terus menerus selama festival. Pada perhelatan Dieng Culture Festival 2022 kemarin ada
lebih dari 4.2 ton sampah yang berhasil dikumpulkan dalam tiga hari festival, belum lagi
kalau sedang ramai pengunjung di musim liburan. Dari contoh tersebut maka dapat
terlihat bahwa pada acara yang dilakukan untuk mengedukasi wisatawan dalam menjaga
kebersihan saja masih menghasilkan sampah yang cukup banyak. hal tersebut dapat
melihat bahwa masih kurangnya kesadaran dalam menjaga lingkungan kawasan wisata
di Dieng.
Perkembangan suatu objek wisata juga akan berdampak pada kehidupan
masyarakat dan kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, keberadaan suatu objek wisata
harus direncanakan dengan matang. Masyarakat yang terkena langsung dampak dari
adanya suatu objek wisata harus diberi pembinaan dan diberikan sebuah peranan dalam
pengembangan objek wisata itu. Oleh sebab itu, pemerintah setempat harus merangkul
dan bersinergi dengan masyarakat agar kemajuan objek wisata itu dapat sesuai dengan
perencanaan pengembangan yang telah disusun.
Pengembangan pariwisata akan memberikan dampak, baik itu dampak positif
maupun dampak negatif, maka perlu adanya penelitian mengenai bagaimana wisatawan
dan masyarakat memiliki pandangan yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata di
kawasan wisata, termasuk di daerah Dieng. Penelitian dapat berupa penilaian persepsi
masyarakat terhadap keberadaan suatu objek wisata di lingkungannya. Persepsi
wisatawan terhadap kondisi tempat wisata juga merupakan suatu hal yang sangat penting
untuk diteliti, khususnya di Dieng yang memiliki kekhasan kondisi geomorfologi
tersebut, mengingat bahwa Kawasan Wisata Dieng merupakan salah satu kawasan
pariwisata andalan Kabupaten Wonosobo dan menjadi salah satu Daerah Tujuan Wisata
(DTW) di Jawa Tengah.
2
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang yang penulis angkat, beberapa masalah yang
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Persepsi masyarakat terhadap perilaku lingkungan wisatawan di kawasan wisata
Dieng.
2. Dampaknya terhadap kondisi lingkungan di kawasan wisata Dieng.
3
1.6. Manfaat Kegiatan
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
terutama bagi pihak yang mempunyai kepentingan langsung terhadap permasalahan yang
akan diteliti, Penulis membagi manfaat penelitian ini kedalam 2 bagian, yaitu:
A. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan
perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan kontribusi pada
pengembangan ilmu pendidikan dan dapat membantu serta mengkaji permasalahan
dalam Lingkungan pada Ilmu Sosial.
B. Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa dan Instansi terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
mahasiswa agar dapat melakukan perannya dengan baik ketika menjadi
pengajar. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh fakultas untuk mengembangkan
kegiatan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial khususnya mengenai kondisi
lingkungan di Desa Dieng Kulon Jawa Tengah.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
tentang kondisi lingkungan dan dampak di Desa Dieng Kulon Jawa Tengah
agar masyarakat memahami lingkungan fisik di wilayahnya.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
5
b. Lingkungan Buatan
Sesuai dengan namanya, lingkungan buatan adalah
lingkungan yang dibentuk secara sengaja artinya ada
campur tangan manusia. Dalam proses pembentukan
lingkungan ini, manusia memanfaatkan bantuan teknologi
baik berupa teknologi sederhana maupun teknologi
modern. Meski terbentuk melalui kesengajaan oleh
manusia, tetapi lingkungan buatan juga mempunyai peran
yang penting. Tujuan pembuatannya pun semata-mata agar
bisa ditempati dan dimanfaatkan oleh manusia. Contoh
lingkungan buatan adalah perkampungan, pasar, jalan,
sekolah, dan lain sebagainya.
B. Lingkungan Berdasarkan Unsur Pembentuknya
Lingkungan juga dapat dilihat dari unsur-unsur
pembentuknya, dalam hal ini adalah komponen hidup seperti
manusia dan tumbuhan serta komponen tidak hidup seperti batu
dan tanah. Jenis lingkungan menurut sudut pandang ini dibagi
menjadi dua, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.
a. Lingkungan Biotik
Lingkungan biotik juga disebut sebagai lingkungan
organik, yaitu komponen berupa makhluk hidup yang
mendiami bumi. Komponen tersebut terdiri atas makhluk
hidup berupa manusia, hewan, dan tumbuhan, serta
mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Contoh
lingkungan biotik adalah manusia, hewan, dan tumbuhan
yang hidup dalam satu lingkungan. Sesuai dengan hal
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa unsur dari
lingkungan hidup biotik adalah segala sesuatu yang
bernyawa yang terdapat di atas muka bumi atau terdapat
dalam lingkungan tertentu. Unsur-unsur dalam lingkungan
biotik selanjutnya dibagi kembali menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Produsen, komponen yang berperan sebagai
produsen dalam lingkungan biotik adalah tumbuhan,
karena makhluk ini mampu memproduksi bahan
6
makanan yang diperlukan oleh makhluk hidup yang
lain.
b) Konsumen, komponen yang berperan sebagai
konsumen pada lingkungan biotik adalah manusia
dan hewan, karena kedua jenis makhluk hidup
tersebut memanfaatkan makhluk hidup lain untuk
memenuhi kebutuhannya.
c) Pengurai, komponen yang berperan menjadi pengurai
dalam lingkungan biotik adalah mikroorganisme
seperti bakteri, cacing tanah, dan jamur. Mikroba
tersebut bertugas menghancurkan dan merombak
sisa-sisa dari organisme yang sudah mati.
b. Lingkungan Abiotik
Lingkungan abiotik atau juga disebut lingkungan
anorganik adalah kondisi yang ada di sekitar makhluk
hidup dan bersifat anorganik atau benda mati seperti air,
udara, tanah, mineral, dan batu. Contoh-contoh tersebut
sekaligus menjadi unsur pembangun lingkungan abiotik.
Selain itu unsur dari lingkungan abiotik mempunyai fungsi
pendukung, artinya keberadaannya diperlukan untuk
membantu terciptanya suatu lingkungan. Ada empat unsur
lingkungan abiotik yang bersifat vital bagi kelangsungan
makhluk hidup, yaitu matahari, air, udara, dan tanah.
a) Matahari, unsur lingkungan abiotik yang bersifat
fisik di mana cahaya matahari diperlukan dalam
proses fotosintesis tumbuhan sebagai unsur biotik
dan juga menjadi sumber energi bagi makhluk hidup
lain seperti manusia.
b) Air, unsur lingkungan yang paling bersifat vital bagi
makhluk hidup adalah air. Karena air dibutuhkan oleh
manusia, hewan, dan tumbuhan untuk bertahan
hidup. Tanpa air bencana kekeringan akan terjadi dan
itu merugikan makhluk hidup. Meski begitu
7
kelebihan air juga dapat mengakibatkan bencana
banjir.
c) Udara, sama halnya dengan air udara juga memiliki
peran sangat vital bagi makhluk hidup. Karena semua
yang bernyawa memerlukan udara untuk bernapas
atau respirasi. Udara sendiri terdiri atas beragam jenis
gas seperti oksigen yang dihirup oleh manusia dan
hewan, serta karbondioksida yang digunakan
tumbuhan untuk melakukan fotosintesis.
d) Tanah, unsur abiotik berupa tanah juga sangat
diperlukan bagi makhluk hidup. Tumbuhan
membutuhkan tanah untuk tubuh, lalu dimanfaatkan
oleh manusia dan hewan sebagai makanan.
Kebanyakan mikroorganisme juga hidup di dalam
tanah. Serta yang paling penting tanah menjadi
tempat seluruh makhluk hidup berpijak.
Selain itu unsur-unsur lingkungan abiotik atau anorganik juga
bisa dilihat berdasarkan aspek ekologi manusia. Aspek ini berkaitan erat
dengan hubungan timbal balik atau interaksi dan interelasi pada manusia
dengan lingkungan. Unsur tersebut diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, yaitu lingkungan alam, sosial, dan budaya.
a) Lingkungan alam, kondisi alamiah yang ada dalam suatu wilayah
atau ruang tertentu dan meliputi tanah, bebatuan, iklim, dan
fisiografi.
b) Lingkungan sosial, manusia dengan karakter dan seluruh
aktivitasnya baik manusia sebagai suatu individu maupun sebagai
makhluk sosial.
c) Lingkungan budaya, semua benda yang diciptakan oleh manusia
seperti bangunan, sistem kepercayaan, tatanan lembaga sosial,
serta karya seni.
8
dengan anak-anak tersebut. Teori Sistem ekologis disebut juga
”Pembangunan dalam Konteks”. Sedangkan menurut Roger Barker,
tingkah laku tidak hanya ditentukan oleh lingkungan atau sebaliknya,
melainkan kedua hal tersebut saling menentukan dan tidak dapat dipisah
pisahkan. Hubungan tingkah laku dengan lingkungan adalah seperti jalan
dua arah (two way street) atau interdependensi ekologi. Jadi dapat
disimpulkan Teori Ekologi menyatakan bahwa kualitas lingkungan
dipengaruhi oleh interaksi antara organisme dan lingkungannya.
Lingkungan yang sehat dan berkelanjutan harus memiliki keseimbangan
ekologi yang baik, dimana organisme hidup dalam keadaan seimbang
dan tidak mengganggu lingkungan.
Sedangkan menurut Ahli Sosiologi Lingkungan mengatakan
bahwa berbagai persoalan lingkungan yang timbul di bumi ini tidaklah
terjadi dengan sendirinya, melainkan sebagai akibat dari tindakan khusus
yang dilakukan oleh manusia (Susilo, 2014: 20). Kemudian menurut
Parsons, manusia dapat menjadi perusak lingkungan, atau bahkan
sebaliknya juga dapat menjadi pemelihara dan pahlawan bagi
lingkungannya (dalam Susilo, 2014: 178-179). Jadi dilihat dari aspek
sosial, kualitas lingkungan dilihat dari perilaku masyarakat dalam
mempengaruhi kualitas lingkungan. Masyarakat bisa menjadi perusak
lingkungan atau menjadi pemelihara dan pahlawan bagi lingkungannya.
Oleh karena itu, perubahan sosial dan perubahan perilaku manusia
mempengaruhi kualitas lingkungan.
Sedangkan menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Kemudian menurut
WHO (World Health Organization), Kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia & lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Jadi kualitas lingkungan
dilihat dari kesehatan lingkungannya. Kualitas lingkungan yang buruk
dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia. Oleh karena itu,
9
perbaikan lingkungan diperlukan untuk memastikan kesehatan manusia
yang baik.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan faktor – faktor
yang mempengaruhi kondisi lingkungan meliputi (1) Teori Ekologi,
yang mana kualitas lingkungan dipengaruhi oleh interaksi antara
organisme dan lingkungannya. (2) Teori Sosial, yang mana kualitas
lingkungan dilihat dari perilaku masyarakat dalam mempengaruhi
kualitas lingkungan. Dan (3) Teori Kesehatan Lingkungan, yang mana
kualitas lingkungan dilihat dari kesehatan lingkungannya.
10
Kemudian menurut Dinas Informasi dan Informatika Provinsi
Jawa Timur (2013), menyatakan bahwa terdapat 6 indikator perilaku
peduli lingkungan, yaitu meliputi konsumsi energi, membuang sampah,
pemanfaatan air bersih, pemanfaatan bahan bakar, penyumbang emisi
karbon dan perilaku hidup sehat. Sedangkan menurut Badan Pusat
Statistik (2014), mengatakan bahwa indikator perilaku peduli lingkungan
baik perilaku ramah lingkungan ataupun perilaku yang sifatnya merusak
lingkungan hidup dapat dilihat dengan perilaku rumah tangga terkait
tempat tinggal, pemanfaatan energi, pemanfaatan air, penggunaan
transportasi, dan rasa kepedulian pada lingkungan sekitar.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan solusi
mengatasi permasalahan lingkungan dengan cara mempunyai sikap
peduli lingkungan yang berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam disekitarnya, serta mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sikap peduli
lingkungan bisa didapat dari pendidikan lingkungan di sekolah.
Pendidikan lingkungan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
masyarakat untuk mengubah sikap dan perilaku, agar terbiasa
menghindari kerusakan lingkungan dan selalu berusaha menjaga
lingkungan agar selalu terjaga kelestariannya. Contoh perilaku peduli
lingkungan yaitu seperti membuang sampah pada tempatnya,
pemanfaatan air bersih, pemanfaatan bahan bakar, perilaku hidup sehat
dan lain-lain.
11
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan wisatawan adalah
seseorang yang datang untuk singgah sementara berkunjung ke suatu wilayah
tempat yang dikunjungi yang tujuan perjalanan dalam rangka liburan, studi,
olahraga, kepentingan bisnis, keluarga dan lain lain.
12
F. Wisatawan Bisnis (Business Tourist), merupakan jenis
wisatawan yang datang untuk kepentingan bisnis dan melakukan
kegiatan wisata setelah kegiatan utamanya selesai. Biasanya jenis
wisatawan ini akan melakukan kegiatan wisatanya di hari terakhir
sebelum kembali ke negara atau daerah asal masing – masing.
2.1.2.2. Karakteristik Wisatawan
Gambaran umum tentang wisatawan menurut (Seaton dan
Bennet, 1996) dapat dibedakan berdasarkan dua kategori, yakni dilihat
dari karakteristik perjalanan (trip descriptor) dan karakteristik
wisatawan (tourist descriptor).
A. Trips descriptor menjadikan jenis perjalanan yang dilakukan
sebagai faktor untuk membedakan pengertian wisatawan.
Perjalanan rekreasi, kunjungan keluarga dan keperluan bisnis
merupakan gambaran umum sebuah perjalanan.
B. Tourist descriptor menggunakan beberapa pertanyaan untuk
dapat mengetahui karakteristik wisatawan. Pertanyaan itu
diantaranya: Siapa, apa, kenapa, dimana, dan berapa banyak.
Cara untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, menurut Kotler
(2002) dapat dilihat dari profil atau karakteristik wisatawan yang
terdiri atas beberapa aspek diantaranya:
a. Aspek Geografis
Latar belakang geografis menjadi faktor utama
penentuan profil wisatawan, diantaranya dapat dilihat dari
kewarganegaraan, kebangsaan, daerah asal, dan lainnya.
b. Aspek Demografis
Variabel dasar seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan dijadikan sebagai landasan
untuk menentukan mengelompokan profil wisatawan.
c. Aspek Fisiografis
Pengelompokan wisatawan dilakukan kedalam
beberapa kategori berdasarkan tujuannya, lama waktu,
pilihan atraksi, dan frekuensi kunjungan dalam sebuah
perjalanan.
13
2.1.3. Konsep Dasar Perilaku
Perilaku adalah perbuatan atau tindakan yang dapat diamati dan dirasakan
melalui panca indera manusia. Perilaku dipengaruhi oleh kebiasaan, sikap, emosi,
nilai, etika, kekuasaan, kepercayaan dan genetika. Perilaku manusia terbagi
menjadi perilaku yang masuk akal, dapat diterima, aneh dan tidak normal. Menurut
McDougall, perilaku disebabkan oleh insting. Insting merupakan bawaan dari
seseorang yang dapat berubah karena pengalaman. Sementara menurut Hull,
perilaku terjadi karena dorongan. Dorongan merupakan kebutuhan organisme yang
mendorong individu untuk berperilaku. Mengutip Daryanto yang diambil dari
lansiran (Thabroni, 2022), faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu
biologis dan sosiopsikologis. Biologis, karena aspek genetik yang akan
berpengaruh terhadap pengaturan tindakan individu. Struktur genetik termasuk
kecerdasan dan emosi. Sosiopsikologis, karena aspek lingkungan. Perilaku
dipengaruhi oleh proses sosial serta mencakup kognitif, afektif, dan konatif.
14
wisata kebersihan menjadi faktor penting yang perlu dilestarikan.
Sehingga perlunya menjaga kebersihan dengan menyediakan
tempat sampah. Agar perilaku membuang sampah sembarangan
dapat dihindarkan.
C. Faktor penguat (reinforcing factors).
Pengaruh ini berdasarkan pada sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, atau seseorang yang bertugas. Dapat
disimpulkan bahwa perlunya ada keteladanan yang dapat
dijadikan acuan masyarakat berperilaku sesuai yang diharapkan.
Dalam hal desa wisata Dieng, maka tokoh masyarakat maupun
petugas wisata perlu menunjukkan perilaku yang pro lingkungan
agar pengunjung wisata dapat meniru perilaku tersebut.
15
berkembang menjadi suatu pemikiran yang akhirnya membuat seseorang memiliki
suatu pandangan terkait suatu kasus atau kejadian yang tengah terjadi.
16
Alat indera merupakan alat utama dalam individu
mengadakan persepsi. Seseorang dapat melihat dengan matanya
tetapi mata bukanlah satu-satunya bagian hingga individu dapat
mempersepsi apa yang dilihatnya, mata hanyalah merupakan
salah satu alat atau bagian yang menerima stimulus, dan stimulus
ini dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya
individu dapat menyadari apa yang dilihat.
B. Persepsi melalui Indera Pendengaran
Orang dapat mendengar sesuatu dengan alat pendengaran,
yaitu telinga. Telinga merupakan salah satu alat untuk dapat
mengetahui sesuatu yang ada di sekitarnya. Seperti halnya
dengan penglihatan, dalam pendengaran individu dapat
mendengar apa yang mengenai reseptor sebagai suatu respon
terhadap stimulus tersebut. Kalau individu dapat menyadari apa
yang didengar, maka dalam hal ini individu dapat mempersepsi
apa yang didengar, dan terjadilah suatu pengamatan atau
persepsi.
C. Persepsi melalui Indera Pencium
Orang dapat mencium bau sesuatu melalui alat indera
pencium yaitu hidung. Sel-sel penerima atau reseptor bau terletak
dalam hidung sebelah dalam. Stimulusnya berwujud benda-
benda yang bersifat khemis atau gas yang dapat menguap, dan
mengenai alat-alat penerima yang ada dalam hidung, kemudian
diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, dan sebagian respon dari
stimulus tersebut orang dapat menyadari apa yang diciumnya
yaitu bau yang diciumnya.
D. Persepsi melalui Indera Pengecap
Indera pengecap terdapat di lidah. Stimulusnya merupakan
benda cair. Zat cair itu mengenai ujung sel penerima yang
terdapat pada lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf
sensoris ke otak, hingga akhirnya orang dapat menyadari atau
mempersepsi tentang apa yang dikecap itu.
E. Persepsi melalui Indera Peraba (kulit)
17
Indera ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan dan
temperatur. Tetapi tidak semua bagian kulit dapat menerima rasa-
rasa ini. Pada bagian-bagian tertentu saja yang dapat untuk
menerima stimulus-stimulus tertentu. Rasa-rasa tersebut di atas
merupakan rasa-rasa kulit yang primer, sedangkan di samping itu
masih terdapat variasi yang bermacam-macam. Dalam teknan
atau rabaan, stimulusnya langsung mengenai bagian kulit bagian
rabaan atau tekanan. Stimulus ini akan menimbulkan kesadaran
akan lunak, keras, halus, kasar.
Bentuk persepsi pada intinya merupakan persepsi yang tidak
hanya dilakukan oleh penglihatan saja, namun dengan alat indera secara
lengkap agar menghasilkan suatu data yang maksimal dan sesuai dengan
kenyataan yanga da di lapangan. Dimana stimulus itu bersifat kuat maka
hasil yang didapat agar lebih spesifik.
18
Di mana pola kepribadian yang dimiliki oleh individu
akan menghasilkan persepsi yang berbeda. Sehubungan
dengan itu maka proses terbentuknya persepsi dipengaruhi
oleh diri seseorang persepsi antara satu orang dengan yang
lain itu berbeda atau juga antara satu kelompok dengan
kelompok lain.
d. Sistem Nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat
juga berpengaruh pula terhadap persepsi
e. Penerimaan Diri
Penerimaan diri merupakan sifat penting yang
memepengaruhi persepsi.
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi secara eksternal atau datang
dari luar objek persepsi
a. Intensitas
Rangsangan yang lebih intensif, mendapatkan lebih
banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens.
b. Ukuran
Benda-benda yang lebih besar umumnya lebih
menarik perhatian.
c. Kontras
Secara umum hal-hal yang biasa dilihat akan cepat
menarik perhatian. d. Gerakan. Benda yang bergerak lebih
menarik perhatian dari hal yang diam.
d. Gerakan
Benda yang bergerak lebih menarik perhatian dari hal
yang diam.
e. Ulangan
Biasanya hal yang terulang-ulang dapat menarik
perhatian.
f. Keakraban
Suatu yang akrab atau dikenal lebih menarik
perhatian.
g. Sesuatu yang baru
19
Faktor ini kedengerannya bertentangan dengan
keakraban, namun unsur ini juga berpengaruh pada
seseorang dalam menyeleksi informasi.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
21
gabungan ketiganya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
wawancara dan observasi, yaitu :
A. Wawancara
Teknik ini melibatkan pertanyaan-pertanyaan terstruktur atau tidak
terstruktur yang diajukan kepada narasumber untuk mendapatkan pandangan
mereka mengenai perilaku lingkungan wisatawan di Kawasan Wisata Dieng.
B. Observasi
Teknik ini melibatkan pengamatan langsung terhadap perilaku lingkungan
wisatawan di Kawasan Wisata Dieng. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif
atau non-partisipatif, dan dapat didukung dengan catatan lapangan, foto, atau
rekaman video.
22
Tabel 3.1 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Alat
No Konsep Dimensi Indikator Pertanyaan Sumber Pengumpula
n Data
2. Bagaimana
pendapat
bapak/ibu
mengenai
perilaku
wisatawan
dalam menjaga
lingkungan?
(Dimensi
Persepsi)
23
Kawasan Wisata 3. Kesadaran
Dieng Wisatawan 2. Apakah ada
program atau
kegiatan yang
dilakukan oleh
masyarakat
Desa Dieng
untuk
mengedukasi
wisatawan
tentang
pentingnya
menjaga
kebersihan
lingkungan di
kawasan wisata
tersebut?
2. Apakah dari
bapak/ibu selaku
wisatawan
sudah
berperilaku
menjaga
lingkungan di
24
tempat wisata?
25
terkait dengan objek penelitian peneliti. Hal ini disebut dengan istilah concluding,
yaitu kesimpulan atas proses pengolahan data yang terdiri dari tiga proses
sebelumnya: editing, classifying, dan verifying.
26
kesimpulan. Data tersebut diolah sesuai dengan sistematika penulisan dan permasalahan
penelitian kemudian disajikan dalam bentuk narasi.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
dieng bagian timur (Dieng Wetan) di Kecamatan Kejajar. Sedangkan kawasan
bagian barat (Dieng Kulon) di Kecamatan Batur milik Kabupaten Banjarnegara.
Dataran Tinggi Dieng dapat diakses melalui beberapa jalur. Jalur tersebut
adalah melalui Banjarnegara, Batang dan Wonosobo. Namun, diantara jalur-jalur
tersebut, yang paling efektif dan efisien adalah melalui Wonosobo. Jarak Dataran
Tinggi Dieng dengan pusat pemerintahan Wonosobo adalah 26 km yang dapat
dilalui dengan sepeda motor, kendaraan roda empat dan mikro bus. Jalan untuk
menuju Dataran Tinggi Dieng tidak dapat dilalui dengan menggunakan bus yang
berukuran besar. Hal ini dikarenakan jalan menuju Dieng sangat sempit dengan
medan yang berkelok-kelok dan menanjak.
29
Dataran Tinggi Dieng merupakan obyek wisata unggulan bagi
Provinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu sektor yang strategis
dan potensial untuk dikelola, dikembangkan dan dipasarkan terbukti
dengan jumlah pengunjung Kawasan Wisata Dieng yang setiap tahunnya
selalu meningkat. Wisatawan menjadi salah satu tolak ukur bagi kemajuan
sebuah objek wisata. Jika perkembangan objek wisata dinilai positif maka
akan banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi objek wisata itu.
Kenyamanan dari wisatawan merupakan hal yang mutlak untuk dijaga
agar mereka merasa senang dan kemungkinan untuk ikut membantu
memasarkan dan bahkan kembali berkunjung terbuka lebar. Wisatawan
memiliki peran sebagai penilai sekaligus pemberi masukan terhadap
kondisi suatu objek wisata.
Menanggapi masalah perilaku lingkungan wisatawan di kawasan
wisata Dieng, masyarakat di wilayah kawasan wisata Dieng, Jawa Tengah
memiliki pendapat yang berbeda-beda. Dalam hasil wawancara kami
mengenai letak tempat pembuangan sampah yang ada di kawasan wisata
Dieng yaitu dengan narasumber Pak Digda Subagya selaku ketua BPD
Dieng, beliau mengatakan :
“Tempat sampah di beberapa tempat wisata masih kurang
memadai, seperti hal nya di beberapa sudut tempat wisata masih
sangat sedikit tempat sampah yang tersedia, padahal harusnya
tempat sampah di tempat wisata di letakkan tidak jauh seperti 10
meter – 20 meter harusnya di sediakan tempat sampah supaya
wisatawan tidak bingung mencarinya dan agar mencegah
pembuangan sampah sembarangan di Kawasan wisata.”
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa tempat pembuangan sampah
di kawasan wisata Dieng masih kurang memadai. Selain itu, kami juga
bertanya mengenai kebersihan lingkungan di kawasan wisata Dieng.
Menurut Pak Digda Subagya selaku ketua BPD Dieng, beliau mengatakan:
“Kebersihan di kawasan wisata dieng cukup bersih di
beberapa tempat, saya rasa semua hal tentang permasalahan
sampah sangat sulit di kondisikan, karena di beberapa tempat
kawasan wisata dieng dan lingkungan sekitar dieng pasti juga
terlihat tumpukan sampah sama seperti hal nya di kota Jakarta.
30
Semua ini tergantung kepada kesadaran diri masing-masing dalam
menjaga lingkungan sekitarnya.”
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kebersihan lingkungan di
kawasan wisata Dieng sudah cukup bersih, tetapi mengenai permasalahan
sampah menurut beliau masih sulit untuk di benahi, sama seperti kota-kota
lain seperti pada umumnya, beliau juga berkata bahwa ini semua ini
kembali kepada kesadaran diri masing-masing dalam menjaga kebersihan
kawasan wisata Dieng. Selain itu, kami juga bertanya mengenai perilaku
wisatawan dalam menjaga kebersihan lingkungan kawasan wisata Dieng.
Menurut Pak Digda Subagya selaku ketua BPD Dieng, beliau mengatakan:
“Menurut saya perilaku wisatawan dalam menjaga
lingkungan di kawasan wisata dieng sangat susah di kondisikan,
karena ada beberapa wisatawan yang membuang sampah pada
tempatnya, tetapi ada juga beberapa wisatawan yang terlihat
membuang sampah bukan pada tempatnya. Sedikit cerita waktu itu
saya melihat beberapa wisatawan sedang di dalam mobil dengan
perilaku yang tidak menyenangkan yaitu membuang sampah
seenaknya keluar kaca mobil, itu merupakan tindakan yang
melanggar hukum, jika saya melihat beberapa wisatawan
membuang sampah sembarangan lagi tepat di hadapan saya maka
saya akan menegurnya dengan mengambil kembali sampah
tersebut, atau jika wisatawan tersebut tidak mau akan saya bawa ke
pihak berwajib untuk di tindak secara tegas.”
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa perilaku wisatawan dalam
menjaga lingkungan di kawasan wisata Dieng sangat susah untuk di
kondisikan, beberapa wisatawan terkadang terlihat membuang sampah
pada tempatnya, sementara itu ada beberapa wisatawan yang membuang
sampah bukan pada tempatnya. Selain itu, kami juga bertanya mengenai
wisatawan yang sering mencemarkan lingkungan dan contoh pencemaran
yang dilakukan wisatawan asing maupun lokal terhadap lingkungan
kawasan wisata Dieng. Menurut Pak Digda Subagya selaku ketua BPD
Dieng, beliau mengatakan :
“Menurut saya yang lebih sering melakukan pencemaran
lingkungan seperti membuang sampah sembarangan adalah
31
keduanya, terkadang wisatawan lokal masih sering terlihat
membuang sampah tidak pada tempatnya, begitu juga dengan
wisatawan asing mereka tidak menghiraukan keberadaan tempat
sampah di sekitar kawasan wisata dieng dan di lingkungan sekitar
dieng. Tetapi menurut saya wisatawan asing luar biasa
kesadarannya, dari beberapa kasus banyak wisatawan asing (bule)
yang rela membayar untuk membawa sampah yang ada di kawasan
wisata dieng. Jadi dari pihak pengelola juga menerapkan ketika
berada di kawasan wisata dieng agar di perhatikan membawa
makanan atau minuman apa saja ketika masuk, dan ketika keluar
agar membawa kembali sampah yang mereka bawa dalam jumlah
yang sesuai ketika dibawa. Jika kedapatan kurang membawa
sampah dengan yang dibawa sebelumnya makan akan dikenakan
denda. Bentuk atau contoh pencemaran yang paling sering
dilakukan wisatawan asing maupun lokal yaitu masih tentang
sampah, karena dari pihak kawasan wisata dieng sudah
menyediakan tempat sampah di beberapa titik namun terkadang
masih sering dihiraukan. Kita sudah beberapa kali memberikan
himbauan dan teguran namun terkadang masih sering terjadi dan
terlihat sampah yang berada bukan pada tempatnya, saya
berpendapat semua kembali ke diri masing-masing dalam menjaga
lingkungan sekitar kawasan wisata dieng.”
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa wisatawan lokal maupun
wisatawan asing memiliki kesamaan perilaku. Wisatawan lokal masih
sering terlihat membuang sampah tidak pada tempatnya, sementara itu
wisatawan asing juga terlihat beberapa yang masih membuang sampah
tidak pada tempatnya. Menurut beliau harus ada bentuk teguran atau
tindakan untuk menjaga kebersihan lingkungan kawasan wisata Dieng.
Selain itu, kami juga bertanya mengenai tindakan masyarakat dalam
mencegah dampak negatif wisatawan yang datang ke kawasan wisata
Dieng. Menurut Pak Digda Subagya selaku ketua BPD Dieng, beliau
mengatakan:
“Tindakan masyarat kawasan wisata dieng dalam mencegah
dampak negatif dalam masalah membuang sampah atau menjaga
32
lingkungan kawasan wisata dieng yaitu dengan cara memberikan
fasilitas tempat sampah di beberapa sudut kawasan wisata dieng,
selain itu pihak pengelola wisata juga sudah sering mengingatkan
dan menegur kepada wisatawan agar menjaga kebersihan kawasan
wisata dieng.”
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa tindakan masyarakat
kawasan wisata Dieng dalam mencegah dampak negatif dalam membuang
sampah yaitu dengan memberikan fasilitas tempat pembuangan sampah di
beberapa sudut dan memberikan bentuk peringatan atau teguran yang ada
di lingkungan kawasan wisata Dieng. Selain itu, kami juga bertanya
mengenai cara petugas wisata dalam menumbuhkan kesadaran wisatawan
terkait kebersihan lingkungan di kawasan wisata Dieng. Menurut Pak
Digda Subagya selaku ketua BPD Dieng, beliau mengatakan :
“Cara petugas atau pengelola wisata dalam menumbuhkan
kesadaran wisatawan terkait kebersihan lingkungan yaitu dengan
cara memberikan imbauan dan peringatan agar selalu menjaga
kebersihan lingkungan kawasan wisata dieng. Menurut saya
menumbuhkan kesadaran wisatawan terkait kebersihan lingkungan
atau menjaga lingkungan agar tetap bersih harus mulai dari usia
dini atau mulai sejak kecil, jadi agar terbiasa nantinya ketika sudah
besar. Saya mempunyai anak juga sering saya beri teguran dan
peringatan agar sejak dini harus menjaga lingkungan dan
membuang sampah pada tempatnnya, karena dalam musim liburan
saja kawasan wisata dieng bisa menghasilkan sampah 1ton sampai
dengan 2 ton pada setiap liburan wisatawan yang berada di
kawasan wisata dieng.”
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa cara petugas atau pengelola
wisata dalam menumbuhkan kesadaran wisatawan terkait kebersihan
lingkungan yaitu dengan cara memberikan imbauan dan peringatan,
karena menurut beliau menumbuhkan kesadaran wisatawan terkait
kebersihan lingkungan atau menjaga lingkungan harus mulai dari usia dini
atau mulai sejak kecil, dengan demikian akan mulai terbiasa dari kecil
hingga dewasa nantinya.
33
Sedangkan menurut pendapat petugas kebersihan tempat Wisata
Candi Arjuna Dieng terkait perilaku wisatawan terhadap lingkungan di
kawasan wisata yaitu berdasarkan pengamatannya, sikap membuang
sampah sudah menjadi ciri khas dari masyarakat Indonesia yang sumber
daya masyarakatnya terhadap kepedulian sampah masih sangat kurang
terutama tamu wisatawan yang dari wilayah desa. Adanya perbedaan
perilaku wisatawan terhadap lingkungan mulau dari masyarakat desa, kota
hingga wisatawan asing. Wisatawan desa sangat kurang kepeduliannya
terhadap lingkungan, untuk masyarakat kota karna lebih terdidik maka
lebih teratur dan peduli terhadap sampah, sedangkan untuk wisatawan
asing itu sangat peduli terhadap lingkungan dibanding masyarakat lokal.
Menurut Mas Rena, pendapat salah satu tour gide lokal di kawasan
wisata dieng terkait perilaku wisatawan terhadap lingkungan di tempat
wisata yaitu adanya perbedaan perilaku wisatawan lokal dan asing, tentu
wisatawan asing sangat peduli terhadap lingkungan karena peraturan
terkait sampah di negara asalnya berbeda dengan di Indonesia, namun dari
tempat wisata sendiri sudah mengantisipasi terkait perilaku wisatawan
lokal agar tetap menjaga lingkungan dengan menyita makanan sebelum
masuk me tempat wisata, lalu menyediakan tempat sampat di dalam
tempat wisata agar mudah diakses oleh wisatawan.
4.1.3.2. Dampak Wisatawan pada Kondisi Lingkungan Wisata Dieng
Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengolahan lingkungan
hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan
kesatuan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan prilakunya
yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Di dalam lingkungan hidup yang kompleks selalu
berhubungan dengan perilaku masyarakat terhadap lingkungannya.
Prilaku ini ada yang berdampak positif namun juga ada yang negatif.
Berdampak positif apabila prilaku tersebut memberi dampak yang baik
terhadap lingkungan dan apabila memberi dampak buruk bagi lingkungan
maka dapat dikatakan prilaku tersebut negatif.
Lingkungan pariwisata merupakan lingkungan tempat dimana
berbagai aktivitas masyarakat berlangsung secara menyenangkan dan
biasanya tidak terkontrol, sehingga lingkungan pariwisata sangat rentan
34
akan dampak dari aktivitas masyarakat. Banyak masyarakat sekitar dan
pengunjung yang kurang peduli terhadap lingkungan wisata, sementara
lingkungan pariwisata berkontribsi besar terhadap perekonomian
masyarakat sekitar tempat pariwisata.
Kondisi lingkungan wisata di kawasan Dieng khususnya Wisata
Candi Arjuna sendiri sudah memiliki fasiltas tempat sampah yang layak,
hal ini terlihat dari banyaknya tempat sampah yang tersedia. Namun
masyarakat dan wisatawan masih banyak yang tidak menjaga kebersihan
lingkungan dengan membuang sampah sembarangan. Hal ini menunjukan
bahwa kesadaran masyarakat terkait menjaga lingkungan masih sangat
kurang.
Menurut pendapat Supri, Petugas Kebersihan Wisata Candi Arjuna
mengatakan:
“Semakin ramai wisatawan semakin besar juga volume untuk
sampah. Kalo dari kami (dinas kebersihan) sudah menyediakan
tempat sampah, tapi untuk sdmnya kurang kesadaran akan
kepedulian tentang sampah. Kayak misal ada tong sampah di
sampingnya tapi sampah masih berserakan, padahal tong sampah
yang ada sudah banyak”
Menurut pendapat Misrad, Petugas Parkir Wisata Candi Arjuna
mengatakan:
“Dari pengelolaannya sebenernya sudah baik ya mbak,
apalagi disini tempat sampah udah banyak disediain ya. Paling ya
itu si mba, dari kesadarannya aja yang kurang”
Berdasarkan pernyataan tersebut, wisatawan yang berkunjung di
kawasan wisata dieng kulon terdiri dari berbagai jenis, antara lain yaitu
wisatawan asing dan wisatawan lokal. Berdasarkan hasil penelitian kami
di kawasan wisata Dieng, perilaku lingkungan wisatawan sendiri berbeda
satu sama lain. Perilaku lingkungan wisatawan asing cenderung lebih baik
daripada wisatawan lokal. Wisatawan asing lebih peduli terhadap
kebersihan lingkungan, sementara wisatawan lokal (wisatawan yang
berasal dari Dieng dan sekitarnya).
Sedangkan menurut pendapat Digda Subagya, Kepala BPD Dieng
Kulon, Banjarnegara mengatakan:
35
“Menurut saya wisatawan asing luar biasa kesadarannya,
dari beberapa kasus banyak wisatawan asing (bule) yang rela
membayar orang untuk membantu membawa sampah yang ada di
kawasan wisata dieng.”
Menurut pendapat Misrad, Petugas Parkir Wisata Candi Arjuna,
mengatakan:
“Kalo orang asing sebenernya engga mbak. Sampah sedikit
aja dia dikantongin, nanti kalo ada tempat sampah baru dibuang.
Jadi kalo orang asing mah bagus. Biasnya emang wisatawan lokal
yang suka membuang sampah sembarangan.”
Menurut pendapat Supri, Petugas Kebersihan Wisata Candi Arjuna
mengatakan:
“Menurut pengamatan saya, wisatawan asing yang datang ke
tempat wisata ini bisa di acungkan jempol, kalo bisa saya acungkan
4 jempol. Karena wisatawan asing sangat peduli tentang sampah.”
Berdasarkan pernyataan tersebut, banyaknya wisatawan yang
datang ke Dieng terutama pada hari libur juga dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat untuk mencari penghasilan tambahan. Namun
demikian, ternyata masyarakat setempat yang berjualan di kawasan wisata
Dieng tidak memiliki kesadaran yang baik terkait kebershan lingkungan
wisata. Banyak dari masyarakat sekitar tempat wisata yang enggan untuk
menjaga kebersihan lingkungannya bahkan untuk sekedar kerja bakti
dengan sesama petugas di sekitar tempat wisata. Mereka beranggapan
bahwa sudah membayar iuran sampah berarti mereka tidak perlu lagi
menjaga kebersihan lingkungannya karena itu sudah tugas dari petugas
kebersihan.
Sedangkan menurut pendapat Misrad, Petugas Parkir Wisata Candi
Arjuna mengatakan:
“Kalo disini, sampah kurang bersih ya. Karena misalnya
begini, wisatawan buang sampah sembarangan, nah masyarakat
Dieng juga seperti itu. Jadi, banyak yang tidak peduli sama
lingkungan. Kan kasian yang bersih-bersih itu tenaganya minim,
Cuma 2 orang. Kadang petugas parkir bantuin karena kasian.
Bahkan yang punya kios ga peduli sama kebersihannya. Ya kadang
36
kalo disuruh bersihin mau, tapi kadang engga. Kalo di kios ada
beberapa yang disediain karung (bagor) buat tempat sampah.”
Berdasarkan wawancara yang kami lakukan dengan beberapa
narasumber, didapati hasil bahwa kesadaran masyarakat dalam menjaga
kebersihan lingkungan di tempat wisata masih sangat kurang, terutama
wisatawan lokal dan masyarakat sekitar. Hal tersebut tentu saja
menyebabkan dampak bagi kondisi lingkungan wisata.
Menurut pendapat Digda Subagya, Kepala BPD Dieng Kulon,
Banjarnegara mengatakan:
"Karena di beberapa tempat kawasan wisata dieng dan
lingkungan sekitar dieng pasti juga terlihat tumpukan sampah sama
seperti hal nya di kota Jakarta. Semua ini tergantung kepada
kesadaran diri masing-masing dalam menjaga lingkungan
sekitarnya. Dan sangat tidak membenarkan tindakan membuang
sampah sembarangan, karena ini akan merusak lingkungan wisata
yang ada di dieng. Seperti halnya munculnya bau yang tidak sedap
serta akan menyumbat saluran air di kawasan wisata dieng”
Menurut pendapat Misrad, Petugas Parkir Wisata Candi Arjuna
mengatakan:
“Kalo kedatangannya tidak terganngu ya, tapi kalo buang
sampah sembarangan tentu terganggu ya. Apalagi petugas
kebersihannya cuma dua orang, jadi ya keliatan kotor
lingkungannya, terutama sampah-sampah punting rokok yang
banyak.”
Menurut pendapat Digda Subagya, Kepala BPD Dieng Kulon,
Banjarnegara mengatakan:
“Jadi dari pihak pengelola juga menerapkan ketika berada di
kawasan wisata dieng agar di perhatikan membawa makanan atau
minuman apa saja ketika masuk, dan ketika keluar agar membawa
kembali sampah yang mereka bawa dalam jumlah yang sesuai
ketika dibawa. Jika kedapatan kurang membawa sampah dengan
yang dibawa sebelumnya makan akan dikenakan denda. Nah,
dengan cara memberikan fasilitas tempat sampah di beberapa sudut
kawasan wisata dieng, selain itu pihak pengelola wisata juga sudah
37
sering mengingatkan dan menegur kepada wisatawan agar menjaga
kebersihan kawasan wisata dieng.”
Berdasarkan hal tersebut, beberapa narasumber memberikan
harapan dan solusi bagi kondisi yang terjadi di Kawasan wisata Dieng.
Mereka berharap dengan adanya penerapan solusi tersebut kondisi
lingkungan wisata Dieng akan menjadi lebih baik lagi.
38
Gambar 4.1. 2 Pembuangan Sampah Sembarangan oleh Wisatawan di
Kawasan Wisata Candi Arjuna
39
lingkungan wisata. Sampah plastik yang terdapat di kawasan wisata Dieng Candi
Arjuna membuat lingkungan rusak karena dapat menjadikan penumpukan sampah
dari wisatawasan yang berkunjung ke tempat tersebut.
40
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat adalah kawasan
wisata Dataran Tinggi Dieng. Dataran Tinggi Dieng merupakan obyek wisata unggulan
bagi Provinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu sektor yang strategis dan potensial
untuk dikelola, dikembangkan dan dipasarkan terbukti dengan jumlah pengunjung yang
setiap tahunnya selalu meningkat. Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengolahan
lingkungan hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan
kesatuan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Berdasarkan penelitian dengan metode kualitatif yang telah dilakukan, maka didapatkan
hasil bahwa kawasan wisata dieng tidak luput dari masalah lingkungan seperti sampah,
yaitu masih kurangnya kesadaran wisatawan untuk menjaga kebersihan.
Hasil temuan pada penelitian ini yaitu kondisi lingkungan wisata di kawasan Dieng
khususnya Wisata Candi Arjuna sendiri sudah memiliki fasiltas tempat sampah yang
layak, hal ini terlihat dari banyaknya tempat sampah yang tersedia. Namun, masyarakat
dan wisatawan masih banyak yang tidak menjaga kebersihan lingkungan dengan
membuang sampah sembarangan. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat
terkait menjaga lingkungan masih sangat kurang. Wisatawan yang berkunjung di
kawasan wisata dieng kulon terdiri dari dua kategori, antara lain yaitu wisatawan asing
dan wisatawan lokal. Berdasarkan hasil penelitian kami di kawasan wisata Dieng,
perilaku lingkungan wisatawan sendiri berbeda satu sama lain. Dalam hal ini perilaku
lingkungan wisatawan asing cenderung lebih baik daripada wisatawan lokal. Artinya,
wisatawan asing (wisatawan yang berasal dari negara lain) lebih peduli terhadap
kebersihan lingkungan dibandingkan dengan wisatawan lokal (wisatawan yang berasal
dari Dieng dan sekitarnya). Beberapa temuan lain, yakni adanya persepsi positif
masyarakat terhadap perilaku lingkungan wisatawan asing daripada wisatawan lokal.
Sehingga dapat dikatakan level perilaku peduli lingkungan wisatawan lokal kita masih
kalah dibanding wisatawan dari negara lain.
41
5.2. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat kami ajukan kepada pihak-pihak terkait antara
lain:
1) Masyarakat
Dalam aspek lingkungan hidup yang kompleks selalu berhubungan dengan
perilaku masyarakat terhadap lingkungannya. Perilaku ini ada yang berdampak
positif dan negatif. Berdampak positif apabila perilaku tersebut memberi dampak
yang baik terhadap lingkungan dan apabila memberi dampak buruk bagi
lingkungan maka dapat dikatakan perilaku tersebut negatif. Mengenai perilaku
positif seperti halnya yang dicontohkan oleh wisatawan asing yang berkunjung di
kawasan wisata Dieng selalu menjaga etika lingkungan dan kepedulian yang tinggi
terhadap kebersihan tempat wisata. Tindakan yang dilakukan oleh wisatawan asing
yaitu membuang sampah pada tempatnya, bila mereka tidak menemukan tempat
sampah mereka rela untuk mengantongi terlebih dahulu sampah sebelum dibuang
pada tempatnya dan rela membayar orang lain untuk mengutip sampah.
Berbeda halnya yang terjadi pada perilaku wisatawan lokal yang berperilaku
negatif terhadap lingkungan dengan tindakannya yaitu membuang sampah
sembarangan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran pada diri wisatawan lokal
untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Seperti masyarakat tidak
mengandalkan iuran kebersihan saja tetapi juga digiatkannya program kerja bakti
secara berkelanjutan karena pada sejatinya kebersihan kawasan wisata Dieng
adalah tanggung jawab bersama tidak terkecuali masyarakat lokal yang menjadi
wisatawan, pedagang, dan sebagainya. Selain itu, menumbuhkan kesadaran
wisatawan terkait kebersihan lingkungan atau menjaga lingkungan harus dimulai
dari usia dini atau mulai sejak kecil, dengan demikian akan mulai terbiasa dari kecil
hingga dewasa nantinya.
2) Pemerintah
Perkembangan suatu objek wisata juga akan berdampak pada kehidupan
masyarakat dan kelestarian lingkungan. Keberadaan suatu objek wisata harus
direncanakan dengan matang. Masyarakat yang terkena langsung dampak dari
adanya suatu objek wisata harus diberi pembinaan dan diberikan sebuah peranan
dalam pengembangan objek wisata itu. Oleh sebab itu, pemerintah setempat harus
merangkul dan bersinergi dengan masyarakat agar kemajuan objek wisata itu
dapat sesuai dengan perencanaan pengembangan yang telah disusun. Salah satu
42
upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran wisatawan lokal
melalui pengadaan sarana prasarana dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah
tempat sampah dan regulasi maupun sosialisasi yang berdampak dimaksudkan
untuk membatasi dan mengurangi perilaku negatif terhadap lingkungan dengan
pemberian sanksi bagi orang yang membuang sampah sembarangan agar dapat
memberikan efek jera serta edukasi (pemahaman) kepada masyarakat lokal secara
intensif dengan didampingi pihak pengelola wisata, tour guide dan dinas/instansi
pemerintah.
43
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Bhakti Riandra. 2002, (Skripsi) Evaluasi Pengembangan Obyek Wisata Dataran
Tinggi Dieng di Tinjau Dari segi Efisiensi Ekonomis Di Kabupaten Banjarnegara.
Purwokerto. UNSUD.
SAPUTRO, P. B. (2011). Tata Kelola Wisata di Dataran Tinggi Dieng Provinsi Jawa Tengah.
Skripsi Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor .
Suhairi, S., Nasution, A. D., Simamora, H. D. P., Hutapea, M. H., & Hutasuhut, M. A. (2022).
Peranan Lingkungan Budaya dan Sosial Terhadap Pemasaran Global. JIKEM: Jurnal
Ilmu Komputer, Ekonomi dan Manajemen, 2(2), 3926-3934.
Wahab, Salah. 1989. Manajemen Periwisata, Alih Bahasa Frans Gromang. Jakarta ; PT Pradnya
Paramita.
Yoeti, Oka, A. 1990. Pengantar ilmu Pariwisata., Angkasa Komersialisasi Seni Budaya dalam
Pariwisata. Bandung : Angkasa
44
LAMPIRAN
Lampiran 1
Instrumen Wawancara Informasn Kunci
1. Apakah tempat sampah di lingkungan wisata ini sudah dapat dijangkau dengan mudah
oleh wisatawan?
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu dalam memandang kebersihan lingkungan di tempat
wisata ini?
3. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai perilaku wisatawan dalam menjaga
lingkungan?
4. Bagimana sikap masyarakat terhadap perilaku wisatawan membuang sampah ?
5. Menyangkut perilaku wisatawan, menurut bapak/ibu siapa yang lebih sering melakukan
pencemaran lingkungan dari wisatawan asing atau wisatawan lokal? Menurut bapak/ibu
apa, bentuk contoh pencemaran yang dilakukan wisatawan (asing/lokal) seperti apa?
6. Apakah dengan kedatangan wisatawan di kawasan wisata desa desa Dieng berpengaruh
negatif terhadap kondisi lingkungan?
7. Jika berpengaruh negatif, adakah perilaku yang sering membuat masyarakat terganggu?
8. Bagaiama tindakan masyarakat dalam mencegah dampak negatif dari adanya wisatawan
yang datang ke kawasan wisata desa Dieng?
9. Bagaimana cara petugas wisata dalam menumbuhkan kesadaran wisatawan terkait
kebersihan lingkungan?
45
Lampiran 2
Instrumen Wawancara Informasn Kunci
46
Lampiran 3
Dokumentasi Wawancara Informan Kunci
47
Lampiran 4
Dokumentasi Wawancara Informan Inti
48
Sesi Wawancara dengan Narasumber Bapak Supri
selaku Petugas Kebersihan Wisata di Candi Arjuna
49
Sesi Wawancara dengan Narasumber Bapak Misrad
selaku Petugas Parkir Wisata di Candi Arjuna
50