Oleh:
NI KOMANG SUWANDEWI
NIM. 18.322.2986
Puji syukur peneliti ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa karena
berkat Asung Kerta Wara Nugraha peneliti dapat menyelesaikan proposal
penelitian dengan judul ‘Hubungan Self Efficacy dengan Activity Daily Living
Pasien Pasca Stroke di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar Tahun 2019’ dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Proposal penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali.
Proposal penelitian ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha
sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak untuk itu
melalui kesempatan ini dengan segala hormat dan kerendahan hati peneliti
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM selaku ketua STIKes Wira Medika
PPNI Bali Denpasar yang telah memberikan kesempatan mengikuti
pendidikan Program Ilmu Keperawatan di STIKes Wira Medika Bali
Denpasar.
2. Dr. I Wayan Sudana, M.Kes selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar atas ijin dan kesempatan yang diberikan untuk
mengikuti pendidikan dan ijin lokasi penelitian
3. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali yang telah banyak memberikan
semangat dan dorongan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
4. Ns. Ni Luh Putu Thrisna Dewi, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini.
5. I Gusti Ngurah Ketut Sukadarma, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing II yang
telah banyak memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal penelitian ini
yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
Akhirnya peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
untuk dapat menyempurnakan proposal penelitian ini dan dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Ni Komang Suwandewi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian .................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 7
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 8
1.5 Keaslian Penelitian.................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
PENDAHULUAN
saat ini. Stroke adalah suatu keadaan akibat gangguan fungsi sistem saraf pusat
fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kecacatan fisik, mental serta kematian baik pada usia produktif maupun usia lanjut
tanpa adanya penyebab lain yang jelas (Dourman & Karel, 2013). Stroke menjadi
penyakit penyebab kematian nomor dua di dunia, serta penyebab utama kecacatan
bahwa terdapat 6,7 juta orang diantaranya meninggal akibat stroke dan
diperkirakan angka kematian stroke semakin meningkat sebesar 10% dari jumlah
penduduk dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 7,6 juta pada tahun 2020
umur berhubungan dengan proses penuaan dimana semua organ tubuh mengalami
juta orang meninggal dunia dengan persentasi 63% dari seluruh penyebab
kematian karena Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut (Kemenkes RI, 2014).
berdasarkan diagnosis pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 10,5%. Data dari
Dinas Kesehatan Provinsi Bali tentang Penyakit Tidak Menular (PTM), mencatat
jumlah kasus stroke di Provinsi Bali selama tahun 2016, sebanyak 9.349 kasus.
Saraf RSUP Sanglah Denpasar tahun 2018 dengan jumlah kasus sebanyak 2000
pasien dan yang menjalani rawat inap sebanyak 389 orang pasien.
Pasien pasca stroke yang pulang dari rawat inap di rumah sakit sebanyak
80% dengan gejala sisa yang bervariasi beratnya, seperti hemiparesis, afasia,
disartria, disfagia, depresi, dan lainnya sehingga pasien tidak dapat melakukan
pasien pasca stroke seperti keluhan secara fisik dapat berupa kelumpuhan,
keluhan secara mental atau psikososial dapat berupa depresi, stres, perubahan
(Iskandar, 2012).
Dampak yang paling sering dialami pasien pasca stroke sekitar 80% terjadi
berpikir dan mengingat, 70% menderita depresi, 30% mengalami kesulitan bicara,
menelan, membedakan kanan dan kiri. Hal ini akan berdampak terhadap
ekonomi keluarga (Juniastira, 2018). Pasca stroke bisa dikatakan sebagai masa
yang paling sulit bagi penderita stroke, mereka akan mengalami kecacatan dan
ketidakmampuan dalam beraktivitas seperti sedia kala. Dampak terbesar yang
Living (ADL)), sehingga mereka akan memerlukan bantuan dari keluarga ataupun
2013).
rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang berkemih (buang air kecil),
membersihkan diri (gosok gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan
kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, memakai baju (berpakaian), naik turun
tangga dan mandi (Kozier, 2012). Pasien pasca stroke mengalami penurunan
fungsi tubuh sehingga tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti
mandi, makan, berjalan yang memerlukan bantuan orang lain dan juga penurunan
pasca stroke yang memerlukan bantuan orang lain meliputi kebersihan diri,
tempat, dan berpindah dari kursi ke tempat tidur. Penelitian Qomariah (2015)
menunjukkan bahwa activity daily living pada pasien post stroke iskemik berada
(94%) mandiri dalam aktivitas mengontrol BAB, sebanyak (94%) mandiri dalam
fisiologis, fungsi kognitif, fungsi psikososial, tingkat stres, ritme biologis, status
sedangkan faktor internal meliputi usia, tingkat keparahan stroke dan status
mental salah satunya adalah efikasi diri (self efficacy) (Ismatika, 2017). Menurut
dikategorikan sebagai faktor prediktor self care atau tingkat ketergantungan pada
pasien penyakit kronis dalam memenuhi kebutuhan dan aktivitas sehari-hari
berpikir, memotivasi diri sendiri untuk berperilaku dan tetap melakukan sebuah
perilaku walaupun terdapat rintangan (Riegel, 2012). Keyakinan diri yang kuat
karena seseorang dengan keyakinan diri tinggi menimbulkan mkinat dasar dan
efficacy yang tinggi lebih cenderung dapat memilih perilaku sehat yang dapat
harga diri, dan meningkatkan kualitas hidup, kebalikannya seseorang dengan self
efficacy yang rendah cenderung tidak memiliki kepercayaan diri dan cenderung
(Endang, 2012).
Pasien pasca stroke memiliki keyakinan yang besar dan kuat dalam
bahwa ada hubungan antara self efficacy dengan perilaku self care pasien pasca
stroke. Semakin baik self efficacy pasien pasca stroke maka perilaku self care
semakin baik. Hasil penelitian ini juga memaparkan bahwa pasien pasca stroke
dengan self efficacy tinggi dapat mengontrol aspek-aspek penting dari kondisi
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 15 Juli 2019 di
Poliklinik Saraf RSUP Sanglah Denpasar didapatkan jumlah pasien stroke yang
menjalani kontrol selama semester pertama tahun 2019 sebanyak 562 pasien
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang pasien pasca stroke yang sedang
berjalan dan naik turun tangga, sebanyak enam pasien memerlukan bantuan untuk
mandi, ketoilet dan berpakaian dan sebanyak empat pasien memerlukan bantuan
saat makan.
sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan self efficacy dengan
kemampuan activity daily living pasien pasca stroke di Poliklinik Saraf Rumah
masalah yaitu “Apakah ada hubungan self efficacy dengan tingkat kemandirian
activity daily living pasien pasca stroke di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum
daily living pasien pasca stroke di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar.
living pasien pasca stroke di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar.
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang cara perawatan dan
Hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini antara lain:
1. Penelitian Ismatika (2017), tentang hubungan self efficacy dengan perilaku self
care pasien pasca stroke di Rumah Sakit Islam A Yani Surabaya. Desain
responden (72.2%) memiliki self efficacy baik dan sebagian besar atau 27
responden (75%) memiliki perilaku self care baik. Hasil uji statistik
menunjukkan ada hubungan antara self efficacy dengan perilaku self care
pasien pasca stroke. Semakin baik self efficacy pasien pasca stroke maka
perilaku self care semakin baik. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada
kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada pasien pasca stroke di poliklinik
Square dengan α=0,05. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh P value=0,021
keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living pada pasien pasca
stroke. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel yang
dewasa madya usia 40-65 tahun dengan penyakit jantung koroner. Analisis
data dilakukan dengan teknik statistik korelasi Spearman rho dengan bantuan
program SPSS 16.0 for windows. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh
nilai korelasi antara self-efficay dengan perilaku sehat sebesar 0,748 dengan
taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa adanya hubungan yang positif antara self-efficacy dengan perilaku sehat
pada penderita jantung koroner. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Stroke
2.1.1.1 Pengertian
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi
terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap
perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Corwin, 2009). Stroke adalah suatu
jaringan otak (Batticaca, 2009). Stroke terjadi akibat pembuluh darah yang
suatu keadaan gangguan perdarahan pada otak baik itu perdarahan langsung
dalam otak atau sumbatan aliran darah dalam otak yang mengakibatkan seseorang
penyebabnya, yaitu:
1. Stroke hemoragi
tertentu sehingga darah memenuhi jaringan otak. Perdarahan yang terjadi dapat
menimbulkan gejala neurologik dengan cepat karena tekanan pada saraf di dalam
2. Stroke iskemik
otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan hipoksia pada otak dan
(bekuan) yang terbentuk di dalam pembuluh otak atau pembuluh organ selain
otak. Stroke ini ditandai dengan kelemahan atau hemiparesis, nyeri kepala, mual
Menurut Smeltzer dan Bare (2012), stroke biasanya diakibatkan oleh salah
1. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
penyebab paling umum dari stroke. Secara umum, trombosis tidak terjadi
secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paresthesia
pada setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau
hari.
2. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral
3. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama karena
ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien dengan perdarahan dan
Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai darah
Komplikasi atau masalah yang sering terjadi pada pasien pasca stroke yaitu
(Junaidi, 2011):
seperti pinggul, sendi kaki, pantat dan tumit. Luka dekubitus jika dibiarkan
2. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada kaki yang
pada otot atau sendi. Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot.
Selain itu dapat terjadi kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
4. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas
mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan
umur sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31%
menderita depresi pada 3 bulan paska stroke dan keadaan ini lebih sering pada
hemiparesis kiri.
pada bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan nyeri bahu (shoulder hand
Stroke tidak hanya menyerang orang yang sakit saja tetapi juga dapat
menyerang orang secara fisik yang sehat juga. Stroke datangnya secara tiba-tiba
dalam waktu sejenak, beberapa menit, jam atau setengah hari. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya stress yang tinggi (Junaidi, 2011).
Stres dan depresi merupakan gangguan emosi yang paling sering dikaitan dengan
stroke dan mengalami kehilangan kontrol pada diri sendiri, mengalami gangguan
menyebabkan timbul rasa sedih, marah dan tak berdaya terhadap hidupnya.
Menurut ESO excecutive committe and ESO writing committe dan Stroke
National clinical guideline for diagnosis and initial management of acute stroke
1. Motorik
Gangguan motorik adalah yang paling sering terjadi dari semua kelainan
yang disebabkan oleh stroke dan pada umumnya meliputi muka, lengan, dan kaki
maupun dalam bentuk gabungan atau seluruh tubuh. Biasanya manifestasi stroke
seperti hemiplegia, hemiparesis (kelemahan salah satu sisi tubuh), hilang atau
pada sebagian tubuh dimana lengan dan tungkai sisi lumpuh sama beratnya
ataupun dimana lengan sisi lebih lumpuh dari tungkai atau sebaliknya sedangkan
2. Sensori
3. Penglihatan
nama, adanya repetisi dan gangguan membaca dan menulis. Kira-kira 30%
penderita stroke menunjukkan gangguan bicara. Kelainan bicara dan bahasa dapat
sebelum sakit.
5. Kognitif
iskemik.
6. Afek
Gangguan afeksi berupa depresi adalah yang paling sering menyertai stroke.
Depresi cenderung terjadi beberapa bulan setelah serangan dan jarang pada saat
akut.
2012):
1. Kecacatan derajat 0
Kecacatan pada skala ini tidak terdapat gangguan fungsi pada tubuh.
2. Kecacatan derajat 1
Hampir tidak ada gangguan fungsi pada aktifitas sehari-hari atau gangguan
minimal. Pasien pada tahap ini mampu melakukan tugas dan kewajiban sehari-
hari.
Pasien memerlukan bantuan orang lain, tetapi tetap masih mampu berjalan
Pasien tidak dapat berjalan tanpa bantuan orang lain. Perlu bantuan orang
lain untuk menyelesaikan sebagian aktifitas sendiri seperti mandi, pergi ke toilet,
Pasien terpaksa berbaring di tempat tidur dan kegiatan buang air besar dan
2.1.1.7 Keluhan atau dampak yang sering dialami pasien pasca stroke
Pasca stroke adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara instan dan
cepat sehingga perlu ditangani dengan beberapa terapi secara maksimal. Keluhan
Keluhan ini dapat diperbaiki dengan melakukan latihan latihan yang sesuai
dengan keluhan yang ada. Keluhan secara fisik dapat berupa kelumpuhan,
sebagainya.
Seseorang setelah terkena stroke pasti tidak bisa langsung pulih seperti
keadaan semula, diperlukan penguatan mental agar penderita yang merasa tidak
mampu, tersisihkan, dan merasa minder terhadap orang lain. Pasien stroke pada
tidak ada harapan, mudah marah, serta tidak kooperatif. Disamping itu pasien
stroke merasa akan lebih kesulitan dalam pmecahan masalah karena gangguan
proses pikir dan gangguan berkomunikasi yang dialami. Pasien stroke biasanya
karena itu, diperlukan partner yang selalu mengajak bicara dan motivasi untuk
stroke ini. Sangat diperlukan kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi bagi
Bare, 2012):
1. Fase akut
Fase akut stroke berakhir 48 sampai 72 jam. Pasien yng koma pada saat
mempunyai prognosis yang lebih dapat diharapkan. Prioritas dalam fase akut ini
Fase rehabilitasi stroke adalah fase pemulihan pada kondisi setelah stroke.
dari semua aspek, baik itu keluarga, masyarakat, pemerintah dan pihak swasta.
keterbatasan dalam semua bidang kehidupan, kadang ada pasien yang mengalami
aktivitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi
ADL adalah aktivitas yang biasanya dilakukan dalam sepanjang hari normal;
kebutuhan untuk bantuan dalam ADL dapat bersifat akut, kronis, temporer,
celana); membersihkan diri (lap muka, menyisir rambut, gosok gigi); mengontrol
buang air besar: mengontrol buang air kecil; mandi; berpakaian; makan: naik dan
merawat dirinya sendiri. Aktivitas sehari-hari terdiri dari enam kegiatan, yaitu:
1) Mandi
seluruh bagian tubuhnya baik mandi dengan pancuran (shower) atau masuk dan
2) Berpakaian
dalam lemari atau laci, mengenakan baju sendiri, dan memasang kancing atau
resleting.
3) Toileting
Toileting meliputi keluar masuk toilet, beranjak dari kloset, merapikan pakaian
4) Berpindah
Berpindah meliputi naik turun sendiri baik dari maupun menuju tempat tidur
defekasi.
6) Makan
rekreasional.
rendah terutama pada pasien dengan usia yang lebih tua (Harris, 2016). Sebagian
besar pasien stroke mengalami hemiparesis. Pasien pasca stroke juga memerlukan
alat bantu agar dapat berjalan. Keterbatasan inilah yang menyebabkan pasien
pasca stroke lebih cenderung bergantung pada keluarga atau orang lain untuk
yang dapat pulih dengan segera setelah serangan stroke adalah adalah kemampuan
untuk buang air besar dan kecil, sedangkan kemampuan yang paling rendah angka
individu yang dikategorikan sebagai faktor prediktor self care dan tingkat
1. Usia
ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pertamita (2017) yaitu terjadi
pasien yang mengalami gangguan kronik sebagai akibat penurunan fungsi sensori.
berarti bahwa semakin meningkat umur seseorang, akan semakin meningkat pula
spiritual, serta akan semakin mampu melaksanakan tugasnya. Umur yang semakin
2014).
2. Jenis Kelamin
sama lain. Perempuan cenderung mampu untuk menjadi pendengar yang baik dan
dapat langsung menangkap fokus permasalahan dalam diskusi dan tidak terfokus
pada diri sendiri. Mereka cenderung lebih banyak menjawab, dan lebih peka
terhadap orang lain. Sementara laki-laki disisi lain lebih pandai memimpin
diskusi. Sikap inipun baik untuk digunakan dalam mengambil keputusan terhadap
3. Tingkat Pendidikan
4. Pengetahuan
terbentuknya tindakan seseorang sebab dari hasil dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk
5. Motivasi
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut
sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Self efficacy sebagai
sebelumnya menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara self care agency
dengan self efficacy dimana peningkatan dari self care agency diberengi dengan
7. Penghasilan
banyak pasien dewasa yang hidup dalam kondisi sosial ekonomi rendah serta
tidak memiliki pendapatan tambahan selain gaji, akan mengalami kesulitan dalam
beberapa aspek self care. Self care yang kurang akan menyebabkan pasien
menjalani hospitalisasi dan ini akan berefek terhadap pembiayaan selama pasien
8. Dukungan Keluarga
program kesehatan.
Salah satu alat ukur tingkat ketergantungan pasien pasca stroke untuk
(BI). Barthel index merupakan alat ukur yang telah digunakan secara luas pada
seperti makan, mandi, berdandan, berganti pakaian, kontrol buang air besar
maupun buang air kecil, berpindah, berjalan, dan menaiki tangga. Setiap item
2.1.3.1 Pengertian
perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu Bandura (1984) dalam Merry
(2016). Menurut Bandura dalam Alwisol (2015), self efficacy adalah evaluasi
tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Self efficacy sebagai keyakinan
Passer dan Smith, (2009) dalam Alwisol, (2015) berpendapat bahwa self
yang diinginkan. Individu yang memiliki self efficacy tinggi akan cenderung
karena itu, self efficacy dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan maupun diturunkan,
mengakibatkan keraguan pada diri sendiri (self doubt). Sumber ini merupakan
sumber self efficacy yang paling kuat pengaruhnya untuk mengubah perilaku.
1) Keberhasilan mengatasi tugas yang sulit bahkan sangat sulit, akan meningkat
4) Kegagalan yang terjadi ketika kondisi emosi sedang tertekan dapat lebih
5) Kegagalan sesudah individu memiliki self efficacy yang kuat, dampaknya tidak
akan seburuk ketika kegagalan tersebut terjadi pada individu yang self efficacy-
kesuksesan yang dialami orang lain sebagai model sosial yang mewakili dirinya.
juga memiliki kemampuan yang sama seperti model yang diamati saat dihadapkan
pada persoalan yang setara. Intensitas self efficacy dalam diri individu ditentukan
oleh tingkat kesamaan dan kesesuaian kompetensi yang ada dalam model terhadap
diri sendiri. Semakin setara kompetensi yang dimaksud maka individu akan
kesuksesan yang dialami model sosial kemudian diterima individu sebagai dasar
Akan lebih mudah untuk yakin dengan kemampuan diri sendiri, ketika
seseorang didukung, dihibur oleh orang - orang terdekat yang ada disekitarnya.
Akibatnya tidak ada atau kurangnya dukungan dari lingkungan sosial juga dapat
melemahkan self efficacy. Bentuk persuasi sosial bisa bersifat verbal maupun non
verbal yaitu berupa pujian, dorongan dan sejenisnya. Efek dari sumber ini sifatnya
terbatas, namun pada kondisi yang tepat persuasi dari orang sekitar akan
memperkuat self efficacy. Kondisi ini adalah rasa percaya kepada pemberi
mempengaruhi self efficacy pada situasi saat itu. Emosi takut, cemas dan stress
yang kuat dapat mempengaruhi self efficacy, namun bisa juga terjadi peningkatan
emosi (yang tidak berlebihan). Begitu juga dengan kondisi fisiologis, ketika
terlibat dalam aktivitas yang membutuhkan stamina yang kuat, namun tubuh
merasa mudah lelah, nyeri atau pegal dapat melemahkan self efficacy karena
merasa fisik tidak mendukung lagi. Sehingga peningkatan self efficacy dapat
efficacy seseorang dalam setiap tugas sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh
1. Jenis kelamin
Hal ini berasal dari pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua
menganggap bahwa wanita lebih sulit untuk mengikuti pelajaran dibanding laki-
laki, walaupun prestasi akademi mereka tidak selalu berbeda. Pada beberapa
bidang pekerjaan tertentu para pria memiliki self efficacy yang lebih tinggi
dibanding dengan wanita, begitu juga sebaliknya wanita unggul dalam beberapa
2. Umur
Self efficacy terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung
selama kehidupan. Individu yang lebih tua memiliki rentang waktu dan
pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal jika dibandingkan
dengan individu yang lebih muda yang mungkin masih memiliki sedikit
pengalaman dalam hidupnya. Individu yang lebih tua akan lebih mampu
muda, hal ini berkaitan dengan pengalaman yang individu miliki sepanjang
3. Tingkat pendidikan
Self efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat diterima individu
pada tingkat pendidikan formal. Individu yang memiliki jenjang pendidikan tinggi
biasanya memiliki self efficacy yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka
lebih banyak belajar dan menerima pendidikan formal dan lebih banyak
4. Pengalaman
Self efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat terjadi pada suatu
efficacy terbentuk sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam
situasi kerja tersebut. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi self
efficacy yang dimilikinya dalam bidang pekerjaan tertentu. Akan tetapi tidak
Salah satu alat ukur yang digunakan untuk menilai self efficacy pada pasien
mengukur efikasi diri dalam penampilan status fungsional dan aspek manajemen
diri yang berhubungan dengan proses penyembuhan pada pasien pasca serangan
dibagi menjadi tiga kali studi. Kuesioner ini telah diujicobakan kepada 112
pertanyaan dengan empat pilihan jawaban rentang skor 0-3. Hasil uji cronbach’s α
0,90 dan nilai uji validitas r = 0,803 dan p < 0,001 (Pertamita, 2017).
.
2.2 Kerangka Konsep
keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak
Faktor yang
mempengaruhi self
Dampak yang dialami pasien
efficacy: pasca stroke meliputi:
1. Jenis kelamin
1. Keluhan secara fisik
2. Umur 2. Keluhan secara mental
3. Tingkat pendidikan
3. Keluhan secara sosial ekonomi
4. Pengalaman
Faktor Yang
Penurunan kemampuan mempengaruhi
Keyakinan diri (self
dalam melakukan activity kemandirian:
efficacy)
daily living 1. Pengetahuan
2. Motivasi
3. Penghasilan
4. Dukungan keluarga
Kemandirian melakukan
activity daily living
Keterangan :
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Hubungan Self Efficacy dengan Tingkat Kemandirian Activity
Daily Living Pasien Pasca Stroke Tahun 2019
2.3 Hipotesis penelitian
yang akan dicari jawabannya dalam penelitian (Nursalam, 2017). Hipotesis dalam
penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada hubungan self efficacy
dengan tingkat kemandirian activity daily living pasien pasca stroke di Poliklinik
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian desain analitik yang bertujuan
untuk melihat ada atau tidaknya hubungan dan sejauh mana hubungan antara dua
(Nursalam, 2017).
Independent variable
Self Efficacy
Interpretasi
Uji Hubungan makna/arti
Dependent variable
Kemandirian ADL
Gambar 3.2
Desain Rancangan Penelitian Analitik Korelasional
3.2 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi
Semua pasien pasca stroke di Poliklinik Saraf Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar sebanyak 92 orang
Sampel
Teknik sampling
Nonprobability Sampling dengan teknik Purposive Sampling
Analisis data
Menggunakan uji statistik Spearman
Rank (r) dengan tingkat kesalahan
(α) sebesar 0,05
Gambar 3.3
Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Self Efficacy dengan Tingkat Kemandirian
Activity Daily Living Pasien Pasca Stroke di Poliklinik Saraf
RSUP Sanglah Denpasar
Tahun 2019
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Populasi
(Nursalam, 2017). Populasi terdiri dari populasi target yaitu populasi yang
memenuhi kreteria sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian yaitu semua
pasien pasca stroke yang dirawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat
penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya yaitu
semua pasien pasca stroke yang rawat jalan di Poliklinik Saraf Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar tahun 2019 dengan rata-rata jumlah kunjungan
per bulan sebanyak 92 orang. Kriteria sampel dapat dijabarkan sebagai berikut:
3.4.1.1 Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
1. Pasien pasca stroke dengan kondisi sadar baik (orientasi waktu, orang dan
tempat)
Menurut Notoatmodjo (2012), jika populasi kecil atau lebih kecil dari 1.000, besar
N
n=
1 N (d ) 2
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
Maka dari total populasi yaitu sebanyak 92 orang, jadi besarnya sampel adalah:
92
n=
1 92(0,05) 2
92
n=
1 0,23
92
n=
1,23
n = 74,8
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
ini adalah Non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Purposive
sampling disebut juga Judgement sampling adalah suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
variasi antara satu orang atau objek dengan orang atau objek yang lain (Sugiyono,
2017). Variabel dalam penelitian ini adalah bersifat bivariat (dua variabel) yaitu:
atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2017). Variabel bebas pada penelitian
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017). Variabel terikat pada penelitian ini yaitu
Tabel 3.1
Definisi Operasional Hubungan Self Efficacy dengan Tingkat Kemandirian
Activity Daily Living Pasien Pasca Stroke di Poliklinik Saraf
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Tahun 2019
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat ukur Skoring
Ukur
Self Efficacy Keyakinan diri dalam The Stroke Ordinal 1. Tinggi
penampilan status Self- Skor 27-39
fungsional dan aspek Efficacy 2. Sedang
manajemen diri yang Questionn
Skor 13-26
berhubungan dengan aire
proses penyembuhan pada 3. Rendah
pasien pasca serangan Skor 0-12
stroke.
Tingkat Kemampuan pasien pasca Barthel Ordinal 1. Mandiri
kemandirian stroke dalam melakukan Index Skor 80-100
activity daily aktivitas sehari-hari yang 2. Memerlukan bantuan
meliputi makan, mandi,
living minimal
berdandan, berganti
pakaian, kontrol buang air Skor 60-79
besar maupun buang air 3. Ketergantungan
kecil, berpindah, berjalan, sebagian
dan menaiki tangga Skor 40-59
4. Sangat tergantung
Skor 20-39
5. Ketergantungan total
Skor 0-19
Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta maupun
adalah data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden yaitu tentang
self efficacy dan kemampuan ADL pasien pasca stroke. Data sekunder yaitu data
yang bersumber dari laporan tertulis, buku atau dokumen yang lainnya yaitu
3. Setelah surat ijin keluar atau setelah lulus uji etik selanjutnya tembusan akan
4. Peneliti membawa surat ijin penelitian kepada Kepala Poliklinik Saraf RSUP
Sanglah Denpasar.
menyeleksi calon responden, karakteristik sampel yang akan dicari dan tentang
informal kepada sampel yang diteliti dengan menjelaskan maksud dan tujuan
subjek menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan
menghormati haknya.
3. Pengumpulan data
utama atau peneliti pembantu akan membagikan kuesioner self efficacy dan
ketika responden sudah selesai mengisi kuesioner, jika ada kekurangan data
atau kesalahan mengisi kuesioner maka responden akan diminta ulang untuk
menjawab kuesioner.
lembar kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
tentang umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis stroke, lama
stroke adalah The Stroke Self Efficacy Questionnaire yang terdiri dari 13 item
manajemen diri (pertanyaan nomor 9, 10,11, 12, dan 13). Setiap item
pertanyaan terdiri dari empat pilihan jawaban dengan rentang 0-3. Total skor
living adalah Barthel Index (BI). Item pertanyaan Barthel Index terdiri dari
buang air kecil, penggunaan toilet, berpindah (dari tempat tidur ke kursi dan
sebaliknya), berjalan di permukaan datar, dan naik turun tangga. Skor untuk
setiap item pertanyan berbeda-beda. Skor 0-5 untuk mandi dan berdandan.
Skor 0-10 untuk makan, berpakaian, mengontrol buang air besar, mengontrol
buang air kecil, penggunaan toilet, dan naik turun tangga. Skor 0-15 untuk
berpindah dan berjalan di permukaan datar. Total skor yang didapatkan 0-100
1) Uji validitas
Uji validitas sebuah uji terhadap alat ukur penelitian untuk mengukur
apakah alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. The Stroke
validitas pada penelitian sebelumnya dengan hasil r = 0,803 dan p < 0,001
(Pertamita, 2017). Barthel Index juga merupakan alat ukur yang sudah dilakukan
2) Uji releabilitas
mana alat ukur mampu menghasilkan nilai yang sama atau konsisten walaupun
dilakukan pengukuran berulang atau beberapa kali pengukuran pada subjek dan
aspek yang sama. Hasil uji reliabilitas The Stroke Self Efficacy Questionnaire
dengan uji cronbach’s α sebesar 0,90 dan dan hasil uji reliabilitas Barthel Index
dengan cronbach’s α sebesar 0,938 > 0,7 yang menandakan bahwa kuesioner The
Stroke Self Efficacy Questionnaire dan Barthel Index sangat reliabel untuk
1. Editing
diisi berupa data umum seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan
memeriksa setiap pertanyaan yang sudah diisi dengan jelas dan benar. Peneliti
responden yang terdiri dari umur yang dibagi menjadi 21-25 tahun kode 1, 26-35
tahun kode 2, 36-45 tahun kode 3, 46-55 tahun kode 4, 56-65 tahun kode 5 dan
umur > 65 tahun kode 6. Jenis kelamin dibagi menjadi laki-laki kode 1 dan
SMP kode 3, SMA kode 4 dan pendidikan tinggi (PT) kode 5. Pekerjaan terdiri
atas tidak bekerja kode 1 dan bekerja kode 2. Jenis stroke dibagi menjadi stroke
hemoragik kode 1 dan stroke non hemoragik kode 2. Lama stroke dibagi menjadi
kurang dari 6 bulan kode 1 dan lebih dari 6 bulan kode 2. Serangan stroke dibagi
menjadi serangan pertama kode 1, serangan kedua kode 2 dan serangan ≥ 3 kode
3. Self efficacy di kelompokkan menjadi tinggi kode 1, sedang kode 2 dan rendah
entry. Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master table atau database komputer dengan bantuan Microsoft Excel,
agar seluruh data yang diperoleh terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan
analisis. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi dan
narasi.
persentasenya. Data yang sudah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel
penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.
atau berpengaruh (Notoatmodjo, 2012). Hal ini berguna untuk membuktikan atau
menguji hipotesis yang telah dibuat. Mengetahui hubungan self efficacy dengan
kemampuan activity daily living pasien pasca stroke di Poliklinik Saraf Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2019 dianalisis dengan uji statistik
Spearmans Ranks. Uji Spearman Ranks ini merupakan metode untuk mengetahui
dengan tingkat signifikan yang peneliti tetapkan adalah α 0,05, yang artinya
hipotesis diterima apabila harga p hitung lebih kecil dari tingkat signifikan yang
berikut:
signifikan.
3. Sifat korelasi
1) Korelasi positif: menunjukkan arah yang sama antar variabel, artinya jika
Menurut Polit (2011), semua riset yang melibatkan manusia sebagai subyek,
harus berdasarkan empat prinsip dasar etika penelitian yaitu menghormati orang
sampel diperoleh, dilakukan penyampaian maksud dan tujuan peneliti kepada para
responden untuk kesediannya secara sukarela menjadi responden tanpa ada unsur
keyakinan dan kemampuan pasien pasca stroke dalam melakukan aktivitas sehari-
hari.
responden baik secara fisik maupun secara psikologis, karena dalam penelitian ini
Dewi, S,R. 2014. Buku Ajar Kperawatan Gerontik. 1st ed. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2016. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
Bali. Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Dourman & Karel. (2013). Waspada Stroke Usia Muda. Jakarta, Cerdas Sehat
Hendiarto, Y., & Hamidah. 2014. Hubungan Self-Efficacy dengan Perilaku Sehat
Pada Penderita Jantung Koroner. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental. 3 (2), 85-89.
Ismatika, U. 2017. Hubungan Self Efficacy dengan Perilaku Self Care Pasien
Pasca Stroke di Rumah Sakit Islam A Yani Surabaya. Skripsi. Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Iskandar A. 2012. Uji Keandalan dan Kesahihan Indeks Activity of Daily Living
Barthel untuk Mengukur Status Fungsional Dasar pada Usia Lanjut di
RSCM. Universitas Indonesia.
Kozier. & Erb’s, Berman, A., and Snyder, S. J. 2012. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses & Praktik. Jakarta, EGC.
Longmore, M. 2013. Buku Saku Oxford Kedokteran Klinis. Ed.8.- Jakarta : EGC.
Marvin K, Zelter L. 2015. Barthel Index (BI). Heart and Stoke Foundation
Canadian Partnership for Stroke
Recoveryhttp://www.strokengine.ca/assess/bi/, accessed 1 Juli 2019).
Permatasari, L. I., Mamat, L., & Supriadi. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga
Dan Self Efficacy dengan Perawatan Diri Lansia Hipertensi. Jurnal
Kesehatan Komunitas Indonesia, 10(2), 993–1003.
Potter dan Perry. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
Dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC
Riskesdas. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Smeltzer dan Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi x Vol 5.
Jakarta: EGC
No Rincian Biaya
1 Persiapan
1. Penelusuran referensi, literatur Rp. 100.000,00
2. Penyusunan proposal Rp. 200.000,00
3. Seminar proposal Rp. 200.000,00
4. Revisi proposal Rp. 100.000,00
2 Pelaksanaan
1. Pengurusan ijin Rp. 150.000,00
2. Penggandaan alat ukur Rp. 100.000,00
3. Honor Enumerator Rp. 100.000,00
4. Pengolahan data Rp. 150.000,00
3 Tahap Akhir
1. Penyusunan Skripsi Rp. 200.000,00
2. Seminar Skripsi Rp. 300.000,00
3. Revisi Skripsi Rp. 200.000,00
4. Penggandaan Skripsi Rp. 500.000,00
Dengan hormat,
self efficacy dengan kemampuan activity daily living pasien pasca stroke di
Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2019’.
Dimana hal ini sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program studi Sarjana
Ni Komang Suwandewi
Lampiran 4
Usia : --------------------------------------------------------
Pendidikan :---------------------------------------------------------
Pekerjaan : --------------------------------------------------------
Keperawatan STIKes Wira Medika Bali dengan judul Hubungan self efficacy
dengan kemampuan activity daily living pasien pasca stroke di Poliklinik Saraf
…………………………………
Lampiran 5
Kode responden
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk :
1. Responden telah membaca dan mengisi lembar persetujuan menjadi responden.
2. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberikan tanda (√) pada kolom
jawaban yang telah disediakan.
3. Peneliti menjamin kerahasiaan jawaban yang diberikan responden.
A. Karakteristik Responden
1. Nama (Inisial) :
2. Umur : Tahun
N JAWABAN SKOR
PERNYATAAN
O TYS KY Y SY
1. Membuat diri Anda merasa nyaman di tempat
tidur setiap malam
JUMLAH SKOR
D. Barthel Index (mengukur tingkat ketergantungan ADL)
Aktivitas Skor
Makan _____
0 = Tidak mampu
5 = Memerlukan bantuan
10 = terkendali teratur
Mandi _____
0 = Tergantung pada orang lain
5 = Mandiri
Berdandan _____
0 = Membutuhkan bantuan orang lain
5 = Mandiri (mampu sisir rambut, sikat gigi dan mencukur)
Berpakaian _____
0 = Tergantung pada pertolongan orang lain
5 = Perlu bantuan pada beberapa aktivitas, tetapi bisa melakukan sendiri beberapa
aktivitas yang lain
10 = Mandiri
Berpindah _____
0 = Tidak dapat melakukan, tidak ada keseimbangan
5 = Memerlukan bantuan satu atau dua orang untuk duduk
10 = Memerlukan sedikit bantuan dan pengawasan
15 = Mandiri
TOTAL SKOR =