Anda di halaman 1dari 13

LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

LANDASAN
Landasan Pendidikan Pancasila :
A. Historis
B. Kultural
C. Yuridis
D. Filosofis
A. LANDASAN HISTORIS
• Terbentuk melalui proses panjang sejak zaman kerajaan
• Suatu prinsip tersimpul dalam pandangan dan filsaat hidup bangsa berupa ciri
khas, sifat,
dan karakter.
• Nasionalisme Indonesia bukan dengan kekuasaan atau hegemoni ideologi tapi
dengan
kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah.
• Kausa Materialis Pancasila :
B. LANDASAN KULTURAL
• Setiap bangsa memiliki ciri khas dan pandangan hidup yang berbeda dengan
bangsa lain.
• Sila-sila Pancasila merupakan karya besar bangsa yang dimiliki melalui proses
refleksi
filosofis pendiri negara, diantaranya :
- Soekarno
- Moh.Yamin
- Moh.Hatta
- Soepomo
- Sila-sila Pancasila merupakan hasil pemikiran tentang bangsa dan negara yang
mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai.
C. LANDASAN YURIDIS
• UU No.2 Tahun 1989 memuat Sistem Pendidikan Nasional di Perguruan Tinggi
• Pasal 39 berisi kurikulum (jenis/jalur/jenjang) dinyatakan wajib memuat
pendidikan :
- Pancasila
- Agama
- Kewarganegaraan
• SK Mendiknas No.232/U/2000
Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belaja
Mahasiswa. Pasal 10 ayat 1 menyatakan setiap pelajaran wajib memuat agama,
Pancasila,
dan Kewarganegaraan.
• SK Dirjen PT : SK No.38/DIKTI/KEP/2002 (pasal 3)
Untuk :
- Mampu berpikir
- Nasional
- Dinamis
Terdiri :
- Historis
- Filosofis
- Ketatanegaraan
- Etika politik
D. LANDASAN FILOSOFIS
• Sebelum merdeka
- Bangsa berketuhanan dan berkemanusiaan
- Karena manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa (kenyataan objektif)
• Syarat mutlak suatu negara
- Negara berpersatuan dan berkerakyatan
- Persatuan berwujud rakyat (unsur pokok)
• Konsekuensi rakyat
- Rakyat
- Dasar ontologis demokrasi karena asal mula kekuasaan negara adalah rakyat
TUJUAN
UU No.2 Tahun 1989 dan SK No.38/DIKTI/KEP/2003
Mengarahkan perhatian pada moral dalam kehidupan sehari-hari dengan :
- Memanfaatkan iman dan taqwa
- Mendukung kerakyatan
Arti tujuan pendidikan
Seperangakat tindakan intelektual penuuh tanggung jawab yang berorientasi pada
kompetensi dan bidang profesi masing-masing.
Cermin sikap
- Intelektual, meliputi :
a. Kemafiran
b. Ketepatan
c. Keberhasilan bertindak
- Tanggung jawab, meliputi :
a. Iptek
b. Etika
c. Agama
d. Budaya
Kesimpulan tujuan
- Kemampuan bertanggung jawab sesuai hati nurani
- Mengenali masalah hidup, kesejahteraan dan solusi
- Mengenali perubahan dan perkembangan :
a. Ilmu pengetahuan
b. Teknologi
c. Seni
- Memaknai sejarah dan nilai budaya untuk persatuan
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Jika seseorang berpandangan bahwa kebenaran pengetahuan itu sumbernya rasio


maka
orang tersebut berfilsafat rasionalisme.
Jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah
kenikmatan, kesenangan dan kepuasan lahiriah maka paham ini disebut
hedonisme.
Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani :
1. Philein yang berarti cinta
2. Sophos yang berarti hikmah/ kebijaksanaan/ wisdom
Secara harfiah, filsafat mengandung makna kebijaksanaan
Bidang ilmu yang mencakup filsafat :
1. Manusia
2. Alam
3. Pengetahuan
4. Etika
5. Logika
Filsafat secara menyeluruh berarti :
A. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari
para filsuf
pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia sebagai hasil dari
aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari
persoalan
yang bersumber pada akal manusia.
B. Filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.
1. Metafisika
Membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, yang meliputi bidang-
bidang
ontologi, kosmologi, dan antropologi.
2. Epistemologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
4. Logika
Berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumusan dan dalil berfikir yang
benar.
5. Etika
Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika
Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan

RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU


SISTEM
Sistem adalah suatu keasatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekarja
sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan utuh
yang memiliki ciri-ciri :
A. Suatu kesatuan bagian-bagian
B. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
C. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
D. Keseluruhan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan
sistem)
E. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri namun secara
keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis
Monopluralis merupakan kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis,
memiliki
hakikat secara filosofis yang bersumber pada hakikat dasara ontologis manusia
sebagai
pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia.
2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramida
Secara ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan

Pancasila yaitu :
• Tuhan
• Manusia
• Satu
• Rakyat
• Adil
Hakikat dan inti Pancasila :
• Ketuhanan
• Kemanusiaan
• Persatuan
• Kerakyatan
• Keadilan
3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
saling
mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang meajemuk tunggal, hierarki piramidal juga
dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, atau
dengan
lain perkataan dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.

KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI KESATUAN


SISTEM FILSAFAT
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar
ontologis,
dasar epistemologis, dan dasar oskologis sendiri yang berbeda degan sistem
filsafat yang
lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme
dan lain
paham filsafat di dunia.
1. Dasar Antropologis Sila-Sila Pancasila
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dnegan sila lima merupakan
cita-cita
harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkannya dalam
kehidupan.
Sejak dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangsa Indonesia agar
terwujud
dalam suatu masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja,
dengan
penuh harapan diupayakan terealisasi dalam setiap tingkah laku dan perbuatan
setiap
manusia Indonesia.

PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL BAGI


BANGSA DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1. Dasar Filofofis
2. Nilai-nilai Pancasila sebagaiNIlai Fundamental Negara
INTI ISI SILA PANCASILA
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Sila Perstuan Indonesia
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oLeh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan
Perwakilan
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
PANCASILA DALAM KONTEKS
KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

A. PENGANTAR
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan
populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini, Pancasila
merupakan
sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara,
termasuk
sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia. Konsekuensinya,
seluruh
peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-
nilai
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu
Undang-Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis ataupun
konvensi.
Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atas Undang-Undang
Dasar
negara. Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan
kewajiban warga
negara, keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar
negara.
Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia
memiliki
kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm
dan
berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.

B. PEMBUKAAN UUD 1945


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal UUD
1945,
disahkan oleh Ppki pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No.7.
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasal-
pasal
UUD 1945. Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang
berlainan,
namun keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan organis.
1. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi
Keududukan Pembukaan Uud 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum
Indonesia
memiliki dua aspek yang sangat fundamental yaitu :
a) Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia
b) Memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari
segala
sumber hukum Indonesia.
2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Aadanya Tertib Hukum Indonesia
Syarat-syarat tertib hukum Indonesia dianataranya adalah :
a) Adanya kesatuan subjek
b) Adanya kesatuan asas kerohanian
c) Adanya kesatuan daerah
d) Adanya kesatuan waktu
3. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental
a) Dari segi terjadinya
Ditemukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir
sebagai
penjelmaan kehendak Pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal tertntu sebagai
dasar-dasar negara yang dibentuknya.
b) Dari segi isinya
Memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut :
1) Dasar tujuan negara
2) Ketentuan diadakannya UUD Negara
3) Bentuk negara
4) Dasar filsafat negara
4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara
Republik
Indonesia
Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 194 sebagai naskah Proklamasi
yang
terinci sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan RI, serta dalam ilmu hukum
memenuhi syarat bagi terjadinya suatu tertib hukum Indonesia dan sebagi Pokok
Kaidah
Negara yang Fundamental.

5. Tujuan Pembukaan UUD 1945


Alinea I : mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan sudah
selayaknya,
karena berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak dari moral bangsa
Indonesia
untuk merdeka.
Alinea II : menetapkan cita-cita Indonesia yang ingin dicapai dengan
kemerdekaan yaitu
terpeliharanya secara ungguh-sungguh kemerdekaan dan kedauatan negara,
kesatuan
bangsa, negara dan daerah atas keadlian hukum dan moral bagi diri sendiri dan
pihak lain
serta kemakmuran bersama yang berkeadlian.
Alinea III : menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan, menjadi permulaan dan
dasar
hidup kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia yang luhur dan
suci
dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Alinea IV : melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar
tertentu
sebagai ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap dan praktis yaitu dalam
realisasi
hidup bersama dalam suatu negara Indonesia.
6. Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis yang Terkandung
dalam
Pembukaan UUD 1945

C. HUBUNGAN PEMBUKAAN DAN BATANG TUBUH UUD 1945


Dalam hubungannya dengan Batang Tubuh UUD 1945, menempatkan pembukaan
UUD
1945 alinea IV pada kedudukan yang amat penting. Bahkan boleh dikatakan
bahwa
sebenarnya hanya alinea IV Pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi inti sari
Pembukaan dalam arti sebenarnya.
D. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PANCASILA
Pembukaan UUD 1945 secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar
filsafat
Negara Indonesia. Maka, hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat
timbal
balik sebagai hubungan secara formal dan hubungan secara material.

E. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PROKLAMASI


Memiliki hubungan yang menunjukkan kesatuanyang utuh dan apa yang
terkandung
dalam pembukaan adalah merupakan amanat daris eluruh Rakyat Indonesia
tatkala
mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama.
Kritik :

-Buku yang cukup tebal tidak untuk bacaan umum

-paragraf yang rapat sehingga mudah bosan untuk membacanya

Saran:

-kurangi penulisan paragraf dan kalimat yang rapat

Anda mungkin juga menyukai