Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ISU KONTEMPORER

MASIH RENDAHNYA KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM


MENGKONSUMSI OBAT ANTIDIABETES DAN MENJAGA POLA MAKAN
POST RAWAT INAP

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TAHUN 2022
BAB I
LATAR BELAKANG

Isu Kontemporer merupakan suatu pokok persoalan yang pada saat ini menjadi
diperbincangkan, dihindari, solusi dan kebutuhan, yang terjadi pada lingkungan sekitar
maupun mencakup dunia global. Pada hal ini terdapat berbagai isu-isu kontemprer di
lingkungan kesehatan, termasuk di Rumah Sakit. Dimana rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat.

Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan


metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah. DM tipe II merupakan penyebab kematian nomor 6 di dunia dan DM dengan
komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Titik berat
pengendalian diabetes mellitus adalah pengendalian faktor risiko melalui aspek preventif
dan promotif secara integrasi dan menyeluruh. Kepatuhan pada pasien diabetes melitus
diet dan konsumsi obat yang benar berpengaruh terhadap proses penyembuhan yang cepat
dan mempengaruhi keberhasilan bagi pasien. Diet dan konsumsi obat diabetes yang benar
berfungsi untuk menjaga kadar gula darah pada batas normal dan menjaga berat badan
normal. Pada salah satu penelitian di Puskesmas Mojo, Keputih Surabaya pasien dengan
gula darah tidak terkontrol menunjukan sebanyak 46% patuh dan 53,8% tidak patuh
minum obat. Sedangkan dengan kadargula yang terkontrol menunjukan sebanyak 92,3%
patuh dan 7,7% tidak patuh. Sehingga persoalan ini menjadi salah satu isu kontemporer di
RSUD Tamiang Layang dimana masih rendahnya kepatuhan pasien DM dalam
mengkosumsi dan menjaga pola makan. Ditandai dengan berulang kali kembalinya pasien
kerumah sakit dengan kadar gula darah yang tinggi dan keluhan lainnya, dikarenakan
pasien tidak melakukan kontrol, tidak meminum obat, dan setalah mengkonsumsi
makanan yang tinggi gula.

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberculosis. Cara penularan pasien dengan TB paru melalui dahak yang dikeluarkan,
dahak yang mengandung berjuta-juta kuman bila dibatukkan maka dapat terhisap oleh
orang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi
kepatuhan pengobatan Tuberkulosis paru, dapat terkait dengan karakteristik diri (usia,
jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan dan tingkat pendidikan) dan persepsi pasien
Tuberkulosis terhadap kepatuhan pengobatan Tuberkulosis. Apabila keinginan pasien
untuk sembuh berkurang, persepsi pasien tentang pengobatan Tuberkulosis akan berespon
negatif sehingga kepatuhan pasien TB menjadi tidak teratur dalam menyelesaikan
pengobatannya. Hal ini juga menjadi salah satu masalah di RSUD Tamiang Layang,
dimana masih terdapatnya pasien yang masuk keugd dengan keluhan serta pemeriksaan
yang mengarah ke TB Paru putus obat. Pada salah satu penelitian tentang kepatuhan
minum obat pasien TB paru kategori I di Puskesmas Palengaan dimana menunjukan 87 %
responden patuh dan 13 % responden tidak patuh dalam penggunaan obat.

Rekam medis adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang pasien yang berisi
identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis lain pada sarana pelayanan kesehatan
untuk rawat jalan, rawat inap. Sehingga rekam medis ini sangat penting untuk pelayanan
kesehatan kepada pasien. Pada saat ini rekam medis di RSUD Tamiang Layang dirasakan
penggunaannya belum efektif karena rekam medis tersebut akan dibuat yang baru saat
pasien baru masuk, sehingga bila pasiennya baru saja dirawat kurang dari beberapa bulan
akan digunakan rekammedis yang baru.

Asuransi merupakan sebuah mekanisme perlindungan terhadap pihak tertanggung


apabila mengalami resiko di masa yang akan datang dimana pihak tertanggung akan
membayar premi guna mendapatkan ganti rugi dari pihak penanggung. Asuransi
kesehatan merupakan asuransi yang memberi proteksi terhadap biaya Kesehatan. Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Sangat penting untuk memiliki
asuransi kesehatan baik itu dari swata maupun BPJS. Tetapi pada kenyataannya masih
banyak pasien yang datang kerumah sakit, masih belum memiliki asuransi Kesehatan.
Sehingga menyebabkan tidak optimalnya pelayanan pada pasien dikarenakan adanya
beberapa kendala. Dari data peserta BPJS kesehatan pada 2020 belum mencangkup
setidaknya lebih dari 90% penduduk Indonesia namun hanya pada 82,51% penduduk.
Jumlah peserta BPJS bahkan sempat mengalami penurunan dimana pada akhir 2020
jumlah peserta 222,46 juta orang telah berkurang sebanyak 1,64 juta orang dari tahun
2019 jumlah peseta BPJS Kesehatan sebanyak 224,1 juta orang.
BAB II

IDENTIFIKASI ISU DAN PENETAPAN ISU

A. Indentifikasi Isu, Sumber Isu, Penyebab Isu

Adapun masalah-masalah yang diangkat sebagai isu yang berhubungan dengan


palayanan di RSUD Tamiang Layang antara lain sebagai berikut :

Tabel 2.1 Permasalahan, Sumber dan Penyebab Isu

No Permasalahan Sumber Isu Penyebab Isu


1 Masih rendahnya Pelayanan  Kurang pemahaman dari pasien
kepatuhan pasien Publik terhadap penyakit yang dihadapi
Diabetes Mellitus  Kurangnya pemahaman pasien
dalam mengkonsumsi terhadap penting nya
obat antidiabetes dan mekonsumsi obat antidiabetes
menjaga pola makan  Kurangnya pemahaman pasien
post rawat inap terhadap pentingnya menjaga
pola makan
 Kurangnya media penjelasan
tenaga kesehatan kepada pasien
2 Masih adanya ketidak Pelayanan  Kurang pemahaman dari pasien
patuhan pasien TB Paru Publik terhadap penyakit yang dihadapi
dalam mengkonsumsi  Kurangnya pemahaman pasien
OAT terhadap pentingnya menjaga
pola makan
 Kurangnya media penjelasan
tenaga kesehatan kepada pasien
3 Masih rendahnya Pelayanan  Kurang pemahaman dari pasien
pasien untuk kontrol Publik terhadap penyakit yang dihadapi
kembali ke poli setelah  Kurangnya media penjelasan
dirawat inap tenaga kesehatan kepada pasien
 Terbatasnya alat transpotasi dan
pengaruh jarak dari rumah ke RS
4 Masih kurangnya Pelayanan  Penggunaan status yang baru
optimalnya penggunaan Publik pada pasien yang sudah pernah
rekam medis pada dirawat
pasien rawat inap  Pemyimpanan rekam medis yang
belum optimal
5 Masih adanya Pelayanan  Kurang pemahaman dari pasien
masyarakat yang tidak Publik pentingnya asuransi kesehatan
memiliki BPJS atau  Kurangnya sosialisasi terutama
asuransi kesehatan didaerah yang terpencil
B. Penetapan Isu dengan Metode APKL dan USG

Kelima isu di atas dianggap penting namun hanya dipilih satu isu yang dianggap
sangat prioritas untuk segera ditangani. Oleh karena itu diperlukan analisis isu untuk
menentukan isu mana yang harus menjadi prioritas. Analisis kriteria isu yang digunakan
dalam tugas ini adalah analisis APKL (Aktual, Problematika, Kekhalayakan dan Layak),
sedangkan penentuan/ penetapan isu terpilih akan dilakukan dengan menggunakan metode
Analisa USG (Urgency, Seriousness, Growth)

Tabel 2.2 Bobot Penetapan Kriteria Kualitas Metode APKL dan USG

Bobot Keterangan
5 Sangat Kuat pengaruhnya
4 Kuat Pengaruhnya
3 Sedang Pengaruhnya
2 Kurang Pengaruhnya
1 Sangat Kurang Pengaruhnya

Alat bantu penetapan kriteria kualitas isu adalah sebuah alat bantu untuk menilai isu
dari empat kriteria yaitu :
1. Aktual, yaitu isu yang benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat.
2. Problematik, yaitu isu yang ada memiliki dimensi masalah yang kompleks.
3. Kekhalayakan, yaitu isu yang menyangkut kepentingan yang melibatkan banyak
orang.
4. Layak, yaitu isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya.

Tabel 2.3 Identifikasi Isu Menggunakan metode APKL

No Indentifikasi Isu Kriteria Total Rank


A P K L
1. Masih rendahnya kepatuhan pasien Diabetes 5 5 4 4 18 I
Mellitus dalam mengkonsumsi obat
antidiabetes dan menjaga pola makan post
rawat inap
2. Masih adanya ketidakpatuhan pasien TB Paru 5 4 4 4 17 II
dalam mengkonsumsi OAT
3. Masih rendahnya pasien untuk kontrol 4 4 4 4 16 IV
kembali ke poli setelah dirawat inap
4. Masih kurangnya optimalnya penggunaan 4 4 4 3 15 V
rekam medis pada pasien rawat inap
5. Masih adanya masyarakat yang tidak memiliki 5 5 4 3 17 III
BPJS atau asuransi kesehatan

Berdasarkan analisis identifikasi isu di atas, diambil tiga nilai tertinggi yaitu:

1. Masih rendahnya kepatuhan pasien Diabetes Mellitus dalam mengkonsumsi obat


antidiabetes dan menjaga pola makan post rawat inap
2. Masih adanya ketidakpatuhan pasien TB Paru dalam mengkonsumsi OAT
3. Masih adanya masyarakat yang tidak memiliki BPJS atau asuransi kesehatan.

Berdasarkan identifikasi isu menggunakan metode analisis APKL, dilakukan analisis


lanjutan untuk menetapkan isu terpilih yaitu dengan metode analisis USG, yang meliputi
kriteria sebagai berikut :

1. Urgency : seberapa mendesak isu itu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti

2. Seriousness : seberapa serius isu itu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang

3. Growth : seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak


ditangani sebagaimana mestinya.

Tabel 2.3 Identifikasi Isu Menggunakan metode USG

No Isu masalah Kriteria Total Rank


U S G
1 Masih rendahnya kepatuhan pasien Diabetes 5 5 4 14 I
Mellitus dalam mengkonsumsi obat
antidiabetes dan menjaga pola makan post
rawat inap
2 Masih adanya ketidakpatuhan pasien TB Paru 4 4 4 12 III
dalam mengkonsumsi OAT
3 Masih adanya masyarakat yang tidak memiliki 5 4 4 13 II
BPJS atau asuransi kesehatan

Berdasarkan hasil penetapan isu dengan menggunakan metode USG, isu yang berada
pada peringkat I adalah “ Masih rendahnya kepatuhan pasien Diabetes Mellitus dalam
mengkonsumsi obat antidiabetes dan menjaga pola makan post rawat inap “.
BAB III

PENETAPAN ISU TERPILIH DAN GAGASAN

A. Penetapan Isu Terpilih

Berdasarkan hasil penetapan isu dengan menggunakan metode APKL dan USG,
isu yang berada pada peringkat I adalah “ Masih rendahnya kepatuhan pasien Diabetes
Mellitus dalam mengkonsumsi obat antidiabetes dan menjaga pola makan post rawat
inap“. Selanjutnya isu akan dianlalisis dengan metode SWOT. SWOT adalah singkatan
dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities  (peluang), dan
Threats (ancaman). Analisis SWOT adalah metode analisis perencanaan strategis yang
digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi lingkungan perusahaan baik lingkungan
eksternal dan internal untuk suatu tujuan bisnis tertentu.

Tabel 3.1 Analisis SWOT

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)


1. Memiliki tenaga kesehatan yang 1. Percakapan satu arah antara
kompeten tenaga kesehatan dengan
2. Terjalinnya hubungan yang baik pasien
antara dokter, perawat, dan ahli gizi 2. Tidak adanya lembar evaluasi
3. Petugas kesehatan memiliki terhadap pemahaman pasien
hubungan yang baik dengan pasien 3. Tidak adanya lembaran
dan keluarga. evaluasi kepuasan pelayanan
di rumah sakit
4. Kurangnya pencatatan tentang
edukasi di lembaran catatan
perkembangan pasien
terintegrasi
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
1. Adanya media penjelasan berupa 1. Kembalinya pasien kerumah
Flyer sakit dengan cepat untuk
2. Keluarga pasien yang dapat lebih dirawat inap
mengerti 2. Meningkatnya keluhan/
3. Penggunaan media elektronik untuk komplikasi penyakit pasien.
mengakses informasi
B. Gagasan Kreatif

Dari hasil analisis SWOT, maka didapatkan gagasan kreatif untuk mengatasi isu
adalah “ Masih rendahnya kepatuhan pasien Diabetes Mellitus dalam mengkonsumsi obat
antidiabetes dan menjaga pola makan post rawat inap“.

1. Edukasi mengenai pentingnya mengkonsumsi obat antidiabetes dan menjaga


pola makan post rawat inap yang diberikan kepada pasien dan keluarga pasien
dapat dibantu dengan media seperti fleyer dan media elektronik. Media
elektronik ini bisa dengan memberikan contoh video youtube atau web yang
terpecaya dan mudah dipahami.
2. Edukasi yang diberikan harus menggunakan 2 arah, dipastikan kembali apakah
pasien dan keluarga memahami penjelasan yang diberikan.
3. Diadakan nya lembaran evaluasi yang diisi oleh pasien atau keluarga mengenai
pemahaman terhadap pentingnya mengkonsumsi obat antidiabetes dan
menjaga pola makan post rawat inap.
4. Diadakan nya lembaran evaluasi yang diisi oleh pasien atau keluarga mengenai
kepuasan pelayanan di rumah sakit.
5. Melakukan pencatatan pemberian edukasi di lembaran catatan perkembangan
pasien terintegrasi.

Anda mungkin juga menyukai