Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI

DISUSUN OLEH :

1. Putri Novita 215120201111057


2. Divara Lu’luil Maknun 215120201111023
3. Shakira Raissada Putri 215120200111029

KELAS B2

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
JUDUL
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Komunikasi adalah ilmu yang sangat luas dan praktikal yang dibutuhkan di
seluruh aspek kehidupan. Saat ini, ilmu komunikasi telah berkembang dalam hal
penyebaran informasi. Dengan berkembangnya proses komunikasi, hal itu memberikan
dampak yang signifikan sehingga kebutuhan manusia untuk tetap berhubungan satu sama
lain tetap terjaga. Oleh karena itu, media massa merupakan sarana yang seringkali
digunakan karena menjangkau pesan dengan skala besar dan luas. Makalah ini
mengangkat kajian ilmu komunikasi terkait dengan mazhab Chicago School, teori para
tokoh komunikasi serta kemunculan Ferment in the Field.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut mazhab Chicago School dalam ilmu komunikasi?
2. Bagaimana kaitan antara mazhab Chicago dengan Paul F. Lazarfeld?
3. Apa saja karya-karya Paul F. Lazarfeld?
4. Bagaimana perdebatan Charles Wright Mills tentang ilmu komunikasi?
5. Apa penyebab kemunculan ferment in the field?
C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan kaitan mazhab Chicago School dengan tokoh Paul F. Lazarfeld
2. Memaparkan karya-karya Paul F. Lazarfeld
3. Menjelaskan tentang pemikiran utama Paul F. Lazarfeld
4. Menjelaskan mengenai perdebatan Charles Wright Mills dalam ilmu komunikasi
5. Mengetahui tentang kemunculan ferment in the field
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Mazhab Kajian Ilmu Komunikasi


Kajian ilmu komunikasi memiliki dua paradigma utama yaitu tinjauan kritis
Eropa (Mazhab Frankfurt) dan perspektif pragmatis Amerika (Mazhab Chicago).
Mazhab Chicago adalah mazhab atau aliran yang berasal dari Amerika Serikat yang
menitikberatkan penelitiannya pada masalah-masalah umum terutama masalah kriminal
yang timbul akibat industrialisasi dan urbanisasi yang bersifat cepat dan massal di
Amerika Serikat.
Paradigma aliran Chicago School banyak menggunakan metode penelitian
kuantitatif, akibat pendanaan yang disediakan oleh sponsor. Metode kuantitatif adalah
metode ilmiah yang mempelajari konsep melalui sudut pandang ukuran angka dan
meninggalkan hal-hal yang tidak dapat diukur. Hal ini menyebabkan gagasan yang
dikeluarkan bersifat induktif, artinya dari konkrit (khusus) ke abstrak (umum). Aliran ini
menganut empirisme, dimana analisis-analisis mereka berdasarkan kejadian-kejadian
yang terjadi di lapangan atau bergantung pada pengalaman.
Mazhab ini banyak melakukan penelitian tentang persuasi, propaganda dan
dampak langsung media massa pada masyarakat luas. Penelitian komunikasi dengan
penekanan pada dampak langsung ini merupakan pengaruh dari model linier dari
Shannon dan Weaver. Mazhab ini menyadari bahwa media komunikasi memiliki
kekuatan dalam mempengaruhi masyarakat. Oleh karena itu, media massa perlu
perbaikan terus-menerus agar pemrograman, pengolahan, penyajian, dan
penyampaiannya lebih efektif dan efisien.
Tokoh - tokoh yang tergabung dalam aliran ini, antara lain Harold D. Lasswell,
Robert K. Merton, Wilbur Schramm, David Berlo, Robert Ezra Park, Bernard Berelson,
Daniel Lener, Ithiel Da Sola Pool, Charles Wright dan lain-lain.
Terdapat beberapa teori yang tergabung dalam mazhab Chicago School, antara
lain teori komunikasi dua tahap dan pengaruh pribadi yang dikemukakan Paul F.
Lazarsfeld, Model Lasswell, Uses and Gratifications dan masih banyak lagi.
B. Tokoh Paul F. Lazarsfeld
Lazarsfeld adalah tokoh yang memperkenalkan studi komunikasi massa (tentang
efek minimalis media massa) dan ia juga tokoh pendiri lembaga riset, misalnya Research
Center of the University of Newark (1936), serta ia juga banyak memimpin
lembaga-lembaga riset seperti Office of Radio Research (Universitas Princeton
University – 1937). Mereka mulai membangun teknik yang dibutuhkan bagi sebuah
metodologi penelitian komunikasi massa dan pertumbuhan data mengenai pengaruh radio
pada pendengar. Dia mendapat bantuan dana dari kalangan pengusaha industri media
yang memesan penelitian untuk mengaji efektivitas isi pesan media. Yang menonjol dari
fenomena Lazarsfeld adalah terjadinya pergeseran orientasi dalam studi kajian tentang
dampak media, terutama radio. Lazarsfeld juga memimpin lembaga Bureau of Applied
Social Research (Universitas Columbia, 1939). Paul F. Lazarsfeld memperoleh gelar
doktor dalam matematika terapan di Universitas Wina yang baik mengenai peran dan
pengaruh media, terutama radio. Dia menyebut dirinya sebagai positivis Eropa yang
dipengaruhi oleh Ernst Mach, Henri Pincare, dan Albert Einstein yang kecenderungan
intelektual mereka dekat dengan Kelompok Wina. Lazarsfeld pada umumnya lebih
tertarik pada metode penelitian, karena menurutnya metodologi sangat penting dalam
penelitian. Ia memperbaiki metodologi survei dengan pendekatan focus group
interviewing, strategi triangulasi, dan lain sebagainya. Tradisi penelitian sosial Lazarsfeld
berusaha mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif, observasi partisipan dan
interview mendalam, analisis isi dan biografi, studi panel dan focused interviews.
Lazarsfeld mengembangkan dua konsep teoritis penting bagi riset komunikasi efek
minimal media massa yaitu kepemimpinan opini (opinion leadership) dan komunikasi
two-step flow –kedua konsep tersebut ia formulasikan dalam Two-Step Flow Theory 11.
Dia menyatakan bahwa media massa memainkan peran yang kecil dalam proses
perubahan sikap dan opini. Fokus penelitian pertama ini adalah pada faktor-faktor yang
merupakan kritik terhadap Hypodermic Needle Theory yang mempercayai pengaruh
media sangat kuat.
Kedekatan Lazarsfeld dengan Universitas Columbia telah memperkenalkannya
pada karya-karya teoritikus Robert K. Merton yang mengupayakan keahlian ilmu sosial
yang ilmiah dan pendekatan baru pada peran komunikasi di masyarakat Amerika.
Lazarsfeld menyatakan bahwa media massa tidak sebagai kekuatan dominan dan utama,
tetapi beroperasi di dalam komunikasi interpersonal dan sejumlah pengaruh sosialisasi.
Pada tahun 1945 (awal era nuklir dan pemungutan suara) Lazarsfeld mengamati bahwa
bentuk organisasi sosial harus sesuai dengan setiap temuan yang dibuat. Menggunakan
pertanyaan tertutup yang dapat dieksplorasi oleh ilmuwan sosial, Lazarsfeld dan
perusahaan yang mendanainya mempersempit perhatian mereka pada pengaruh media. .
Para peneliti ini mengusulkan model komunikasi dua tahap dan pengaruh pribadi, yang
menyatakan bahwa media massa bukanlah kekuatan yang dominan dan dominan, tetapi
beroperasi dalam komunikasi interpersonal dan beberapa pengaruh sosialisasi.
Karya-karya Paul F. Lazarsfeld :
- Radio and the Printed Page: an Introduction to the Study of Radio and Its Role in the
Communication of Ideas (1940)
- Remarks on Administrative and Critical Communication Research dalamStudies in
Philosophy and Social Science 9 (1941)
- Mathematical Thinking in the Social Science (1954)
- Bersama Bernard Berelson dan Hazel Gaudet, The People’s Choice: How the Voter
Makes Up His Mind in a Presidental Campaign (1944/1948/1968)
- Bersama Elihu Katz, The Personal Influence (1955)
- An Episode in the History of Social Research: a Memoir (1962)
C. Charles Wright Mills
Charles Wright Mills (28 Agustus 1916) adalah salah seorang ilmuwan sekaligus
kritikus pada bidang sosiologi paling berpengaruh pada abad ke-20 yang berasal dari
Amerika. Pada tahun 1956, Charles Wright Mills menulis buku mengenai teori miliknya
yaitu The Power Elite. Di mana dalam buku tersebut, C Wright Mills memberikan kritik
pada struktur sosial yang berada di Amerika. Sehubungan dengan kekuasaan negara dan
kekuasaan ekonomi, Gerth dan Mills mengungkapkan bahwa kekuasaan memang bukan
satu-satunya kehormatan sosial akan tetapi hal tersebut dapat didasari dengan kekuasaan
ekonomi dan politik yang telah dijamin oleh hukum atau legal order. Sehingga Mills
menganggap bahwa kelompok elit yang berkuasa di sana cenderung suka menindas
masyarakat. Media massa merupakan salah satu sarana penyebar informasi yang sangat
strategis dan memiliki posisi serta peran yang bagus. Dalam media massa, Charles
Wright Mills memiliki pendapatnya bersama dengan Gerth. C Wright Mills mendukung
media massa dan menegaskan bahwa manusia belum percaya terhadap sebuah informasi
sebelum mengetahui hal tersebut dari radio yang mana media dianggap sebagai sarana
pembenaran suatu informasi baru yang didapat. Oleh karena itu, kelompok elit
menggunakan media massa sebagai alat indoktrinasi dan persuasi tentang isu-isu nasional
kepada masyarakat massa. Dalam hal tersebut Mills menyebut masyarakat sebagai
masyarakat massa (Mass society) yang mana sebagai masyarakat mereka hanya bisa
menerima informasi-informasi yang diberikan oleh kelompok elit yang berkuasa. Adanya
kebebasan dalam komunikasi politik membuat masyarakat memiliki rasa tidak percaya
pada kebijakan yang dibuat oleh negara. Media massa mulai memberitakan tentang
ketimpangan penyelenggaraan pemerintah dan hal tersebut tentunya menjadi
perbincangan utama masyarakat sehingga C Wright Mills menganggap media massa
memiliki peran membentuk persepsi terhadap realitas sosial yang terjadi di luar
lingkungannya. Selain itu, C Wright Mills juga mengungkap bahwa dirinya tidak sepakat
dengan pembagian stratifikasi sosial ke dalam tiga dimensi yaitu ekonomi, prestis, dan
politik yang dipaparkan oleh Weber karena C Wright Mills melihat hubungan dominasi
yang diandaikan sebagai hubungan konflik sangat dipengaruhi oleh ekonomi dan politik.
Dalam fungsi komunikasi massa, C. Wright Mills ikut andil dalam menambahkan
fungsi dari Harold D Laswell yaitu fungsi survailance, fungsi korelasi, dan fungsi
transmisi. Diketahui fungsi keempat yaitu fungsi entertainment ditambahkan oleh Wilbur
Schramm ketika dirinya menerapkan reality principle dan juga pleasure principle dari
Sigmund Freud, sedangkan di sisi lain Dennis Mcquaill menyebutkan bahwa fungsi
keempat yaitu fungsi entertainment ditambahkan oleh C Wright Mills sendiri. Karena
penambahan fungsi oleh Wright diketahui 11 tahun lebih awal dibanding Wilbur
Schramm, maka banyak orang beranggapan bahwa penambahan fungsi tersebut
dilakukan oleh C Wright Mills.
Pemikiran Charles Wright Mills dapat disebut dengan sosiologi kritis karena
mengembangkan adanya analisis secara kritis. Analisis kritis yang diungkapkan C Wright
Mills meski tidak disebutkan sebagai bangunan teori konflik secara langsung tetapi
memiliki ciri-ciri yang menunjukkan hubungan dominatif dalam suatu struktur sosial
antara kelompok elit berkuasa dengan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Charles Wright Mills membuka pembuktian teori konflik beraliran kritis. Selanjutnya
aliran kritis tersebut dibagi menjadi dua kubu pemikiran yaitu mazhab kritis oleh
Frankfurt dan mazhab sosiologi analitis Amerika yang yang didukung oleh Ralp
Dahrendorf dan Lewis Coser, C Wright Mills sendiri tentunya masuk ke dalam mazhab
kritis Frankfurt dari Amerika.
D. Kemunculan Ferment in the Field
“Ferment in the Field” dikembangkan oleh George Gerbner (1983) sebagai editor
Journal of Communication. Pada awal tahun 1980-an, Gerbner mengajak para
cendikiawan untuk melakukan penelitian menggunakan sudut pandang paradigma
penelitian. Meskipun pada akhirnya penelitian-penelitian tersebut tidak membuahkan
hasil kebenaran yang signifikan, tetapi penelitian tersebut menggambarkan lima dekade
perkembangan keilmuan yang disebut dengan “Ferment”. Dalam “Ferment in the Field”
yang asli, terdapat keberagaman pandangan dan pendekatan yang konstruktif walaupun
terkesan kontradiktif. Contohnya yaitu tentang Wilbur Schramm yang membahas
mengenai studi komunikasi kritis sebagai pekerja, sedangkan di sisi lain Dallas Smythe
dan Tran Van Dinh mengkritik penelitian komunikasi administratif karena berfokus pada
fungsinya. Pada fase keempat dari “Ferment in the Field” para praktisi merasa bahwa satu
perangkat program penelitian telah mengkonsolidasi paradigma dominan sehingga
karakteristik penelitian dari “Ferment in the Field” ini mulai belok ke arah teori kritis.
Pada saat memasuki fase kelima dari “Ferment in the Field” akhirnya paradigma positivis
yang berkembang di Amerika mendominasi sehingga penelitian di bidang komunikasi
oleh sejumlah ilmuwan menjadi pengaruh berbagai aspek pengembangan ilmu yang
dikembangkan oleh kekuatan pemerintah dan elit ekonomi. Isu “Ferment of the Field”
merupakan upaya untuk mencapai tujuan dan memastikan bahwa ilmu komunikasi dapat
berkontribusi pada penciptaan masyarakat informasi yang berkelanjutan.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kajian ilmu komunikasi dihadapkan pada dua aliran mazhab terkenal yaitu mazhab Frankfurt
(Eropa) dan mazhab Chicago (Amerika). Mazhab Chicago adalah mazhab atau aliran yang
berasal dari Amerika Serikat yang menitikberatkan penelitiannya pada masalah-masalah umum
terutama masalah kriminal yang timbul akibat industrialisasi dan urbanisasi yang bersifat cepat
dan massal di Amerika Serikat. Sehubungan dengan itu, Paul F. Lazarsfeld adalah tokoh yang
memperkenalkan studi komunikasi massa dan juga merupakan tokoh pendiri lembaga riset.
Dalam komunikasi massa, Charles Wright Mills mengungkapkan banyak pendapat dan beberapa
dari itu tertulis dalam buku teori The Power of Elite.
B. Saran
Sebagai makhluk sosial, tentunya komunikasi merupakan hal yang mutlak ada dalam kehidupan
kita. Tentunya kita tidak akan bisa hidup tanpa berkomunikasi dengan orang lain. Maka dari itu,
penting bagi kita untuk memperhatikan kajian ilmu komunikasi baik terkait tokoh-tokoh yang
mengembangkan ilmu komunikasi, mulai dari sejarah, pemikiran, dan karya-karyanya. Selain itu
dengan adanya makalah ini, maka diharapkan untuk lebih memahami dua aliran mazhab terkenal
yaitu mazhab Frankfurt (Eropa) dan Chicago (Amerika), kami juga berharap dapat memahami
lebih dalam tentang fenomena figur Charles W. Mills dan kemunculan Ferment in the Field.
DAFTAR PUSTAKA

Mawardi, A. I. (2019). CHARLES WRIGHT MILLS DAN TEORI POWER ELITE: MEMBACA
KONTEKS DAN PEMETAAN TEORI SOSIOLOGI POLITIK TENTANG KELAS ELITE
KEKUASAAN. Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol, 4(2).

Suparno, B. A. (2005). Perkembangan llmu Komunikasi Uaiam Perspektif Disiplin llmu Psikologi,
Sosiologi dan Linguistik. Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(3), 252.

Susanto, E. H. (2013). Komunikasi Politik: Pesan, Kepemimpinan dan Khalayak.

Fuchs, C., & Qiu, J. L. (2018). Ferments in the field: Introductory reflections on the past, present and
future of communication studies. Journal of communication, 68(2), 219-232.

Switzer, L. (1985). Ferment in the Field? Review Essay. Critical Arts: A Journal of South-North Cultural
Studies, 3(3), 57-65.

KUSUMANINGSIH, I. JAMES E. GRUNIG DAN KIPRAHNYA DALAM PERKEMBANGAN


PUBLIC RELATIONS (Studi Literatur Pemikiran James E. Grunig terkait Pengembangan Teori
Excellence Public Relations dan Kritik terhadap Penerapannya).

Budi, Rayudaswati. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Makassar: Kretakupa Print Makassar.

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlinah. 2007. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Edisi
Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

McQuail, Denis. 1911. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga

Bambang, A. S. (2014). Periode Perkembangan Media Massa. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, 18(1),
119-132.

Anda mungkin juga menyukai