Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK TEORI KOMUNIKASI

DISUSUN OLEH :

1. Khaira Maulida 215120200111002


2. Putri Novita 215120201111057
3. Najwa Al Rasyidah 215120201111006
4. Carissa Vanya Elsurya 215120201111023

KELAS B2

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
1. Temukan Communication Problem dalam jurnal terkait penggunaan teori komunikasi
tertentu (baik dari aspek bidang kajian dan teori yang digunakan).
Communication problem yang ditemukan dari beberapa teori komunikasi yaitu urgensi
sosial yang membutuhkan pertimbangan dan penilaian kolektif, gangguan dalam aliran informasi
yang dihasilkan dari kebisingan, informasi yang berlebihan, atau ketidaksesuaian antara struktur
dan fungsi. Misal umpan balik positif yang menjelaskan suara berisik, kesalahpahaman atau
kesenjangan antara sudut pandang subjektif, tidak adanya, atau kegagalan untuk
mempertahankan, hubungan manusia yang otentik, situasi yang membutuhkan manipulasi
penyebab perilaku untuk mencapai hasil yang ditentukan, konflik, pengasingan, ketidaksejajaran,
kegagalan koordinasi, ideologi hegemonik, situasi bicara yang terdistorsi secara sistematis
2. Hubungkan Teori Komunikasi dengan tradisi retorik, semiotic, cybernetic, dan sosial
psikologi.
➔ Tradisi Rhetoric :
Kata retorika menjadi sebutan sebagai simbol yang digunakan manusia, karena pada
masa era Yunani kuno belum ditemukannya kata ‘komunikasi’. Retorika awalnya merupakan
ilmu yang berhubungan dengan persuasi, sehingga dalam ilmu tersebut terdapat banyak
pembuatan seni dalam penyusunan argumen serta naskah pidato.
Gagasan utama dalam tradisi retorika berpusat pada 5 karya agung retorika, yaitu
penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian, dan daya ingat. Penemuan mengacu pada
konseptualisasi proses data kita menentukan makna dari simbol melalui interpretasi. Penyusunan
adalah pengaturan simbol-simbol penyusun informasi dalam hubungannya dengan konteks yang
terkait. Gaya berhubungan dengan semua anggapan yang terkait dalam menyajikan semua
simbol tersebut. Penyampaian menjadi perwujudan dari simbol-simbol dalam bentuk fisik,
mencakup dalam bentuk nonverbal maupun verbal. Dan yang terakhir daya ingat, tidak lagi
mengacu pada penghafalan pidato, tetapi dengan cakupan besar dalam mengingat budaya
sebagaimana dengan proses persepsi yang berpengaruh pada bagaimana kita menyimpan,
mengolah informasi, dan menyampaikan.
Retorika didominasi oleh berbagai usaha untuk mendefinisikan serta menyusun peraturan
dari seni retorika itu sendiri pada abad ke-5 sampai ke-1 sebelum masehi, yaitu zaman klasik.
Lalu pada zaman pertengahan, retorika memandang pada kajian yang memfokuskan pada
permasalah penyusunan dan gaya. Setelah itu zaman renaissance, retorika terlahir kembali
sebagai filosofi seni. Sementara pada zaman pencerahan retorika focus pada rasionalisme yang
membatasi gayanya dan memunculkan pergerakan beberapa surat indah yang menarik. Saat
memasuki abad ke-20, era ini berubah menjadi retorika kontemporer. Era ini menandakan sebuah
progresif dalam jumlah, jenis, dan pengaruh simbol-simbol. Lambat laun dunia mengalami
banyak perubahan dalam globalisasinya,penemuan media massa menghasilkan focus baru dalam
dunia visual dan verbal yang menjadikan sebuah penekanan pada nilai bicara di muka umum
yang merupakan focus dari retorika bergeser pada segala jenis penggunaan simbol.
➔ Tradisi Semiotic :
Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam
teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda
merepresentasikan tanda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda itu
sendiri. Penyelidikan tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi,
melainkan memiliki pengaruh yang kuat pada hampir semua perspektif yang sekarang diterapkan
dalam teori komunikasi.

konsep dasar yang menyatukan tradisi ini adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus
yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain-seperti ketika ada asap menandakan
adanya api. Konsep dasar kedua adalah tentang simbol yang biasanya menandakan tanda yang
kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus. Beberapa ahli memberikan
perbedaan yang kuat antara tanda dan simbol-tanda dalam realitasnya memiliki referensi yang
jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak.

Para ahli lainnya melihatnya sebagai tingkat-tingkat istilah yang berbeda dalam kategori yang
sama. Dengan perhatian pada tanda dan simbol, semiotik menyatukan kumpulan teori-teori yang
sangat luas yang berkaitan dengan bahasa, wacana, dan tindakan-tindakan non-verbal.
kebanyakan pemikiran semiotik melibatkan ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa
arti muncul dari hubungan diantara tiga hal benda(atau yang dituju), manusia(penafsir), dan
tanda. Charles Saunders Pierce, ahli semiotik modern pertama, dapat dikatakan pula sebagai
pelopor ide ini. Pierce mendefinisikan semiosis sebagai hubungan diantara tanda, benda dan arti.
Tanda tersebut merepresentasikan benda atau yang ditunjuk di dalam pikiran si penafsir.

Sebagai contoh, kata kucing diasosiasikan dalam pikiran anda tentang binatang tertentu. Kata itu
bukanlah binatang, tetapi sebagai ganti dari pemikiran, asosiasi, atau interpretasi yang
menghubungkan kata dengan benda nyata menurut anda. Seseorang yang mencintai kucing dan
memiliki ya sebagai hewan peliharaan akan mendapatkan pengalaman yang berbeda tentang
tanda kucing dengan orang yang pernah dicakar oleh kucing.

Kajian semiotika pada dasarnya dapat dibagi ke dalam tiga cabang penelitian yakni sintaktik,
semantik dan pragmatik.

1. Sintaktik (syntactics) atau sintaksis merupakan kajian semiotik yang berupaya menghadirkan
formalitas hubungan diantara tanda yang terkait. Sehingga kaidah atau aturan yang menjadi
pengendali atas hubungan atas interpretasi dan tuturan.
2. Semantik (semantics) merupakan kajian semiotik yang mempelajari hubungan tanda dengan
objek yang diacunya. Tanda yang menjadi acuan dalam kajian ini adalah tanda yang sebelum
digunakan dalam tuturan tertentu disebut dengan designata.
3. Pragmatik (pragmatics) merupakan kajian semiotik yang mempelajari aspek-aspek
komunikasi yang memiliki fungsi situasional yang melatari tuturan yang berhubungan dengan
tanda yang diinterpretasikan

➔ Tradisi Cybernetic :
Teori komunikasi modern berasal dari tradisi cybernetic dan karya pemikir abad ke-20
seperti Shannon, Wiener, von Neumann, dan Turing (Heims, 1991; Krippendorff, 1989). Suatu
tradisi yang relatif baru, meskipun sibernetika asli bidang teori komunikasi. Tradisi cybernetic
ini meluas ke teori-teori saat ini di berbagai bidang seperti sistem dan ilmu informasi, ilmu
kognitif dan kecerdasan buatan, teori sosial fungsionalis, analisis jaringan, dan aliran komunikasi
interpersonal Batesonian (Watzlawick, Beavin, & Jackson, 1967). Sibernetika diteorikan sebagai
pemrosesan informasi yang dihasilkan dari kebisingan, informasi yang berlebihan, atau
ketidaksesuaian antara struktur dan fungsi. Meskipun berakar pada pemikiran fungsionalis
teknologi yang tidak diinginkan terlepas dari niat terbaik kita. Sibernetika juga menantang
gagasan sederhana tentang sebab dan akibat linier. Pelajaran praktis yang bagus dari sibernetika
adalah bahwa keseluruhan lebih besar. Teori ini mengabaikan perbedaan komunikasi manusia
dengan yang lain. Pengolahan informasi meliputi penyimpanan informasi, penyampaian dan
umpan balik, struktur jaringan dan terjadinya proses pengorganisasianya sendiri dalam sistem
yang cukup rumit.
Cybernetic adalah tradisi sistem yang kompleks di mana banyak orang berinteraksi dan
saling mempengaruhi, sehingga teori dalam tradisi ini menjelaskan bagaimana proses fisik,
biologis, sosial dan perilaku bekerja (Littlejohn, 2009:59). Dalam komunikasi cybernetic,
variabel atau sistem dipahami sebagai sesuatu yang mempengaruhi, membentuk, dan mengontrol
pola-pola keseluruhan sistem, terutama organisme yang menerima keseimbangan dan perubahan
(Littlejohn, 2009:60).
Terakhir, cybernetic adalah tradisi yang bidang kajiannya menitikberatkan pada aktivitas
aliran putar dua arah, dan menekankan pada kekuasaan yang tak terhingga, sehingga cybernetic
merupakan kebalikan dari pendekatan linier, yang menyatakan bahwa segala sesuatu disebabkan
oleh hal lain, sehingga mengarah pada masing-masing efek bagaimana sistem tetap terkendali,
bagaimana keseimbangannya, dan bagaimana arus putar dua arah mampu menciptakan perubahan
dan keseimbangan tidak ada habisnya (Littlejohn, 2009:62).
➔ Tradisi Sosiopsikologis :
Sosiopsikologis adalah tradisi yang teori-teorinya berfokus pada perilaku sosial individu,
variable psikologis, efek individu, kepribadian dan sifat, persepsi, serta kognisi (Littlejohn,
2011:42). Pandangan ini melihat pikiran individu sebagai tempat memproses dan memahami
informasi serta menghasilkan pesan, tetapi pandangan ini juga mengakui kekuatan yang dapat
dimiliki oleh individu melebihi individu lain serta efek informasi pada pikiran manusia
(Littlejohn, 2009:63). Tradisi ini memfokuskan perubahan sikap dan efek-efek interaksi ketika
berkomunikasi, selain itu juga pandangan detail mengenai bagaimana individu merencanakan
strategi saat menerima dan saat ingin merespon kembali pesan dengan kecepatan yang sangat
cepat. Tradisi ini juga populer dengan bahasannya mengenai variabel kepribadian individu yang
mempengaruhi bagaimana individu bertindak dan berinteraksi.
Ada berbagai macam teori komunikasi dalam berbagai konteks yang berkaitan dengan
tradisi sosiopsikologis. Dalam konteks pesan, terdapat 2 teori yaitu teori penyusun tindakan dan
teori pengertian secara semantik. Teori Penyusun Tindakan, dikembangkan oleh John Greene,
menguji cara kita mengatur pengetahuan dalam pikiran dan menggunakannya untuk membentuk
pesan (Littlejohn, 2011:174) . Dalam teori ini, pengetahuan prosedural adalah inti
pembahasannya, bagaimana kita tahu dan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pesan yang
didapat. Lalu ada teori pengertian secara semantik yang dikembangkan oleh psikolog bernama
Charles Osgood. Teori ini berhubungan dengan cara-cara mempelajari makna dan bagaimana
makna tersebut berhubungan dengan pemikiran dan perilaku (Littlejohn, 2011:189). Teori ini
berusaha membantu kita melihat bagaimana pesan-pesan yang didapatkan kita terima dan kita
pahami. Teori ini berkaitan dengan asosiasi, contoh seperti kata ‘terbang’ maka asosiasi seperti
apa yang terpikirkan? Mungkin asosiasinya adalah travelling dengan pesawat maka itulah
konotasi kita terhadap istilah tadi.

3. Hubungkan sejumlah classical communication theory dengan tradisi tradisi yang ada
dalam Ilmu Komunikasi.
➔ Tradisi Rhetoric :

Asal usul adanya teori retorika klasik ditemukan oleh sejarawan kuno seperti, plato,
Aristoteles, dan juga Socrates pada zaman Yunani kuno. Teori ini berkembang ketika dimulainya
pengidentifikasian bahwa ada semacam pengaruh yang dibuat khusus khalayak umum, oleh
karena itu retorika klasik yang berisikan tentang pidato, ceramah, dsb menuai besar dalam zaman
Yunani kuno tersebut.

Semua jenis penggunaan bahasa dalam teori retorika klasik mengandung sejumlah unsur
persuasi. Teori ini digunakan pula untuk mengetahui bagaimana elemen persuasi bekerja dan
bagaimana elemen tersebut dapat digunakan secara efektif. Disini dapat disimpulkan bahwa teori
retorika klasik berkembang dari pemikiran bagaimana bahasa bekerja untuk khalayak banyak.
Teori retorika klasik juga tidak memiliki universalitas seperti teori lainnya dengan alasan massa
baru saja mengetahui teori ini.

Aristoteles mengidentifikasi bahwa tiga elemen sangat diperlukan untuk menjadikan


komunikasi lebih efektif, yaitu pembicara, pendengar, dan pidato. Aristoteles juga melihat bahwa
perubahan dapat dibawa kepada pendengar oleh pembicara melalui pidato (retorika). Ini adalah
bagaimana teori komunikasi pertama mengambil inisiasi

Retorika juga sering dianggap sebagai seni yang berbentuk tulisan atau kata yang kita
ucapkan bisa dijadikan perubahan untuk orang yang mendengar atau membacanya, dengan
demikian retorika mempelajari keefektifan bahasa. Retorika merupakan aspek penting dalam
pendidikan barat kuno pada zaman itu, terutama untuk persuasi oratoris yang efektif di bidang
hukum dan politik. Maka dari itu, pada zaman Yunani kuno sangat penting untuk memiliki
kemampuan dalam berpidato karena zaman itu mengikuti sistem demokrasi yang mengharuskan
untuk perlu adanya untuk berbicara dan mengesankan masyarakat untuk mendapatkan hak-hak
mereka semua dan mereka yang dapat mengesankan akan mendapat banyak dukungan sehingga
menjadi pemimpin pada masa pemerintahan itu. Lalu akhirnya banyak pemimpin besar dunia
yang mempelajari retorika untuk meyakinkan ideologi yang mereka anut.

Selama abad pertengahan, teori klasik retorika diajarkan sebagai salah satu ilmu dan seni
yang bersifat liberal di universitas. Namun selanjutnya, pada abad ke-16 orang mulai
mengidentifikasi retorika sebagai ilmu yang bergerak di bidang sosial dan manusia dengan
demikian retorika klasik memiliki kisah yang dapat kita nikmati pada masa sekarang. Sejarah
retorika merupakan teori retorika klasik itu sendiri, jika kita ingin memaknai retorika, maka
pelajarilah terlebih dahulu teori retorika klasik.

➔ Tradisi Semiotic :

Theories Of Experience and Interpretation merupakan teori yang berisi penemuan tentang
makna dalam perilaku dan teks. Menekankan “subjektivisme” atau keutamaan pengalaman
individu sebagai awal dari pemahaman individu terhadap pengalaman komunikasi
(pengalaman=meaning centered). Selain itu teori ini memandang pada pentingnya bahasa
sebagai pusat pengalaman, percaya bahwa bahasa menciptakan dunia makna yang di dalamnya
individu-individu tinggal dan segala pengalaman diinterpretasikan.

Makna diperoleh melalui interpretasi atau pemahaman Individu sebagai sumber makna namun
individu itu senantiasa berada dalam konteks historis kultural. Berdasarkan penjabaran diatas,
Theories Of Experience and Interpretation memiliki kaitan yang cukup erat dengan tradisi
semiotik yang menganggap bahwa individu melalui pikirannya secara aktif berusaha melakukan
interpretasi, dengan cara memberi makna terhadap apa yang ia lihat dengan alami. Sehingga
makna-makna yang diberikan bisa jadi berbeda antar individu tergantung dari bagaimana ia
menafsirkannya.

➔ Tradisi Cybernetic :
Tradisi Ini memeriksa keseluruhan cara kerja komunikasi dalam kaitannya dengan sistem.
Sebuah sistem menjadi "sistem bagian, atau" variabel, yang mempengaruhi satu sama lain,
membentuk dan mengontrol karakter sistem secara keseluruhan”. Istilah umpan balik, yang
diusulkan oleh Wiener, diaktifkan tradisi sibernetika untuk ditanamkan dalam keyakinan, dengan
asumsi bahwa komunikasi adalah sebuah mata rantai antara bagian-bagian terpisah dari sistem
apa pun, yaitu komputer, keluarga, institusi, sistem media” (Podgorecki, 2004). Oleh karena itu,
Sibernetika mengacu pada tradisi sistem yang kompleks di mana elemen-elemen yang
berinteraksi mempengaruhi satu sama lain. Dalam tradisi ini komunikasi dipandang sebagai
suatu sistem pemrosesan informasi, umpan balik dan kontrol. Selanjutnya, visi komunikasi
sebagai informasi transfer diperkuat oleh Claude Shannon, ilmuwan Bell Telephone Company,
yang mengembangkan teori transmisi sinyal matematika. Tujuannya adalah mencapai maksimum
kapasitas saluran transfer disertai dengan distorsi sinyal minimum. Shannon juga bukan tertarik
pada makna pesan atau efek yang diberikannya pada penerima. Teorinya hanya ditujukan untuk
memecahkan masalah transmisi suara yang tidak terganggu. Shannon melihat Anda sebagai
sumber informasi; Anda mengucapkan pesan Anda ke telepon corong yang mentransmisikan
sinyal melalui saluran kabel telepon. Oleh karena itu, sinyal penerima menangkap kebisingan
statis di sepanjang jalan. Sinyal yang diubah ini diubah kembali menjadi suara oleh penerima di
lubang suara. Dengan demikian, kehilangan informasi terjadi dalam perjalanan sehingga pesan
yang Anda terima berbeda dari yang dikirim. Namun, banyak orang percaya bahwa informasi
adalah sesuatu yang penting bagi seseorang atau pesan yang bernilai signifikan. Sebaliknya,
Shannon melihat informasi sebagai pengurangan ketidakpastian, Dia lebih jauh melihat
informasi sebagai kemampuan sebuah pesan untuk memerangi kekacauan kebisingan. Tradisi Ini
memeriksa keseluruhan cara kerja komunikasi dalam kaitannya dengan sistem. Istilah umpan
balik, yang diusulkan oleh Wiener, diaktifkan tradisi sibernetika untuk ditanamkan dalam
keyakinan, dengan asumsi bahwa komunikasi adalah sebuah mata rantai antara bagian-bagian
terpisah dari sistem apa pun, yaitu komputer, keluarga, institusi, sistem media” (Podgorecki,
2004). Oleh karena itu, Sibernetika mengacu pada tradisi sistem yang kompleks di mana
elemen-elemen yang berinteraksi mempengaruhi satu sama lain. Dalam tradisi ini komunikasi
dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi, umpan balik dan kontrol. Selanjutnya,
visi komunikasi sebagai informasi transfer diperkuat oleh Claude Shannon, ilmuwan Bell
Telephone Company, yang mengembangkan teori transmisi sinyal matematika. Tujuannya adalah
mencapai maksimum kapasitas saluran transfer disertai dengan distorsi sinyal minimum.
Shannon juga bukan tertarik pada makna pesan atau efek yang diberikannya pada penerima.
Teorinya hanya ditujukan untuk memecahkan masalah transmisi suara yang tidak terganggu.
Karena laboratorium Bell menanggung semua biaya penelitian Shannon, contoh percakapan
telepon dapat disajikan untuk menjelaskan model komunikasi. Shannon melihat Anda sebagai
sumber informasi; Anda mengucapkan pesan Anda ke telepon corong yang mentransmisikan
sinyal melalui saluran kabel telepon. Oleh karena itu, sinyal penerima menangkap kebisingan
statis di sepanjang jalan. Sinyal yang diubah ini diubah kembali menjadi suara oleh penerima di
lubang suara. Dengan demikian, kehilangan informasi terjadi dalam perjalanan sehingga pesan
yang Anda terima berbeda dari yang dikirim. Namun, banyak orang percaya bahwa informasi
adalah sesuatu yang penting bagi seseorang atau pesan yang bernilai signifikan. Sebaliknya,
Shannon melihat informasi sebagai pengurangan ketidakpastian; Dia lebih jauh melihat
informasi sebagai kemampuan sebuah pesan untuk memerangi kekacauan kebisingan

➔ Tradisi Sosiopsikologis :
Sebuah artikel berjudul “Bagaimana Komunikasi Bekerja” terbit tahun 1954 oleh Wilbur
Schramm menjelaskan model komunikasi ala Schramm yang lebih terperinci dari model lainnya
karena Schramm menambahkan elemen baru yaitu elemen pengalaman antara dua pihak yang
mencoba berkomunikasi. Seiring waktu, Schramm mengembangkan 3 model komunikasi dari
yang paling sederhana sampai kompleks. Model pertama Schramm mirip dengan model
Shannon-Weaver yang mulai dari sumber - encode - signal - decoder - destinasi. Model kedua
Schramm menambahkan medan pengalaman mengelilingi rangkaian model sebelumnya, dan
yang ketiga adalah adanya unsur interpreter dan pesan. Teori ini dapat dikaitkan dengan tradisi
sosiopsikologis yang memiliki pandangan bahwa menerima dan merespons aktivitas komunikasi
dapat dipengaruhi oleh faktor internal individu seperti kepribadian, termasuk pengalaman.

➔ Tradisi Kritik :
Berbagai perbedaan pendapat dan paradigma memang telah lama menjadi persoalan
sosial secara universal. Seperti halnya kapitalisme yang mengamuk pada kondisi pasar yang
telah menaklukkan masyarakat. Globalisasi sudah secara rata mencapai pelosok, sehingga mau
tidak mau semua masyarakat harus mengikutinya, jika kitak kita yang akan tereksploitasi dan
sulit menemukan jalan keluar dalam berbagai permasalahan. Meskipun telah terjadi
permasalahan sosial yang berurutan, ini bukanlah pertama kali dunia mengalaminya. Situasi
seperti ini penting untuk memiliki alat konseptual kritis untuk dapat merekonstruksi logika untuk
menghadapi berbagai permasalahan, sehingga melalui argumen, kritik, perdebatan,
membayangkan realitas secara rasional akan membawa kapal pada jalan yang lebih baik.
Pendekatan ini akan mengarah pada akarnya sebagaimana yang diperankan oleh teori kritis.
Nama teori kritis banyak ditelusuri kembali pada artikel klasik di tahun 1937. Tulisan milik
Horkheimer yang berjudul “Traditional and Critical Theory” pada tahun yang sama pendiskusian
tersebut terbit berbarengan dengan Marcuse, “Philosophy and Critical Theory”. Tulisan-tulisan
tersebut muncul pada jurnal yang sekarang legendaris dari Institut Penelitian Sosial, Zeitschrift
für Sozialforschung, yaitu jurnal untuk penelitian sosial atau studi dalam filsafat dan ilmu sosial,
lalu di tutup pada tahun 1941 setelah penerbitan sembilan volume.
Artikel milik Horkheimer memberikan banyak pengembangan program penelitian
sosial lintas disiplin yang mengakui peran konstitutif dari Wissenschaftstheorie, yaitu sebutan
jerman dalam teori ilmu pengetahuan dan filsafat secara umum. Program tersebut disajikan
dalam waktu lama dibawah ‘materialisme’, sehingga diakui secara eksplisit kesetiaan pada
pemikiran Marxis. Lalu pada akhirnya program tersebut berhasil diproklamasikan pada tahun
1931 ketika Horkheimer mengambil posisi sebagai direktur institut dan profesor dalam filsafat
sosial di Universitas Frankfurt (merupakan awal dari sekolah Frankfurt). Namun berlanjut pada
tahun 1933, nazi menutup sekolah itu, orang yahudi dilarang masuk universitas, dan pada
akhirnya institut disingkirkan. Oleh karena itu, teori kritis dikembangkan di amerika serikat,
bukan lagi di frankfurt. Setelah berakhirnya perang dunia kedua, posisi jerman ditegakkan
kembali dan menjadi tulang punggung bagi teori kritis.
Teori kritis dicirikan oleh pengistimewaan ilmu-ilmu sosial dan memberi mereka peran
epistemologis khusus sebagai ilmu. Teori kritis menekankan bahwa ilmu-ilmu sosial harus
berkomitmen pada kebenaran. Maksudnya adalah jauh lebih komprehensif dari yang biasa
terjadi. Tidak boleh pula membatasi dirinya untuk sekedar menggambarkan realitas sosial,
namun harus ikut berkontribusi masyarakat yang semestinya. Teori yang secara sadar mengkritik
ketidakadilan sosial dan keterasingan yang ada. Kata kritik berasal dari yunani krinein yang
berarti cara yang memenuhi syarat untuk membedakan, menilai, memilih, dan memutuskan.
Kritik juga menyiratkan analisis dan penilaian terhadapnya.

➔ Tradisi Fenomenologi :
Sebuah artikel berjudul “Bagaimana Komunikasi Bekerja” terbit tahun 1954 oleh Wilbur
Schramm menjelaskan model komunikasi ala Schramm yang lebih terperinci dari model lainnya
karena Schramm menambahkan elemen baru yaitu elemen pengalaman antara dua pihak yang
mencoba berkomunikasi. Seiring waktu, Schramm mengembangkan 3 model komunikasi dari
yang paling sederhana sampai kompleks. Model pertama Schramm mirip dengan model
Shannon-Weaver yang mulai dari sumber - encode - signal - decoder - destinasi. Model kedua
Schramm menambahkan medan pengalaman mengelilingi rangkaian model sebelumnya, dan
yang ketiga adalah adanya unsur interpreter dan pesan. Teori ini dapat dikaitkan dengan tradisi
fenomenologis karena dalam tradisi ini , teori-teorinya berasumsi bahwa manusia secara aktif
menginterpretasi pengalaman-pengalamannya dalam mencoba memahami sesuatu. Tradisi ini
memperhatikan pada pengalaman sadar seseorang (Littlejohn, 2011:57)
References
Ruler, B. v. (2018). Communication Theory : An Underrated Pillar on Which Strategic
Communication Rests. International Journal of Strategic Communication Volume 12.

Tanu, A. Y. (2017, August). Apakah yang dimaksud dengan Teori Tradisi Retorika? Retrieved
from dictio.id: https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-dengan-teori-tradisi-retorika/9044

Communication Theory. (2014). Classical Rhetorical Theory. Retrieved from


https://www.communicationtheory.org/classical-rhetorical-theory/#commentform

Nur, J. (2017, October 16). Tradisi Retorika dalam Ilmu Komunikasi. Retrieved from
WordPress.com:
https://komunikatablog.wordpress.com/2017/10/16/tradisi-retorika-dalam-ilmu-komunikasi/

Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss (2009). "Rhetorical Theory" Encyclopedia of


Communication Theory. Thousand Oaks, City of California : SAGE Publications.

Jurnal Darussalam; Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam

Vol. XI, No 1:18-35. September 2019. ISSN: 1978-4767 (Cetak), ISSN: 2549-4171(Online)
Terakreditasi Nasional. SK. No.21/E/KPT/2018

Craig, Robert T. (1999). Communication Theory as a field, Communication Theory, Vol. 9,


141-142.

Sorensen, A. (2019). "Interlude : Arguing for Classical Critical Theory : Horkheimer, Marcuse ''
Capital, Alienation, and Critique. Boston: Brill.

Littlejohn, S. W., Foss, K. A., & Oetzel, J. G. (2016). Theories of Communication (11 ed.). Long
Grove: Waveland Press, Inc. Retrieved from
https://pdfcoffee.com/stephen-w-littlejohn-karen-a-foss-john-g-oetzel-theories-of-human-commu
nication-waveland-press-inc-first-published-1983-2016-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai