Anda di halaman 1dari 12

PERUBAHAN DALAM KOMUNIKASI MASSA

(Arus Informasi, Penelitian Efek Media, Dan Keterbatasan


Penelitian Persuasi Eksperimental)

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Pengantar Media Massa & New Media

Semester I Program Pasca Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pengampu : Dr. Sarmiati, M. Si

Oleh :

Ika Primastuti Putri 1920862027


Nofiardi Syarif 1920862019
M. Reza Kurniawan 1920862012
UNIVERSITAS ANDALAS
Tahun Ajaran 2019

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “PERUBAHAN
DALAM KOMUNIKASI MASSA (Arus Informasi, Penelitian Efek Media, Dan
Keterbatasan Penelitian Persuasi Eksperimental)”.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi para
pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.

Padang, 6 November 2019


Penulis,

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para peneliti War of The World yang dipimpin oleh Hadley Cantril merupakan
penelitian sosial yang perlahan mengubah sudut pandang kita mengenai bagaimana
sebuah media mempengaruhi masyarakat. Cara pandang peneliti berubah secara
radikal. Media tidak lagi ditakuti sebagai alat untuk memanipulasi dari tekanan
politik, tetapi lebih dilihat sebagai alat yang relative baik dan berpotensi untuk
kepentingan umum. Perubahan secara radikal ini terjadi dalam waktu yang singkat .
dalam makalah ini kita akan membahas mengenai kemunculan perspektif dominan
dalam penelitian media di Amerika Serikat selama beberapa dekade.
Penelitian tersebut menggunakan survey untuk mengukur pengaruh media dalam
perilaku dan pemikiran masyarakat. Hasil survey memberikan bukti yang kuat bahwa
media jarang memiliki pengaruh yang kuat terhadap individu. Efek yang terjadi hanya
bersifat terbatas dalam lingkup tertentu. Temuan ini kemudian membawa pada
perspektif media yang kemudian disebut sebagai perspektif efek yang terbatas. Dalam
makalah ini juga membahas mengenai bagaimana efek media yang dapat membangun
teori efek terbatas yang kemudia menjadi pemikiran yang dominan dalam memandang
media. para peneliti pada tahun 1930 dan 1940-an mendapatkan bukti yang nyata di
sekitar kita mengenai kekuatan media yang dapat mengubah pengalaman kita
terhadap dunia sosial.
Timothy Glander (2000) berpendapat bahwa kebangkitan penelitian mengenai
komunikasi massa selama perang dingin merupakan hasil dari kerjasama antara para
peneliti media yang yang menjadi rekan kerja pada perang dunia II , yang kemudian
saling mendukung satu sama lain. Mereka secara aktif melobi pemerintah dan
menyokong dana untuk mendukung penelitian komunikasi massa.
Argument Glander tersebut diikuti oleh Eropa yang juga meneliti perkembangan
penelitian komunikasi massa di Amerika Serikat pada masa itu. Pendapat mereka
yaitu focus kepada efek media konsisten dengan bias ideologis yang kerap terjadi di
Amerika Serikat pada waktu itu.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini secara khusus membahas mengenai


perubahan yang terjadi dalam komunikasi massa, yang mana mencakup mengenai
arus dua langkah dalam informasi dan pengaruhnya, penelitian komunikasi massa dan
focus pada efek media, serta keterbatasan penelitian persuasi eksperimental.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan yang
terjadi dalam komunikasi massa, yang mana mencakup mengenai arus dua langkah
dalam informasi dan pengaruhnya, penelitian komunikasi massa dan focus pada efek
media, serta keterbatasan penelitian persuasi eksperimental.
BAB II
PEMBAHASAN

1 ARUS DUA LANGKAH DALAM INFORMASI DAN PENGARUHNYA

Awal mula teori ini dikembangkan oleh Paul Felix Lazarsfeld, yang mengemukakan
bahwa teori harus berdasarkan bukti empiris yang kuat. Lazarsfeld lebih memilih pendekatan
induktif untuk membangun teori yaitu penelitian harus dimulai dengan pengamatan empiris,
mengumpulkan semua fakta dan dipisah pisahkan dan kemudian dipilih bagian yang paling
penting. Pendekatan penelitian harus dilakukan dengan seksama dan konservatif secara
mendasar untuk menghindari kesimpulan diluar observasi empiris dan memaksa agar
pembentukan teori ditertibkan dan dianalisis.
Teori ini diuji pada tahun 1940 ketika terjadinya kampanye pemilihan presiden AS.
Hipotesis awal model komunikasi dua-langkah menurut Lazarsfeld menyatakan bahwa
pengaruh personal yang dilakukan oleh orang lain pada umumnya memainkan peranan yang
lebih penting dalam pengambilan keputusan sehari-hari daripada informasi yang diperoleh
dari media massa. Model komunikasi dua-langkah menyajikan sebuah perspektif mengenai
efek terbatas media massa.  Dalam model komunikasi dua-tahap, informasi bergerak dari
media massa kepada khalayak secara dua tahap yaitu dari media massa kepada pemuka
pendapat dan pemuka pendapat kepada khalayak massa.
 Tahap pertama
Pada tahap pertama, individu yang dikenal sebagai pemuka pendapat diterpa oleh pesan
media massa yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan khalayak.

 Tahap kedua
Informasi yang diterima dari media ditafsirkan oleh pemuka pendapat. Melalui komunikasi
interpersonal, pemuka pendapat kemudian mengirimkan hasil penafsiran pesan kepada setiap
individu yang berada dalam suatu masyarakat. Pada tahapan ini, khalayak lebih banyak
dipengaruhi oleh informasi yang diberikan oleh pemuka pendapat dalam konteks tatap muka
dan bersifat informal. Elihu Katz (1973) menegaskan bahwa khalayak menaruh kepercayaan
yang begitu besar terhadap pemuka pendapat. Pesan yang dikirimkan oleh pemuka pendapat
melalui komunikasi interpersonal kepada khalayak di tahap kedua ini dapat mengubah
pemikiran dan keputusan khalayak.
Asumsi-asumsi yang melatarbelakangi model komunikasi dua tahap ini adalah :
1. Warga masyarakat pada dasarnya tidak hidup secara terisolasi, melainkan aktif
berinteraksi satu sama lainnya, dan menjadi anggota dari satu atau beberapa kelompok
sosial.

2. Tanggapan dan reaksi terhadap pesan-pesan media massa tidak terjadi secara
Iangsung dan segera, tetapi melalui perantara yakni hubungan-hubungan sosial.

3. Para pemuka pendapat umumnya merupakan sekelompok orang yang aktif


menggunakan media massa serta berperan sebagai sumber dan rujukan informasi yang
berpengaruh.

Kelebihan teori arus dua langkah :


1. Memusatkan perhatian pada lingkungan dimana suatu dampak dapat terjadi atau tidak
dapat terjadi
2. Menekankan pentingnya opinion leader dalam membentuk opini publik
3. Penarikan kesimpulan berdasarkan pendekatan induktif dari pada deduktif
4. Secara efektif menetang teori dampak langsung yang menyederhanakan
Kelemahan teori arus dua langkah:
1. Terbatas pada masanya (1940) dan lingkungan media (tanpa TV)
2. Menggunakan voting sebagai satu satunya cara menguji dampak media
3. Meremehkan imbalan sebagai sebuah dampak media yang penting
4. Menggunakan metode survey yang meremehkan dampak media
5. Penelitian selanjutnya memperlihatkan bahwa ada pengaruh yang berasal dari aliran
beragam tahap

2 PENELITIAN KOMUNIKASI MASSA DAN FOKUS PADA EFEK


MEDIA

Sejak tahun 1990an, penelitian mengenai persuasi menjadi strategi yang dominan dalam
melakukan penelitian terhadap media. hal ini menggambarkan perubahan yang penting dari
propaganda dalam masyarakat menuju focus akan apa yang terjadi ketika orang-orang
terkena konten media. studi mengenai persuasi pertama kali dilakukan oleh tim peneliti
Lazarsfeld, yaitu mengenai penelitian empiris media yang berfokus pada studi efek media.
Melvin Defleur (1970), menggambarkan “seluruh pertanyaan yang mendominasi penelitian
dan perkembangan teori kontemporer dalam studi media massa dapat disederhanakan
menjadi “apa yang menjadi dampaknya?” lebih jelasnya lagi yaitu bagaimana media media
mempengaruhi kita sebagai individu dengan melakukan persuasi”. Studi mengenai efek
media dianggap penting, namun dalam proses efek media, peneliti mengkaitkan dengan
peranan media di masyarakat.
Walaupun penemuan mengenai penelitian efek media sangat beragam dan bahkan
saling berlawanan, namun hal itu memunculkan dua kesimpulan empiris yang saling
berhubungan. Yang pertama yaitu, pengaruh media massa jarang sekali terjadi secara
langsung karena biasanya dijembatani oleh karakter individu. Yang kedua yaitu, pengaruh
media massa jarang sekali terjadi secara langsung karena biasanya dijembatani oleh
keanggotaan kelompok atau hubungan. Kesimpulan ini muncul dari para peneliti yang
menggunakan sistem survey maupun eksperimen. Kedua kesimpulan ini konsisten kepada
perspektif efek terbatas sehingga mendukung penelitian tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu, dua kesimpulan tersebut memunculkan teori
berjangkauan menengah dari efek media, yaitu sebagai berikut :
1. Teori perbedaan individual berpendapat bahwa, karena karakter psikologis pada setiap
orang sangat beragam dank arena meraka memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap
sesuatu, pengaruh media berbeda-beda antara satu orang dengan dengan orang lain. Lebih
spesifiknya, “pesan media mengandung ciri stimulus tertentu yang memiliki interaksi yang
berbeda dengan karakterisktik pribadi masing-masing khalayak” (Defleur, 1970).
2. Teori kategori sosial, mengasumsikan ada kelompok, perkumpulan yang luas, atau
kategori sosial dalam masyarakat industry perkotaan dan perilakuknya, seperangkat stimulus,
kurang lebih sama (misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, afiliasi keagamaan),
akan memiliki pola yang sama dari pemaparan media dan reaksi yang sama terhadap
pemaparan tersebut.
3. KETERBATASAN PENELITIAN PERSUASI EKSPERIMENTAL

Seperti pendekatan penelitian yang dikemukakan oleh Lazarsfeld, pendekatan Yale


memiliki beberapa keterbatasan penting.
1. Eksperimen-eksperimen ini dilakukan di laboratorium atau setting buatan lain
untuk mengawal variabel yang tidak relevan dan memanipulasi variabel bebas.

Hal ini menyulitkan untuk mengaitkan hasil dengan situasi kehidupan yang
nyata. Para peneliti membuat banyak kesalahan dengan mencoba menarik kesimpulan
dari hasil laboratorium. Sebagian besar eksperimen ini juga berlangsung dalam waktu
singkat. Efek-efek yang tidak langsung terlihat tidak dapat diidentifikasi. Howland
menemukan efek jangka panjang hanya karena para militer terlatih yang ia pelajari dapat
diakses dalam jangka waktu yang lama. Kebanyakan peneliti tidak memilliki kemewahan
ini. Beberapa peneliti terpaksa melakukan studi “tahanan” dalam populasi yang tidak
biasa seperti siswa atau narapidana.

2. Eksperimen-eksperimen ini mengalami masalah yang berlawanan dari hasil survei,


ketika para peneliti memeriksa efek langsung dari pesan media yang spesifik.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, sangat sulit dan bahkan mustahil untuk
meneliti efek pesan tertentu dengan menggunakan survei. Jika dibandingkan, eksperimen
efek langsung dari konten media tertentu dalam sebuah kelompok yang kecil atau
homogen. Sementara itu, eksperimen tidak cocok untuk mempelajari pengaruh yang
meningkat dari keseluruhan pola penggunaan media didalam populasi yang besar atau
heterogen.

Keterbatasan penelitian eksperimen ini membuat bias yang serius dalam temuan
yang telah dikumpulkan. Oleh karena studi pengaruh dan perbandingan medium
individual ini, sulit peneliti sering gagal dalam mencirikan hasil berdasarkan pesan yang
dikirimkan melalui media massa (seperti film) dengan yang dihasilkan dalam penelitian,
pada pesan yang disampaikan oleh pembicara (misalnya: orang dewasa berbicara
mengenai nilai kerajinan kayu kepada sekelompok anak pramuka) atau dengan opini yang
disampaikan secara tertulis. Sebagai hasilnya, penelitian persuasi mengarahkan perhatian
dari kekuatan media itu sendiri dan memfokuskan perhatian pada isi pesan. Contohnya:
Pada tahun 1972, psikolog sosial Alan Elma berpendapat medium dapat menjadi pesan
penting dalam produksi artistik atau hiburan tertentu, jarang sekali dalam rancangan
komunikasi (dengan berbagai kompetensi) untuk berupaya lebih persuasif.
3. Seperti pada pendekatan Lazarsfeld, penelitian Hovland juga secara hati – hati
mengukur pengaruh media, tetapi untuk alasan yang sama sekali berbeda.

Lazarsfeld tetap bersikeras membandingkan kekuatan media dengan variabel


sosial demografis yang lain. Variabel ini biasanya lebih kuat. Dalam sebuah eksperimen,
variabel lain tidak dikontrol secara statistik sebagaimana dilakukan dalam menganalisis
data survei, kontrol dilakukan dengan mengeluarkan variabel dari laboratorium dan
mengambil partisipan secara acak untuk mengontrol kelompok. Dalam mengontrol
variabel yang tidak relevan, para peneliti sering kali menghilangkan faktor saat ini kita
ketahui sangat krusial dalam menguatkan dan menambahkan pengaruh media. Seorang
peneliti yang menghilangkan variabel dari laboratorium akan sescara sistematis
meremehkan kekuatan media ketika sebenarnya ada kemungkinan sebaliknya.

4. Seperti survei, eksperimen merupakan teknik yang sangat kasar untuk menguji
pengaruh media secara berkelanjutan.

Dapat dibayangkan bahwa seorang peneliti dapat mengatur sebuah kelompok


eksperimental dan membawanya kembali ke laboratorium setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan. Eksperimen berkelanjutan ini dapat memengaruhi hasil atau
menjadikannya bias.

5. Dalam survei, banyak variabel eksperimen yang tidak dieksplorasi.


Sebagai contoh, kondisi kehidupan yang nyata jauh lebih rumit untuk dapat ditiru
dalam sebuah laboratorium. Dalam kasus lain, akan sangat tidak etis dan bahkan illegal
untuk memanipulasi beberapa variabel bebas. Serangan 11 September memicu perubahan
besar dalam sistem media di Amerika Serikat dan dalam pesan – pesan yang tidak dapat
dibentuk dalam sebuah penelitian eksperimen. Pemberitaan terhadap serangan teroris
mengubah cara pikir masyarakat Amerika kedalam bentuk yang tidak dapat diperkirakan
sebuah kejadian tersebut Hal ini memperlihatkan kekuataan media yang brutal ketika
visual yang kuat digabungkan dengan narasi konsisten yang didominasi oleh ide dan
suara dari kaum elite pemerintah

BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Baran, Stanley S. 2010. “Teori Dasar Komunikasi Pergolakan, Dan Masa Depan Massa Edisi
5”. Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai