Anda di halaman 1dari 12

Critical Book Review

FILSAFAT ILMU

Disusun Oleh :
NAMA : Gusrianta
NIM : 8196175006
MATA KULIAH : Filsafat Fisika

Dosen Pengampu :
Dr. Nurdin Siregar, M.Si
Drs. Togi Tampubolon, M. Si, Ph. D.

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
BAGIAN I
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS BUKU
1. Buku Utama
Judul Buku : Filsafat Ilmu
Pengarang : Sondang R. Manurung & Betty Turnip
Penerbit : Unimed Press
Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2019
Edisi : Pertama
Jumlah Halaman : 140 halaman
2. BUKU PEMBANDING
Judul Buku : Filsafat Ilmu
Penulis : Drs. Rizal Mustansyir M.Hum & Drs. Misnal Munir M.Hum
Penerbit : Pustaka Pelajar
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2011
Edisi : 1 Cetakan-12
Jumlah halaman : 180 halaman

Buku yang ditulis oleh Sondang R. Manurung dan Betty Turnip yang berjudul Filsafat
Ilmu ini terdiri atas 5 BAB. Masing-masing bab membahas hal yang berbeda-beda tetapi
masih dengan topik bahasan yang saling berhubungan antara bab awal dan bab selanjutnya.
Buku ini ditulis karena tolak ukur dari segala pengetahuan yang ada di dunia ini bemula dari
adanya filsafat. Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
filsafat sangat penting diketahui oleh semua orang karna dengan mempelajari filsafat lah
seseorang bisa lebih kritis mencari kebenaran dari suatu imu. Penulis buku ini bertujuan
untuk membantu memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa sebagai
pedoman dalam belajar.
Buku ini sangat baik sekali sebagai buku pedoman mahasiswa karena di setiap babnya
dijelaskan tentang hakikat filsafat ilmu sampai kebenaran ilmu sebenarnya termasuk filsafat
dalam ilmu fisika.
BAGIAN II
PEMBAHASAN

2.1. Ringkasan Buku


BAB I Pengertian Filsafat Ilmu
Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani
“philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos
(philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani
Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan
tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan
untuk mencari pengetahuan baru. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu
penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan
kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999). Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan
sebuah masalah falsafi pula. Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut
kalangan filosof ada 5, yaitu: 1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan
sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas, 2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas
akhir dan dasar secara nyata, 3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan
pengetahuan sumber daya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya, 4. Penyelidikan kritis
atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai
bidang pengetahuan, 5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang
Anda katakan dan untuk menyatakan apa yang Anda lihat.
Pada dasarnya setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek
formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh
manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir yang
sistematis dan adil juga memiliki objek material dan objek formal Pada bagian lain dikatakan
bahwa filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita
ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Pokok permasalahan yang dikaji
filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika),
mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk
indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian
bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, tentang
hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam
metafisika; dan, kedua, politik: yakni kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang
ideal.
Upaya memahami apa yang dimaksud dengan filsafat dapat dilakukan melalui
berbagai pendekatan, secara umum, pendekatan yang diambil dapat dikategorikan
berdasarkan sudut pandang terhadap filsafat, yakni filsafat sebagai produk dan filsafat
sebagai proses. Dari sejarah panjang filsafat, khususnya filsafat ilmu, penulis membagi
tahapan perkembangannya ke dalam lima fase sebagai berikut: (a) Filsafat Ilmu zaman Purba,
(2) Filsafat Ilmu zaman Penyelidikan, (3) Filsafat Ilmu zaman pertengahan, (4) Filsafat Ilmu
zaman modern, (5) Filsafat ilmu zaman kontemporer. Perkembangan Filsafat ilmu pada
kelima fase tersebut akan penulis uraikan dengan mengedepankan aspek-aspek yang
mewarnai perkembangan filsafat ilmu di masanya sekaligus yang menjadi babak baru dan ciri
khas fase tersebut yang membedakannya dari fase-fase sebelum dan atau sesudahnya. Di
samping itu penulis juga akan mengungkap tentang peran filosof muslim dalam
perkembangan filsafat ilmu ini, walaupun bukan dalam suatu fase tersendiri.

Bab 2 Kearah Pemikiran Filsafat


Secara garis besar bahwa ilmu dan filsafat memiliki arti dan makna yang hampir
sama, sehingga sulit untuk dipisahkan karena kedua kata tersebut mempunyai hubungan yang
saling mengkaji antara yang satu dengan yang lain, dimana ilmu merupakan bagian dari
filsafat dan begitu juga sebaliknya. Ilmu berasal dari kata bahasa arab yaitu alima yang
berarti tahu, jadi ilmu maupun science secara etimologis berarti pengetahuan. Ilmu dan
filsafat dapat diartikan bahwa hasil daripada berpikir manusia secara sadar jika dipandang
dari hasilnya, namun jika dipandang dari segi prosesnya ilmu dan filsafat menunjukkan suatu
kegiatan yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan manusia
(untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan) dengan menggunakan metode-metode atau
cara-cara tertentu secara terstruktur dan sistematis.
Di sini filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi.
Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana
suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut
dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam
melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan
penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk
mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan
terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang
sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat),
yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang
datang sebagai hasil dari aktifitas panca indra untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu
kenyataan dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadanya. Sedangkan, ilmu
menghendaki lebih jauh, luas dan dalam dari pengetahuan. 
Pada dasarnya asumsi merupakan anggapan dasar tentang sesuatu hal yang diayakini
berdasarkan gagasan yang telah dikemukakan sebelumnya yang dapat dibuktikan secara
empiris. Sifat-sifat ilmu antara lain : Rasional ; Empiris ; Sistematis ; Umum ; dan
Akumulatif. Menurut Bahm, ilmu pengetahuan setidaknya melibatkan enam komponen
penting: 1) masalah (problems); 2) sikap (attitude); 3) metode (method); 4) aktivitas
(activity); 5) kesimpulan (conclusion); 6) pengaruh (effects).

Bab 3 Dasar – Dasar Pengetahuan


Pengetahuan mengalami berbagai macam pengklasifikasian dalam rentang waktu
yang amat panjang . Pengetahuan pun ada yang sifatnya wacana intelektual yang tidak dapat
diterapkan, hanya semata-mata dapat dipikirkan oleh manusia.adapula pengetahuan yang
bukan hanya dipikirkan manusia, tetapi dapat diterapkan ke dalam bentuk-bentuk real yang
membantu mempermudah kehidupan manusia. Dasar-dasar pengetahuan merupakan langkah
menuju ke pemahaman yang lebih sistematis dan komprehensif. Masalah adalah kawan sejati
bagi kehidupan manusia. Kesulitan-kesulitan dalam mengahadapi masalah pada pokoknya
bersumber pada dua sebab. Pertama, orang kurang tahu caranya memecahkan masalah itu.
Kedua, orang kekurangan fakta-fakta yang sehubungan dengan masalah itu.
Kita tidak menerima begitu saja segala pengetahuan yang kita terima tanpa melewati
proses yang cukup ketat. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kebenaran
mengenai sesuatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Ada dua jenis asumsi
filosofis berbeda yang mendasari dua model riset dalam bidang pendidikan yang berbeda
pula. Sikap ilmiah merupakan pandangan seseorang terhadap cara berpikir yang sesuai
dengan metoda keilmuan. Menurut Harsojo (Salam, 2008) ada beberapa sikap ilmiah yang
perlu dimiliki seorang ilmuwan yaitu sebagai berikut. Objektivitas, Sikap serba relatif , Sikap
skeptif, Kesabaran intelektual, Kesederhanaan, Sikap tidak memihak kepada etika. Sifat
Penelitian Ilmiah : 1) Mempunyai tujuan (Purposiveness) Penelitian ilmiah selalu mempunyai
tujuan yang jelas, 2) Teliti (Rigor), 3) Dapat diuji (Testability), 4) Dapat diteliti ulang
(Replicability), 5) Akurat dan Meyakinkan (Precision and Confidence), 7) Keumuman
(Generalizebility), 8) Ringkas (Parsimony). Sumber Bacaan seorang peneliti antara lain :
Primary Sources yaitu Sumber pustaka utama yang dipertimbangkan untuk harus digunakan
contohnya seperti : jurnal ilmiah, majalah ilmiah, hasil seminar dan workshop, makalah dan
penelitian lainnya atau sumber pustaka utama ini terkait dengan informasi yang terbarukan
atau update. Kedua, Secondary Sources Pustaka penunjang seperti buku, kamus, terbitan
pemerintah, ensiklopedi atau informasi dari pustaka penunjang ini tidak terkait informasi
terbarukan.

Bab 4 Ontologi, Epistomologi, dan Aksiologi


Objek kajian filsafat ilmu itu ditinjau dari sudut pandang dari mana sang
subjek menelaah objek kajian filsafatnya. Contohnya, 1) apa dan siapakah manusia ?, dan 2)
Apakah Filsafat terbagi menjadi 10, yaitu : 1) Metode Kritis (Socrates) , Metode kritis
disebut juga metode dialektik. Dipergunakan oleh Socrates dan Plato. Harold H Titus
mengatakan bahwa metode ini merupakan metode dasar dalam filsafat. Socrates (470-399
SM) menganalisis objek-objek filsafatnya secara kritis dan dialektis. 2) Metode Intuitif
(Platinos dan Bergson) Filsafat Platinos adalah a way of life. Tapi bukan doktrin yang
dogmatis, merupakan jalan untuk menghayati hidup religious yang mendalam. Dalam
kelompoknya Platinos melakukan usaha untuk memberi semangat dan mengantarkan mereka
kedalam kehidupan rohani. 3) Metode Skolastik (Aristoteles dan Thomas Aquinas),
Metode Skolastik dikembangkan oleh Thomas Aquinas (1225-1247). Juga disebut metode
sintetis deduktif. Metode berpikir skolastik menunjukan persamaan dengan metode mengajar
dalam bentuknya yang sistematis dan matang, 4) Metode Geometris, Rene Descartes
pelopor filsafat modern yang berusaha melepaskan dari pengaruh fisafat klasik. Dalam
metodenya Descartes mengintegrasikan logika, analisa geometris dan aljabar dengan
menghindari kelemahannya. Metode ini membuat kombinasi dari pemahaman intuitif akan
pemecahan soal dan uraian analitis, 5) Metode Empiris (Thomas Hobbes & John Locke)
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peran akal. Istilah
empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti pengalaman, 6) Metode
Transendental (Immanuel Kant & Neo Skolastik) dalam filsafat mengembangkan metode
kritis transcendental. Kant berpikir tentang unsure-unsur mana dalam pemikiran manusia
yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam rasio manusia. Ia
melawan dogmatisme. Kant tidak mau mendasarkan pandangannya kepada pengertian-
pengertian yang telah ada. Harus ada pertanggung jawaban secara kritis, 7) Metode
Fenomenologis (Husserl) Menurut Husserl dalam usaha kita mencapai hakekat –pengertian
dalam aslinya- harus melalui proses reduksi. Reduksi adalah proses pembersihan atau
penyaringan dimana objek harus disaring dari beberapa hal tambahannya mis : obyek
penyelidikan adalah fenomena. Fenomena adalah yang menampak. Yaitu data sejauh disadari
dan sejauh masuk dalam pemahaman.
Fenomenologis mengadakan refleksi mengenai pengalaman langsung. Melakukan
penerobosan untuk mencari pengertian sebenarnya atau yang hakiki. 8) Metode Dialektis
(Hegel, Max) Disebut demikian sebab jalan untuk memahami kenyataan adalah dengan
mengikuti gerakan fikiran atau konsep. Menurut Hegel, struktur didalam pikiran adalah sama
dengan proses genetis dalam kenyataan. Dengan syarat kita mulai berfikir secara benar, kita
akan memahami kenyataan sebab dinamika dinamika fikiran kita akan terbawa. Dialektis
terjadi dalam langkah-langkah yang dinamakan tesis-antitesis-sintesis. 9) Metode Nen-
Positivistis, adalah satu cara pandang open mind untuk mendapatkan keunikan informasi
serta tidak untuk generalisasi, yang entry pouint pendekatannya berawal dari pemaknaan
untuk menghasilkan teori dan bukan mencari pembenaran terhadap suatu teori ataupun
menjelaskan suatu teori, dikarenakan kebenaran yang diperoleh ialah pemahaman terhadap
teori yang dihasilkan. 10) Metode Analtika Bahasa (Wittgenstein) adalah metode netral.
Tidak mengandaikan epistemology, metafisika, atau filsafat. Metode Wittgenstein
mempunyai maksud positif dan negatif. Positif maksudnya bahasa sendirilah yang dijelaskan.
Apakah memang dapat dikatakan dan bagaimanakah dapat dikatakan. Wittgenstein
membedakan bahasa dalam unit-unit paling dasariah : sesuatu tata bahasa dan susunan logis.
Bidang kajian filsafat ada tiga, yaitu: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi
adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di
lakukan oleh filsafat metaphisika. Aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh
manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Tidak dipungkiri bahwa ilmu telah
memberikan kemudaan-kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan
alam. Permasalahan aksiologi terkait hakikat ilmu itu sendiri, yakni tentang netralitas ilmu
dalam hubungannya dengan penerapan praktis ilmu di masyarakat. Epistemologi membahas
secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan.
Epistemologi adalah suatu teori pengetahuan. Kaitannya dengan filsafat ilmu, logika dan
metodologi berperan penting. Dalam epistemologi yang dibahas adalah objek pengetahuan,
sumber dan alat untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan metode, validitas
pengetahuan, dan kebenaran. Epistemologi berkaitan pemilahan dan kesesuaian antara
realisme atas pengetahuan tentang proposisi, konsep-konsep, kepercayaan dengan realisme
tentang objek yang tersusun atas “objek real”, fenomena, pengalaman, data indera dan
sebagainya.
Aliran-aliran Filsafat Ilmu memiliki beberapa aliran ilmu, yaitu Rasionalisme adalah
filsafat ilmu yang berpandangan bahwa rasio adalah sumber dari segala  pengetahuan. Kedua,
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan kemunculan ilmu
pengetahuan modern dan metode ilmiah. Ketiga, realisme, realisme berpandangan bahwa
kenyataan tidaklah terbatas pada pengalaman inderawi ataupun gagasan yang tebangun dari
dalam. Keempat, Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan bahwa
doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari kesadaran
manusia. Kelima, Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang
menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu
pengetahuan dan penelitian. Keenam, Pragmatisme adalah mashab pemikiran filsafat ilmu
yang dipelopori oleh C.S Peirce, William James, John Dewey, George Herbert Mead, F.C.S
Schiller dan Richard Rorty. Ilmuwan – ilmuan Fisika dalam filsafat antara lain Aristoteles,
Archimedes, dan Newton.

Bab 5 Pengukuran dan Ukuran Kebenaran


Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep,
teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Menurut ahli: Heiddeger, Pengetahuan adalah peristiwa yang menyebabkan kesadaran
manusia memasuki terang ada. Sedangkan menurut Martin & Oxman, 1988, Pengetahuan
merupakan kemampuan untuk membentuk model mental yang menggambarkan obyek
dengan tepat dan merepresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu obyek.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
(epistomologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini
saling berkaitan, jadi ontologi ilmu terkait dengan epistomologi ilmu dan epistomologi ilmu
terkai dengan aksiologi dan setrusnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan,
informasi, akidah dan pikiran. mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang lebih
global. Bagi para penganut empiris, hakekat pengetahuan adalah indra sedang para rasionalis
tentu jawabannya lain. Jawaban atas hakekat pengetahuan diberikan oleh aliran idealism,
empirisme, positivism dan pragmatism. (Ali Mudhofir, dalam Filsafat Ilmu). Berpikir
merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut
benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Karena itu, kegiatan berpikir adalah
usaha untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu atau criteria kebenenaran. Pada setiap
jenis pengetahuan tidak sama criteria kebenarannya, karena sifat dan watak pengetahuan itu
berbeda. kebenaran epistemologis karena kebenaran yang lainnya secara inheren akan masuk
dalam kategori kebenaran epistemologis. Teori yang menjelaskan kebenaran epistemologis
adalah sebagai berikut: a) Teori Korespondensi (Bertand Russel 1872-1970) b) Teori c)
Pragmatis (Charles S 1839-1914) d) Agama sebagai teori kebenaran. Sarana ilmu terbagi
menjadi beberapa bagian, yaitu : Bahasa dimana Bloch dan Trager menyatakan bahwa bahasa
adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu
kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Kedua, simbol-simbol sesuatu yang lain.
Hubungan antara simbol dan “sesuatu” yang dilambangkannya itu tidak merupakan sesuatu
yang terjadi dengan sendirinya atau sesuatu yang bersifat alamiah, seperti yang terdapat
antara awan hitam dan turunnya hujan, ataupun antara tingginya panas badan dan
kemungkinan terjadinya infeksi. Dengan bahasa para anggota masyarakat dapat mengadakan
interaksi sosial. Bahasa memiliki berbagai macam fungsi sebagai sarana berpikir ilmiah,
bahasa ilmiah dan bahasa agama.
Banyak ilmu-ilmu sosial sudah mempergunakan matematika sebagai sosiometri,
psychometri, econometri dan seterusnya. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika
sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan. Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif, sedangkan
statistika mempunyai peran dalam berpikir induktif. Statistik, kata statistik diartikan sebagai
keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi negara. Secara etimologi, kata
“statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin) yang mempunyai persamaan arti dengan
kata state (bahasa Inggris), yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara.
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti
setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.
BAGIAN III
KOMENTAR

Kesimpulan :

Filsafat di Yunani, meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Dalam perkembangan


ilmu pengetahuan dikemudian hari, kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Sebelum abad
ke 17 ilmu pengetahuan identik dengan filsafat. Filsafat itu sendiri telah mengantarkan
adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah
tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang
filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-
sendiri. Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju
dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem
yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-
tidaknya dapat ditentukan.

Kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan


manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Ilmu yang satu sangat
erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara
ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis manusia secara tepat. Filsafat
sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences). Filsafat ilmu sebagai
penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat
menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama
diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu
yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Kekurangan Buku :
Buku ini memiliki materi yang lengkap hanya saja materi masih berputar-putar
sehingga sedikit sulit dipahami, penyusunan buku ini juga ada kata-kata yang masih
menggantung penulisannya, dan juga buku ini memiliki tanda baca yang sedikit banyak salah
juga. Dan pada salah satu bab di buku ini ada rangkuman materinya tapi pada bab lain tidak.
Kelebihan Buku :
Buku ini memiliki kelebihan di bagian isi, dimana sudah lengkap dengan penjelasan-
penjelasan yang baik, baik dari penulis maupun dari para ahli-ahli yang bersangkutan pada
materi. Buku ini juga memiliki nilai-nilai moral yang baik, dan menjelaskan sesuatu begitu
detail dan penuh isi yang baik. Buku ini juga menjelaskan filsafat ilmu pengetahuan sains
khususnya fisika. Buku baik untuk dibaca agar setiap yang membaca mengetahui filsafat
sebagai ilmu untuk hal-hal yang baik dan penuh makna. Terutama bagi pembaca yang
mempelajari ilmu sains yang harus lebih kritis dan realistis tentang mencari tahu suatu
kebenaran melalui filsafat.

Saran :
Sebaiknya dalam penyampaian materi cukup dengan bahasa yang singkat, jelas, dan
padat. Tidak butuh pengulangan karena pada umumnya orang-orang akan
mengingat/mencatat hal-hal yang penting. Lebih memperhatikan penulisan-penulisan kata-
kata dan penulisan-penulisan dalam tanda baca.

Semoga dengan penulisan critical book report ini dapat bermanfaat dan dijadikan
sebagai modal dalam mempelajari Flsafat Ilmu. Jadikanlah matakuliah ini sebagai pedoman
setiap pembaca sebelum mempelajari suatu kebenaran ilmu pengetahuan kenali terlebih
dahulu induk dari pengetahuan tersebut, yaitu filsafat.
REFERENSI

Manurung, Sondang R. Dan Betty Turnip. 2019. Filsafat Ilmu. Medan : Unimed Press.

Mustansir, Rizal dan Misnal Munir. 2011. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai