Dosen Pengampu:
DR. ARYO AKBAR, S.H.,M.H
Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T., Tuhan Yang Maha Esa,
pada akhirnya tugas yang penulis susun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Filsafat Hukum dengan judul: “Aliran Filsafat Hukum Dalam Pandangan
Pemikiran Filosof”, telah dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Dr. Aryo Akbar,
S.H.,M.H, Selaku dosen pembimbing pada Mata Kuliah Filfasat Hukum pada
Program Studi Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Islam Riau yang sudah
membantu mengarahkan serta memberikan informasi dan juga pengetahuan-
pengetahuan dalam proses penyusunan tugas ini. Tugas ini diserahkan sebagai
tugas pengganti ujian tengah semester (UTS).
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini jauh dari kata
sempurna dan mungkin beberapa pandangan penulis sedikitnya belum teruji
kebenarannya. Namun, penulis berharap semoga karya yang sederhana ini dapat
memberikan manfaat terutama untuk penulis pribadi dan untuk semua yang
membaca tugas ini. Aaamiin ya Rabbal ‘alamin....
Rully Agustimada
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Aliran Filsafat Hukum Dalam Pandangan Pemikiran Filosof Sebelum Abad XX. .3
B. Aliran Filsafat Hukum Dalam Pandangan Pemikiran Filosof Pada Abad XX........5
BAB III PENUTUP...........................................................................................................9
A. Kesimpulan............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat, (Jakarta: Widjaya, 1981), Hal. 7
2
Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta:Paragdima, 2008), Hal. 56
1
C. Tujuan Pembahasan
2
BAB II PEMBAHASAN
a. Zaman Yunani Kuno (Abad VII-II) SM, pada zaman Yunani Kuno
begitu pentingnya dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena
pada masa itu orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-
ide atau pendapatnya. 4
b. Zaman pertengahan (Abad ke 2-14 M), zaman pertengahan (Middle
Age) ditandai dengan tampilnya para theolog di bidang filsafat. Para
filsuf pada masa ini hampir sama semua adalah para theolog, sehingga
aktivitas kefilsafatan terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan
perkataan lain, kegiatan filsafat diarahkan untuk mendukung
kebenaran agama. Semboyan yang berlaku bagi filsafat pada masa ini
adalah Ancilla Theologia, abdi agama. Namun harus diakui bahwa
banyak pemikiran dibidang filsafat yang terjadi pada masa ini. 5
c. Zaman Reinaissance, Zaman Reinaissance sebagai jembatan antara
zaman Kuno dengan Zaman modern. Zaman ini ditandai sebagai era
kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari norma-norma agama.6
1) Zaman Reinaissance dibedakan menjadi Zaman Rasionalisme,
yakni dengan tokohnya Rene Descartes, B. Spinoza, Leibniz.
3
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta:Bumi Aksara, 2000), Hal. 186.
4
Abintoro Prakoso, Hukum, Filsafat Logika dan Argumentasi Hukum, (Surabaya: LaksBang Justitia,
2015), Hal. 59
5
Ibid, Hal. 70
6
Ibid, Hal. 71-72
3
2) Zaman Fajar Budi, Abad XVII memperlihatkan zaman baru lagi
setelah reformasi, reinaissance, dan rasionalisme, manusia
sekarang dianggap dewasa. Periode ini disebut zaman pencerahan
atau zaman fajar budi. Tokoh-tokohnya adalah para empirikus;
John Locke, Berkeley, David Hume, JJ Rousseau, Imannuel Kant.
3) Zaman Romantis, sebagai zaman idealisme yang memprioritaskan
ide-ide yang bertolak belakang dengan materialisme yang
memprioritaskan dunia meterial. Tokoh-tokohnya adalah Fichte,
Schelling, Hegel.
d) Zaman modern, Abad XII dan abad XVII sejarah filsafat memperlihatkan
aliran-aliran besar yang mempertahankan diri dalam wilayah-wilayah yang
luas, yaitu rasionalisme, empirisme dan idealism. Dibandingkan dengan
itu, maka filsafat abad XIX dan abad XX kelihatan terpecah-pecah.
Berbagai macam aliran baru bermunculan dan aliran ini sering terikat pada
hanya satu negara atau satu lingkungan bahasa, yakni aliran positivism,
neo-tomisme dan fenomenologi.
Terkenal juga sebagai salah satu filsuf zaman fajar budi dan meninggal di
Oates, Inggris pada tahun 1704. Locke sangat terkenal dalam filsafat politik
7
Boy Nurdin, Filsafat Hukum (Tokoh-tokoh penting filsafat: sejarah dan intisari pemikiran),
(Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2014), Hal. 110-117
4
sehingga filsuf negara liberal. Locke juga orang penting dalam filsafat
pengetahuan yang mencapai puncaknya pada akhir abad XVII dan selama abad
XVIII. Abad emas ini dibuka oleh locke sebagai filsuf yang terkenal sebagai
perintis empirisme modern.
1) Hukum agama
Yaitu hukum yang menilai mana tindakan yang berdosa dan mana
tindakan yang wajib dilakukan.
2) Hukum negara
Yaitu hukum yang menilai mana tindakan criminal dan mana tindakan
tidak criminal.
3) Hukum opini atau reputasi
Yaitu hukum yang menilai mana tindakan yang luhur dan mana perbuatan
yang buruk (secara kesusilaan).
5
pluralism sebagai lawan dari monistis yang mengatakan bahwa semua adalah
satu.9
9
Bruggink. Refleksi tentang Ilmu Hukum. Alih Bahasa: Arief Sidharta. Citra Adytya Bakti: Bandung.
1999.
10
Hans Kelsen, “General Teori Of Law and State”, diterjamahkan oleh Somardi, Teori Hukum
Murni, Rimidi Press: Bandung, 1995, hlm. 115
6
Kelsen berkehendak membentuk ilmu hukum murni menjauhkan dari hal-
hal yang relevan dan memisahkan ilmu hukum dari ilmu-ilmu sosial sebagaimana
dengan ilmu teknik sipil. Ajaran hukum murni ini hanya ingin melihat hukum
sebagai norma yang menjadi objek ilmu hukum, bukan hukum sebagai
perikelakuan, karena perikelakuan merupakan objek sosiologi hukum.11
Gustav Radbruch adalah seorang ahli hukum dan filsuf hukum Jerman. Ia
lahir pada tanggal 18 November 1878 dan wafat pada tanggal 23 November 1949.
Jika ditinjau secara konkret, teori tujuan hukum yang dikemukakan Gustav
Radbruch dengan sederhana mempunyai suatu keinginan yang menerangkan
bahwa hukum perlu berorientasi pada tiga hal seperti kepastian, keadilan dan
kemanfaatan sebagai berikut:
7
adalah untuk menciptakan harmonisasi pelaksanaan hukum. Sebagaimana yang
menjadi tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia baik secara aktif
maupun secara pasif.
12
Gustav Radbruch, Legal Phiosphy, in the Legal Philosophies of Lask, Radbruch and Dabin,
translated by Kurt Wilk, Massachusetts: Harvard University Press, 1950, sebagaimana dikutip dari
ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007.
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemikiran filosof sebelum abad XX, dimulai dari zaman Yunani Kuno (Abad
VII-II) SM. Zaman Yunani Kuno begitu pentingnya sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada masa itu orang memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Pada zaman ini beberapa tokoh
yakni salah satunya John Locke dan Immanuel Kant.
Menurut John Locke, Hukum menurut menurut Locke bukanlah paksaan
dari satu pihak yang berkuasa, tapi lahir dari kesepakatan/kontrak sosial
yang setara (egaliter) dan secara sukarela dan penuh kesadaran oleh
masyarakat tanpa tekanan/paksaan.
Menurut Immanuel Kant, antara hukum dan moralitas. Hukum adalah
tatanan normatif lahiriah masyarakat. Lahiriah dalam arti bahwa ketaatan
yang dituntut olehnya adalah pelaksanaan lahiriah, sedangkan motivasi
batin tidak termasuk. Maka legalitas, ketaatan lahiriah terhadap sebuah
hukum, peraturan atau undang-undang, belum berkualitas moral.
2. Pemikiran filosof pada abad XX, Pada abad ke XX banyak sekali aliran-aliran
dan sukar dikelompokkan, ditambah lagi semakin eratnya kerjasama
internasional. Dapat dikatakan bahwa empirisme dan idealism merupakan
kelanjutan dari filsafat abad XIX. Peralihan dari abad XIX kea bad XX adalah
eksistensialisme, metafisika dan logistic. Sifat – sifat filsafat abad XX adalah
berlawanan dengan sifat-sifat filsafat XIX, yakni anti positivistis, tidak mau
bersistem, realistis, menitikberatkan pada manusia, pluralism sebagai lawan
dari monistis yang mengatakan bahwa semua adalah satu. Salah satu tokoh
pada abad XX, antara lain:
Menurut Hans Kelsen, dalam teori hukum umumnya tentang hukum dan
negara, Hans Kelsen berpendapat bahwa konsep keadilan adalah bukan
berdasarkan hukum alam tetapi berdasarkan tatanan hukum positif
9
(legalitas). Dalam hal ini tatanan hukum positif (norma) secara absah
menilai perbuatan manusia, bukan sebaliknya.
Gustav Radbruch mengemukakan pendapat mengenai Tiga Nilai Hukum
bahwa harus adanya harmonisasi pada keadilan, kepastian, dan
kemanfaatan hukum dimana orientasinya adalah guna menciptakan
harmonisasi dalam pelaksanaan hukum. Sebagaimana yang menjadi tujuan
hukum adalah untuk mengayomi manusia baik secara aktif maupun secara
pasif.
10
DAFTAR PUSTAKA
Boy Nurdin, Filsafat Hukum (Tokoh-tokoh penting filsafat: sejarah dan intisari
pemikiran, Pustaka Litera AntarNusa, Bogor, 2014.
Bruggink. Refleksi tentang Ilmu Hukum. Alih Bahasa: Arief Sidharta. Citra
Adytya Bakti: Bandung. 1999.
Black, Black’s Law Dictionary, seventh Edition, St. Paul, Minn: West Publishing
Co. Tahun 1999
Hans Kelsen, “General Teori Of Law and State”, diterjamahkan oleh Somardi,
Teori Hukum Murni, Rimidi Press: Bandung, 1995
11