Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FILSAFAT HUKUM (UTS)

“ALIRAN FILSAFAT HUKUM DALAM PANDANGAN


PEMIKIRAN FILOSOF”

Dosen Pengampu:
DR. ARYO AKBAR, S.H.,M.H

Disusun Oleh:

NAMA : RULLY AGUSTIMADA


NIM : 221022209
KELA : A
S

FAKULTAS HUKUM PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T., Tuhan Yang Maha Esa,
pada akhirnya tugas yang penulis susun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Filsafat Hukum dengan judul: “Aliran Filsafat Hukum Dalam Pandangan
Pemikiran Filosof”, telah dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Dr. Aryo Akbar,
S.H.,M.H, Selaku dosen pembimbing pada Mata Kuliah Filfasat Hukum pada
Program Studi Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Islam Riau yang sudah
membantu mengarahkan serta memberikan informasi dan juga pengetahuan-
pengetahuan dalam proses penyusunan tugas ini. Tugas ini diserahkan sebagai
tugas pengganti ujian tengah semester (UTS).

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini jauh dari kata
sempurna dan mungkin beberapa pandangan penulis sedikitnya belum teruji
kebenarannya. Namun, penulis berharap semoga karya yang sederhana ini dapat
memberikan manfaat terutama untuk penulis pribadi dan untuk semua yang
membaca tugas ini. Aaamiin ya Rabbal ‘alamin....

Pekanbaru, 12 April 2023

Rully Agustimada

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Aliran Filsafat Hukum Dalam Pandangan Pemikiran Filosof Sebelum Abad XX. .3
B. Aliran Filsafat Hukum Dalam Pandangan Pemikiran Filosof Pada Abad XX........5
BAB III PENUTUP...........................................................................................................9
A. Kesimpulan............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran


manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Ditinjau dari segi
pengertian praktis, maka filsafat adalah alam berfikir atau alam pikiran, meskipun
begitu tidak semua berfikir adalah berfilsafat, sebab berfilsafat adalah berfikir
secara mendalam dan secara sungguh-sungguh.1
Secara etimologis atau ilmu asal kata, istilah filsafat berasal dari bahasa
Yunani Philein yang artinya cinta dan Sophos yang artinya Wisdom atau
hikmah/kebijaksanaan. Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung makna
cinta kebijaksanaan, dan nempaknya hal ini sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu
pengatahuan yang sebelumnya di bawah naungan filsafat.2
Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektika.
Ada beberapa pemikiran filosof dalam aliran filsafat hukum, baik sebelum
abad xx maupun setelah abad xx, seperti John Locke, Immanuel Kant, Hans
Kelsen dan Gustav Radbruch, maka berdasarkan hal tersebut pada kesempatan
kali ini penulis akan membahas mengenai beberapa pemikiran filosof dalam aliran
filsafat hukum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah pada


pembahasan ini adalah:
1. Bagaimana pemikiran filosof sebelum abad xx tentang hukum?
2. Bagaimana pemikiran filosof pada abad xx tentang hukum?

1
Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat, (Jakarta: Widjaya, 1981), Hal. 7
2
Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta:Paragdima, 2008), Hal. 56

1
C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan pembahasan pada


pembahasan ini adalah:
1. Untuk mengetahui pemikiran filosof sebelum abad xx tentang hukum
2. Untuk mengetahui pemikiran filosof pada abad xx tentang hukum

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Aliran Filsafat Hukum Dalam Pandangan Pemikiran Filosof Sebelum


Abad XX
Sejarah filsafat ialah penyelidikan ilmiah mengenai perkembangan
pemikiran filsafat dari seluruh bangsa dalam sejarah. Dengan mempelajari sejarah
filsafat akan membantu penguraian filsafat secara sistematis, sebab tidak jarang
persoalan filsafat dapat dipahami jika dilihat perkembangan sejarahnya.3

Sejarah filsafat terbagi atas beberapa zaman, yaitu:

a. Zaman Yunani Kuno (Abad VII-II) SM, pada zaman Yunani Kuno
begitu pentingnya dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena
pada masa itu orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-
ide atau pendapatnya. 4
b. Zaman pertengahan (Abad ke 2-14 M), zaman pertengahan (Middle
Age) ditandai dengan tampilnya para theolog di bidang filsafat. Para
filsuf pada masa ini hampir sama semua adalah para theolog, sehingga
aktivitas kefilsafatan terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan
perkataan lain, kegiatan filsafat diarahkan untuk mendukung
kebenaran agama. Semboyan yang berlaku bagi filsafat pada masa ini
adalah Ancilla Theologia, abdi agama. Namun harus diakui bahwa
banyak pemikiran dibidang filsafat yang terjadi pada masa ini. 5
c. Zaman Reinaissance, Zaman Reinaissance sebagai jembatan antara
zaman Kuno dengan Zaman modern. Zaman ini ditandai sebagai era
kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari norma-norma agama.6
1) Zaman Reinaissance dibedakan menjadi Zaman Rasionalisme,
yakni dengan tokohnya Rene Descartes, B. Spinoza, Leibniz.

3
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta:Bumi Aksara, 2000), Hal. 186.
4
Abintoro Prakoso, Hukum, Filsafat Logika dan Argumentasi Hukum, (Surabaya: LaksBang Justitia,
2015), Hal. 59
5
Ibid, Hal. 70
6
Ibid, Hal. 71-72

3
2) Zaman Fajar Budi, Abad XVII memperlihatkan zaman baru lagi
setelah reformasi, reinaissance, dan rasionalisme, manusia
sekarang dianggap dewasa. Periode ini disebut zaman pencerahan
atau zaman fajar budi. Tokoh-tokohnya adalah para empirikus;
John Locke, Berkeley, David Hume, JJ Rousseau, Imannuel Kant.
3) Zaman Romantis, sebagai zaman idealisme yang memprioritaskan
ide-ide yang bertolak belakang dengan materialisme yang
memprioritaskan dunia meterial. Tokoh-tokohnya adalah Fichte,
Schelling, Hegel.
d) Zaman modern, Abad XII dan abad XVII sejarah filsafat memperlihatkan
aliran-aliran besar yang mempertahankan diri dalam wilayah-wilayah yang
luas, yaitu rasionalisme, empirisme dan idealism. Dibandingkan dengan
itu, maka filsafat abad XIX dan abad XX kelihatan terpecah-pecah.
Berbagai macam aliran baru bermunculan dan aliran ini sering terikat pada
hanya satu negara atau satu lingkungan bahasa, yakni aliran positivism,
neo-tomisme dan fenomenologi.

1. Pemikiran John Locke Tentang Hukum

John Locke (1632-1704), John Locke dilahirkan tahun 1632 di Wrington,


Inggris. Dia memperoleh pendidikan di Universitas Oxford, memperoleh gelar
sarjana muda tahun 1656 dan gelar sarjana penuh pada tahun 1658. Pada saat
remaja locke sudah sangat tertarik pada ilmu pengetahuan dan di umur tiga puluh
enam tahun dia terpilih menjadi anggota “Royal Society”. Dia menjadi sahabat
kental ahli kimia terkenal Robert Boyle dan kemudian hampir sepanjang hidupnya
jadi teman dekat Isaac Newton. Kepada bidang kedokteran pun dia tertarik meraih
gelar sarjana muda di bidang itu meskipun cuman sekali-sekali saja berpraktek. 7

Terkenal juga sebagai salah satu filsuf zaman fajar budi dan meninggal di
Oates, Inggris pada tahun 1704. Locke sangat terkenal dalam filsafat politik

7
Boy Nurdin, Filsafat Hukum (Tokoh-tokoh penting filsafat: sejarah dan intisari pemikiran),
(Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2014), Hal. 110-117

4
sehingga filsuf negara liberal. Locke juga orang penting dalam filsafat
pengetahuan yang mencapai puncaknya pada akhir abad XVII dan selama abad
XVIII. Abad emas ini dibuka oleh locke sebagai filsuf yang terkenal sebagai
perintis empirisme modern.

Hukum adalah sesuatu yang ditentukan oleh warga masyarakat pada


umumnya tentang tindakan-tindakan mereka, untuk menilai/mengadili mana yang
merupakan perbuatan yang jujur dan mana yang merupakan perbuatan curang.
Dari definisi Locke tersebut terlihat pencampurbauran antar hukum dan agama
serta moral. Hal ini wajar karena locke masih terpengaruh ajaran hukum alam
yang memang tidak memisahkan secara tegas antara hukum dan moral.8

Pandangan Locke menganai hukum itu sendiri dapat terbagi menjadi 3


jenis, yaitu:

1) Hukum agama
Yaitu hukum yang menilai mana tindakan yang berdosa dan mana
tindakan yang wajib dilakukan.
2) Hukum negara
Yaitu hukum yang menilai mana tindakan criminal dan mana tindakan
tidak criminal.
3) Hukum opini atau reputasi
Yaitu hukum yang menilai mana tindakan yang luhur dan mana perbuatan
yang buruk (secara kesusilaan).

B. Aliran Filsafat Hukum Dalam Pandangan Pemikiran Filosof Pada Abad


XX
Pada abad ke XX banyak sekali aliran-aliran dan sukar dikelompokkan,
ditambah lagi semakin eratnya kerjasama internasional. Dapat dikatakan bahwa
empirisme dan idealism merupakan kelanjutan dari filsafat abad XIX. Peralihan
dari abad XIX kea bad XX adalah eksistensialisme, metafisika dan logistic. Sifat –
sifat filsafat abad XX adalah berlawanan dengan sifat-sifat filsafat XIX, yakni anti
positivistis, tidak mau bersistem, realistis, menitikberatkan pada manusia,
8
Black, Black’s Law Dictionary, seventh Edition, St. Paul, Minn: West Publishing Co. Tahun 1999

5
pluralism sebagai lawan dari monistis yang mengatakan bahwa semua adalah
satu.9

1. Pemikiran Hans Kelsen Tentang Hukum

Hans Kelsen (1881-1973), Terkenal sebagai salah satu filsuf zaman


modern abad XIX adalah Hans Kelsen. Lahir di Praha Republik Ceko pada
tanggal 11 Oktober 1881. Ia pindah bersama keluarganya ke Wina, ketika berusia
13 tahun dan menetap di sana sampai mencapai gelar doctor. Setelah lulus dari
Gymnasium Akademisches, Kelsen belajar hukum di Universitas Wina dan
meraih gelar doctor pada tahun 1906. Menikahi Margarete Bondi pada tahun 1912
dan dikaruniai 2 orang anak perempuan.

Filsafat yang dianutnya adalah Mazhab Neokantianisme, dari Marburg.


Aliran tersebut sebagai reaksi dari aliran penolakan hukum sebagai perintah
penguasa karena terkandung didalamnya pengertian subyektif penguasa, dan
pertimbangan politik yang bisa berakibat hukum sehingga ilmu hukum tidak dapat
benar-benar obyektif. Pada dasarnya pemikiran Kelsen sangat dekat dengan
pemikiran Austin, walaupun kelsen mengatakan bahwa waktu ia mulai
mengembangkan teori-teorinya, ia sama sekali tidak mengetahui karya Austin.
Walaupun demikian, asal usul filosofis antara pemikiran Kelsen dan Austin
berbeda. Kelsen mendasarkan pemikirannya pada Neokantianisme sedangkan
Austin pada utilitarisme. 10

Hukum adalah suatu keharusan atau perintah memaksa yang mengatur


terhadap tingkah laku manusia sebagai makhluk rasional, dimana hukum
merupakan kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi. Sanksi-sanksi tersebut
berawal dari suatu norma transendental yang mendasari segala peraturan hukum
pada umumnya, dan dengan ini mempertanggungjawabkan kewajibannya untuk
mengikuti peraturan-peraturan tertentu juga.

9
Bruggink. Refleksi tentang Ilmu Hukum. Alih Bahasa: Arief Sidharta. Citra Adytya Bakti: Bandung.
1999.
10
Hans Kelsen, “General Teori Of Law and State”, diterjamahkan oleh Somardi, Teori Hukum
Murni, Rimidi Press: Bandung, 1995, hlm. 115

6
Kelsen berkehendak membentuk ilmu hukum murni menjauhkan dari hal-
hal yang relevan dan memisahkan ilmu hukum dari ilmu-ilmu sosial sebagaimana
dengan ilmu teknik sipil. Ajaran hukum murni ini hanya ingin melihat hukum
sebagai norma yang menjadi objek ilmu hukum, bukan hukum sebagai
perikelakuan, karena perikelakuan merupakan objek sosiologi hukum.11

Pandangan kelsen melatarbelakangi lahirnya Mazhab positivisme hukum,


banyak dikenal sebagai sistem hukum kontinental, atau aliran legisme. Sistem
hukum ini digunakan Indonesia dalam sistem hukum nasionalnya. Faktanya,
pemikiran kelsen memang telah berpengaruh besar dalam perkembangan ilmu
hukum, terutama hukum yang menganut aliran legisme .

2. Pemikiran Gustav Radbruch Tentang Hukum

Gustav Radbruch adalah seorang ahli hukum dan filsuf hukum Jerman. Ia
lahir pada tanggal 18 November 1878 dan wafat pada tanggal 23 November 1949.
Jika ditinjau secara konkret, teori tujuan hukum yang dikemukakan Gustav
Radbruch dengan sederhana mempunyai suatu keinginan yang menerangkan
bahwa hukum perlu berorientasi pada tiga hal seperti kepastian, keadilan dan
kemanfaatan sebagai berikut:

1) Kepastian disini mempunyai arti bahwa kepastian adalah suatu tuntutan


hukum, hal itu agar hukum menjadi positif. Maksudnya supaya berlaku
secara pasti. Hukum wajib ditaati, karena demikian akan menjadikan
hukum benar-benar positif.
2) Kemanfaatan disini mempunyai arti bahwa sebagai tujuan dari hukum
yang wajib ditujukan kepada suatu yang berfaedah atau mempunyai
manfaat.
3) Keadilan disini mempunyai arti bahwa suatu kondisi dimana kasus yang
sama diperlakukan secara sama .

Sebagaimana diketahui bersama bahwa tiga (3) nilai-nilai dasar yang


dikemukakan di atas dikemukakan oleh Gustav Radbruch, dimana orientasinya
11
Hujibers, Theo, Philosopy of law in the trajectory of history, 1993

7
adalah untuk menciptakan harmonisasi pelaksanaan hukum. Sebagaimana yang
menjadi tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia baik secara aktif
maupun secara pasif.

Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu kondisi


kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang berlangsung secara wajar.
Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas
upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak adil.

Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya


adalah mewujudkan ketertiban dan keteraturan, mewujudkan kedamaian sejati,
mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat, mewujudkan kesejahteraan
seluruh rakyat.

Tiga asas tersebut masing-masing menjadi substansi hukum yang menjadi


perspektif dari produk suatu keputusan hukum. Tidak jarang, orang yang
mengutamakan satu perspektif akan berbeda pandangan dengan orang yang
memegang prinsip lain. Misalnya antara asas kepastian hukum versus asas
keadilan.

Menurut Radbruch, jika terjadi ketegangan antara nilai-nilai dasar tersebut,


kita harus menggunakan dasar atau asas prioritas dimana prioritas pertama selalu
jatuh pada nilai keadilan, baru nilai kegunaan atau kemanfaatan dan terakhir
kepastian hukum. Ini menunjukkan bahwa Radbruch menempatkan nilai keadilan
lebih utama daripada nilai kemanfaatan dan nilai kepastian hukum dan
menempatkan nilai kepastian hukum dibawah nilai kemanfaatan hukum.12

12
Gustav Radbruch, Legal Phiosphy, in the Legal Philosophies of Lask, Radbruch and Dabin,
translated by Kurt Wilk, Massachusetts: Harvard University Press, 1950, sebagaimana dikutip dari
ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007.

8
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pemikiran filosof sebelum abad XX, dimulai dari zaman Yunani Kuno (Abad
VII-II) SM. Zaman Yunani Kuno begitu pentingnya sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada masa itu orang memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Pada zaman ini beberapa tokoh
yakni salah satunya John Locke dan Immanuel Kant.
 Menurut John Locke, Hukum menurut menurut Locke bukanlah paksaan
dari satu pihak yang berkuasa, tapi lahir dari kesepakatan/kontrak sosial
yang setara (egaliter) dan secara sukarela dan penuh kesadaran oleh
masyarakat tanpa tekanan/paksaan.
 Menurut Immanuel Kant, antara hukum dan moralitas. Hukum adalah
tatanan normatif lahiriah masyarakat. Lahiriah dalam arti bahwa ketaatan
yang dituntut olehnya adalah pelaksanaan lahiriah, sedangkan motivasi
batin tidak termasuk. Maka legalitas, ketaatan lahiriah terhadap sebuah
hukum, peraturan atau undang-undang, belum berkualitas moral.

2. Pemikiran filosof pada abad XX, Pada abad ke XX banyak sekali aliran-aliran
dan sukar dikelompokkan, ditambah lagi semakin eratnya kerjasama
internasional. Dapat dikatakan bahwa empirisme dan idealism merupakan
kelanjutan dari filsafat abad XIX. Peralihan dari abad XIX kea bad XX adalah
eksistensialisme, metafisika dan logistic. Sifat – sifat filsafat abad XX adalah
berlawanan dengan sifat-sifat filsafat XIX, yakni anti positivistis, tidak mau
bersistem, realistis, menitikberatkan pada manusia, pluralism sebagai lawan
dari monistis yang mengatakan bahwa semua adalah satu. Salah satu tokoh
pada abad XX, antara lain:
 Menurut Hans Kelsen, dalam teori hukum umumnya tentang hukum dan
negara, Hans Kelsen berpendapat bahwa konsep keadilan adalah bukan
berdasarkan hukum alam tetapi berdasarkan tatanan hukum positif

9
(legalitas). Dalam hal ini tatanan hukum positif (norma) secara absah
menilai perbuatan manusia, bukan sebaliknya.
 Gustav Radbruch mengemukakan pendapat mengenai Tiga Nilai Hukum
bahwa harus adanya harmonisasi pada keadilan, kepastian, dan
kemanfaatan hukum dimana orientasinya adalah guna menciptakan
harmonisasi dalam pelaksanaan hukum. Sebagaimana yang menjadi tujuan
hukum adalah untuk mengayomi manusia baik secara aktif maupun secara
pasif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abintoro Prakoso, Hukum, Filsafat Logika dan Argumentasi Hukum, LaksBang


Justitia, Surabaya, 2015.

Boy Nurdin, Filsafat Hukum (Tokoh-tokoh penting filsafat: sejarah dan intisari
pemikiran, Pustaka Litera AntarNusa, Bogor, 2014.

Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, Bumi Aksara, Jakarta, 2000.

Kaelan, Pendidikan Pancasila, Paragdima, Yogyakarta, 2008.

Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat, Widjaya, Jakarta, 1981.

Bruggink. Refleksi tentang Ilmu Hukum. Alih Bahasa: Arief Sidharta. Citra
Adytya Bakti: Bandung. 1999.

Black, Black’s Law Dictionary, seventh Edition, St. Paul, Minn: West Publishing
Co. Tahun 1999

Hans Kelsen, “General Teori Of Law and State”, diterjamahkan oleh Somardi,
Teori Hukum Murni, Rimidi Press: Bandung, 1995

Gustav Radbruch, Legal Phiosphy, in the Legal Philosophies of Lask, Radbruch


and Dabin, translated by Kurt Wilk, Massachusetts: Harvard University
Press, 1950, sebagaimana dikutip dari ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,
Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Hujibers, Theo, Philosopy of law in the trajectory of history, 1993

11

Anda mungkin juga menyukai