Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

PADA ZAMAN MODERN

TUGAS MAKALAH INDIVIDU


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Idzam Fautanu, MA

Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu


Pada Studi Doktor Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Jayabaya

Disusun oleh :
Nama : Anang Syarif Hidayat

NPM : 202302026112

STUDI DOKTOR ILMU HUKUM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAYABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pertama ini sesuai waktu yang

ditentukan. Dalam makalah ini penulis mengambil judul “Sejarah Perkembangan

Filsafat Ilmu Pada Zaman Modern” , dimana dalam perkembangannya muncul

pemikiran-pemikiran yang rasionalisme, idialisme dan empirisme.

Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas Mata kuliah

Filsafat Ilmu. Disamping itu, makalah ini bertujuan memperdalam pemahaman

terkait tentang filsafat ilmu yang tengah dipelajari.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih

terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat

membangun dari dosen pengampu sangat penulis diharapkan agar makalah ini

menjadi lebih baik, selain itu penulis juga berharap, semoga tugas makalah ini dapat

memberikan manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan bagi semua pihak yang

membacanya khususnya diri saya maupun para mahasiswa studi doktor ilmu hukum

pada Program Pascasarjana Universitas Jayabaya.

Jakarta, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah… .................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian… .................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Pada Zaman Modern................... 5

B. Pemahaman Rasionalisme, Idealisme dan Empirisme Sebagai

Aliran yang muncul pada Filsafat Zaman Moidern .................... 8

C. Pemikiran dan Tokoh Filosof yang hidup pada masa modern. 11

BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat ilmu diyakini hadir sekitar abad ke-18, meski tanda- tanda
akan kelahirannya telah lama muncul. Jika telaahnya diletakkan dalam abad
XVIII Masehi, maka tokoh kuncinya sering disandingkan dengan
ImmanuelKant sebagai pendiri filsafat ilmu karena pernah mengutarakan
bahwa filsafat adalah bidang keilmuan yang dapat menunjukkan batas dan
ruang lingkup pengetahuan manusia yang menurutnya tidak cukup
memadai untuk dijawab oleh ilmu. Hal ini dikarenakan Refleksi aksiologis
(manfaat ilmu) atas capaian apapun dalam bidang ilmu hanya mampu dikawal
oleh filsafat, sehingga dikatakan ilmu tanpa filsafat akan selalu bias makna.1
Filsafat ilmu merupakan ranting dari ilmu filsafat yang akan mengkaji
ilmu dari segi kefilsafatan guna memberi jawaban atas beberapa pertanyaan
yang sekaligus menjadi ruang lingkupnya, yaitu pertanyaan tentang apa itu
ilmu (dijawab oleh ontology), bagaimana ilmu itu diperoleh (dijawab oleh
epistemology) dan untuk apa ilmu itu lahir (dijawab oleh aksiologi).2 Filsafat
ilmu ada untuk menentukan jawaban atas pertanyaan ilmiah, atau dalam
pengertian lain, filsafat ilmu ada untuk menjelaskan dan menggali lebih dalam
sifat-sifat ilmu, seperti memahami kepastian, kebenaran dan objektivitas.
Wilayah kajian dalam filsafat ilmu tidak hanya berkaitan dengan sains dan
berbagai metode yang digunakan dalam memperoleh ilmu, melainkan juga
dimensi- dimensi metafisika yang berada dalam konteks tertentu.
Sehingga dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu memiliki sifat koheren, karena

1
Sumarna, Filsafat ilmu, Mencari Makna Tanpa Kata dan Mentasbihkan Tuhan
dalam Nalar, (Jakarta : Penerbit Rosda, 2020), hlm 71
2
Ibid, hlm 66
2

mampu menjamah hampir setiap aspek yang ditemukan dalam penelitian


ilmiah, termasuk mengkaji perkembangan ilmu3.
Sejarah Filsafat ilmu dapat dilihat dari segi kronologis dan geografis.
Untuk itu, bisa dilihat dengan kurun waktu dimana sejarah itu terjadi, karena
kelahiran ilmu tidak terlepas dari peran filsafat, dan sebaliknya perkembangan
ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah merubah pola pikir bangsa
Yunani dari pandangan mitos ke logos. Perubahan ini melahirkan berbagai
cabang ilmu pengetahuan sebagaimana sejarah filsafat ilmu yang dimulai sejak
zaman Pra Yunani kuno, Zaman Yunani Kuno, Zaman Pertengahan, Zaman
Renaissance, sampai dengan zaman modern dan zaman kontemporer.
Zaman Modern dikenal juga sebagai masa Rasionalisme yang ditandai
dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu
pengetahuan pada zaman modern sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Para
filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan berasal dari diri manusia
sendiri. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah
rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Filsafat zaman modern juga
berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti pada zaman Yunani kuno), atau
Tuhan (pada abad pertengahan). Era ini berawal sekitar abad ke-15. Pada
zaman ini filsafat dari berbagai aliran muncul. Secara garis besar ada tiga
paham yang muncul yaitu rasionalisme, idealisme dan empirisme. Tapi yang
paling mendominasi pada zaman ini adalah paham rasionalisme.4
Selain itu pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada
bidang ekonomi. Hal ini terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat
perdagangan, pertukaran barang, kegiatan ekonomi monoter, dan perbankan.
Kaum kelas menengah melakukan upaya untuk bangkit dari keterpurukan
dengan mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini berkaitan

3
Tri Santi dan M Nurwahidin, Peran Filsafat Ilmu Dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan di Era Modern, Journal of Innovation Research and KnowledgeVol.2, No.6,
November 2022
4
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat (Cet. 15; Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm 9.
3

dengan syarat-syarat dasar kehidupan, segala macam barang kebutuhan bisa


dibeli dengan uang, mekanisme pasar pun sudah mulai mengambil peranan
penting untuk menuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas. Dari sudut
pandang sosio-ekonomi menjelaskan bahwa individu berhadapan dengan
tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang harus dijawab berdasarkan kemampuan
akal budi yang mereka miliki. Kemampuan ini tanpa harus mengacu kepada
otoritas lain, entah itu dari kekuasaan gereja, tuntutan tuan tanah feodal,
maupun ajaran muluk-muluk dari para filsuf.5
Masa modern dilihat dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat
merupakan periode dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan
dan beradu dalam kancah pemikiran filosofis Barat. Filsafat Barat menjadi
penggung perdebatan antar filsuf terkemuka. Setiap filsuf tampil dengan gaya
dan argumentasinya yang khas. Argumentasi mereka pun tidak jarang yang
bersifat kasar, kadang tajam dan pragmatis, ada juga yang sentimental.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk
menindaklanjuti pembahasan melalui karya tulis ini sebagai makalah tugas
individu pada mata kuliah filsafat ilmu.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah pada penulisan ini terdapat 3 (tiga)
permasalahan yang dijadikan rumusan pada penulisan tugas makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana perkembangan Filsafat Ilmu pada zaman modern ?
2. Bagaimana pemahaman tentang rasionalisme, idealisme, dan empirisme
sebagai aliran yang muncul pada filsafat zaman modern ?
3. Bagaimana pemikiran dan tokoh filosof yang hidup pada masa modern ?

5
Simon Petrus, Petualangan Intelektual, (Yogyakarta : Kanisius, 2004), hlm 175
4

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk membahas tentang perkembangan Filsafat Ilmu pada zaman
modern.
2. Untuk membahas tentang pemahaman tentang rasionalisme, idealisme,
dan empirisme sebagai aliran yang muncul pada filsafat zaman modern.
3. Untuk membahas tentang pemikiran dan tokoh filosof yang hidup
pada masa modern.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU PADA ZAMAN


MODERN.
Filsafat Modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang
menjadi tanda habisnya era skolastisisme. Waktu munculnya filsafat modern
adalah ratus tahun ke-17 sampai awal ratus tahun ke-20 di Eropa Barat
dan Amerika Utara. Filsafat Modern ini pun dimulai sejak munculnya
rasionalisme lewat pemikiran Descartes, seorang filsuf terkemuka pada 100
tahun Modern6.
Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini
rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak remeh untuk menentukan mulai dari
kapan Ratus tahun Pertengahan bubar. Namun, mampu dituturkan bahwa Ratus
tahun Pertengahan itu habis pada ratus tahun 15 dan 16 atau pada kesudahan
masa Renaissance. Masa setelah Ratus tahun Pertengahan adalah masa
Modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan habisnya Ratus tahun
Pertengahan itu. Akan tetapi, hadir hal-hal yang jelas menandai masa Modern
ini, yaitu mengembang pesat beragam kehidupan manusia Barat, khususnya
dalam bagian norma budaya istiadat, ilmu-ilmu, dan ekonomi.
Usaha untuk menghidupkan kembali norma budaya istiadat klasik
Yunani-Romawi. Norma budaya istiadat ini pulalah yang diresapi oleh suasana
kristiani. Di bagian filsafat, terdapat arus yang terus mempertahankan masa
klasik. Aliran-aliran dari Kungfu dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang
terus dipertahankan. Pada masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-
karya yang penting.
Satu hal yang yang menjadi perhatian pada masa Renaissance ini adalah
ketika kita melihat perkembangan pemikirannya. Perkembangan pada masa

6
Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Cet. IX (Yogyakarta: Kanisius,
1993), hlm 92
6

ini menimbulkan sebuah masa yang amat berperan di dalam alam filsafat.
Inilah yang menjadi awal dari masa modern. Timbulnya ilmu-ilmu yang
modern, berlandaskan perkara eksperimental dan matematis. Segala
sesuatunya, khususnya di dalam bagian ilmu-ilmu mengutamakan logika dan
empirisme. Aristotelian menguasai seluruh Ratus tahun Pertengahan ini
melalui hal-hal tersebut.7
Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bagian
ekonomi. Hal ini terlihat dari kota-kota yang mengembang menjadi pusat
perdagangan, pertukaran barang, perkara ekonomi monoter, dan perbankan.
Kaum kelas menengah melaksanakan upaya untuk bangun dari keterpurukan
dengan mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini berkaitan
dengan syarat-syarat dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa
dibeli dengan uang. Makanisme pasar pun sudah mulai mengambil peranan
penting untuk menuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan tajam cara melakukan
sesuatu. Dari sudut pandang sosio-ekonomi menjelaskan bahwa individu
berhadapan dengan tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang harus dijawab
berlandaskan kemampuan adat yang mereka miliki. Kemampuan ini tanpa
harus mengacu kepada otoritas lain, entah itu dari kekuasaan gereja, tuntutan
tuan tanah feodal, maupun nasihat muluk-muluk dari para filsuf8.
Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern
merupakan periode dimana beragam arus pemikiran baru mulai muncul
berulang-ulang dan beradu dalam kancah pemikiran filosofis Barat. Filsafat
Barat menjadi penggung perdebatan antar filsuf terkemuka. Setiap filsuf tampil
dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Argumentasi mereka pun tidak
jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang tajam dan pragmatis, hadir juga
yang sentimental. Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga
100 tahun atau periode, yaitu: 100 tahun Renaissans (Renaissance), 100 tahun

7
Mustansyir Rizal dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Cet ke VII, ( Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2008), hlm 82
8
Ibid
7

Pencerahan Budi (Aufklarung), dan 100 tahun Romantik, khususnya periode


Idealisme Jerman.9
Hadir beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru
menuju perkembangan ilmiah yang modern. Mereka adalah Leonardo da Vinci
(1452-1519), Nicolaus Coperticus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-
1630) dan Galileo Galilei (1564-1643). Sedangkan Francis Bacon (1561-1623)
merupakan filsuf yang meletak dasar filosofisnya untuk perkembangan dalam
bagian ilmu ilmu. Dia merupakan bangsawan Inggris yang terkenal
dengan karyanya yang bermaksud untuk menggantikan teori Aristoteleles
tentang ilmu ilmu dengan teori baru. Sekalipun demikian, Rene Descartes
merupakan filsuf yang sangat terkenal pada masa filsafat modern ini.
Rene Descartes (1596-1650) diberikan gelar sebagai bapa filsafat
modern. Dia adalah seorang filsuf Perancis. Descartes berupaya bisa filsafat
pada Kolese yang dipimpin Pater-pater Yesuit di desa La Fleche. Descartes
menulis sebuah buku yang terkenal, yaitu Discours de la method pada tahun
1637. Bukunya tersebut mengandung tentang uraian tentang perkara
perkembangan intelektualnya. Dia dengan lantang mencetuskan bahwa tidak
merasa puas dengan filsafat dan ilmu ilmu yang menjadi bahan pendidikannya.
Dia juga menjelaskan bahwa di dalam alam ilmiah tidak hadir sesuatu pun yang
dianggapnya pasti. Segala sesuatu mampu dipersoalkan dan pada kenyataannya
memang dipersoalkan juga.
Descartes sangat menyadari bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-
tokoh Gereja bahwa dasar filsafat haruslah rasio. Tokoh-tokoh Gereja waktu
itu masih berpegang teguh pada keyakinan bahwa dasar filsafat haruslah iman
sebagaimana tersirat dalam jargon credo ut intelligam yang dipopulerkan oleh
Anselmus. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah rasional
atau akal, dia menyusun argumentasinya dalam sebuah metode yang sering

9
Ibid
8

disebut cogito Descartes, atau metode cogito saja. Metode tersebut dikenal juga
dengan metode keraguan Descartes (Cartesian Doubt).10
Dengan demikian dapat dikataan bahwa filsafat dan perubahan di
berbagai lini kehidupan, sehingga para sejarawan sebagai awal zaman modern.
Berbagai perubahan yang terjadi selama era renaisans menjadi persiapan
bagi pembentukan filsafat pada abad ke-17, atau yang dikenal dengan filsafat
modern.

B. PEMAHAMAN RASIONALISME, IDEALISME, DAN EMPIRISME


SEBAGAI ALIRAN YANG MUNCUL PADA FILSAFAT ZAMAN
MODERN.
Pada masa modern filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya
corak keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna filsafat sufisme
Yunani, sedikit pengecualian pada Kant. Paham-paham yang muncul dalam
garis besarnya dapat dibagi menjadi beberapa kelompok. Menurut Herman
yang dikutip dalam buku Agoes Hendriyanto menyatakan bahwa ada tiga aliran
filsafat modern yaitu Rasionalisme, Idealisme dan empirisme, dijelaskan
sebagai berikut:11
1. Rasionalisme
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang
dapat membawa manusia pada kebenaran, sehingga aliran ini disebut
rasionalisme. Rasionalisme merupakan paham filsafat yang menyatakan
bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh
pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan diperoleh
dengan cara berpikir.
Rasionalisme memiliki dua aliran, yaitu dalam bidang agama dan
filsafat. Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari
otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Adapun

10
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu Cet ke VI, (Bandung : PT REmaja Rosdakarya, 2008), hlm
102
11
Agoes Hendriyanto, Sejarah pemikiran Filsafat Modern, (Yogyakarta : Bumi Aksara,
2012), hlm 33.
9

dalam filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering


berguna dalam menyusun teori pengetahuan.
Rasionalisme mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
a. Rasionalisme sangat mempercayai adanya kekuatan akal budi manusia
dengan segala sesuatu itu dapat dan harus bisa dimengerti atau
diterima oleh akal pikiran manusia sehingga hal-hal yang abstrak
sangat bertentangan dengan teori ini.
b. Kebenaran yang hanya dilandasi oleh adanya tradisi, otoritas dan
dogma tidak bisa diterima oleh paham rasionalisme ini. Rasionalisme
membawa dampak dalam beberapa bidang antara lain politik, agama
dan ilmu pengetahuan.
c. Rasionalisme mengembangkan suatu metode baru dalam
pengambilan keputusan, yaitu menggunakan metode deduksi atau
pengambilan keputusan dari hal-hal yang bersifat umum menjadi hal-
hal yang bersifat khusus.
d. Rasionalisme, karena mencampuradukkan antara agama dan ilmu,
bersifat sekuler. Paham ini bersifat duniawi saja.
Adapun tokoh-tokoh penganut Rasionalisme adalah Plato, Rene
Descrates, Benedict Spinoza, G. W. Leibniz.
2. Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat
dunia fisik hanya dipahami dalam kaitannya dengan dengan jiwa dan roh.
Istilah idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa.
Idealisme mempunyai argument epistimologi tersendiri. Oleh
karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi
bergantung pada spirit tidak disebut idealisme karena mereka tidak
menggunakan argumen epistimologi yang digunakan oleh idealisme.
Mereka menggunakan argumen yang menyatakan bahwa objek-objek fisik
pada akhirnya adalah ciptaan Tuhan; argumen orang-orang idealis ini
10

mengatakan bahwa objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari


spirit.
Idealisme secara umum selalu berhubungan dengan rasionalisme.
Ini adalah mazhab epistimologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan
apriori atau deduktif dapat diperoleh manusia dengan akalnya. Paham
idealisme mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa dan spirit. Ide ini
merupakan ide Plato yang memberikan jalan untuk mempelajari paham
idealisme zaman modern. Adapun tokoh-tokoh penganut Idealisme adalah
J.G. Fichte, F.W.U. Schelling, G.W.F. Hegel.
Telah dijabarkan bahwa idealisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dipahami dalam kaitannya
dengan dengan jiwa dan roh sedangkan idealisme theist merupakan aliran
idealisme yang bertuhan.
Pada zaman modern ternyata masih ada “turunan langsung”
Anselmus dan Agustinus (filosof abad tengah), yaitu Pascal. Pemikiran
Pascal tentang Tuhan dan manusia hampir merupakan fotokopi pemikiran
Anselmus dan Agustinus. Kant juga mengakui Tuhan dalam filsafatnya.
Tapi, Tuhan ia temukan dengan cara berbeda dari cara Pasal.
Adapun penganut aliran filsafat Idealisme Theist adalah Pascal dan
Immanuel Kant.
3. Empirisme
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filsafat yang
menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dari
indra manusia. Istilah empirisme `diambil dari bahasa Yunani empiria yang
berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme
adalah lawan rasionalisme.
Aliran empirisme mempergunakan penalaran induktif. Empirisme
atau pengalaman merupakan sumber pengetahuan, sedangkan akal bukan
merupakan sumber pengetahuan. Akal merupakan suatu alat yang
digunakan untuk memproses bahan-bahan yang diperoleh lewat
11

pengalaman. Metode yang diterapkan aliran ini adalah induksi, yaitu


kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari kasus-kasus yang bersifat
individual (khusus).
Filsafat empirisme tentang teori dan makna amat berdekatan
dengan aliran positivism logis (logical positivisme) dan filsafat Ludwig
Wittegenstein. Akan tetapi, teori makna dan empirisme selalu harus
dipahami lewat penafsiran pengalaman. Oleh karena itu, bagi orang
empiris, jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran,
materi sebagai pola (pattern) jumlah yang dapat diindra, dan hubungan
kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.
Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan
sumber pengetahuan bagi manusia, yang jelas-jelas mendahului rasio.
Tanpa pengalaman, rasio tidak memiliki kemampuan untuk memberikan
gambaran tertentu.
Adapun tokoh-tokoh penganut Empirisme adalah John Locke,
George Barkeley, David Hume, Francis Bacon, Thomas Hobbes, dan
Herbert Spencer.

C. PEMIKIRAN DAN TOKOH FILOSOF YANG HIDUP PADA MASA


MODERN.
1. Rene Descartes (1596-1650)12
Peletak fondasi aliran ini ialah Rene Descastes (Certasius/1596-
1650) yang digelar sebagai “Bapak filsafat modern”. Descartes berasal dari
Perancis, lahir tahun 1596 di sebuah kota bernama La Haye, dan wafat
tahun 1650 di Stockholm. Karya pentingnya ialah Discours dela Methode
(Uraian tentang Metode), terbit tahun 1637 Mediationes de Prima
Philosophia (Renungan Tentang filsafat), terbit tahun 1641; dan Principia
Philosophic (Prinsip-prinsip Filsafat), terbit tahun 1644. Semboyan dari
aliran ini adalah ungkapan Descartes yang berbunyi : Cogito ergo sum

12
https://www.academia.edu/8768618/SEJARAH_PERKEMBANGAN_ILMU_PADA_
MASA_MODERN, diakses pada tanggal 16 Maret 2023 pukul 10.00 Wib
12

I think therefore I’m (saya berpikir maka saya ada)


Dari ungkapan sederhana ini, dapat diambil beberapa rumusan,
sebagai berikut:
a. Eksistensi manusia yang paling sempurna ialah rasionya, sehingga
rasio berperan sebagai “pengenal dirinya” sesuai dengan koherensi
antara berpikir dan berada. Artinya keberadaan manusia
terwujud/terkonsep setelah dia memikirkan dirinya.
b. Dengan rasio, manusia berhasil menemukan kesan (pengetahuan
baru) tentang dirinya yang tidak atau kurang diketahui sebelumnya,
kecuali melalui sumber lain, yaitu kitab suci.
c. Rasio tidak hanya sebagai penemu kesan (pengetahuan dan
kebenaran) melainkan kebenaran/pengetahuan hanyalah yang
diperoleh melalui rasio tersebut.
Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, Descartes
meragukan (lebih dahulu) segala sesuatu yang dapat diragukan. Mula-
mula ia mencoba meragukan semua yang dapat diindera, objek yang
sebenarnya tidak mungkin diragukan. Inilah langkah pertama metode
cogito tersebut. Dia meragukan adanya badannya sendiri. Keraguan itu
menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan
juga pada pengalaman dengan roh halus ada yang sebenarnya itu tidak
jelas. Pada keempat keadaan itu seseorang dapat mengalami sesuatu
seolah-olah dalam keadaan yang sesungguhnya. Di dalam mimpi seolah-
olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis
seperti tidak mimpi (jaga). Begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi,
dan kenyataan gaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan jaga.
Oleh karena itu, Descartes berkata,” Aku dapat meragukan bahwa
aku duduk di sini dalam pakaian siap untuk pergi ke luar; ya, aku dapat
meragukan itu karena kadang-kadang aku bermimpi persis seperti itu,
padahal aku ada di tempat tidur, sedang bermimpi.” Tidak ada batas yang
tegas antara mimpi (sedang mimpi) dan jaga. Tatkala bermimpi, rasa-
13

rasanya seperti bukan mimpi. Siapa yang dapat menjamin kejadian-


kejadian waktu jaga (yang kita katakan sebagai jaga ini) sebagaimana kita
alami adalah kejadian-kejadian yang sebenarnya, jadi bukan mimpi?
Tidak ada perbedaan yang jelas antara mimpi dan jaga; demikian yang
dimaksud oleh Descartes. Aku yang sedang ragu itu disebabkan oleh aku
berpikir. Kalau begitu, aku berpikir pasti ada dan benar. Jika aku berpikir
ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu aku. Cogito ergosum, aku
berpikir, jadi aku ada. Sekarang Descartes telah menemukan dasar (basis)
bagi filsafatnya. Basis itu bukan filsafat Plato, bukan filsafat Abad
Pertengahan, bukan agama atau yang lainnya. Fondasi itu ialah Aku yang
berpikir.
Pemikiranku itulah yang pantas dijadikan dasar filsafat karena aku
yang berpikir itulah yang benar-benar ada, tidak diragukan, bukan kamu
atau pikiranmu. Di sini kelihatanlah sifat subjektif, individualists, humanis
dalam filsafat Descartes. Sifat-sifat inilah, nantinya, yang mendorong
perkembangan filsafat pada Abad Modern Setelah fondasi itu ditemukan,
mulailah ia mendirikan bangunan filsafat di atasnya. Akal itulah basis yang
paling terpercaya dalam berfilsafat.
2. Francis Bacon (1210-1292)
Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah
pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan inderawi dengan
dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati.
Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Jadi pemikiran Francis
Bacon ini sangat bertentangan dengan pemikiran para filosof aliran
rasionalis.
3. Immanuel Kant (1724-1804)
Immanuel Kant dilahirkan pada tahun 1724 di Königsberg dari
pasangan Johann Georg Kant, seorang ahli pembuat baju zirah (baju besi),
dan Anna Regina Kant. Ayahnya kemudian dikenal sebagai ahli
perdagangan, namun di tahun 1730-1740, perdagangan di Königsberg
mengalami kemerosotan. Hal ini memengaruhi bisnis ayahnya dan
14

membuat keluarga mereka hidup dalam kesulitan. Ibunya meninggal saat


Kant berumur 13 tahun, sedangkan ayah Kant meninggal saat dia berumur
hampir 22 tahun. Pendidikan dasarnya ditempuh Kant di Saint George’s
Hospital School, kemudian dilanjutkan ke Collegium Fredericianum,
sebuah sekolah yang berpegang pada ajaran Pietist.
Keluarga Kant memang penganut agama Pietist, yaitu agama di
Jerman yang mendasarkan keyakinannya pada pengalaman religius dan
studi kitab suci. Pada tahun 1740, Kant menempuh pendidikan di
University of Königsberg dan mempelajari tentang filosofi, matematika,
dan ilmu alam. Untuk meneruskan pendidikannya, dia bekerja sebagai
guru privat selama tujuh tahun dan pada masa itu, Kant mempublikasikan
beberapa naskah yang berkaitan dengan pertanyaan ilmiah. Pada tahun
1755-1770, Kant bekerja sebagai dosen sambil terus mempublikasikan
beberapa naskah ilmiah dengan berbagai macam topik. Gelar profesor
didapatkan Kant di Königsberg pada tahun 1770. Perkembangan
pemikiran Kant mengalami empat periode, yaitu:
a. Periode pertama ialah ketika ia masih dipengaruhi oleh Leibniz Wolf,
yaitu samapai tahun 1760. Periode ini sering disebut periode
rasionalistik.
b. Periode kedua berlangsung antara tahun 1760 – 1770, yang ditandai
dengan semangat skeptisisme. Periode ini sering disebut periode
empiristik.
c. Periode ketiga dimulai dari inaugural dissertation -nya pada tahun
1770. Periode ini dikenal sebagai tahap kritik.
d. Periode keempat berlangsung antara tahun 1790 sampai tahun 1804.
Pada periode ini Kant mengalihkan perhatiannya pada masalah religi
dan problem-problem sosial. Karya Kant yang terpenting pada
periode keempat adalah Religion within the Limitsof Pure Reason
(1794) dan sebuah kumpulan esei berjudul Eternal Peace (1795).
Immanuel Kant adalah filsuf yang hidup pada puncak
perkembangan “Pencerahan”, yaitu suatu masa dimana corak pemikiran
15

yang menekankan kedalaman unsur rasionalitas berkembang dengan


pesatnya. Pada masa itu lahir berbagai temuan dan paradigma baru
dibidang ilmu, dan terutama paradigma ilmu fisika alam. Heliosentris
temuan Nicolaus Copernicus (1473 – 1543) di bidang ilmu astronomi yang
membutuhkan paradigma geosentris, mengharuskan manusia
mereinterpretasikan pandangan duniannya, tidak hanya pandangan dunia
ilmu tetapi juga keagamaan.
Selanjutnya ciri kedua adalah apa yang dikenal dengan deisme,
yaitu suatu paham yang kemudian melahirkan apa yang disebut Natural
Religion (Agama alam) atau agama akal. Deisme adalah suatu ajaran yang
mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini. Akan tetapi setelah
dunia diciptakan, Tuhan menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri.
Sebab ia telah memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya. Segala
sesuatu berjalan sesuai dengan hukum-hukumnya. Manusia dapat
menunaikan tugasnya dalam berbakti kepada Tuhan dengan hidup sesuai
dengan hukum-hukum akalnya.
Maksud paham ini adalah menaklukkan wahyu ilahi beserta degan
kesaksian-kesaksiannya, yaitu buku-buku Alkitab, mukjizat, dan lain-lain
kepada kritik akal serta menjabarkan agama dari pengetahuan yang
alamiah, bebas dari pada segala ajaran Gereja. Singkatnya, yang
dipandang sebagai satu-satunya sumber dan patokan kebenaran adalah
akal. Kant berusaha mencari prinsip-prinsip yang ada dalam tingkah laku
dan kecenderungan manusia. Inilah yang kemudian menjadi kekhasan
pemikiran filsafat Kant, dan terutama metafisikanya yang dianggap
benar-benar berbeda sama sekali dengan metafisikan pra Kant.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa para filosof dan juga
pemikirannya akan selalu menjadi dasar pemikir pemikir yang ada hingga
sekarang. Semua adalah hasil dari setiap pikiran yang dicurahkan demi
perkembangan pada masa modern.
16

BAB III
KESIMPULAN

A. Sejarah Filsafat Modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang
menjadi tanda habisnya era skolastisisme. Munculnya ratus tahun ke-17 sampai
awal ratus tahun ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara. Dimulai sejak
munculnya rasionalisme lewat pemikiran Descartes, seorang filsuf terkemuka
pada 100 tahun dan di masa ini hadir beberapa tokoh perintis yang membuka
jalan baru menuju perkembangan ilmiah yang modern. Diantaranya
Leonardo da Vinci (1452-1519), Nicolaus Coperticus (1473-1543), Johannes
Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-1643).
B. Pemahaman Rasionalisme, Idealisme, dan Empirisme sebagai aliran yang
muncul pada Filsafat Zaman Modern dijelaskan sebagai berikut:
1. Rasionalisme merupakan paham filsafat yang menyatakan bahwa akal
(reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan.
2. Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dipahami dalam kaitannya dengan dengan jiwa dan roh.
3. Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan
itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal
C. Pemikiran dan tokoh filosof yang hidup pada masa modern, yaitu:
1. Rene Descastes (Certasius/1596-1650) yang digelar sebagai “Bapak
filsafat modern, pemikirannya sifat subjektif, individualists, humanis
dalam filsafat Descartes
2. Francis Bacon (1210-1292). Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang
sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan
inderawi dengan dunia fakta.
3. Immanuel Kant (1724-1804) adalah filosuf yang hidup pada puncak
perkembangan “Pencerahan”, yaitu suatu masa dimana corak pemikiran
yang menekankan kedalaman unsur rasionalitas berkembang dengan
pesatnya.
17

DAFTAR PUSTAKA

Buku Buku

Agoes Hendriyanto, Sejarah pemikiran Filsafat Modern, (Yogyakarta : Bumi


Aksara, 2012).

Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu Cet ke VI, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008).

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Cet. IX (Yogyakarta: Kanisius,


1993).

K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat (Cet. 15; Yogyakarta: Kanisius, 1998).

Mustansyir Rizal dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Cet ke VII, ( Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2008).

Simon Petrus, Petualangan Intelektual, (Yogyakarta : Kanisius, 2004)

Sumarna, Filsafat ilmu, Mencari Makna Tanpa Kata dan Mentasbihkan Tuhan
dalam Nalar, (Jakarta : Penerbit Rosda, 2020).

Jurnal

Tri Santi dan M Nurwahidin, Peran Filsafat Ilmu Dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan di Era Modern, Journal of Innovation Research and
KnowledgeVol.2, No.6, November 2022

Website

https://www.academia.edu/8768618/SEJARAH_PERKEMBANGAN_ILMU_PA
DA_MASA_MODERN, diakses pada tanggal 19 September 2023 pukul
13.00 Wib., diakses pada tanggal 21 September 2023, pukul 20.30 Wib

Anda mungkin juga menyukai