Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT MODERN

Mata Kuliah: Pengantar Filsafat


Dosen Pengajar: Fahrinawati, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 7

Fitriah Nuraini (2023122798)


Ghaida Muthmainnah (2023122784)
Irsa Fima Hayati (2023122754)
Lailatul Karimah (2023122761)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN 2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Filsafat Modern”. Makalah ini terselesaikan berkat bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Adapun makalah ini ditujujkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pengantar Filsafat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah ilmu
dan wawasan tentang Filsafat Modern untuk penulis dan pembaca.
Semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan serta isi atau materi, kami
mohon saran dan kritik dari pembaca agar bisa menulis makalah yang lebih baik
untuk selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kandangan, 4 November 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A. Pengertian dan Perkembangan Filsafat Modern ................................ 2
B. Aliran-aliran dalam Filsafat Modern .................................................. 4
C. Karakteristik dalam Filsafat Modern ............................................... 10
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 12
A. Kesimpulan ...................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman
pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan
munculnya gerakan Renaisans. Selain itu, para humanis mempunyai arti
meningkatkan suatu hal perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahlian
dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik
dan melewatinya budaya klasik.
Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian
sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta,
manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya
manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi
kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti
dapat menjelaskan segala macam persoalan yang diperlukan juga
pemecahannya.
Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menemukan manusia
di tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak
pemikirannya antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya mendasarkan pada akal
pikir dan pengalaman. Sehingga akal diberi kepercayaan yag lebih besar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu filsafat modern?
2. Apa saja aliran filsafat modern?
3. Apa karakteristik dalam filsafat modern?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan perkembangan filsafat modern
2. Untuk mengetahui cabang-cabang filsafat modern
3. Untuk mengetahui karakteristik dalam filsafat modern

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Perkembangan Filsafat Modern


Zaman Modern yakni zaman sesudah abad pertengahan berakhir hingga
sekarang.1 Waktu munculnya filsafat modern adalah abad ke-17 hingga awal
abad ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara. Secara harfiah, modern bermakna
manusia hanya hidup disini dan saat ini. Pada periode modern, para filsuflah
yang menjadi pelopor perkembangan filsafat, setelah sebelumnya selama
periode pertengahan dipelopori oleh para pemuka agama.2
Secara historis, zaman modern muncul sejak adanya krisis zaman
pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan
munculnya Gerakan Renaissance.3 Renaissance berarti kelahiran kembali, yang
mengacu kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia
(pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan
kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani
dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk
mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.4
Versi lain menjelaskan bahwa periode sejarah yang disebut “modern”
mempunyai banyak perbedaan pandangan tentang jiwa dengan periode
pertengahan. Ada dua hal yang terpenting menandai abad modern, yakni
runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas sains. Negara-negara semakin
menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol kebudayaan.
Mula-mula kekuasaan bangsa-bangsa utamanya berada ditangan Raja, kemudian
sebahagian di Yunani kuno, raja-raja perlahan digantikan oleh demokrasi.
Kekuasaan negara-bangsa dan fungsi-fungsi yang diperankannya terus
berkembang disepanjang periode sejarah modern tetapi secara keseluruhan,

1
Muliati Sesady, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Trust Media Publishing, 2019), h. 99.
2
Miswari, Filsafat Terakhir: Evaluasi Filsafat Sepanjang Masa, (Lhokseumawe: Unimal
Press, 2016), h. 206.
3
Muliati Sesady, Pengantar Filsafat, loc. cit.
4
Ibid., h. 99-100.

2
pengaruh negara terhadap pemikiran-pemikiran para filosof lebih kecil
dibandingkan pengaruh gereja pada abad pertengahan.5
Ciri pemikiran filsafat modern antara lain ingin menghidupkan Kembali
Rasionalisme, Humanisme dan lepas dari pengaruh atau dominasi agama. Oleh
J. Burekhardt (1860 M), konsep sejarah pemikiran yang menunjuk kepada
periode yang bersifat Individualisme, kebangkitan kembali kebebasan berpikir
sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan.6
Filsafat abad modern pada pokoknya ada tiga aliran:
1. Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650 M).
2. Aliran Emperisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292 M).
3. Aliran Kritisisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804 M).7
Ada hal-hal yang jelas menandai masa modern ini, yaitu berkembang pesat
berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan ekonomi.8
Pada masa modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang ekonomi.
Hal ini terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan,
pertukaran barang, kegiatan ekonomi monoter, dan perbankan. Kaum kelas
menengah melakukan upaya untuk bangkit dari keterpurukan dengan
mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini terkait dengan syarat-
syarat dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa dibeli dengan
uang. Makanisme pasar sudah mulai mengambil peranan penting untuk
menuntut manusia yang rajin, cerdik, dan cerdas. Dari sudut pandang sosio-
ekonomi menjelaskan bahwa individu berhadapan dengan tuntutan-tuntutan
baru dan praktis yang harus dijawab berdasarkan kemampuan akal budi yang
mereka miliki. 9

5
Ibid., h. 100.
6
Ibid., h. 100-101.
7
Ibid., h. 101.
8
Tjahjadi, Petualangan Intelektual, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 175.
9
Ibid., h. 176.

3
Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat, masa modern merupakan periode
dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam
tingkat pemikiran filsofis Barat.10
Filsuf yang paling terkenal pada masa filsafat modern ini adalah Rene
Descartes (1596-1650). Ia diberikan gelar sebagai Bapak Filsafat Modern.
Menurut Bertrand Russel, kata “Bapak” pantas diberikan kepada Descartes
karena dialah orang pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat
berdasarkan atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah.
Dia pula orang pertama diakhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi
yang kuat dan tegas yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal,
bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, dan bukan yang lainnya. Ia ingin
filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada
semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal.11
Descartes menulis sebuah buku yang terkenal, yaitu Discours de la method
pada tahun 1637. Bukunya tersebut berisi tentang uraian tentang metode
perkembangan intelektualnya. Dia dengan lantang menyatakan bahwa tidak
merasa puas dengan filsafat dan ilmu pengetahuan yang menjadi bahan
pendidikannya. Dia juga menjelaskan bahwa di dalam dunia ilmiah tidak ada
sesuatu pun yang dianggapnya pasti.12
Era filsafat modern, kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20,
muncullah berbagai aliran pemikiran antara lain: positivisme, materialisme,
eksistensialisme, fenomenologi, dan lain-lain.

B. Aliran-aliran dalam Filsafat Modern


1. Positivisme
Aliran filsafat positivisme lahir pada abad ke-19 titik tolak pemikirannya
apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang positif sehingga
metafisika ditolaknya. Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari

10
Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1976), h. 42.
11
Musakkir, “Filsafat modern dan perkembangannya”, Jurnal Pemikiran Keislaman dan
Kemanusiaan, Vol. 5 No. 1, (Oktober, 2021), h. 6.
12
Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, loc. cit.

4
fakta yang positif. Dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan, bagi
positivisme, sesuatu yang diluar fakta dikesampingkan.13
Tokoh utama dalam aliran positivisme ini adalah August Comte (1798–
1857 M). Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh
pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
eksperimen. Dengan eksperimen itulah diharapkan kekeliruan indera dapat
dikoreksi. Indera tidak cukup mengatakan api panas, matahari panas,
sekarang panas, tetapi memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya,
panas diukur dengan derajat, jauh di ukur dengan meteran dan sebagainya.14
Dari sini dapat dipahami bahwa pada dasarnya positivisme bukan suatu
aliran yang memiliki khas sendiri, melainkan hanya menyempurnakan
empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia
menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen
dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya positivisme itu sama dengan
empirisme plus rasionalisme.15
Berkaitan dengan perkembangan pemikiran manusia, menurut August
Comte perkembangan tersebut melalui tiga zaman atau tahap, yaitu:
a. Tahap teologis, suatu tahap atau zaman dimana manusia percaya bahwa di
belakang gejala-gejala alam, terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang
mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Tahap ini dibagi lagi atas
tiga periode:
1) Periode animisme, (benda-benda dianggap berjiwa), misalnya percaya
pada keris, batu ajaib yang bisa menyembuhkan berbagai macam
penyakit.
2) Periode politeisme, yaitu manusia percaya pada banyak dewa, misalnya
percaya adanya dewa hujan, dewa cinta, dan lain-lain.
3) Periode monoteisme, yaitu manusia percaya pada satu Allah sebagai
Yang Maha Kuasa.

13
Ahmad Choirul Rofiq, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: STAIN po press, 2014), h. 64.
14
Ibid.
15
Ibid.

5
b. Tahap metafisis, yaitu suatu tahap di mana kekuatan adikodrati diganti
dengan ketentuan-ketentuan abstrak atau konsep-konsep. Misalnya, pada
tahap ini tidak lagi percaya pada kekuatan batu ajaib tetapi mencoba
menjawab apa sih sebenarnya batu ajaib itu.
c. Tahap positivis, yaitu suatu tahap dimana orang tidak lagi mencapai
pengetahuan tentang yang mutlak baik teologis maupun metafisis. Orang
berusaha mendapatkan hukum-hukum dari fakta-fakta yang diperoleh dari
pengamatan dan akalnya. Dalam tahap terakhir inilah nampak bahwa
aliran positivisme merupakan perpaduan empirisme plus rasionalisme.16
Tahap ini disebut juga tahap Ilmiah. Sebagaimana contoh di atas tentang
batu ajaib, maka pada tahap ini mencoba mencari, meneliti,
mengeksperimen apa yang terkandung di dalam batu ajaib tersebut
sehingga bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.17
Perlu diketahui bahwa ketiga tahap atau zaman tersebut menurut Comte,
tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi
juga berlaku bagi perorangan. Misalnya, kanak-kanak sebagai seorang
teologis, sebagai pemuda menjadi metafisis, dan sebagai orang dewasa ia
adalah seorang positivis.18
Selain August Comte tokoh lainnya antara lain John S. Mill (1806-1873)
dan Herbert Spencer (1820-1903).19
2. Materialisme
Aliran filsafat materialisme memandang bahwa realitas seluruhnya adalah
materi belaka. Tokoh aliran ini adalah Ludwig Freuerbach (1804-1872 M),
Julien de Lamettrie (1709-1751, dan Karl Marx (1818-1883).20
Dalam pandangan materialisme, manusia itu “pada akhirnya” adalah
benda seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak
mengatakan bahwa manusia sama dengan seperti kayu dan batu. Akan tetapi,

16
Ibid., h. 65.
17
Ibid., h. 66.
18
Ibid.
19
Asmoro Acmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012) h. 20.
20
Ibid.

6
materialisme mengatakan pada akhirnya, pada dasarnya. Manusia hanyalah
suatu yang material. Dengan kata lain materi, betul-betul materi. Menurut
bentuknya memang manusia lebih unggul ketimbang sapi, batu, atau pohon,
tetapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan sapi. Dilihat dari segi
keberadaannya juga sama. Nah, disinilah bagian ajaran materialisme itu
dihantam oleh eksistensialisme.21
3. Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dari kata dasar exist. Kata
exist itu sendiri adalah bahasa latin, ex yang berarti keluar dan sistance berarti
berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri.22
Dalam membuat defnisi eksistensialisme kaum eksistensialis tidak sama
tentang apa yang dimaksud sebenarnya dengan eksistensialisme. Namun
demikian ada sesuatu yang dapat disepakati oleh mereka yaitu sama-sama
menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.23
Adapun tokoh-tokoh dalam aliran eksistensialisme adalah Soren
Kierkegard, Martin Heidegger, J.P. Sarte, Karl Japers, Gabriel Marcel. Secara
singkat Kierkegard memberikan pengertian eksistensialisme adalah suatu
penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah.24
Filsafat eksistensi tidak sama persis dengan eksistensialisme. Yang
dimaksud filsafat kesistensi adalah benar-benar sebagaimana arti katanya,
yaitu filsafat yang menenpatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral. Ini
adalah satu ragam filsafat. Tokoh-tokoh yang dapat digolongkan kedalam
filsafat eksistensi telah banyak terdapat sebelum lahirnya filsafat
eksistensialisme. Adapaun yang dimaksud dengan filsafat eksistensialisme,
rumusannya lebih sulit dari pada eksistensi. Sejak muncul filsafat eksistensi,
cara wujud manusia telah dijadikan tema sentral perubahan filsafat, tetapi

21
Ahmad Syadalli dan Mudzakkir, Filsafat Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia: 1997),
h. 135.
22
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset, 2002), h. 218.
23
Muliati Sesady, Pengantar Filsafat, op. cit., h. 134.
24
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 31.

7
belum pernah ada eksistensi yang secara begitu radikal menghadapkan
manusia kepada dirinya seperti pada eksistensialisme.25
Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain
tidaklah sama. Manusia berada di dalam dunia, manusia menyadari dirinya
berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dan mengerti yang
dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon, batu, dan salah satu
diantaranya ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Apa arti semua ini?
Artinya ialah manusia adalah subjek. Subjek artinya yang menyadari, yang
sadar, sedangkan barang-barang yang disadarinya disebut objek.26
Rene Le Senne, seorang eksistensialis, merumuskan kesalahan
materialisme ialah detotalisasi. De artinya memungkiri, total artinya seluruh.
Maksudnya, memungkiri manusia sebagai keseluruhan. Pandangan
materialisme itu belum mencakup manusia secara keseluruhan. Pandangan
tentang manusia seperti pada materialisme itu akan membawa konsekuensi
yang amat penting. Lahirnya eksistesialisme merupakan salah satu dari
konsekuensi itu.27
Ada beberapa tokoh filasfat eksistensialisme, diantaranya yaitu: Martin
Heidegger, J.P. Sartre dan Gabriel Marcel.
a) Martin Heidegger
Menurut Martin Heidegger bahwa keberadaan hanya dapat dijawab
melalui jalan Antologi, artinya jika persoalan ini dihubungkan dengan
manusia dan dicari artinya dalam hubungan itu. Metode untuk ini adalah
metode fenomenologis. Jadi yang penting adalah menemukan arti
keberadaan itu. Satu-satunya yang berada dalam arti yang sesungguhnya
adalah beradanya manusia, mengambil tepat di tengah-tengah dunia
sekitarnya.28

25
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, op. cit., h.
219.
26
Muliati Sesady, Pengantar Filsafat, op. cit., h. 147.
27
Ibid.
28
Ibid., h. 136.

8
b) J.P. Sartre
Manurut Sastre eksistensi manusia mendahului esesnsinya. Pandangan
ini amat janggal sebab biasanya sesuai harus ada esensinya lebih duku
keberadaannya. Filsafat eksistensialisme membicarakan cara berada di
dunia ini, terutama cara berada manusia. Dengan kata lain, filsafat ini
menempatkan cara wujud-wujud manuisa sebagi tema sentral
pembahasannya. Menurut ajaran ekssitensialisme, eksistensi manusia
mendahului esensinya. Hal ini berbeda dari tetumbuhan, hewan dan
bebatuan yang esensinya mendahului eksistensi.29
c) Gabriel Marcel
Dalam filsafatnya ia menyatakan, bahwa manusia tidak hidup sendirian,
tetapi bersama-sama dengan orang lain. Tetapi manusia kebebasan yang
bersifat otonom. Dalam pada itu ia selalu dalam situasi yang ditentukan
oleh kejasmaniannya. Dari luar ia dapat menguasai jasmaninya, tetapi dari
dalam ia dikuasai oleh jasmaninya. Di dalam pertemuannya dengan
manusia laim, manusia mungkin bersikap dua macam.30
Manusia bukanlah mahluk yang statis, sebab ia senantiasa menjadi
(berproses). Ia selalu menhadapi obyek yang harus diusahakan, seperti
yang tampak dalam hubungannya dengan orang lain.Perjalanan manusia
ternyata akan berakhir pada kematian, pada yang tidak ada. Perjuangan
manusia sebenarnya terjadi di daerah perbatasan antara tidak berada. Oleh
karena itu manusia menjadi gelisah, menjadi putus asa dan takut kepada
kematian. Namun sebenarnya kemenangan kematian itu hanyalah semu
saja, sebab hanya cinta kasih dan kebahagiaan itulah yang member harapan
guna mengatasi kematian.31
Di dalam cinta kasih dan kesetiaan ada kepastian, bahwa ada Engkau
yang tidak dapat mati. Harapan itulah yang menerobos kematian. Adanya
harapan menunjukkan, bahwa kemenangan kematian adalah semu. Ajaran

29
Ibid., h. 140.
30
Ibid., h. 141.
31
Ibid.

9
tentang harapan ini menjadi ajaran Marcel. Harapan ini menunjukkan
adanya Engkau Yang Tertinggi (Tci Supreme), yang tidak dapat dijadikan
obyek manusia. Engkau Tertinggi inilah Allah, yang hanya dapat
ditemukan di dalam penyerahan seperti halnya kita menemukan Engkau
atau sesama kita dalam dalam penyerahan seperti halnya kita menemukan
Engkau atau sesama kita dalam penyerahan dan dalam keterbukaan dan
partisipasi dalam berada yang sejati.32
4. Fenomenologis
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu
hal yang tidak nyata dan semu. Perbedaan yang dibawakan oleh Kant antara
fhenomenon atau penampakan realitas kepada kesadaran, dan noumenon atau
wujud dari realitas itu sendiri. Problema untuk mengkompromikan realitas
dengan fikiran tentang realitas menjadi lebih sulit karena tidak dapat
mengetahui realitas tanpa hubungan dengan kesadaran, dan tidak dapat
mengetahui kesadaran tanpa hubungan dengan realitas. seorang filosof itu
mengabdikan diri untuk menebus rahasia, filosof fenomenologi berusaha
untuk memecahkan dualisme itu. Ia memulai tugasnya dengan mengatakan:
jika memang ada pemecahan soal, maka pemecahan tersebut berbunyi:
“Hanya fenomenologi yang tersajikan kepada kita dan oleh karena itu kita
harus melihatnya”. Sebagaimana yang telah dituliskan oleh Merleus-Ponty,
“fenomena adalah daftar kesadaran-kesadaran sebagai tempatnya alam”.33
Dan yang lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai sumber
berpikir yang kritis. tokohnya Edman Husserl dan pengikutnya.
Pemikirannya, bahwa objek atau benda harus diberi kesempatan untuk
berbicara, yaitu dengan cara deskriptif fenomenologis yang didukung oleh
metode deduktif. Tujuannya adalah melihat hakikat gejala-gejala secara
intuitif.34

32
Ibid., h. 142.
33
Asmoro Acmadi, Filsafat Umum, op. cit., h. 26.
34
Ibid.

10
C. Karakteristik Filsafat Modern
Pada filsafat abad modern ini, manusia sebagai pusat analitis yang membuat
makna pada zaman ini disebut antroposentris. Corak filsafat zaman modern
berbeda dengan abad pertengahan, terutama pada otoritas kekuasaan politik dan
ilmu pengetahuan. Apabila pada abad pertengahan, otoritas kekuasaan mutlak
dipegang oleh gereja dengan dogma-dogmanya, pada zaman modern otoritas
kekuasaan terletak pada kemampuan akal manusia. Manusia pada zaman modern
tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali kekuasaan politiknya yang
bersifat absolute (mutlak).35

35
Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 13.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara historis zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan
selama dua abad (abad ke-14 dan abad ke-15) yang ditandai dengan munculnya
gerakan renaissance atau kelahiran kembali. Titik tujuan utama gerakan ini
adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan
mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen dan untuk
mempersatukan kembali gereja-gereja yang terpecah-pecah.
Di samping itu, para humanisme bermaksud meningkatkan suatu
perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah
manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur
klasik. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas atas segala
hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat
dan sejarah. Asumsi yang digunakan semakin besar kekuasaan akal akan dapat
diharapkan lahir dunia baru yang penghuninya dapat merasa puas atas dasar
kepemimpinan akal yang sehat. Munculnya Renaissance telah membawa
hidupnya kembali ilmu pengetahuan, banyak perubahan sosial dan kultural,
inilah oleh para sejarawan dianggapnya sebagai awal zaman modern.
Dalam era filsafat modern yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat
abad ke-20 muncullah berbagai aliran pemikiran antara lain: positivisme,
materialisme, eksistensialisme dan fenomenologis.
B. Saran
Semoga materi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam penulisan
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan didalamnya baik dalam hal
sistematika penulisan maupun isi. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Acmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012.

Bertens. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1976.

Miswari. Filsafat Terakhir: Evaluasi Filsafat Sepanjang Masa. Lhokseumawe:


Unimal Press, 2016.

Musakkir. “Filsafat modern dan perkembangannya”. Jurnal Pemikiran Keislaman


dan Kemanusiaan. Vol. 5 No. 1, Oktober. 2021.

Mustansyir, Rizal. Filsafat Analitik. Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Rofiq, Ahmad Choirul. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: STAIN po press, 2014.

Sesady, Muliati. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Trust Media Publishing, 2019.

Syadalli, Ahmad dan Mudzakkir. Filsafat Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia:
1997.

Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2002.

Tjahjadi. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius, 2008.

Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

13

Anda mungkin juga menyukai