FILSAFAT MODRN
Disusun oleh:
KELOMPOK VIII
Rifki 30356123006
Nurmadina 30356123016
Marwah 30356123026
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt . yang telah memberikan kita
nikmat yakni nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makala ini dengan tepat waktu .Dan juga nikmat yang paling besar
yakni nikmat iman dan islam . Dan tidak lupa kita kirim kan salawat beserta salam
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad saw sebagai rahmatan lillalamin.
Kelompok VIII
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A.Latar Belakang..................................................................................................1
B.Rumusan masalah.............................................................................................1
C.Tujuan Penulisan..............................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A.Definisi Filsafat Modrn....................................................................................2
1 Filsafat Modern Pada Era Renaissance ,...........................................................3
1.Filasafat Aliran Rasionalisme...........................................................................4
2.Filasafat Aliran Empirime.................................................................................7
1. Logika...............................................................................................................9
2. Filosofia teoritika...........................................................................................10
a. Fisika..............................................................................................................10
b. Matematika.....................................................................................................11
c. Metafisika.......................................................................................................11
3. Filosofia praktika (tentang hidup kesusilaan)................................................12
a. Etika............................................................................................................12
b.Politika.........................................................................................................12
4.Filosofia poetika/aktiva (pencipta)..................................................................13
a.Estetika.........................................................................................................13
C. Hasil Pemikiran Aristoteles Lainnya.............................................................14
1. Hule dan Morfe...........................................................................................14
2. Aktus dan Potensia.......................................................................................1
ii
3. Abstraksi Idea...........................................................................................144
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A.KESIMPILAN................................................................................................15
B.SARAN...........................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ilmu filasafat sebelumnya kita dapat mengetahui bahwa ilmu filsafat adalah
ilmu yang membahas tentang pemikirin-pemikiran manusia yang bisa bersifat
logis. Ilmu filsafat awalnya dari pemikir-pemikiran manusia dari negari barat dari
awal pengembangan hingga tertulis di berbagai buku dari masa kemasa hingga
saat ini kita dapat membaca atau memperoleh ilmu filsafat tersebut dengan
berbagai judul yang berbeda-beda. Apalagi dengan pengenbangan teknologi saat
ini, kita lebih muda memperoleh ilmu-ilmu filsafat .
Makala ini dibuat karna tugas dari matakuliah pengantar ilmu filsafat . Dengan
dibuatnya makala ini , Agar khalayak atau para pembaca dapat mengetahui dan
memahami bagaimana itu definisi dan mengembangan filsafat moderen dari masa
kemasa yaitu dari perkembangan filasafat yunani dan seterusnya .
B.Rumusan masalah
C.Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat berkembang pada awal abad ke enam masehi. Dilihat dari sudut
sejarah filsafat, dapat diketahui bahwa filsafat barat memiliki empat paraodisasi
didasarkan beberapa pemikiran yaitu:
Pertama, pada zaman yunani kuno yakni ,yang paling menonjol dari ciri filsafat
yunani kuno dapat ditujukan dapat perhatian terutama pada pengamatan gejala
kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang
merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Para filosof pada masa ini
mempertanyakan asal usul dari alam semesta ini dan jagad raya, sehingga ciri
pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris.
Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini
di sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk
memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam
pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk
disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam
bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat
sebenarnya.
Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan
manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim
disebut antroposentris. Filsafat Barat modern memiliki corak yang berbeda
dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas
kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas
kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada
zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu
sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun,
kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang
mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan
politiknya yang bersifat absolut.
Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris,
artinya teks menjadi tema sentral diskursus filsafat.1
1
Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol. 5 No. 1 April 2021
2
B.Perkembangan Filsafat Modern Pada Era Renaissance
2
Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol. 5 No. 1 April 2021
3
dihargai kemanusiaannya. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran gereja, bukan
menurut ukuran yang dibuat oleh manusia sendiri. Humanisme menghendaki
ukurannya haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir.
Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur
dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut,
akhirnya agama Kristen semakin ditinggalkan, sementara pengetahuan rasional
dan sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual.
Meskipun terdapat perubahanperubahan yang begitu asasi, namun abad-abad
renaissance (abad ke-15 dan ke16) tidaklah secara langsung menjadi tanah subur
bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17 daya hidup yang kuat, yang telah
timbul pada zaman renaissance itu, mendapatkan pengungkapannya yang serasi
dibidang filsafat. Telah dikemukakan, bahwa pada zaman renaissance ada banyak
sekali penemuan, diantaranya ialah:
1. Nikolaus Kopernikus, seorang tokoh gereja yang ortodoks, menemukan bahwa
matahari berada dipusat jagad raya, dan bahwa bumi mempunyai dua macam
gerak, yaitu: perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan
mengitari matahari. Akan tetapi karena takut ia dikucilkan dari gereja, maka ia
menangguhkan penerbitannya. pada tahun 1543, yaitu tahun kematiannya,
penemuannya itu diterbitkan oleh temannya.
4
terhadap norma-norma yang bersifat tradisi dan terhadap apa saja yang tidak
masuk akal termasuk keyakinan-keyakinan dan serta semua anggapan yang tidak
rasional.Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme adalah Rene
Descartes (1595-1650). Tokoh rasionalisme lainnya adalah Baruch Spinoza
(1632-1677) .Dicartes dianggap tokoh penting (bapak ) filsafat modrn. Menurut
Bertand Russel kata “ Bapak” diberikan kepada Descartes karena dialah orang
pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat berdasarkan atas
keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dia pula orang
pertama di akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat dan
tegas yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan,
bukan iman, bukan ayat suci dan bukan yang lainnya. Hal ini disebabkan perasaan
tidak puas terhadap perkembangan filsafat yang amat lamban dan banyak
memakan korban. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang mengatasnamakan agama
telah menyebabkan lambangnya perkembangan itu. Ia ingin filsafat dilepaskan
dari dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada semangat filsafat
Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal.
Tokoh-tokoh Gereja waktu itu masih berpegang teguh pada keyakinan bahwa
dasar filsafat haruslah iman sebagaimana tersirat dalam jargon credo ut intelligam
yang dipopulerkan oleh Anselmus. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat
haruslah akal, ia menyusun argumentasinya dalam sebuah metode yang sering
disebut cogito Descartes, atau metode cogito saja. Metode tersebut dikenal juga
dengan metode keraguan Descartes (Cartesian Doubt).
Anaximenes Discourse on Methode yang menjelaskan perlunya memperhatikan
empat hal berikut ini:
1. Tidak menerima sesuatu apa pun sebagai kebenaran, kecuali bila saya melihat
bahwa hal itu sungguh-sungguh jelas dan tegas, sehingga tidak ada suatu keraguan
apa pun yang mampu merobohkannya.
2. Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu sebanyak mungkin bagian,
sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.
3. Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan memulai dari hal yang sederhana
dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit
dan kompleks.
4. Dalam proses pencarian dan penelaahan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat
perhitungan-perhitungan yang sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang
menyeluruh, sehingga kita menjadi yakin bahwa tidak ada satu pun yang
terabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahan itu. Menurut Descartes, dalam
keempat keadaan itu (mimpi, halusinasi, ilusi dan hal gaib), juga dalam jaga, ada 3
sesuatu yang selalu muncul. Ada yang selalu muncul baik dalam jaga maupun
dalam mimpi, yaitu gerak, jumlah dan besaran (volume). Ketiga hal tersebut
3
Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol. 5 No. 1 April 2021
5
adalah matematika. Untuk membuktikan ketiga hal ini benar-benar ada, maka
Descartes pun meragukannya. Ia mengatakan bahwa matematika bisa salah. Saya
sering salah menjumlah angka, salah mengukur besaran, demikian pula pada
gerak. Jadi, ilmu pasti pun masih dapat saya ragukan, meskipun matematika lebih
pasti dari benda. Sampailah ia sekarang kepada langkah ketiga dalam metode
cogito. Satu-satunya hal yang tak dapat ia ragukan adalah eksistensi dirinya
sendiri yang sedang raguragu. Mengenai satu hal ini tidak ada satu manusia pun
yang dapat menipunya termasuk setan licik dan botak sekali pun. Bahkan jika
kemudian ia disesatkan dalam berpikir bahwa dia ada, maka penyesatan itu pun
bagi Descartes merupakan satu bukti bahwa ada seseorang yang sedang
disesatkan. Ini bukan khayalan, melainkan kenyataan Descartes ini diekspresikan
dalam bahasa latin cogito ergo sum (saya berpikir, karena itu saya ada). Dalam
usaha untuk menjelaskan mengapa kebenaran yang satu (saya berpikir, maka saya
ada) adalah benar, Descartes berkesimpulan bahwa dia merasa diyakinkan oleh
kejelasan dan ketegasan dari ide tersebut. Di atas dasar ini dia menalar bahwa
semua kebenaran dapat kita kenal karena kejelasan dan secara jelas dan tegas
adalah benar. Dengan demikian, falsafah rasional mempercayai bahwa
pengetahuan yang dapat diandalkan bukanlah turunan dari dunia pengalaman
melainkan dari dunia pikiran. Adapun Spinoza beranggapan bahwa hanya ada satu
substansi, yaitu Tuhan. Jika Descartes membagi substansi menjadi tiga, yaitu
tubuh (bodies), jiwa (mind) dan Tuhan, maka Spinoza menyimpulkan hanya ada
satu substansi. Adapun bodies dan mind bukan substansi yang berdiri sendiri,
melainkan sifat atribut bodies dan mind" hanyalah satu bagian dari substansi
kosmik univer semesta juga adalah Tuhan. Bagi Spinoza, Tuhan dan alam semesta
adalah satu dan sama. Ya, Spinoza percaya kepada Tuhan, tetapi Tuhan yang
dimaksudkannya adalah alam semesta ini. Tuhan Spinoza itu tidak berkemauan,
tidak melakukan sesuatu, tak mempedulikan manusia dan tak terbatas (ultimate).
Inilah penjelasan logis dan dapat diketahui tentang Tuhan menurut Spinoza.
Sebagai penganut rasionalisme, Spinoza dianggap sebagai orang yang tepat dalam
memberikan gambaran tentang apa yang dipikirkan oleh penganut rasionalisme. Ia
berusaha menyusun sebuah sistem filsafat yang menyerupai sistem ilmu ukur
(geometri). contohnya ilmu ukur (geometri) yang dikemukakan oleh Spinoza di
atas adalah salah satu contoh favorit kaum rasionalis. Mereka berdalih bahwa
aksioma dasar manusia. Dari aksioma dasar itu dapat dideduksikan sebuah sistem
yang terdiri dari subaksioma-subaksioma. Hasilnya adalah sebuah jaringan
pernyataan yang formal dan konsisten yang secara logis tersusun dalam batas-
batas yang telah digariskan oleh suatu aksioma dasar yang sudah pasti.
6
2.Filasafat Aliran Empirime
4
Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol. 5 No. 1 April 2021
7
adalah keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau
digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang
telah diamati pada masa lalu. Pengamatan inderawi terjadi karena gerak benda-
benda di luar kita menyebabkan adanya suatu gerak di dalam indera kita. Gerak
ini diteruskan ke otak kita kemudian ke jantung. Di dalam jantung timbul reaksi,
yaitu suatu gerak dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya
terjadi pada awal gerak reaksi tadi. Untuk mempertegas pandangannya, Hobbes
menyatakan bahwa tidak ada yang universal kecuali nama belaka.
Konsekuensinya ide dapat digambarkan melalui kata-kata. Dengan kata lain, tanpa
kata-kata ide tidak dapat digambarkan. Tanpa bahasa tidak ada kebenaran atau
kebohongan. Sebab, apa yang dikatakan benar atau tidak benar itu hanya sekedar
sifat saja dari kata-kata. Setiap benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas-
identitas di dalam pikiran orang.. Menurut dia, segala pengetahuan datang dari
pengalaman dan tidak lebih dari itu. Peran akal adalah pasif pada waktu
pengetahuan didapatkan. Oleh karena itu akal tidak melahirkan pengetahuan dari
dirinya sendiri. Pada waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan sejenis buku
catatan yang kosong (tabula rasa). Di dalam buku catatan itulah dicatat
pengalaman- pangalaman inderawi. Gagasan-gagasan yang datang dari indera tadi
diolah dengan cara berpikir, bernalar, mempercayai, meragukan dan dengan
demikian memunculkan apa yang dinamakannya dengan perenungan. Locke
menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap adalah penginderaan
sederhana. Ketika kita makan apel misalnya, kita tidak merasakan seluruh apel itu
dalam satu penginderaan saja. Sebenarnya, kita menerima serangkaian
penginderaan sederhana, yaitu apel itu berwarna hijau, rasanya segar, baunya
segar dan sebagainya. Setelah kita makan apel berkali-kali, kita akan berpikir
bahwa kita sedang makan apel. Pemikiran kita tentang apel inilah yang kemudian
disebut Locke sebagai gagasan yang rumit atau ia sebut dengan persepsi. Dengan
demikian kita dapat mengatakan bahwa semua bahan dari pengetahuan kita
tentang dunia didapatkan melalui penginderaan.
Dengan demikian semua pengetahuan kita betapapun rumitnya, dapat dilacak
kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertamatama
yang dapat diibaratkan seperti atom-atom yang menyusun objek-objek material.
Apa yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali seperti demikian itu
bukanlah pengetahuan atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-
hal yang faktual Di tangan empirisme Locke, filsafat mengalami perubahan arah.
Jika rasionalisme Descartes mengajarkan bahwa pengetahuan yang paling
berharga tidak berasal dari pengalaman, maka menurut Locke, pengalamanlah
yang menjadi dasar dari segala pengetahuan. Namun demikian, empirisme
dihadapkan pada sebuah persoalan yang sampai begitu jauh belum bisa
dipecahkan secara memuaskan oleh filsafat. Persoalannya adalah menunjukkan
8
bagaimana kita mempunyai pengetahuan tentang sesuatu selain diri kita dan cara
kerja pikiran itu sendiri.Menurut Aristoteles filsafat ilmu adalah sebab dan asas
segala benda. Filsafat ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu logika, fisika, matematika ,metafisika,
etika, politik dan estetika.
1. Logika
Secara etimologis “logika “ bersal dari kata yunani “ logos “,di bentuk dari kata
“logos”yang berarti ucapan, bahasa, pengertian, akal bodi, ilmu. “logikus”
berarerti apa yang dapat dimengerti dan dilakukan diucapkan, karna pikiran
berfungsi dengan baik, teratur, sistematis, dan masuk akal. Berarti, logika
berhubungan baik dengan pemikiran maupun bahasa, baik pengertian maupun
ungkapan atau pernyataannya. Kata sifat “logos” berarti masuk akal. Pernyataan
yang logis mengepresikan proses bernalar secara tertib dan teratur.
≈ Setiap manusia pasti akan mati ≈ dapat disimpulkan bahwa semua yang
bernyawa pasti akan kati. Dan” setiap penyakit akan sembuh “ maksudnya
penyakit apapun bisa di sembuhkan jika sesuai dengan obatnya dengan berjalanya
waktu. Menurut Aristoteles, pengetahuan baru dapat dihasilkan melalui dua cara
yaitu induksi dan deduksi. Induksi yaitu bertolak dari kasus-kasus yang khusus
menghasilkan pengetahuan tentang yang umum. Sedangkan deduksi bertolak dari
dua kasus yang tidak disangsikan dan atas dasar itu menyimpulkan kebenaran
yang ke tiga. Cara deduksi inilah yang di sebut silogisme. Induksi tergantung pada
pengetahuan indrawi senngakan deduksi atau silogisme sama sekali lepas dari
pegetahuan indrawi. Itula sebabnya mengapa Aristoteles menganggap deduksi
sebagai cara sempurna menuju pengetahuan baru.5
5
Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol. 5 No. 1 April 2021
Aristoteles; Biografi dan Pemikiran
Fiala, andrew ( ed) the bloombury campion to political phylosopy london bloombury 2015
Ilmu pengantar filsafat Fiala, andrew ( ed) the bloombury campion to political phylosopy london
bloombury 2015
9
2. Filosofia teoritika
a. Fisika.
Contoh : Kosmos terdiri dari dua wilayah yang sifatnya berbeda. Wilayah
sublunar di bawah bulan, maksudnya bumi) dan wilayah yang meliputi bulan,
planet dan bintang. Biografi dan Pemikiran mempunyai permulaan dlam waktu
dan tidak mempunyai akhir (kekal). Sedangkan bumi dan isinya terdiri dari empat
unsur: api, udara, tanah dan air. Sedangkan selain bumi hanya terdiri dari satu
unsur yaitu aether. Penggerak pertama adalah yang tidak di gerakkan. Beberapa
pembagian penting untuk memahami pemikiran Aristoteles:
1)Doktrin tentang substansi dan aksiden, benda dan bentuk Substansi adalah hal
pertama dan fundamental dari setiap benda dan kategori. Substansi merupakan
kategori pertama dan fundamental yang membedakannya dengan kategori-
kategori lainnya yang merupakan aksidennya saja. Misalkan kita ambil contoh
sebuah meja. Meja adalah substansinya sedangkan warna hijaunya, untuk makan,
dll adalah aksidentnya saja. Jadi bisa dikatakan substansi adalah apa yang
membuat benda itu adalah totalitas benda itu sedangkan aksidentnya adalah apa
yang membuat benda itu sebagai benda particular; meja adalah ketotalan dari meja
sedangkan warna hijau, untuk makan adalah kepartikularan benda itu
2) Konsep gerak Konsep Gerak termasuk konsep yang penting dalam pemikiran
Aristoteles. Gerak ini juga menandakan perubahan dari potensial ke actual. Di sini
perubahan itu tidak menjadi hal yang penting; apakah perubahan dari potensial ke
actual itu adalah pertumbuhan, pembusukan, perubahan kualitas jumlah dan
kualitas, atau pun berubah tempat.
3) Konsep tetang elemen dan teori mixio Selain soal gerak, hal penting lain dari
Aristoteles yang menjadi pegangan dari pemikiran barat pada kurun waktu yang
lama setelahnya adalah dokrin tentang empat elemen yang berasal dari system
pemikiran Empedokes dan bagaimana cara menemukan keempat elemen itu dalam
prinsip–prinsip yang sangat mendalam. Keempat elemen ini mempunya kualitas-
kualitasnya tertentu pula yakni kualitas sentuhan, aktif, harus berpasang-pasangan
dalam oposisinya. Aristoteles menunjukan delapan pasangan yang mempunya
kualitas haptic yang kontras satu sama lain: panas-dingin, kerng-lembab, berat-
ringan, jarangpadat, lembut-keras, kasar-halus, rapuh-tabah. Dan elemen dari
material dunia ditandai oleh empat kemungkinan kombinasi dari dua haptic aktif
10
6
kualitas (prima quialitates): tanah (kering dan dingin), air (dingin dan lembab) 7,
udara (lembab dan panas), api (panas dan kering). Segala material alam di dunia
ini mengandung paling sedikit dua dari keempat elemen ini.
4) Gerak natural dan gerak dipaksa Setiap gerakan digerakan oleh sesuatu yang
lainnya. Ini merupakan aksioma yang mendasari Fisika Aristotelian. Gerak sendiri
merupakan sesuatu yang sangat menjadi perhatian Aristoteles. Misalnya dalam De
Anima sendiri Aristoteles sudah membicarakan soal gerak. Setiap benda yang
bergerak selalu diakibatkan oleh penggerak yang lainnya yang bisa juga sedang
bergerak atau juga diam.
b. Matematika
c. Metafisika
Secara etimologi kata “metafisika” (Ingris: metafhysics) berasal dari kata bahasa
yunani “me ta physika”.Mata berarti setelah melampaui; ta physuka berarti hal-
hal yang menyangkut alam fisik (fhysis). Metafisika yaitu berpusat pada persoalan
barang dan bentuk. Bentuk dikemukakan sebagai pengganti pengertian dari Dunia
Idea Plato yang ditolaknya. Berbeda dengan plato yang memisahkan idea dan
kenyataan lahir, Aristoteles beranggapan bahwa bentuk ikut serta memberikan
kenyataan pada benda. Benda dan bentuk tak dapat dipisahkan. Barang ialah
materi yang tidak mempunyai bangun, melainkan hanya substansi, maka bentuk
adalah bangunnya. Sebagai contoh pada pandangan plato, jiwa tidak dapat mati
karena merupakan sesuatu yang adikodrati berasal dari dunia ide. Plato
berpendapat bahwa jiwa itu bersifat kekal. Sedangkan menurut Aristoteles, jiwa
dan tubuh ibarat bentuk dan materi. Jiwa merupaka asas hidup yang menjadikan
7
Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol. 5 No. 1 April 2021
Aristoteles; Biografi dan Pemikiran Ilmu pengantar filsafat Fiala, andrew ( ed) the bloombury
campion to political phylosopy london bloombury 2015
11
tubuh memiliki kehidupan. Disadari Aristoteles, bahwa tubuh bisa mati oleh sebab
itu, maka jiwanya juga ikut mati.
a. Etika
12
1.) Monarki (kerajaan), diperintah oleh seorang raja untuk kepentingan semua,
tapi jika sebaliknya dapat berpotensi tirani 8
3.) Polity, diperintah semua rakyat untuk kesejahteraan umum, jika sebaliknya,
mayoritas rakyat memerintah untuk kepentingan si miskin saja dapat menjadi
demokrasi. Menurut Aristoteles, sistem politik terjelek adalah tirani dan
demokrasi yang terlalu berlebihan. Baginya tidak ada sistem politik terbaik, maka
diperlukan adanya konstitusi. Selain berpikiran pentingnya suatu keadilan dalam
suatu negara, Aristoteles juga berpikir bahwa hukum yang dapat dipaksakan
diperlukan untuk memupuk persahabatan. Negara terbaik bagi Aristoteles adalah
negara di mana tiap warganya sejauh mungkin turut serta dalam kehidupan politik
atau negara.
a.Estetika
Kata estetika berasal dari kata yunani aisthesis yang berartoi perasaan atau
sensitifitas. Pengertian estetika erat sekali kaitannya dengan dengan selera dan apa
yang dapat dirasakan oleh lidah. Itulah disebabnya secara populer pengalaman
estetis dipahami sebagai perasaan subyektif belaka. Sebagai cabang filsafat, ilmu
8
Aristoteles; Biografi dan Pemikiran
9
Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol. 5 No. 1 April 2021
Aristoteles; Biografi dan Pemikiran Ilmu pengantar filsafat Fiala, andrew ( ed) the bloombury
campion to political phylosopy london bloombury 2015
13
estetika dimulai dalam tulisan plato yang berjudul Heppias maior (Greater
hippias) .
10
Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol. 5 No. 1 April 2021
Aristoteles; Biografi dan Pemikiran
14
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPILAN
B.SARAN
Dalam makala ini, kami sebagai penulis berharap kepada seluruh audiens atau
kepada khalayak yang pernah membaca makala ini agar mengkritik bila pada
penulisan makala ini banyak kalimat yang salah atau kekeliruan didalamnya.
Maka kami dari kelompok VIII memohon kepada para audiens untuk memberikan
kami kritikan. Karana kami butuh itu untuk mengembangkan
penulisan/pembuatan makala kami kedepannya .
DAFTAR PUSTAKA
15
Ilmu pengantar filsafat Fiala, andrew ( ed) the bloombury campion to political
phylosopy london bloombury 2015
Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol. 5 No. 1 April 2021
Aristoteles; Biografi dan Pemikiran
16