Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MACAM-MACAM FILSAFAT ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat


Dosen Pengampu : Anas Salahudin, Drs, M.Pd

Disusun oleh :
Dhelia Salma Putri R
1212090037

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Filsafat ini tepat waktu.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul Filsafat Rasionalisme dapat diselesaikan dengan baik.
Saya berharap makalah tentang ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik. Selain
itu, saya juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca
makalah ini.
Penulis menyadari makalah berjudul ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. Saya menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, saya memohon maaf.
Seiring dengan itu, saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu, Bapak Anas
Salahudin, Drs, M.Pdyang telah membimbing saya dalam proses pembelajaran dan rekan-
rekan semua yang telah mendukung kelancaran proses pembuatan. Saya berharap makalah ini
bermanfaat bagi saya khususnya, dan para pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Bandung, November 2021


Penulis

I
Daftar Isi

BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 FILSUF ISLAM.........................................................................................................................3
2.2 Filsafat Pendidikan....................................................................................................................4
2.3 Hal yang mencakup Filsafat Pendidikan.................................................................................4
2.4 Sumber Filsafat Ilmu.................................................................................................................5
2.4 Aliran Filsafat Pendidikan Islam..............................................................................................6
BAB III.................................................................................................................................................8
PENUTUP............................................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9

II
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konon, orang yang mula-mula sekali akal secara serius adalah orang Yunani yang
bernama Thales ( kira-kira tahun 624-546 ). Orang inilah yang digelari Bapak Filsafat. Gelar
itu diberikan kepadanya karena ia mengajukkan pertanyaan yang aneh, yaitu : Apakah
sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia sendiri menjawab : air. Setelah itu silih berganti filsof
sezamannya dan sesudahnya mengaku jawabannya.
Buah pikiran yaitu hasil kerja akal yang mulai mengakibatkan manusia awam barangkali
pertama kali dilontarkan oleh Heraclitus ( Heraclitus ) yang hidup pada sekitar tahun 500-an
SM, yaitu tatkala ia berkata bahwa sesungguhnya yang sungguh-sungguh ada, yang hakikat,
iyalah gerak dan perubahan.
Kemudian filosof lain, orang Yunani juga berhasil menyusun argumentasi untuk
membuktikan sebaliknya yang hakikat yang sungguh-sungguh ada, iyalah diam, tetap, tak
berubah, tak bergerak. Kemunculannya barangkali dapat dianggap menandai dimulainya
pemikiran sofisme. Ya berhasil membuktikan bahwa ruang kosong itu tidak ada pluralitas
( jamak ). Jadi semua yang mapan dalam pandangan orang awam ketika itu menjadi goyah
inilah salah satu karya akal yang hebat itu : kebimbangan.
Puncak kebingungan itu terlihat pada tokoh sufisme terbesar yaitu Protagoras. Ia
menyatakan bahwa manusia adalah ukuran segala-galanya. Kebenaran telah di relatif kan
yang benar ialah yang benar menurutku menurutmu kebenaran objektif tidak. Menghadapi
keadaan ini muncul orang Yunani yang bersama Socrates nama ini mungkin sama
terkenalnya dengan nama nabi Muhammad. Socratez hidup pada kira-kira tahun 470-399 SM.
Ia orang yang taat beragama menyakini dasar-dasar pengetahuan demikian menurut sejarah,
ia berpendapat bahwa yang benar secara objektif itu ada itu dapat dipegang.
Usaha Socrates itu diteruskan oleh Plato orang ini adalah teman dan murid Socrates
dengan mengangkat esensi pada pengertian umum Socrates maka adanya kebenaran objektif
semakin dikukuhkan. Setelah peristiwa itu pemikiran manusia ( filsafat ) memasuki suatu
periode yang panjang sekali kira-kira 1500 tahun. Periode inilah yang sering disebut abad
pertengahan ini adalah sebutan yang amat sederhana filsafat pada periode ini pada pokoknya
dipengaruhi oleh Kristen. Pemikiran seperti direm. Yang reffnya ialah orang-orang Kristen
atas nama agama Kristen. Rumus utama pada periode ini adalah Credo ut Intelligam. Periode
ini seolah-olah merupakan periode "balas dendam" terhadap merajalelanya akal pada periode
sebelumnya. Jika munculnya Socrates dapat dianggap sebagai reaksi terhadap akal yang
terlalu mendominasi manusia maka munculnya Docrates dapat dianggap sebagai reaksi
terhadap dominasi suara hati ( dalam hal ini gimana Kristen ).
Dua tokoh besar muncul dari dua latar belakang yang amat berbeda yang satu muncul
karena ulah akal yang satu lagi muncul karena ulah orang yang mengatasnamakan agama
Kristen yang terlalu dipengaruhi oleh hati atau rasa. Rene Descartes lahir pada tahun 1596
dan meninggal pada tahun 1650 M. Yang meletakkan akal (logos) sebagai basis filsafat
tepatnya basis berfilsafat, bukan agama atau yang lainnya. Mungkin karena pengaruh
Descartes, Francis Bacon (1561-1626) telah tertarik pada induksi yang rumit dan ini tak pelak
lagi merupakan metode ilmiah sebagai tulang punggung kemajuan sains metode ini telah
disebarkan benihnya sejak lama sebelum itu akal berkuasa lagi ini untuk yang ke dua. Sejak

1
pertanyaan ini didasari muncullah sederet filosof yang dengan serius mempelajari akal. Jhon
Locke telah mengeluarkan suatu pembahasan tentang akal dalam bukunya essay on human
understanding (1689). Rousseau berjuang keras melawan materialisme dan atheisme di
Prancis.
Tatkala Kant membaca bukunya, emile,ia merasa ada orang yang mampu memberikan
jalan keluar dari kegelapan itu. Langkah pertama yang ditempuh dalam penulisan sistem ini
ialah menelusuri lebih dulu penggunaan akal pada zaman Yunani kuno terutama penggunaan
akal pada orang-orang sofis, kemudian mengkaji argumen yang diajukan oleh socrates untuk
menghentikan laju dominasi akal dalam mengendalikan hidup manusia serta mengembalikan
kepercayaan orang kepada kebenaran sains dan agama. Argumen Cogito Descartes telah
menghidupkan kembali rasionalisme Yunani. Sistem yang hendak diajukan dalam buku ini
ialah manusia ideal ialah manusia yang utuh yaitu manusia yang menggunakan indra akal dan
hatinya secara seimbang manusia yang jalan hidupnya ditentukan oleh pertimbangan Indra
akal dan hatinya secara seimbang sekaligus dan menyeluruh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Siapa saja Para Filsuf Filsafat Islam?
2. Apa itu Filsafat Pendidikan ?
3. Apa saja hal yang mencakup Filsafat Pendidikan ?
4. Apa saja sumber dalam Pengantar Filsafat Ilmu ?
5. Bagaimana aliran Filsafat Pendidikan Islam?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam tentang Filsafat Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 FILSUF ISLAM


Di bab ini menjelaskan filsuf filsuf muslim dan karya besar mereka hingga era
kontemporer ini ,misalnya seperti : alkindi , alrazi , al faradi , ibn sina dan ibnu bajjah . tokoh
tokoh filsuf muslim ini merupakan sampel figur figur intelektual dan cendekiawan besar.
Salah satu filsuf besar islam adalah :
1) Al-Kindi
Alkindi merupakan pengarang yang dengan suara bulat diterima sebagai filsuf Arab
pertama , baik dalam arti etnik maupun kultural. Bernama panjang Abu yusuf Ya’qud bin
Ishaq al-Kindi . alkindi berasal dari suku Kindah di Yaman tetapi lahir di kufah ( irak) pada
tahun 796 M orang tua nya adalah gubernur dari basrah . setelah dewasa ia pergi ke bagdad
dan mendapat lindungan dari kalifah al ma’mun dan mu’tasim . Al-Kindi menganut aliran
Mu’tazilah dan kemudian belajar filsafat . alkindi meninggal dunia sekitar tahun 866 M .
            Terlepas dari sedikitnya informasi biografi tentang alkindi , sumber sumber klasik
menyebutkan seumbangan besar alkindi bagi perkembangan filsafat sa sains islam . ibn-
alnadim , seprang pustakawan yang terpercaya , menyebutkan adanya 242 buah karya alkindi
dalam bidang logika, metafisika , arikmatika, valak , music astrologi , geometri, kedokteran,
politik dsb diantara karya alkindi yang paling menarik justru tidak tentu rimba nya . karya
filosofinya yang cukup terkenal adalah fi al –Falsafah al-ula. Mengenai kebenaran dari luar,
alkindi menegaskan bahwa kaum muslim tidak perlu malu mengakui sebuah kebaikan dan
mengambilnya dari mana pun datangnya sekalipun datang dari orang yang jauh dan berbeda
dengan keyakinannya dengan kaum muslim . sebab , tidak ada yang utama dalam mencari
kebenaran kecuali kebenaran itu sendiri bahkan terhadap mereka yang menolak filsafat ,
alkindi menjuluki sebagai ; “orang orang yang asli.’’ dengan kebenaran dan memakai
mahkota kebenaran yang tidak berhak yang mereka pakai.
 Filsafat ketuhanan
 Filsafat jiwa dan akal

2) Al faradi
Nama lengkapnya adalah abu nashr Muhammad bin tarkhkan bin uzalagh al-farabi.al-
farabi lahir di wasij ,sebuah dusun kecil dekat farab transoxiana,pada tahun 870 m dari ayah
seorang jendral keturunan turki .sejak kecil ia kecakapan luar biasa dalam bidang
bahasa.setelah besar al-farabi meninggalkan negrinya untuk menuju baydab yang menjadi
pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan saat itu.al –farabi cukup prokdutiv dalam
melahirkan karya tulis di antara  karangan –karangannya yaitu aghradu ma ba’da at-
thabi’ah(intisari buku tentang metafisika),al-jam’u baina ra’yai al-hakimain (mempertemukan
pendapat kedua filsuf ,maksudnya plato dan aristoteles),tehsil as-sa ‘adah (mencari
kebahagiaan).
 Teori epistemology
 Filsafat jiwa

Ibnu sina membagi jiwa dalam 3 bagian:


1. jiwa tumbuh tumbuhan
2. jiwa binatang
3. jiwa kemanusiaan

3
3) Ibnu bajah
Abu bakar ibn al- sayigh yang lebih dikenal dengan ibn bajah dalam literatur Arab dan
literatur latin. Lahir di ssarabossa menjelang abad ke 11 ibn bajah kemudian pindah ke
Seville, lalu ke Granada dan akhirnya keracuana lalu meninggal dunia pada usia cukup muda
di vezz maroko, pada 138. Tidak banyak yang bisa diceritakan pada sejarah ibn bajah, sala
seorang murid ibn bajah telah mentranskirpsi sejumlah tulisan ibn bajah ihwal filsafah dalam
transkripsi itulah dia membumbuhkan sekilas hidup ibn bajah.
 Teori pemerintahan
 Teori ittishal , kontak intelektual dengan Tuhan

4) Ibnu rusyd
Abu alwalid Muhammad ibn ahmad ibn rusyd dalam literature latin ibn rasyid disebut
avveroies. Ibn rusyd lahir di kordoba pada 1126 dan mengenyam pendidikan bahasa arab,
piqih , qalam, dan kedokteran dari sejumlah guru hingga berusia 40 tahun pada saat itulah ibn
rasyd dipekenalkan kepada khALIFAH abu ya’qub yusuf atau diakrab dengan almansyur,
yang mempunyai minat besar terhadap karya aristoteles. Pada mulanya ibn rusyd membentak
kedudukan terbaik dari khalifah almansyur sehingga pada waktu itu ibn rasyd menjadi raja
semua pikiran tidak ada pendapat kecuali pendapatnya dan tidak ada kata kata kecuali.
Tetapi, keadaan tersebut segera berubah ketika ia difitnah telah merusak agama dan telah
keluar dari islam yang dilancarkan oleh golongan penetang filsafat, yaitu para fuqaha
masanya sehingga ia dikurung dikampung yauhudi bernama alisanah
.
2.2 Filsafat Pendidikan
Merupakan suatau kajian secara filosofi mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam
kegian pendidikan yang berdasarkan pada Al-Quran dan Hadits. Filsafat Pendidikan dapat pula
dikatakan suatu upaya menggunakan jasa filosofis, yaitu berfikir secara mendalam, sistematis, radikal,
dan universal mengenai masalah pendidikan.
Selain itu Pengertian filsafat Pendidikan dapat diartikan juga sebagai ilmu yang menalaah
pertanyaan yang muncul, kemudian dicari jawabannya, solusi dan hikmah. Dipandang dari landasan
filosofisnya, filsafat Pendidikan ilmu yang menjiwai landasan filosofis. Tidak semua orang
memahami jika landasan dasar filosofis menelaah secara komprehensif, konseptual tentang religi
sampai menelaah secara radikal.
2.3 Hal yang mencakup Filsafat Pendidikan

1) Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan


Masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah guru,
kurikulum metode dan lungkungannya. Seorang yang mengkaji filsafat pendidikan isalam
harus menguasai masalah filsafat pendidikan pada umumnya serta menguasai isi/kandungan
pyang ada didalam Al-Quran dan Hadits.
2) Manfaat mempelajari filsafat pendidikan islam antara lain, yaitu :
Menolong para perancang pendidikan islam dan orang-orang yang melaksanakannya
dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. Menjadi
asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan secara menyeluruh. Memberikan pendalaman
spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik di negara kita.

4
3) Kedudukan Manusia Dalam Alam Semesta
Disamping Sebagai Khalifah yang mempunyai kekuasaan untuk mengolah alam
dengan menggunakan segenap daya potensi yang dimiliki, juga sebagai ‘abd , yaitu seluruh
usaha dan aktivitas harus dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada Allah. Untuk dapat
melaksanakan tugas kekhalifahan, manusia harus diberikan pendidikan, pengajaran,
pengalaman, keterampilan dan teknologi sebagai pendukung. Ini menunjukkan konsep
kekhalifahan dan ibadah dalam al-quran erat hubungannya dengan pendidikan.

2.4 Sumber Filsafat Ilmu

1) Rasionalisme

Rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Jadi
dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus dimulai dari
rasio. Jika tidak ada rasio mustahil manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio yaitu
berfikir. Oleh sebab itu berpikir merupakan hal yang kemudian membentuk pengetahuan. Jika
manusia berpikir akan memperoleh pengetahuan, dipikir semakin banyak juga yang mau
pengetahuan yang ia dapatkan. Tokoh-tokohnya Rene Descartes, Spinoza, Leibzniz,dan
Wolff.
Namun demikian, rasio juga tidak bisa berdiri sendiri. Ia juga butuh dunia nyata
sehingga proses pemerolehan pengetahuan ini ialah rasio yang bersentuhan dengan dunia nyata
di dalam berbagai pengalaman empirisnya. Dengan demikian, seperti yang telah disinggung
sebelumnya kualitas pengetahuan manusia ditentukan seberapa banyak rasionya bekerja.
Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas sekitar maka semakin dekat
pula manusia itu kepada kesempurnaan.

2) Empirisme
Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya
pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes, Jhon Locke, Berkeley, dan yang terpenting
adalah David Hume.
Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber
pengetahuan, empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik
pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah. Thomas Hobbes menganggap bahwa
pengalaman indrawi sebagai permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari
semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan data-data indrawi yang sama dengan cara
yang berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan sistem materi dan
merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum mekanisme. Atas
pandangan ini, ajaran Hobbes merupakan sistem materialistis pertama dalam sejarah filsafat
modern.

3) Hubungan Antara Filsafat, Agama, dan Budaya


Filsafat merupakan kajian dan sikap hidup yang menggambarkan nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam kebijaksanaan. Filsafat memiliki banyak cabang-
cabang filsafat seperti logika, metodologi, metafisika, filsafat agama, dan lain-lain.
Suatu ilmu pengetahuan itu saling berhubungan, begitu juga dengan filsafat. Filsafat
dapat berinter-relasi dengan filsafat, agama, dan budaya. Untuk lebih jelasnya akan
diulas tiap-tiap bagiannya.

5
 Filsafat dan agama
Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam
sejarah dan kehidupan manusia. Selain menaruh filsafat sebagai sumber pengetahuan,
Barat juga menjadikan agama sebagai pedoman hidup. Hubungan filsafat dan agama di
Barat telah terjadi sejak periode Yunani Klasik, pertengahan, modern, dan kontemporer,
meskipun harus diakui bahwa hubungan keduanya mengalami pasang surut.
Jika dilihat melaui sudut pandang Islam maka hubungan antar filsafat dan
agama yaitu sangat erat hubungannya. Al-Quran mengatakan bahwa sarana
yang digunakan dalam mempelajari objek, yakni akal dan objek yang
diperintahkan untuk dipelajari yaitu yang bersifat realitas secara menyeluruh.
Ayat-ayat yang menerangkan itu di antaranya “maka berpikirlah wahai orang-
orang yang berakal dan berbudi”. Di sini dapat kita katakan bahwa Al-Quran
memandang positif hubungan antara filsafat dan agama.

 Filsafat dan budaya


Budaya berasal dari bahasa Sansekerta Budhayah. Kata ini berasal dari dua kata
yaitu budi dan daya. Budi artinya akal, tabiat, watak, akhlak, perangai, kebaikan,
daya upaya, kecerdikan untuk pemecahan masalah. Sementara daya berarti
kekuatan, tenaga, pengaruh, jalan, cara, muslihat. Dalam bahasa Arab, kata yang
dipakai untuk kebudayaan adalah al-Hadlarah, as Tsaqafiyah/ Tsaaqafah yang
artinya juga peradaban. Kata lain yang digunakan untuk menunjuk kata kebudayaan
adalah Culture (Inggris), Kultuur (Jerman), Cultuur (Belanda). Secara istilah,
banyak pengertian tentang kebudayaan di antaranya :
1) Kebudayaan adalah cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan diri
dalam keseluruhan segi kehidupan dari segolongan manusia yang
membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu
2) Aspek ekspresi simbolik perilaku manusia atau makna bersama yang
memengaruhi kehidupan sehari-hari sehingga menjadi konsesus dan
karenanya mengabaikan konflik
3) Kondisi kehidupan biasa yang melebihi dari yang diperlukan (Ibnu
Chaldun)
4) Bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, struktur
intuitif yang mengandung nilai- nilai rohaniah tinggi yang menggerakkan
masyarakat atau khazanah historis yang terefleksikan dalam nilai yang
menggariskan bagi kehidupan suatu tujuan ideal dan makna rohaniah yang
jauh dari kontradiksi ruang dan waktu.

2.4 Aliran Filsafat Pendidikan Islam


Prinsip dasar Iluminisme, seperti juga Sufisme, adalah bahwa mengetahui sesuatu adalah
untuk memperoleh suatu pengalaman tentangnya, yang berarti intuisi langsung atas hakikat sesuatu.
Bahwa pengetahuan eksperiensial tentang sesuatu dianalisis—yakni, secara diskursif (logis)-demon
strasional—hanya setelah diraih secara total, intuitif, dan langsung (immediate). Dalam pengantarnya
bagi bukunya yang paling penting, berjudul Hikmah Al-Isyrâq (Filsafat Iluminasi), Suhrawardi

6
menyata kan, “Saya, pada awalnya, mendapatkan (gagasan gagasan) bukan lewat proses berpikir
(kogitasi), tetapi lewat sesuatu yang lain. Hanya setelah itu saya mencari bukti-bukti tentangnya.”
Adapun perbedaan Iluminisme dengan Sufis me—dalam hal ini adalah ‘irfân (teosofi)—
antara lain adalah bahwa, meskipun sama-sama meng andalkan pada pengalaman langsung,
Iluminisme— tak seperti tasawuf (non-‘irfân)—percaya pada ke mungkinan pengungkapan
pengalaman tersebut melalui bahasa-bahasa diskursif-logis. Ini jugalah pandangan ‘irfân dan Filsafat
Hikmah. Bahkan, dalam Filsafat Hikmah, pengalaman intuitif ter sebut, bukan hanya mungkin,
melainkan harus bisa diungkapkan secara diskursif-logis untuk keper luan verifikasi publik.

 Peripatetisme - Demonstrasional - (diskursif-logis)


 Tasawuf ‘Irfân - Eksperiensial-intuitif
 Eksperiensial-intuitif - Intuitif Kesatuan dan Hierarki Wujud
 Iluminisme - Eksperiensial-intuitif- logis-analitis + Wujud sebagai Cahaya
 Filsafat Hikmah Eksperiensial-intuitif , + logis-analitis - Prinsipialitas, Kesatuan dan
Ambiguitas Wujud

7
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

 Pada dasarnya manusia juga disebut sebagai makhluk mukallaf, karena manusia dilahirkan
dengan dibebani kewajiban dan tanggung jawab. Serta dengan akal pikiranya ia mampu menciptakan
kreasi spektakuler yakni sains dan teknologi. Manusia juga disebut al-kain al-natiq, “makhluk yang
berbicara” dan “makhluk yang memiliki nilai luhur”. Allah menjadikan manusia mampu berpikir
tentang sains dan teknologi karena malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada-Nya karena tak tak
mampu bersaing secara intelektual.
Al- Qur’an dan Al-Hadits sarat dengan nilai-nilai dan konsep untuk memberikan tuntunan
hidup manusia, yang juga untuk mengenali petujuk ilmu pengetahuan. Jika manusia mau menggali
semua kandungan didalamnya niscaya mmereka akan menemukan banyak pelajaran dan ilmu
pengetahuan. Makanya ada hadits yang menerangkan tentang hukum mencari ilmu itu wajib bagi
seorang muslimdan muslimat. Karena keunggulan suatu kaum atau ummat manusia itu sangat
bergantung pada seberapa banyak mereka yang belajar tentang ilmu pengetahuan.
Pendidikan berperan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Maju atau mundurnya sebuah
bangsa, sering kemudian diukur dari SDM yang dimilki. Jika SDM sebuah bangsa hebat maka bangsa
itu hebat, sebaliknya jika SDM bangsa tersebut lemah maka kualitas bangsa itu dipastikan terpuruk.
Dengan begitu, pendidikan memiliki posisi sangat strategis dalam memajukan sebuah bangsa menuju
peradaban yang lebih maju.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah pendidikan. Filsafat pendidikan
juga diartikan sebagai teori pendidikan. Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya
merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Filsafat pendidikan
merupakan aplikasi suatu analisa filosofis terhadap bidang pendidikan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Filsafat Pendidikan Islam ( DR. H. AHMAD SYAR'I, M.PD.


http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/2483/1/EBOOK%20-%20Filsafat%20Pendidikan%20Islam.pdf
http://repository.uinsu.ac.id/4718/3/BAB%20I-converted.pdf
Buku Saku Filsafat Islam ( HAIDAR BAGIR )
http://uncp.ac.id/content/uploads/files/buku-rektor/Binder-Filsafat-Ilmu.pdf
http://afi.uin-suka.ac.id/media/dokumen_akademik/51_20201027_Haidar%20Bgair_Buku%20Saku
%20Filsafat%20Islam.pdf
Pengantar Filsafat Ilmu ( Suaedi )
Filsafat Pendidikan Islam ( Sutardo )

Anda mungkin juga menyukai