Seksi : 202123290015
Tahun Masuk : 2021
PADANG
2022
1
KATA PENGANTAR
الرحِ يْم
الر ْح َم ِن ه
َّللا ه
ِ س ِم ه
ْ ِب
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan waktu dan
kesempatan kepada kita semua sehingga dengan itu penulis mampu
menyelesaikan tugas kelompok yakni makalah dengan judul “Unsur-unsur
Pemikiran Filsafat Islam dalam Disiplin Ilmu- ilmu Keislaman”. Shalawat dan
salam kepada Rasulullah SAW dengan do’a “Allahumma Shalli ‘ala Muhammad
wa ‘ala ali Muhammad”. Semoga nantinya kita mendapat syafaat dari beliau di
akhirat. Aamiin
Penulis
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.3. Apa unsur pemikiran filsafat Islam dengan ilmu- ilmu keislaman.............5
3.1. Kesimpulan..............................................................................................15
3.2. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
4
2. Rumusan Masalah
3. Apa pengertian ilmu tauhid/ ilmu kalam, ilmu fiqih, dan ilmu
tasawuf?
3. Tujuan penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Jelaslah bahwa filsafat Islam merupakan hasil pemikiran umat Islam
secara keseluruhan. Pemikiran umat Islam ini, merupakan buah dari
dorongan ajaran Al- Qur‟an dan hadis. Kedududkan akal yang tinggi dalam
kedua sumber ajaran Islam tersebut, bertemu dengan peranan akal yang
besar dan ilmu pengetahuan yang berkembang maju dalam peradaban umat
lain, terutama peradaban Yunani, Persia, dan India. Dengan kata lain, umat
Islam merupakan pewaris tradisi peradaban ketiga bangsa tersebut, yang
sebelumnya telah mewarisi pula peradaban bangsa sekitarnya seperti
Babilonia, Mesir, Ibrani dan lainnya.
A. Ilmu Tauhid
7
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang Allah SWT, sifat-
sifat yang wajib pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya,
dan sifat-sifat yang sama sekali harus ditiadakan daripada-Nya. Selain itu,
ilmu tauhid juga membahas tentang rasul-rasul Allah SWT untuk
menetapkan kerasulan mereka, hal-hal yang wajib ada pada diri mereka,
hal-hal yang boleh (dinisbahkan) kepada mereka, dan hal-hal terlarang
mengaitkannya kepada mereka.
B. Ilmu Fiqh
1. Pengertian Ilmu Fiqh
Secara etimologi, fiqh berasal dari kata faqqaha, yufaqqhihu, fiqhan
yang berarti pemahaman (Wahbah az-Zuhally). Pemahaman sebagaimana
dimaksud di sini, adalah pemahaman tentang agama Islam. Dengan
demikian, fiqh menunjuk pada arti memahami agama Islam secara utuh
dan komprehensif.
Kata fiqh yang secara bahasa berarti pemahaman atau pengertian ini
diambil dari firman Allah Swt:Artinya: ‚Mereka berkata: "Hai Syu'aib,
Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan
Sesungguhnya Kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di
antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah Kami telah
merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi
kami.". (QS. Hud: 91).
Secara istilah, fiqh adalah:
العلم ابالحكام الشرعية العملية ادلكتسب من ادلتها التفصيلية
Artinya: Ilmu tentang hukum-hukum Syar’i yang bersifat amali yang
digali dari dalil-dalil yang terperinci‛. (Wahab Khallaf: 1977, 11).
C. Ilmu Tasawuf
1. Pengertian Tasawuf
8
sederhana, tetapi berhati mulia serta menjauhi pakaian sutra dan memaki
kain dari buku domba yang berbulu kasar atau yang disebut dengan kain
wol kasar. Yang mana pada waktu itu memakai kain wol kasar adalah
symbol kesederhanaan (Samsul Munir Amin,2012). Kata shuf tesebut
tersebut juga diartikan dengan selembar bulu yang maksudnya para Sufi
dihadapan Allah merasa dirinya hanya bagaikan selembar bulu yang
terpisah dari kesatuannya yang tidak memiliki arti apa-apa.(Cecep
Alba,2012)
Kata tasawuf juga berasal dari kata Shaff yang berarti barisan,
makna kata shaff ini diartikan kepada para jamaah yang selalu berada pada
barisan terdepan ketika shalat, sebagaimana shalat yang berada pada
barisan terdepan maka akan mendapat kemuliaan dan pahala. Maka dari
itu, orang yang ketika shalat berada di barisan terdepan akan mendapatkan
kemuliaan serta pahala dari Allah SWT.( Samsul Munir Amin)
Sedangkan pengertian tasawuf secara terminologi telah dinyatakan
oleh beberapa ahli, namun penulis akan mengambil beberapa pendapat dari
pendapat- pendapat para ahli tasawuf yang ada, yaitu sebagai berikut:
1) Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah
mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalawt,
riya-dhoh, taubah dan ikhlas.
2) Al-Junaidi berpendapat bahwa tasawuf adalah kegiatan
membersihkan hati dari yang mengganggu perasaan manusia ,
memadamkan kelemahan, menjauhi keinginan hawa nafsu, mendekati hal
hal yang di ridhai Allah,bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memberikan
nasihat kepada semua orang, memegang dengan erat janji dengan Allah
dalam hal hakikat serta mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syari'at.
9
Pemikiran Islam mempunyai ciri khas tersendiri dibanding dengan
filsafat Aristoteles, seperti halnya pemikiran Islam pada ilmu kalam dan
tasawuf. Demikian pula pada pokok-pokok hukum Islam (tasyri‟) dan ushul
fiqhi juga terdapat beberapa uraian yang logis dan sistematis dan
mendukung segi-segi kefilsafan. Syekh Mustafa Abdur Raziq adalah orang
yang pertama mengusulkan ilmu fiqih menjadi bagian filsafat. Berikut ini
ada beberapa hubungan filsafat kata ini Islam dengan ilmu kalam, ilmu
tasawuf dan ilmu fiqih.
10
Sedangkan Filsafat mempelajari sesuatu persoalan dengan obyektif,
mulai dengan keragu-raguan terhadap persoalan tersebut, kemudian
dipelajarinya dan mengambil suatu kesimpulan yang dipercayainya dan
dibuktikan kebenarannya.
Dalam mengemukakan pendapat tidak prejudes (pra sangka)
terhadap sesuatu pikiran sebelumnya. Oleh karena itu sering dikatakan
sikap filsafat itu seperti seorang hakim yang adil, tidak punya pendapat
tertentu terhadap perkara yang dihadapinya sebelum ia mempelajari, tanpa
memihak, kemudian mengambil kesimpulan dan keputusan. Sedangkan
Ilmu Tauhid lebih merupakan pembela setia yang sangat yakin akan
perkara yang dibelanya.
Dalam Encyclopedia of Religion, fasal theology, disebutkan bahwa
theology itu berbeda dengan Ilmu Filsafat seperti wahyu dengan renungan
pikiran. Sebab theologi berpijak pada wahyu sedang filsafat pada akal.
Theologi bertolak dari wahyu dan mengakui Tuhan itu ada, sedangkan
filsafat bertolak dari akal dan kesadaran adanya wujud diri sendiri.
Theologi bersikap sebagai orang yang sudah mencapai kebenaran. Inilah
perbedaan dari sisi metoda.
Perbedaan dari segi isi juga sangat kentara, penyelidikan filsafat
terfokus pada wujud mutlak dan yang bertalian dengannya tanpa mencari
yang lain (the science of being is being), sedang Theologi Islam
menyelidiki wujud alam semesta sebagai alat untuk membuktikan adanya
zat yang emnjadikannya. Jadi dibicarakan masalah aqidah dari agama yang
dianggap benar kemudian dibuktikan dengan akal pikiran.
Perbedaan-perbedaan tersebut di atas tidaklah menyebabkan Ilmu
Tauhid terpisah dengan Filsafat Islam. Malah saling mempengaruhi dan
sering menggunakan istilah yang dipakai oleh pihak lain. Malahan Filsafat
islam menerima dalil agama karena akal tidak mampu lagi berbicara,
misalnya soal akhirat, kenabian dan lain-lain. Sebab lapangan pikiran
punya batasnya, bila dilampaui akal pikiran akan sesat. Disinilah
kebutuhan wahyu dirasakan penting sebagai pelengkap akal. Walaupun
demikian komplit kedua ilmu ini selalu ada khususnya dengan Filsafat
Islam. Masing-masing menganggap dirinya lebih benar.
11
2. Hubungan Antara Filsafat Islam dan Ilmu Tasawuf.
Tasawuf berasal dari kata sufi, yakni sejenis wol kasar yang terbuat
dari bulu yang dipakai oleh orang-orang yang hidup sederhana, namun
berhati suci dan mulia. Tasawuf merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Islam berada sedekat
mungkin dengan Allah,SWT.
12
sekiranya ada, kata Ibnu Rusyid, namun ia tidaklah merata bagi
seluruh manusia.
13
Di samping ijtihad, dikenal pula istilah al-qiyas atau analogi yang
mengandung arti mengukur sesuatu dengan ukuran tertentu. Sementara itu
dalam istilah ushul fiqih, qiyas atau analogi berarti menyamakan hukum
sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan hukum sesuatu yang lain
yang ada nash hukumnya atas dasar persamaan „illat (sebab).
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pemikiran
filsafat islam terhadap perkembangan ilmu keislaman yaitu sebagai
berikut:
1. Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang Allah SWT, sifat-sifat
yang wajib pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan
sifat-sifat yang sama sekali harus ditiadakan daripada-Nya. Selain itu, ilmu
tauhid juga membahas tentang rasul-rasul Allah SWT untuk menetapkan
kerasulan mereka, hal-hal yang wajib ada pada diri mereka, hal-hal yang
boleh (dinisbahkan) kepada mereka, dan hal-hal terlarang mengaitkannya
kepada mereka.
2. Ilmu Tasawuf berasal dari kata sufi, yakni sejenis wol kasar yang terbuat
dari bulu yang dipakai oleh orang-orang yang hidup sederhana, namun
berhati suci dan mulia. Tasawuf merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Islam berada sedekat
mungkin dengan Allah,SWT.
3. Ilmu fiqih adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah dan bahasa yang
dijadikan acuan dalam menetapkan hukum syariat mengenai perbuatan
manusia berdasarkan dalil-dalil secara detail. Dengan ringkas kata, Ilmu
fiqih adalah ilmu tentang dasar-dasar hukum dalam Islam. Penyusun
disiplin ilmu ini pertama kali adalah Imam Al-Syafi‟i dengan bukunya yang
berjudul al- Risalat.
3.2. Saran
Kami mengharapkan sekali saran dan masukan dari para pembaca,
mengenai makalah yang kami buat ini karena minimnya ilmu yang kami
miliki.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdus Salim. 1983. Sains dan Dunia Islam. Terj. A. Baiquni, Salman.
Bandung.
Wahbah az-Zuhally, Ushul Fiqh al-Islamy, Jilid I, (Beirut: Dar al-Fikr), 29.
16
17