Anda di halaman 1dari 9

Pemikiran Filsafat Islam

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Pemikiran Islam Kontemporer

Dosen Pengampu : Dr. Abdul Hopid, S.Pd.I., M.Ag.

Disusun Oleh :

1. Tiara Indriarti (2000331001)


2. Lukman Hakim (2000331004)
3. Utut Abdillah I (2000331005)

TAHUN AJARAN 2021/2022

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


PRAKATA

Assalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirahmanirahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufik, dan inayah-Nya
karena penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan tepat waktu. Makalah dengan judul
“Pemikiran Filsafat Islam” bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Islam
Kontemporer yang dibimbing oleh Bapak Dr. Abdul Hopid, S.Pd.I., M.Ag. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Abdul Hopid, S.Pd.I., M.Ag. selaku dosen mata kuliah
PemikiranIslam Kontemporer dan kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing
dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sekalipun penulis telah
berusaha untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk lebih baik lagi dikemudian hari.

Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan anugrah-Nya kepada semua pihak
yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Wa’alaikumsallam Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 09 Oktober 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Prakata...............................................................................................................................iii

Daftar Isi.............................................................................................................................iv

BAB 1 Pendahuluan..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................1

1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................2

BAB II Isi ...........................................................................................................................3

2.1 Filsafat Islam..........................................................................................................3

2.2 Pendapat Para Tokoh Mengenai Filsafat Islam.................................................4

2.3 Ruang Lingkup dan Pokok-Pokok Ajaran dalam Islam...................................6

2.4 .................................................................................................................................

2.5 .................................................................................................................................

2.6 .................................................................................................................................

BAB III Penutup................................................................................................................

4.1 Kesimpulan.............................................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum filsafat Islam lahir sudah terdapat aliran-aliran pemikiran seperti contohnya, pikiran
Mesir kuno, Babylonia, Persia, Cina, dan Yahudi. Filsafat adalah studi mengenai keberadaan dan
realitas. Filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang artinya cinta kebijaksanaan. Secara
istilah filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan, seorang ahli filsafat disenbut filsuf.

Filsafat Islam adalah hasil pemikiran para filosof mengenai keTuhanan, kenabian,
kemanusiaan, dan seluruh alam yang berkaitan dengan ajaran Islam dalam aturan pemikiran yang
logis dan sistematis, serta memaparkan secara luas teori ada (ontologi). Filsafat Islam
memadukan antara wahyu dengan akal dan menjelaskan kepada manusia bahwa wahyu tidak
bertentangan dengan akal.

Filsafat Islam mulai berkembang pada ke-8 M atau abad ke-2 Hijriah. Menurut Harun
Nasution perkembangan kajian filsafat Islam dibagi menjadi tiga periode. Ketiga periode tersebut
adalah pertama periode klasik, kedua periode pertengahan, dan ketiga periode modern. Periode
klasik diperkirakan lahir setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW sampai pertengahan abad ke-
13 antara 650 M - 1250 M. Periode kedua atau periode pertengahan yaitu antara tahun 1250 M -
1800 M. Periode ketiga atau periode terakhir yaitu periode modern (kontemporer) berlangsung
sekitar tahun 1800 M hingga saat ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari filsafat dan filsafat Islam?
2. Bagaimana pendapat para tokoh-tokoh Islam mengenai filsafat Islam?
3. Apa saja ruang lingkup dan pokok-pokok yang dibahas dalam filsafat Islam?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca memahami arti filsafat dan filsafat Islam.
2. Agar pembaca memahami pendapat para tokoh Islam mengenai filsafat Islam.
3. Agar pembaca memahami ruang lingkup dan pokok-pokok dalam filsafat Islam.

1
1.4 Manfaat Penulisan
1. Pembaca memahami arti filsafat dan filsafat Islam.
2. Pembaca memahami pendapat para tokoh Islam mengenai filsafat Islam.
3. Agar pembaca memahami ruang lingkup dan pokok-pokok dalam filsafat Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Islam

Filsafat Arab atau lebih dikenal dengan filsafat Islam atau filsfat Muslim adalah kajian yang
sistematis terhadap kehidupan, alam semesta, etika, moralitas, pengetahuan, pemikiran, dan
gagasan politik yang dilakukan dalam dunia Islam. Dunia Islam terdapat istilah yang erat
kaitannya dengan pengertian filsafat yaitu kalam (berbicara) yang merujuk pada kajian teologi
keagamaan.

Menurut Harun Nasution perkembangan kajian filsafat Islam dibagi menjadi tiga periode.
Ketiga periode tersebut adalah pertama periode klasik, kedua periode pertengahan, dan ketiga
periode modern. Periode klasik diperkirakan lahir setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW
sampai pertengahan abad ke-13 antara 650 M - 1250 M. Periode kedua atau periode pertengahan
yaitu antara tahun 1250 M - 1800 M. Periode ketiga atau periode terakhir yaitu periode modern
(kontemporer) berlangsung sekitar tahun 1800 M hingga saat ini.

Setelah wafatnya Ibnu Rusyd abad ke-12 M aktivitas yang berhubungan dengan kajian filsafat
mulai berkurang. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa sosok Al-Ghazali yang
menyebabkan kemunduran filsafat di dunia Islam. Buku dari gagasan-gagasan Al-Ghazali yang
berjudul Tahafut al Falsifa dianggap menjadi pelopor lahirnya kalangan Islam konservatif yaitu
orang-orang yang menolak kajian filsafat dalam Islam. Buku tersebut berisikan kritik terhadap
kajian filsafat yang ditawarkan oleh filsuf Ibnu Sina dan Al-Farabi karena dianggap menjauhi
nilai-nilai keislaman. Tapi hal tersebut menjadi perdebatan karena Al-Ghazali dikenal secara luas
oleh pemikir Islam sebagai filsuf. Dalam pendahuluan bukunya tersebut juga Al-Ghazali
menuliskan bahwasannya, “kaum fundamentalis adalah kaum yang beriman lewat contekan,
yang menerima kebohongan tanpa verivikasi”.

Kajian filsafat Islam mulai hidupkembali saat berlangsungnya pergerakan Al-Nahda pada
akhir abad ke-19 di Timur Tengah kemudian berlanjut hingga sekarang ini. Tokoh-tokoh yang
dianggap berpengaruh terhadap kajian filsafat Islam kontemporer diantaranya Muhammad Iqbal,
Fazlur Rahman, Syed Muhammad Naquib al-Attas, dan Buya Hamka.

3
2.2 Pendapat Para Tokoh mengenai Filsafat Islam

1. Al-Ghazali
a. Metafisika

Al-Ghazali berkesimpulan jika hanya menggunakan akal untuk mengkaji soal keTuhanan
maka sama saja seperti menggunakan alat yang tidak akan pernah mencukupi kebutuhan.
Dalam Al-Munqidz min al-Dhalal Al-Ghazali menjelaskan bahwa jika berbicara mengenai
ketuhanan (metafisika), maka disinilah terdapat kesalahan para filosof karena tidak dapat
mengemukakan bukti-bukti menurut syarat-syarat yang telah mereka tetapkan sendiri dalam
ilmu logika.

Al-Ghazali meneliti kerja para filsuf dengan metodenya yang rasional, yang mengandalkan
akal untuk memperoleh pengetahuan yang meyakinkan. Dari sini Al-Ghazali berkesimpulan
bahwa metode rasional para filsuf tidak bisa dipercaya untuk memberikan suatu pengetahuan
yang meyakinkan tentang hakikat sesuatu di bidang metafisika (ilahiyyat) dan sebagian dari
bidang fisika (thabi‟iyat) yang berkenaan dengan akidah Islam. Meskipun demikian, Al-
Ghazali tetap memberikan kepercayaan terhadap kesahihan filsafat-filsafat di bidang lain,
seperti logika dan matematika. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa ada
pemikiran tentang filsafat metafisika yang menurut al-Ghazali sangat berlawanan dengan
Islam, dan karenanya para filosof dinyatakan kafir.

b. Iradat Tuhan

Al-Ghazali berpendapat dunia itu berasal dari iradat (kehendak) Tuhan semat-mata, tidak
bisa terjadi dengan sendirinya. Iradat tuhan itulah yang diartikan penciptaan. Iradat
menghasilkan ciptaan yang berganda, di satu pihak merupakan undang-undang, dan di lain
pihak merupakan zarah-zarah (atom-atom) yang masih abstrak. Penyesuaian antara zarah-
zarah yang abstrak dengan undang-undang itulah yang merupakan dunia dan kebiasaanya
yang kita lihat ini.

Iradat tuhan adalah mutlak, bebas dari ikatan waktu dan ruang, tetapi dunia yang
diciptakan itu seperti yang dapat ditangkap dan dikesankan pada akal (intelek) manusia,
terbatas dalam pengertian ruang dan waktu. Al-Ghazali menganggap bahwa tuhan adalah
transenden, tetapi kemauan iradatnya imanen di atas dunia ini, dan merupakan sebab hakiki

4
dari segala kejadian. Pengikut Aristoteles, menamakan suatu peristiwa sebagai hukum pasti
sebab dan akibat (hukum kausalitas), sedangkan Al-Ghazali seperti juga Al-Asy‟ari
berpendapat bahwa suatu peristiwa itu adalah iradat Tuhan, dan Tuhan tetap bekuasa mutlak
untuk menyimpangkan dari kebiasaan-kebiasaan sebab dan akibat tersebut. Contoh, kertas
tidak mesti terbakar oleh api, air tidak mesti membasahi kain. Semua ini hanya merupakan
adat (kebiasaan) alam, bukan suatu kemestian. Terjadinya segala sesuatu di dunia ini karena
kekuasaan dan kehendak Allah semata. Begitu juga dengan kasus tidak terbakarnya Nabi
Ibrahim ketika dibakar dengan api. Mereka menganggap hal itu tidak mungkin, kecuali
dengan menghilangkan sifat membakar dari api itu atau mengubah diri (zat) Nabi Ibrahim
menjadi suatu materi yang tidak bisa terbakar oleh api.

c. Etika

Al-Ghazali dalam filsafat etika dapat dilihat dalam teori tasawufnya dengan buku yang
berjudul Ihya” Ulmuddin. Filsafat etika Al-Ghazali pada teori tasawufnya terdapat semboyan
“Al-Takhalluq Bi Akhlaqihi Ala Thaqah al-Basyariyah, atau Al-Ishaf Bi Shifat al-Rahman Ala
Thaqah alBasyariyah”. Maksudnya adalah agar manusia sejauh kesanggupannya meniru
perangai dan sifat-sifat ketuhanan seperti pengasih, pemaaf, dan sifat-sifat yang disukai
Tuhan, jujur, sabar, ikhlas dan lain sebagainya.

Prinsip Al-Ghazali menganggap Tuhan sebagai pencipta yang aktif berkuasa, yang sangat
memelihara dan menyebarkan rahmat (kebaikan) bagi sekalian alam. Berbeda dengan prinsip
filsafat klasik Yunani yang menganggap bahwa Tuhan sebagai kebaikan yang tertinggi, tetapi
pasif menanti, hanya menunggu pendekatan diri dari manusia, dan menganggap materi
sebagai pangkal keburukan sama sekali.

2. Al-Farabi

Menurut Al-Farabi, sebenarnya Aristoteles mengakui alam rohani yang terdapat di luar
alam ini. Jadi ke dua filsuf tersebut sama-sama mengakui adanya idea-idea pada dzat Tuhan.
Jika terdapat perbedaan, maka hal itu tidak lebih dari tiga kemungkinan:

5
1. Definisi yang dibuat dalam filsafat tidak benar.
2. Pendapat orang banyak tentang pikiran-pikiran falsafi dari kedua filosuf tersebut terlalu
dangkal. Adanya kekeliruan dalam pengetahuan orang-orang yang menduga bahwa antara
keduanya terdapat perbedaan dalam-dasar-dasar falsafi.
3. Pengetahuan tentang adanya perbedaan antara keduanya tidak benar. Padahal definisi filsaft
menurut keduanya tidaklah berbeda, yaitu suatu ilmu yang membahas tentang yang ada secara
mutlak (al-ilm bi al-maujudat bima hiya maujudah)

2.3 Ruang Lingkup dan Pokok-Pokok dalam Ajaran Islam

Anda mungkin juga menyukai