Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT BARAT SKOLASTIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah orientasi filsafat

Disusun Oleh:

Sitaagustina Rhodiana (07040522092)


Wardah Zairina (07020522060)
Wildan (E95217040)

Dosen Pengampu:

Ida Rochmawati, M. Fil.

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas berkat
rahmat serta hidayah-Nya yang di limpahkan kepada manusia. Tak lupa junjungan kepada
Nabi besar Muhammad SAW. yang telah memberikan syafa’at agar kita tetap berada di jalan
yang benar.
Penulisan makalah ini tak lepas dari banyaknya dukungan yang diberikan kepada
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik . Atas dukungan yang telah di berikan
kepada penulis, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Demikian kata pengantar yang dapat penulis sampaikan. Penulis sangat berharap
akan kerja sama pembaca untuk berpastisipasi dalam kritik dan saran untuk mengguggah
pemikiran penulis dan memperbaiki kesalahan di dalam makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 20 September 2022

Penulis

i
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................


ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................................
A. Kritisisme...........................................................................................................................................
B. Positivisme.........................................................................................................................................
C. Perbedaan Kritisisme dan Positivisme................................................................................................
D. Tokoh dan Pemikiran Filsafat Kritisisme dan Positivisme.................................................................
1. Tokoh dan Pemikiran Filsafat Kritisisme.........................................................................................
2. Tokoh dan Pemikiran Filsafat Positivisme.......................................................................................
BAB III PENUTUP .......................................................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................

A. Latar
Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah ............................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat itu muncul pertama kalinya di sebuah negeri Yunani. Negeri yang
begitu banyak ahli filsafat yang hebat sejak dari Era Thales, Sokrates, Plato , dan
Aristoteles. Perkembangan Filsafat sejak awal kemunculannya pada masa Yunani
kuno tersebut hingga zaman kontemporer ini memiliki coraknya sendiri sesuai dengan
Eranya.
Filsafat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Filsafat Barat dan Filsafat
Timur. Filsafat Barat lahir di Yunani pada Abad ke 6 dan ke 5 SM, dan berkembang
di eropa, khususnya Jerman, Perancis, Inggris, Belanda, dll.
Sedangkan Filsafat Timur lahir dan berkembang di negara-negara Asia seperti
Cina, India,Jepang, Korea, Indonesia, Timur tengah, sejarah filsafat Barat terbagi
dalam empat priode yakni priode yunani kuno, abad pertengahan / skolastik , modern
dan kontemporer.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu:
1. Apa itu pengertian Filsafat Barat skolastik?
2. Bagaimana Problematika Masa Skolastik?
3. Bagaimana Sejarah Neoplatonisme?
C. Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan masalah, dapat ditemukan tujuan penulisan makalah ini.
Yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Filsafat Barat skolastik.
2. Untuk mengetahui Problematika Masa Skolastik.
3. Untuk mengetahui Sejarah Neoplatonisme.
2
BAB II PEMBAHASAN

A. Filsafat Barat skolastik

Istilah dari skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school , yang berarti
sekolah ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kata skolastik diambil dari kata
1

schuler yang berarti ajaran atau sekolahan2. Filsafat skolastik disebut juga dengan filsafat
abad pertengahan atau bisa dikatakan sebagai abad kegelapan karena pada masa itu
kegaiatn hasil karya , pemikiran manusia bener-bener diawasi oleh gereja dan di masa ini
filsafat di anggap kalah atau merosot karena adanya ajaran agama kristen. Orang yang
pemikirannya tidak sebanding dengan pemikiran gereja dan berani mengungkapkan
pendapat akan dihukum berat. Bisa dikatakan pada abad ini di anggap lebih tinggi
kedudukannya di bandingkan dengan filsafat.
Filsafat pada abad skolastik (pertengahan) terbagi menjadi 3 masa yakni:
1. Masa awal skolastik ( Abad ke 9 )
Pada abad ke 9 ini bangkitnya pemikiran karena sudah ada sekolahan. Lalu
munculah tokoh yang bernama Anselmus yang mana mengajarkan” percaya agar
mengerti “.
Artinya Anselmus menghendaki masyarakat pada masa itu percaya ajaran agama dulu ,
baru kita mengerti siapa itu Tuhan, apa itu manusia, alam , dll . Jadi mengharuskan iman
dulu baru kita bisa mengetahui . sebaliknya dengan ajaran tokoh yang bernama Peter
Abaelardus , yang mana mengajarkan akal atau pengetahuan dulu dari pada iman. Karena
menurutnya sesuatu yang masuk akal atau logis itu bisa kita imani .
2. Masa kejayaan skolastik ( Abad ke 13)
Pada zaman ini mulai lah pemikiran-pemikiran filsafat yang di pengaruhi
pemikiran Aristoteles yang mana pemikiran tersebut menjadikan ilmu pengetahuan
tumbuh. Jadi pada masa ini timbulnya uneversitas. Didirikannya universitas almamater di
paris, universitas oxford dan cambridge dll. Dan timbulnya ordo-ordo baru Ilmu
Pengetahuan.
3. Masa akhir skolastik ( aAbad ke 14-15)
Pada masa ini munculah tokoh Nicolous Cusanus, yang mana berpendapat bahwa
filsafatnya itu bercorok ketuhanan, karena agamalah yang mendominasikan pemikiran
bukan akal lagi. Terdapat tiga cara untuk mendapatkan pengetahuan , yaitu indra , akal ,
dan intuisi .
4. Neoplatonisme
Neoplatonisme merupakan aliran yang menggabungkan antara pemikiran Plato
dan Aristoteles. Aliran ini didirikan oleh plotinus yang merupakan filosof besar pada
masa akhir yunani, ia berupaya untuk menghidupkan kembali ajaran Plato. Meskipun
demikian para pengikutnya juga dipengaruhi oleh filsuf filsuf lainnya.
Pada akhir masa kuno, Neoplatonisme merupakan aliran intelektual yang dominan
di hampir seluruh wilayah Hellenistik, sehingga seakan-akan neoplatonisme bersaing
dengan pandangan dunia yang berdasarkan agama Kristen. Namun, pada tahun 529 M,
1
Asmoro Achmadi , Filsafat Umum ,( Jakarta: Rajagrafindo Persada,2001), 69
2
Ali Maksum , pengantar Filsafat ,( Yogyakarta: Ar -Ruzz Media, 2011) , 97
kaisar julistianus dari byzantium perlindungan agama Kristen menutup semua sekolah
filsafat Yunani di Athena. Peristiwa itu dianggap sebagai Masa akhir yunani purba.
Pokok-pokok pemikiran neoplatonisme
1. Dialektika menurun
Dialektika menurun digunakan untuk menjelaskan “Wujud Tertinggi” dan
cara keluarnya dari-Nya. Penjelasannya terhadap Wujud tertinggi itu, Plotinus
terkenal dengan teorinya “Yang Esa”, yaitu keluarnya alam dari “Yang Esa”, ia
sampai kepada kesimpulan bahwa semua yang wujud, termasuk di dalamnya wujud
pertama (Yang Esa), merupakan rangkaian mata rantai yang kuat dan erat, dan
kemudian dalam studi kegamaan dikenal dengan istilah “kesatuan wujud”.

2. Dialektika menaik
Dialektika menaik digunakan untuk menjelaskan soal-soal akhlak dan jiwa, dengan
maksud untuk menentukan kebahagiaan manusia. [ Setiap taraf hierarki mempunyai tujuan
untuk kembali kepada taraf lebih tinggi yang paling dekat dan kerena itu secara tidak
langsung menuju ke “Yang Esa”. Karena hanya manusia mempunyai hubungan dengan
semua taraf hierarki, sialah yang dapat melaksanakan pengembalian kepada “Yang Esa”. Hal
ini dapat dicapai melalui tiga langkah. Langkah pertama adalah penyucian, di mana manusia
melepaskan diri dari materi dengan laku tapa. Langkah kedua adalah penerangan, dimana ia
diterangi dengan pengetahuan tentang Idea-idea akal budi. Akhirnya, langkah ketiga adalah
penyatuan dengan “Yang Esa” yang melebihi segala pengetahuan. Langkah terakhir ini
ditunjukkan Plotinus dengan nama “ekstase” (ecstacy). Porphyry menceritakan bahwa selama
6 tahun ia bersama Plotinus, empat kali ia menyaksikan gurunya mengalami ekstase tersebut.
5

12
119
13
6
B. Positivisme
Positivisme dalam bahasa filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar
terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita. Ini berarti, apa yang disebut sebagai positif
bertentangan dengan apa yang hanya ada di dalam angan-angan (impian), atau terdiri dari apa
yang hanya merupakan konstruksi atas kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia.
Positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu paham yang dalam “pencapaian
kebenaran”-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi. 3
Beda negera, beda pula perkembangan terhadap filsafat. Begitu pula dengan
perkembangan filsafat di Prancis. Di Prancis, masyarakatnya mengalami suatu revolusi yang
sangat pesat. Wahyu dan agama ditumbangkan dari kedudukannya dan digantikan oleh tradisi
sebagai pegangan dan kepastian berpikir. Aliran ini disebut dengan aliran tradisionalisme. Di
samping berkembangnya aliran tradisionalisme, aliran barupun juga ikut berkembang, yaitu
aliran positivism yang digagaskan oleh August Comte 4.
Filsafat positivisme lahir pada abad ke 19. Titik tolak pemikirannya adalah sesuatu yang
diketahui seperti sesuatu yang factual dan positif, sehingga dalam konteks ini cabang filsafat
metafisika sangat ditentang. Positivism disini memperhatikan segala gejala dan semua yang
tampak seperti apa adanya dan hanya bertumpu pada pengalaman objektif. Jadi, setelah sebuah
fakta diperoleh maka selanjutnya adalah memberikan sebuah asumsi (proyeksi) ke masa depan. 5
Menurut Comte, jiwa dan budi adalah sebuah basis dari teraturnya masyarakat. Maka,
jiwa dan budi haruslah mendapatkan sebuah pendidikan yang cukup dan matang, dapat
dikatakan bahwa pada zaman ini seharusnya hidup dengan pengabdian terhadap ilmu yang
positif, seperti matematika, fisika, biologi, ilmu kemasyarakatan, dan lain sebagainya 17.

Adapun budi itu di golongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu 18.


1. Tingkatan teologi, yang menerangkan tentang segala sesuatu dengan pengaruh dan sebab-
sebab yang melebihi kodrat.

17
72
3
Ibid., 43
4
Ibid., 58
5
Ibid., 120
Ibid.,
Ibid.,
6

18
59
2. Tingkatan metafisika, yang hendak menerangkan segala sesuatu melali abstraksi.

Tingkatan positif, yang hanya memerhatikan kesungguhan serta sebab yang sudah
ditentukan.Positivisme dalam bahasa filsafat berarti suatu peristiwa yang benar-benar terjadi
dan dapat dialami sebagai suatu realita. Hal ini dapat berarti bahwa, positivisme bertentangan
dengan apa yang hanya ada di dalam angan-angan (impian), atau terdiri dari konstruksi atas
kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia. Sedangkan, positivisme secara terminologis
berarti paham dalam “pencapaian kebenaran”-nya bersumber dan berpangkal dari kejadian
yang terjadi.

Positivisme merupakan sebuah paham dalam dunia filsafat yang berkembang pada abad
ke 19 setelah masa perkembangan empirisisme dan rasionalisme. Positivisme berakar dari
paham empirisisme. Salah satu tokohnya adalah Auguste Comte (1798-1857) yang di kenal
sebagai seorang penganut empirisisme. Menurut positivisme, ilmu yang valid adalah ilmu yang
dibangun dari empiri sensual. Ada asumsi dari sebagian kalangan yang menganggap bahwa
positivisme lahir karena adanya beberapa kelemahan dari paham empirisisme, walaupun
sebenarnya banyak manfaat yang dapat diperoleh dari paham ini terhadap perkembangan
pengetahuan.6

C. Perbedaan Kritisisme dan Positivisme


Dari penjelasan terhadap positivism dan kritisisme, maka dapat disimpulkan bahwa
kedua faham tersebut merupakan faham yang berbeda diantara satu sama lain dan kedua
faham tersebut merupakan faham yang berlawanan, adapun perbedaan dari kedua faham
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dari segi pengertian, kritisisme adalah penetahuan yang memeriksa dengan teliti, apakah
pengetahuan kita itu sesuai dengan realita dan bagaimanakah kesesuainya dengan
kehidupan kita.20 Sedangkan, positivisme adalah suatu paham yang dalam

“pencapaian kebenaran”-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar


terjadi.21

20
94
21
43

6
Ibid., 146
Ibid.,
Ibid.,
7

2. Faham Kritisisme adalah faham yang mengkritik rasionalisme dan empirisime.


Sedangkan, faham positivism merupakan faham yang berakar dari empirisme.
3. Kritisisme lahir sebab adanya pertentangan dari faham rasionalisme dan empirisme.
Sedangkan, positivism lahir sebab ada asumsi dari beberapa golongan yang menganggap
bahwa faham empirisme terdapat beberapa kelemahan dan juga lahir dikala mewabahnya
tradisionalisme.
4. Titik tolak pemikiran Kritisisme adalah pengetahuan, akal budi dan pengalaman. Sedangkan,
titik tolak pemikiran positivism adalah sesuatu yang diketahui dan bersifat factual,
bersumber dari apa yang terjadi dan positif.
5. Kritisisme lahir di tengah-tengah zaman pencerahan dan di pelopori oleh Immanuel Kant
seorang ahli pikir Jerman. Sedangkan, positivism lahir setelah masa perkembangan faham
empirisme dan rasionalisme yang di pelopori oleh August Comte penganut faham
empirisme.

D. Tokoh dan Pemikiran Filsafat Kritisisme dan Positivisme


1. Tokoh dan Pemikiran Filsafat Kritisisme
Emmanuel Kant lahir di Konigsreg, Perusia Timur, Jerman. Pada tahun 1724 Masehi.
Kant adalah orang yang hidupnya teratur, ia hidup dengan displin dan tenang, pada tahun
1740, ia belajar di universitas konigsbreg. Antara tahun 1755 hingga tahun 1770 ia
memeberikan kuliah sebagai dosen prive (sebagai dosen tamu kuliahnya menarik karena ia
mengajak mahasiswa untuk berpikir sendiri, dan sejak tahun 1770 ia menjabat sebagai guru
besar di Universitas Konigsbreg. Dalam kehidupanya kant mengalami tiga periode yaitu. 22
a. Periode rasionalis, dimana ia melaksanakan ilmu alam dan filsafat alam menurut gaya
newton dan wolf, periode ini berakhir pada tahun 1755.
b. Periode filosofis, dimana ia banyak dipengaruhi oleh hume, setelah karya hume di
terjemahkan ke dalam bahasa jerman, pada masa ini ia berorientasi skeptic tentang
pengetahuan filosofis.
c. Periode kritis dimana ia mendapat penerangan besar tentang nilai-nilai hokum ilmiah,
dengan konsekuensinya. Dan periode ini menjadi periode yang besar dalam

22
94
hidupnya karena ia banyak menerbitkan buku- buku karyanya.Diantaranya : kritik der
reinen vernunft. Dan periode ini dimulai pada tahun 1770.

Immanuel Kant merupakan seorang yang mempelopori terciptanya sebuah


kritisisme. Immanuel Kant (1724 – 1804) yang mengkritisi Rasionalisme dan Empirisme
Ibid.,
8

sebab hanya mementingkan satu sisi dari dua unsur (akal dan pengalaman) dalam mencapai
kebenaran. Sedangkan, untuk menonjolkan satu unsur dengan mengabaikan yang lain hanya
akan menghasilkan sesuatu yang berat sebelah. Dari pengkritisan itu, Kant sangat
menentang cara berfikir dari faham yang berat sebelah.
Oleh sebab itu, Kant menawarkan sebuah konsep “Filsafat Kritisisme” yang merupakan
sintesis dari rasionalisme dan empirisme. Kata kritik secara harfiah berarti

“pemisahan”.7

Dengan kritisisme, Imanuel Kant mencoba mengembangkan suatu sintesis di atas


dua pendekatan, yaitu pendekatan rasionalisme dan empirisme yang saling bertolak
belakang. Kant berpendapat bahwa setiap pendekatan menghasilkan benar separuh dan
salah separuh. Sebab ada beberpa kondisi tertentu uang ada dalam manusia dan ikut
menentukan sebuah konsepsi tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak
mengetahui secara pasti seperti apa dunia “itu sendiri”, namun dunia itu seperti tampak
“bagiku”, atau “bagi semua orang”. Sedangkan, menurut Kant, terdapat dua unsur yang
memberikan sumbangan untuk pengetahuan manusia tentang dunia. Pertama, kondisi
lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan
panca indera. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik di
mana hal itu merupakan materi pengetahuan. Kedua, kondisi batiniah dalam diri manusia
mengenai proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. 24

2. Tokoh dan Pemikiran Filsafat Positivisme


Pelopor dari filsafat positivisme adalah Auguste Comte yang merupakan seseorang
berkebangsaan Prancis. Nama ini berasal dari kata positif yang berarti

24
84
faktual atau sesuatu yang berasal dari fakta. Menurut positivisme, sebuah pengetahuan
yang ada tidak pernah boleh melebihi suatu fakta. 8
Pemikrian filsafat yang di bawa faham ini adalah menolak cabang filsafat seperti
cabang filsafat metafisika sebab metafisika menanyakan perihal “hakikat benda-benda” atau
“penyebab yang sebenarnya” dan lebih menyukai ilmu pengetahuan seperti ilmu
pengetahuan yang bersifat empiris. Oleh sebab itu, dalam positivisme mengutamakan
sebuah empirisme (pengalaman) dan positivisme membatasi diri dari pengalaman objek
ataupun angan-angan serta kreasi dalam berfikir. 9.

7
Ibid., 78
8
Ibid., 154
9
Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 72
Ibid.,
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan, maka kesimpulan yang di dapatkan adalah.


1. Krisisime adalah penetahuan yang memeriksa dengan teliti, apakah pengetahuan kita itu
sesuai dengan realita dan bagaimanakah kesesuainya dengan kehidupan kita.
2. Positivisme adalah aliran faham filsafat yang dalam “pencapaian kebenaran”-nya bersumber
dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi.
3. Perbedaan krisisme dan positivism adalah.
a. Faham Kritisisme adalah faham yang mengkritik rasionalisme dan empirisime.
Sedangkan, faham positivism merupakan faham yang berakar dari empirisme.
b. Kritisisme lahir sebab adanya pertentangan dari faham rasionalisme dan empirisme.
Sedangkan, positivism lahir sebab ada asumsi dari beberapa golongan yang menganggap
bahwa faham empirisme terdapat beberapa kelemahan dan juga lahir dikala
mewabahnya tradisionalisme.
c. Titik tolak pemikiran Kritisisme adalah pengetahuan, akal budi dan pengalaman.
Sedangkan, titik tolak pemikiran positivism adalah sesuatu yang diketahui dan bersifat
factual, bersumber dari apa yang terjadi dan positif.
d. Kritisisme lahir di tengah-tengah zaman pencerahan dan di pelopori oleh Immanuel Kant
seorang ahli pikir Jerman. Sedangkan, positivism lahir setelah masa perkembangan
faham empirisme dan rasionalisme yang di pelopori oleh August Comte penganut faham
empirisme.
4. Tokoh dan pemikiran filsafat krisisme dan positivism adalah.
a. Tokoh dari kritisisme adalah Immanuel Kant ahli pikir Jerman dengan membawakan
pemikiran filsafatnya yang mengkrompomikan Antara akal dengan pengamalan hingga
lahirlah filsafat kritisisme.

11
b. Tokoh dari positivism adalah August Comte seorang penganut empirisme dengan
membawakan pemikiran filsafatnya yang mengedepankan sebuah pengalaman objektif
yang bersifat factual dan positif serta menentang cabang filsafat metafisika.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2012. Filsafat Umum. Jakarta: PT Grafindo Persada

Bertens. 1998. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

Fu’ad dan Abdul. 2003. Cepat Menguasai Ilmu Filsafat. Yogyakarta: IRCiSoD

Hadi , Soedomo. 2012. Logika Filsafat Berpikir. Semarang: UNS Press

Loewenberg, Bert James. 1972. American Thought in American History. New York: Simon&Schuster

Lubis, Akhyar Yusuf. 2015. Pemikiran Kritis Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Muslih, Mohammad. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Belukar

Soyomukti, Nurani. 2017. Pengantar FIlsafat Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Suhartono, Suparlan. 2005. Sejarah Pemikiran Filsafat Modern. Yogyakarta: Ar-Ruzz


13

Anda mungkin juga menyukai