FILSAFAT SKOLASTIK
Oleh: Kelompok 9
FAKULTAS TARBIYAH
MARTAPURA
2018-2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayah-Nya
jualah kami mampu menyelesaikan makalah pancasila yang berjudul
“FILSAFAT SKOLASTIK”.Sholawat dan salam senantiasa kita curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga beliau,
sahabat-sahabat beliau, dan para pemgikut beliau dari dulu, sekarang dan masa
akan datang.
Di dalam penyajian makalah ini, kami berusaha menyajikan dalam bentuk
yang sederhana, agar mudah dalam menelaah dan memahaminya. Kami berharap
dapat bermanfaat tidak hanya untuk penyusun pada khususnya, tetapi pembaca
pada umumnya.
Kami menyadari keterbatasan yang terdapat di dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak, terutama dari bapak Abdul Hadi, S.Ag M.Ag, sebagai dosen
pembimbing mata kuliah Pengantar Filsafat demi menyempurnakan isi, cara
penulisan, dll.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada para penerbit dan pengarang
buku, serta situs internet dalam mengikat pembahasan yang bersentuhan langsung
dengan topik yang kami susun.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................2
C. Tujuan..................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Skolastik...........................................3
B. Sejarah Filsafat Skolastik..................................4
C. Perkembangan Filsafat Skolastik......................6
D. Masa Awal Skolastik..........................................7
E. Masa Kejayaan Skolastik.................................10
F. Masa Akhir Skolastik.......................................13
A. Kesimpulan........................................................16
B. Saran..................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
segi yang sebenarnya terdapat pada semua filsafat dan ilmu. Prinsip deduktif
adalah prinsip awal dari filsafat skolastik. Bertitik tolak dari prinsip sederhana
yang sangat umum diturunkan hubungan-hubungan yang lebih kompleks dan
khusus. Di dunia barat sudah lama dikenal prinsip logika Aristoteles. Prinsip
logika ini diintegrasikan dengan prinsip ajaran neoplatonis dan agustinian. Prinsip
aristotelian mengenai nova logica mendapatkan koreksi dan tambahan pada ajaran
neoplatonis. Metode-metode itu diinterpretasikan dengan cara dan gaya lebih baru
yang dikembangkan oleh Thomas Aquinas
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari Skolastik?
2. Bagaimana Sejarah Filsafat Skolastik?
3. Bagaimana Perkembangan Filsafat Skolastik?
4. Bagaimana Masa Awal Skolastik?
5. Bagaimana Masa Kejayaan Skolastik?
6. Bagaimana Masa Akhir Skolastik?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Skolastik
2. Mengerti sejarah Filsafat Skolastik
3. Mengetahui Perkembangan Filsafat Skolastik
4. Mengetahui Masa Awal Skolastik
5. Mengetahu Masa Kejayaan Skolastik
6. Mengetahui Masa Akhir Skolatik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang
berarti sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama
yaitu ajaran atau sekolahan. Yang demikian karena sekolah yang diadakan oleh
Karel Agung yang mengajarkan apa yang diistilahkan sebagai artes
liberales (seni bebas) meliputi mata pelajaran gramatika, geometria, arithmatika,
astronomi, musika, dan dialektika. Dialektika ini sekarang disebut logika dan
kemudian meliputi seluruh filsafat.1 Jadi, skolastik berarti aliran atau yang
berkaitan dengan sekolah.
3
tinggi(teologia) atau ingin menjadi sarjana. Dari sini jelas, bahwa dialektika
termasuk pendidikan yang lebih rendah (trivium), sebagai persiapan
bagi quadrivium, yang dipandang lebih tinggi kedudukannya dari pada mata
pelajaran bahasa. Akan tetapi di sepanjang perjalanan abad keabad, keadaanpun
berubah. Buku-buku pegangan dialektika lama-kelamaan diganti dengan
karangan-karangan Aristoteles mengenai logika, sedang dalam perkembangannya
yang lebih lanjut lagi pelajaran Artes Liberales makin diubah menjadi studi
filsafat, terutama filsafat Aristoteles. Demikianlah filsafat menjadi penting.
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat patristik mulai
merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan ke-7 dikatakan abad kacau. Hal ini
disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan
4
Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-
abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung
(742 – 814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik,
kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termsuk kehidupan manusia serta pemikiran
filsafat menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang
merupakan kecemerlangan abad pertengahan. Pada mulanya skolastik ini timbul
pertama kalinya di biara Italia Selatan dan pada akhirnya sampai berpengaruh ke
Jerman dan Belanda. Kurikulum pengajaranya meliputi studi duniawi, tata bahasa,
retorika, dialektika, ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan
musik.
Sutardjo Wiramihardja mengatakan bahwa zaman ini berhubungan dengan
terjadinya perpindahan penduduk, yaitu perpindahan bangsa Hun dari Asia ke
Eropa sehingga bangsa Jerman pindah melewati perbatasan kekaisaran Romawi
yang secara politik sudah mengalami kemerosotan3. Walaupun demikian masa ini
merupakan kebangkitan pemikiran abad pertengahan yang mana sebelumnya
merosot karena kuatnya dominasi golongan Gereja4.
Filsafat Barat abad pertengahan (476-1492 M) juga dapat dikatakan
sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan
gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli
pikir saat itu juga tidak memiliki kebebasan berpikir. Apalagi terdapat pemikiran-
pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapapun orang yang
mengemukakannya akan mendapat hukuman berat. Pihak gereja melarang
diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama.
Karena itu kajian terhadap agama (teologi) yang tidak berdasarkan pada ketentuan
gereja akan mendapat larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan
penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Kendati demikian, ada juga
yang melanggar peraturan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan
3
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008),
Cet.I, h. 73.
4
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 71
5
kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi). Pengejaran terhadap orang-orang
murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III diakhir abad XII,
dan yang paling berhasil di Spanyol.5
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata School, yang
berarti sekolah. Jadi skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.
Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, yaitu:
Filsafat skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor Religius
Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang
dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang
berkehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini merupakan
suatu perjuangan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini hanyalah negeri asing dan
sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Mereka
5
Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2106), hlm. 83
6
meyakini bahwa manusia tidak bisa sampai ke tanah airnya (surga) dengan
kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia itu memiliki
kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan
bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia juga
memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan jalan
pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya
(surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran
filsafatnya.
b. Faktor Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan
oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambil
dari para penulis Latin, Arab (Islam) dan Yunani.
7
Pada abad ke-9 sampai abad ke-15, skolastik menjadi istilah bagi filsafat
yang mempunyai corak khusus, yaitu filsafat yang dipengaruhi agama. 6 Sampai
pertengahan abad ke-12, orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat
Aristoteles secara keseluruhan. Scholastik Islam-lah yang membawakan
perkembangan filsafat di Barat, terutama berkat tulisan dari para ahli fikir Islam
(filsuf), seperti Ibnu Rusyd. Peran filsuf Islam ini besar sekali, tidak hanya dalam
pemikiran filsafat, tetapi juga memberi sumbangan yang tidak kecil bagi bangsa
Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Akan tetapi, setelah pemikiran
Islam masuk ke Eropa, banyak buku filsafat dan peranan para filsuf Islam atas
kemajuan dan peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat)
tidak mengakui secara terus terang jasa para filsuf Islam dalam mengantarkan
kemodernan Barat.7
Karena situasi yang ricuh, tidak banyak pemikiran filsafat yang dapat
ditampilkan pada masa tersebut. Ada beberapa tokoh yang harus diperhatikan
dalam memahami filsafat masa itu, antara lain sebagai berikut.10
6
Ahmad sadali dan Mudzakkir, Filsafat..., hlm. 81
7
Ahmad Sadali dan Mudzakkir, Filsafat..., hlm. 82
8
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, (Bandung:Pustaka Setia,2008),
hlm. 73
9
Ahmad Sadali dan Mudzakkir, Filsafat..., hlm. 91
10
Undang Ahmad Kamaluddin, Filsafat Manusia, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 34
8
1. Augustinus (354-430)
Menurutnya, di balik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini pasti ada
yang mengendalikannya, yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran
agama.
2. Boethius (480-524 M)
Pada usia 44 tahun, Boethius mendapat hukuman mati dengan tuduhan
berkomplot. Ia dianggap sebagai filsuf akhir Romawi dan filsuf pertama
Skolastik. Jasanya adalah menerjemahkan logika Aristoteles ke dalam bahasa
Latin dan menulis beberapa traktat logika Aristoteles. Ia adalah seorang guru
logika pada abad pertengahan dan mengarang beberapa traktat teologi yang
dipelajari sepanjang abad pertengahan.
3. Kaisar Karel Agung (742-814 M)
Pada masa pemerintahannya, yaitu awal abad ke-9, Kaisar Karel Agung
berhasil mencapai stabilitas politik yang besar. Hal ini menyebabkan
perkembangan pemikiran kultural berjalan pesat. Pendidikan yang
dibangunnya terdiri atas tiga jenis, yaitu pendidikan yang digabungkan
dengaan biara, pendidikan yang ditanggung keuskupan, dan pendidikan yang
dibangun raja atau kerabat kerajaan.11
9
akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah di setujui atau dapat
diterima oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan
dengan iman, Abelardus memberikan alasan bahwa berfikir itu berada di luar
iman (di luar kepercayaan). Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu
ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi
semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir
kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan
pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.
Eropa membuka kembali kebebasan berpikir yang dipelopori oleh Peter
Albelardus. Ia menginginkan kebebasan berpikir dengan membalikkan diktum
Augustinus-Anselmus, credo ut intelligam dan merumuskan pandangannya
menjadi intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya). Peter
Albelardus memberikan status yang lebih tinggi pada penalaran daripada
iman.13
13
http://anungadhy-uin-bi-2b.blogspot.com/filsafat-skolastik-html.
10
1. Mulai abad ke-12, terdapat hubungan-hubungan baru dengan dunia
pemikiran Yunani dan dunia pemikiran Arab, yaitu dengan peradaban
Yunani dari Italia Selatan dan Sisilia, serta dengan kerajaan Bizantium
pada satu pihak, dan peradaban Arab yang ada di Spanyol pada pihak
lain. Melalui karya-karya orang Arab dan Yahudi, Eropa Barat mulai
mengenal karya-karya Aristoteles yang semula kurang dikenal. Selain
melalui karya orang-orang Arab, dan tulisan-tulisan Aristoteles dikenal
melalui karya para pemikir gereja Timur, yang pada zaman itu dikenal
juga.
2. Timbulnya universitas-universitas. Didirikannya Universitas
Almameter di Paris merupakan gabungan dari beberapa sekolah.
Universitas inilah yang menjadi awal (embrio) berdirinya universitas
di Paris, Oxford, Mont Pellier, Cambridge, dan lainnya. 14 Pada abad
pertengahan, umumnya universitas terdiri atas empat fakultas, yaitu
kedokteran, hukum, sastra (fakultas Atrium) dan teologi.15
3. Timbulnya ordo-ordo baru, yaitu ordo Fransiskan (didirikan 1209 M)
dan ordo Dominikan (didirikan 1215 M).16 Ordo-ordo ini muncul
karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan,
sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan
suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini berpengaruh terhadap
kehidupan kerohanian yang kebanyakan tokohnya memegang peranan
di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas
Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, Wiliam Ocham.17
14
Ahmad Sadali dan Mudzakkir, Filsafat..., hlm. 94
15
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat..., hlm. 75
16
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hlm. 99-100.
17
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1955), hlm. 71
11
Bollstadt, yang juga dikenal sebagai doktor magnus, kemudian bernama
Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa.
Di Universitas Padua, ia belajar artes liberales, belajar teologi di Bologna,
dan masuk ordo Dominikan tahun 1223 M, kemudian masuk ke Koln dan
menjadi dosen filsafat dan teologi. Terakhir, dia diangkat sebagai uskup
agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang
Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, Albertus Magnus
mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia.18
18
Ahmad Sadali dan Mudzakkir, Filsafat..., hlm. 95.
19
Ahmad Sadali dan Mudzakkir, Filsafat..., hlm. 95
12
Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia
sangat mahir dalam filsafat itu.
13
paling akhir pada masa skolastik. Menurut pendapatnya, ada tiga cara
untuk mengenal, yaitu indra, akal dan intuisi. Dengan indra, kita mendapat
pengetahuan tentang benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna.
Dengan akal, kita mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak
berdasarkan sajian atau tangkapan indra. Dalam intuisi, kita mendapatkan
pengetahuan yang lebih tinggi. Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya
mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu
sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari
pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.
14
bukan dengan pembuktian, karena kepercayaan teologis tidak dapat
didemonstrasikan.
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui
barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau
kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi
buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya
dengan intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu, ia membantah
anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school,
yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan
dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah
filsafat abad pertengahan.
Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau
filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir,
sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk.
Ciri khas filsafat Skolastik ini terletak pada rumusan Santo
Anselmus (1033—1109M), yaitu credo utintelligam (saya percaya agar
saya paham). Filsafat ini jelas berbeda dengan sifat filsafat rasional yang
lebih mendahulukan pengertian dari pada iman.
B. Saran
Dengan selesainya penulisan ini penulis menyarankan kepada para
pembaca bahwa filsafat merupakan bidang pengetahuan tersendiri yang
berbeda dengan pengetahuan yang lain. Oleh karena itu, filsafat harus di
pelajari karena filsafat mengajarkan kepada kita tentang kesadaran,
kemampuan, dan kemauan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai
makhluk individu, sosial dan makhluk tuhan untuk diaplikasikan dalam
kehidupan.
Demikianlah makalah berjudul “Filsafat Skolastik” ini kami buat
berdasarkan sumber-sumber yang ada. Kami juga menyadari, masih ada
banyak kekurangan di dalam penyusunan makalah ini. Sehingga perlulah
bagi kami, dari para pembaca untuk memberikan saran yang membantu
supaya makalah ini mendekati lebih baik. Atas perhatian Anda semuanya,
kami ucapkan terima kasih.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hakim A. Abdul Drs. MA, Saebani B. Ahmad Drs. M.Si, 2008, Filsafat
Umum, Bandung: CV Pustaka Setia
Burhanudin Salam, Drs. 2005. Pengantar Filsafat Jakarta: Bumi Aksara
Syadali, Ahmad. 2004 Filsafat Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia
Asmoro, Ahmad 1994, Filsafat Umum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tapsir, Ahmad. 2009, Filsafat Umum, Bandung: Rosda Karya
Maksum, Ali. 2016, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Ahmad Kamaluddin, Undang. 2013, Filsafat Manusia, Bandung: CV.
Pustaka Setia
Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1, (Yogyakarta:
Kanisius
Sadali, Ahmad, Mudzakir. 1999. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia
http://www.scribd.com/doc/23767536/makalah-filsafat
http://mukhlislamlo.blogspot.com/2010/04/filsafat-skolastik-oleh-
mukhlisuddin-mz.html
http://www.hendria.com/2010/03/sejarah-filsafat-eropa.html
http://indahparas-uinbi-2.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik.html
http://anungadhy-uin-bi-2b.blogspot.com/filsafat-skolastik-html.
17