Anda di halaman 1dari 12

FILSAFAT BARAT SKOLASTIK

Makalah:
Disususun untuk memenuhi tugas matakuliah
Filsafat Umum

Oleh:
ROU’UUF NOOR HUDA E93219118

Dosen Pengampu:
IDA RAHMAWATI.M.FIL.I

PROGRAM STUDI ILMU AL-AQUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Filsafat Masa Skolastik ini dengan lancar. Dan juga kami berterima kasih
pada Ibu Ida Rahmawati M.Fil. selaku dosen mata kuliah Filsafat Umum yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Dalam pembahasan ini kami menjelaskan tentang salah satu periode


filsafat barat pada abad pertengahan, yakni filsafat skolastik. Akan dijelaskan pula
pengertian, masa awal skolastik, masa puncak skolastik, dan masa akhir skolastik.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Karena itu kami
membutuhkan kritik, pendapat, serta saran untuk memperbaiki makalah ini untuk
selanjutnya.

       Semoga makalah ini dapat dapat membantu menambah pengetahuan bagi
siapapun yang membacanya. Apabila makalah yang telah dibuat ini masih banyak
kekurangannya, kami minta mohon maaf dan mohon kritik dan sarannya untuk
perbaikan kedepannya.

Surabaya,10 Maret 2019

Penyususn

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat selalu berkembang dari waktu ke waktu. Maka dari itu filsafat pra-
modern pun juga mempunyai periodisasi tersendiri, salah satunya filsafat abad
pertengahan. Filsafat abad pertengahan memiliki ciri khas yakni dipengaruhinya
filsafat oleh ajaran gereja. Filsafat abad pertengahan ini dibagi menjadi 2 masa
yakni masa patristik dan skolastik.
Pada masa patristik, filsafat benar-benar di dominasi oleh gereja. Setiap
filsafat yang bertentangan dengan ajaran gereja ditolak dan harus dilenyapkan
beserta para pendukungnya. Sedang pada masa skolastik, filsafat mulai bangkit
kembali dengan tetap menjadikan ajaran gereja sebagai patokan untuk berfilsafat.
Filsafat abad pertengahan ini juga memiliki sejarah yang panjang sehingga
dibutuhkan penjelasan tersendiri akan pembagian 2 masa tersebut. Makalah ini
akan membahas tentang filsafat masa skolastik yang merupakan kebangkitan
filsafat barat setelah cukup lama mengalami kemandegan pada saat masa patristik.

B.Tujuan

1. Menjelaskan pengertian filsafat skolastik


2. Menjelaskan masa awal filsafat skolastik
3. Menjelaskan masa puncak filsafat skolastik
4. Menjelaskan masa akhir filsafat skolastik

3
BAB II
PENGERTIAN FILSAFAT SKOLASTIK

BAB II
MASA AWAL FILSAFAT SKOLASTIK

4
BAB III
PUNCAK FILSAFAT SKOLASTIK

Abad ke 13 dianggap sebagai zaman kejayaan dalam filsafat dan theologi


skolastik, dalam periode inipun filsafat umumnya dipelajari karena hubungannya
dengan theologi. Pada abad ke 13 dihasilkan beberapa sintesa filosofis yang betul-
betul mencolok mata. Perkembangan ini terjadi dimungkinkan karena pada akhir
abad ke 12 timbul beberapa faktor baru yang harus dibicarakan yaitu :
1. Universitas-universitas didirikan.
2. Beberapa ordo membiara baru dibentuk.
3. Ditemukan Sejumlah karya-karya filsafat yang sampai saat itu belum
dikenal didunia barat, dan mulai digunakan dalam pengajaran filsafat.
Universitas-universitas mulai didirikan, sudah kita ketahui bahwa sejak
abad ke 9 di mana saja di Eropa Barat didirikan sekolah-sekolah di Paris jauh
melampaui semua sekolah lain. Sekitar 1200 sekolah di Paris memutuskan untuk
bersama-sama membentuk universitas, keputusan seperti ini seperti berdirinya
universitas pertama. Mula-mula universitas sebetulnya tidak lain adalah
kerjasama dari kumpulan sekolah-sekolah yang sudah ada. Universitas Paris ini
memperoleh privilege dari pihak gereja dan pemerintah, dan dengan segera
menjadi pusat intelektual yang terpenting di Eropa. Tidak lama setelah
didirikannya universitas Paris, didirikan universitas-universitas di tempat lain
juga, misalnya : Oxford, Cambridge dan banyak dikota lain. Dalam abad
pertengahan universitas umumnya terdiri dari empat fakultas, yaitu sastra,
kedokteran, hukum, dan theologi. Dan “facultas actrium” harus diikuti dahulu

5
sebelum mahasiswa diperbolehkan masuk fakultas lain. Yang diajarkan di
dalamnya yaitu “artes liberals”, atau ilmu kebebasan. Dapat dimengerti bahwa
“facultas actrium” merupakan fakultas yang paling besar dan paling ramai dari
seluruh univeritas.
Karya-karya filsafat yang diterbitkan dalam abad petengahan selanjutnya,
hampir semuanya mempunyai hubungan dengan pengajara di universitas,berupa
bahan kuliah ataudiskusi.
Ordo-ordo membiara. Faktor lain yang sangat mempengaruhi
perkembangan intelektualpada abad pertengahan ialah timbulnya ordo membiara
yang baru, yaitu Ordo Fransiskan dan Ordo Donimikan. Ordo Fransiskan atau
Ordo saudara-saudara Dian didirikan oleh Fransisksn dari asisi pada tahun 1209.
Mula-mula mereka merasa ragu, apakah mereka mencurahkan tenaganya dalam
bidang intelektual atau tidak. Tetapi akhirnya studi juga diakui sebagai salah satu
lapangan kerja bagi mereka. Seorang professor di Universitas Paris, Alexander
dari Hales, pada tahun 1231 masuk Ordo Fransiskan, tetepi ia tetap
mempertahankan kedudukannya pada Universitas Paris. Dengan demikian dia
menjadi orang pertama dari sekian professor fransiskan yang mengajar pada
universitas-universitas pada abad pertengahan. Ordo dominan didirikan oleh
Dominikus de Guzman pada tahun 1215, salah satu aturan hidup anggota-
angotanya ialah, mereka mereka wajib mencurahkan tenaganya dalam bidang
studi theologi, di berbagai kota mereka mendirikan “stadium general” yang
kemudian diigabungkan dengan universitas setempat.
Penemuan karya-karya filsafat Yunani. Penemuan karya-karya tersebut
merupakan faktor yang paling pentig dalam perkembangan intelektual dan
perkembangan pemikiran filosofis pada khususnya, terutama karya Aristoteles.
Ini menjadi titik tolak untuk gerakan filosofis pada abad ke 13 yang boleh disebut
Aristotelisme. Penyebaran pemikiran Aristoteles terbagi melalui dua jalan yaitu
secara tak langsung dan secara langsung.
Secara tak langsung yaitu karya-karya Aristoteles bersama beberapa
karangan Neoplatonistis diterjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahsa Latin.
Dapat diperkirakan terjemahan tersebut tidak selalu cocok dengan teks Yunani

6
yang asli namun tetap terjemahan tersebut, memberikan prespektif baru dalam
bidang filsafat, juga karya filsafat-filsafat Arab dan filsafat Arab Yahudi,
diterjemakan kedalam bahsa Latin, dan dengan itu dibuka skolastik.
Secara langsung yaitu melalui terjemahan langsung dari bahsa Yunani
yang diadakan pda abad ke 13, salah seorang penerjemah terkenal adalah
Gulleimus dari Moerbeke, yang menerjemahkan banyak karya yunani ke dalam
bahsa Latin.

1. Albertus Agung

Albertus Agung (tahun 1208-1280), lahir di Lauingen, Jerman dan


menjadi anggota Ordo Dominikan, dia adalah pemikir yang buah pikirannya lebih
dikuasai pemikiran Aristoteles, dia mengajar di berbagai rumah Domonikan
semenjak tahun 1240 sampai 1248, dan ia mengajar di Universitas Paris pada tiga
tahun tersebut, Thomas Aquinas termasuk muridnya. Pada tahun 1248 dia ke Koln
di Jerman dan mendirikan semacam “studium general” bagi Ordo Donimikan.
Thomas mengikuti gurunya yang pergi ke Koln dan melanjutkan studinya di sana
hinggga selesaipada tahun 1252, pada tahun 1254 Albertus diangkat menjadi
pemimpin Ordo Donimikan di wilayah Jerman dan akhirnya dia diangkat menjadi
Uskup.

Albertus menulis sangat banyak sekali, edisi modern mengumpulkan


karyatulisnya hingga mencapai 40 jilid, yang penting dalam sejarah filsafat adalah
komentar-komentarnya terhadap karya-karya Aristoteles, ia menambahkan dengan
unsure-unsur Neoplatonisme atau filsafat Arab Yahudi dan menambahkan dengan
pendapatnya sendiri, hasilnya berupa ensiklopedia yang memuat ilmu
pengetahuan pad masa itu, dan jika dalam pemikiran Aristoteles terdapat hal-hal
yang tidak cocok dengan gereja, seringkali ia mengoreksi Aristoteles. Oleh karena
itu Albertus memiliki jasa besar dengan membuka karya-karya Aristoteles untuk
theologi. Namun dalil-dalil filsafat Abertus belum bertumbuh menjadi suatu
kesatuan yang telah tuntas dipikirkan, sekalipun demikian sikapnya yang terbuka

7
dalam pemikiran filsafat telah membuka jalan yang akan diteruskan oleh Thomas
Aquinas muridnya.

2. Thomas Aquinas

Thomas Aquinas atau Thomas Aquino (tahun 1225-1274), dilahirkan di


Roccasecca Italia, dia berasal dari keluarg bangasawan, baik ayah maupun ibunya,
pada masa mudanya ia tinggal bersama pamannya yang menjadi pemimpin Ordo
di Monte Cassino, dan pada usia 18 atau 19 tahun dia bergabung dengan Ordo
Dominikan pada tahun 1230-1239, lalu belajar di Napoli pada tahun 1239-1244,
lalu belajar di Universita Paris dibawah kepemimpinan Aberus Agung hingga ke
Koln bersamanya, kemudia setelah setelah studinya selesai dia mengajar di Paris
pada tahun 1252-1259 dan menjadi professor pada 1262-1272, selain itu dia juga
mengajar di berbagai tempat di Italia
Setelah wafatnya pada tahun 1274, ia meninggalkan banyak karya tulis,
dalam edisi modern yang dikumpulkan hingga berjumlah 24 jiliid, karyanya yang
utama berjudul “summa theologi”, (ikhtisar theologi), dan termasuk karya yang
penting dalam kesussateraan kristiani, serta dari sudut sejarah filsafat, komentar-
komentarnya terhadadap Aristoteles menempati posisi yang sangat penting, yang
dengan demikian dia menyusun suatu komentar besar yang dapat menggantikan
komentar serupa yang dahulu pernah dibuat oleh Ibn Rusyd
Thomas Aquias mendasarkan filsafatnya pada kepastian adanya tuhan,ia
mengetahui banyak ahli theilogi percaya pada adanya tuhan hanya berdasarkan
pendapat umum, ada juga ahli theologi yang menganggap eksistensi tuhan tidak
dikethui dengan akal, namun hanya dikethui dengan iman, sedangkan menurutnya
eksistensi tuhan dapat diketahui dengan akal.

3. Bonaventura

Bonaventura (1221-1274), masih hidup sezaman dengan Albertus dan


Aquinas, namun berbeda dengan keduanya, dia termasuk ordo Fransikan. Ia
belajar di Paris dan menjabat guru besra di sana, hingga pada tahun 1257 dia
diangkat menjadi pemimpin ordo fransiskan.

8
Dalam kecerdasan dia tida kalah dengan Albertus dan Aquinas,
Bonaventura dalah seorang ahli skolastik dan mistik, sekalipun dia memahami
metode pemikiran skolastik, namun pengetahuannya tentang hal-hal yang bersifat
jasmaniyyah dan rohaniyyah dia hubungkan dengan langsung tuhan, ia kenal baik
karya-karya Aristoteles, namun ia menentang pemikiran-pemikiran Aristoteles
yang dianggapnya bertentangan dengan ajaran Kristen. Pada dasarnya ajarannya
adalah suatu penjabaran yang secara konsekwen dari dalil-dalil Anselmus : yang
mempercayai bahwa tuhan itu ada. Bahwa tuhan itu ada, menurutnya dalah suatu
hal yang jelas sekali, kehadiran tuhan tersirat dalam tiap bentuk pengetahuan yang
pasti, tuhan adalah pencipta segala sesuatu, sehingga sesgala sesuatu bukanlah
tuhan, melainkan makhluk.

4. Yohanes Duns Seotus

Yohanes Duns Seotus, (tahun 1308), lair di suatu desa di schotlandia, sejak
masa mudanya telah bergabung dengan pada ordo Fransiskan, sebab tidak heran
kelak Duns menentang ajaran Thomas Aquinas yang terbesar.
Tulisannya sukar dimengerti, karena gaya bahasanya yang singkat,
sekalipun demikian diakui bahwa dia adalah seorangahli piker yang tajam, ia
bermaksud mempertahankan tradisi ordo Fransiskan yang berjiwa Agustinus-
Neoplatonisme, oleh karena itu ia menentang Thomas Aquinas dari ordo
Donimikan, sekalipun demikian ia mengakui bahwa ia terasing dari beberapa
pemikiran Agustinus, dan ia mengaku sendiri bahwa ia terpengaruh dengan
ajaran-ajaran Aristoteles, bahkan dia juga mengaku terpengaruh dengan pemikiran
lawannya yaitu Aquinas.
Bagaimanapun Duns berhasil menciptakan suatu sintense, yang bersifat
filsafat-theologi. Dengan memakai bermacam-macam unsure pemikiran
tradisional yang diolah sehingga mempunyai sifat tersendiri.1

1
Soejono Soemargo, Sejarah Ringkas Filssafat Barat

9
BAB IV
AKHIR FILSAFAT SKOLASTIK

Dalam pertengahan kedua abad ke- 13 para theology Kristiani sudah


berhasil mencocokkan Aristotelisme dengan alam pikiran kristiani. Thomisme dan
Scotisme merupakan dua sintesa tehology yang besar sekali. Dan di dalam
shintesa theologi itu dapat ditemukan suatu sintesa filosofis yang patut dikagumi.
Dalam abd ke 14 kecenderungan akan sintesa tidak di teruskan. Dalam abad ini
terdapat banyak diskusi antara madzhab-madzhab yang mengikuti ajaran salah
seorang "magister" dari abad ke 13. Pada umumnya boleh dikatakan bahwa zaman
ini memeperlihatkan suatu sikap kritis yang lebih besar,menunjukkan bahwa abad
ke 14 menuju ke zaman modern.
Berikut nama pemikir yang sungguh - sungguh besar pada era tersebut :

1. William Ockham

adalah seorang pastur Ordo Fransiskus berkebangsaan Inggris dan filsuf,


dari Ockham, desa kecil di Surrey, dekat East Horsley. William mengabdikan diri
pada hidup yang papa dan minimalis. Seorang perintis nominalisme, ia kadang-
kadang dianggap sebagai bapak epistemologi modern dan filsafat modern umum,
berkat pendapatnya yang didukung argumen kuat, bahwa hanya individu yang
ada, bukan universal, esensi, atau bentuk supra-individual, dan bahwa universal
adalah hasil astraksi dari individu oleh pikiran manusia dan tidak memiliki wujud
di-luar-mental. Ockham juga dipandang sebagai salah satu ahli logika terbesar
sepanjang masa.

2. Nicolaus Cusanus

10
adalah seorang filsuf dari Jerman, yang juga merupakan seorang Platonis
pada masa Renaissans. Selain sebagai filsuf, ia juga seorang imam gereja. Ia
disebut juga Nicolaus dari Kues dan Nicolaus Krebs. Cusanus lahir di kota Kues,
kota kecil di tepi Sungai Mosel, pada tahun 1401. Ia mendapatkan gelar doktor
dalam bidang hukum gereja pada tahun 1423. Kemudian ia menjadi utusan Paus
ke Konstantinopel. Pada tahun 1449 ia diangkat menjadi kardinal dan uskup
Brixen pada tahun 1450. Ia meninggal pada tahun 1464.

BAB V
PENUTUP
1.1. Kesimpulan

Filsafat skolastik barat dibagi menjadi 3 masa, awal, kejayaan dan akhir.
Di masa awal merupakan masa bangkitnya kembali filsafat setelah mengalami
kemandegan di zaman patristik. Di bawah kepemimpinan Karel Agung
didirikanlah sekolah-sekolah yang menjadi pemicu kebangkitan filsafat. Pada
masa kejayaan ada 2 aliran besar yang paling berpengaruh yakni aliran Thomisme
yang didasarkan pada ajaran Thomas Aquinas dan aliran Scotisme yang
didasarkan pada ajaran John Duns Scotus. Pada akhirnya William Ockham yang
mengembangkan ajaran Duns Scotus berhasil membuat aliran yang disebut via
moderna.
Meski masa skolastik barat telah berakhir, dampaknya masih terasa saat
ini. Karena ajaran-ajaran di masa itulah yang membuat sains saat ini dapat
berkembang dengan pesat.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

11
12

Anda mungkin juga menyukai