Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa


terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh
panca- inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu
banyak yang
berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah.

Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak
menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa
sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu
dan ahirnya menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu
memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara
mendapatkannya dapat
dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.

B. Rumusan MAsalah

Agar pembahasan didalam makalah kami mudah dipahami, maka kami akan
membatasi pembahasan dalam makalah kami, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat barat?

2. Siapa saja tokoh-tokoh filsafat barat?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk menjelaskan pengertian dari filsafat barat.

2. Menjelaskan tokoh-tokoh filsafat barat.

BAB II

PEMBAHASAN

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.[1] Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi
dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke
dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan
logika bahasa.
A. Filsafat Barat

Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-
universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari
tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani
sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat
Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh
pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang
dianggap telah menyebarkan
ajaran yang dilarang oleh negara.

Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius


menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John
Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali
buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang
telah dikerjakan oleh filosof Islam pada dinasti Abbasyah.

Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes,
Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan
Jean-Paul Sartre.

Dalam tradisi filsafat Barat di Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah


bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat
yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut adalah: ontologi,
epistemologi, dan
aksiologi.

1. Tema Ontology

Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan
dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam
semesta, makhluk hidup, atau tata surya.

2. Tema Epistemology

Kata ini berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan)


dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan
asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling
sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu
pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan
kebenaran dan keyakinan.

Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap
manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca
indera dengan
berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode
positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.

3. Tema Aksiolgi

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana


manusia menggunakan ilmunya.[2] Aksiologi berasal dari kata Yunani:
axion (nilai)
dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai.

B. Tokoh Filsafat Barat

1. Plato

Plato lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 S M, dia adalah


seorang filsuf dan matematikawan Yunani, dan pendiri dari Akademi Platonik di
Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat.[3] Ia adalah murid
Socrates. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato
adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah
Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya
berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis
'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Salah satu
perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua.
Cicero mengatakan Plato
scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang menulis).

2. Thomas Aquinas

Aquinas dilahirkan di Roccasecca dekat Napoli, Italia.[4] dalam keluarga


bangsawan Aquino. Ayahnya ialah Pangeran Landulf d ari Aquino dan
ibunya bernama Countess Teodora Carracciolo. Kedua orang tuanya adalah orang
Kris ten Katolik yang saleh. Thomas, pada umur lima tahun diserahkan ke biara
Benedictus di Monte Cassino agar dibina untuk menjadi seorang biarawan. Setelah
sepuluh tahun Thomas berada di Monte Cassino, ia dipindahkan ke
Naples. Di sana ia belajar mengenai kesenian dan filsafat (1239-
1244). Selama di sana, ia mulai tertarik pada pekerjaan kerasulan gereja, dan
berusaha untuk pindah ke Ordo Dominikan, suatu ordo yang sangat berperan pada
abad itu. Keinginannya tidak direstui oleh orang tuanya sehingga ia harus tinggal
di Roccasecca setahun lebih lamanya. Namunkarena tekadnya pada tahun 1245,
Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan.

Sebagai anggota Ordo Dominikan, Thomas dikirim belajar pada Universitas


Paris, sebuah universitas yang sangat terkemuka pada masa itu. Ia belajar di sana
selama tiga tahun (1245 -- 1248). Di sinilah ia berkenalan dengan Albertus
Magnus yang memperkenalkan filsafat Aristoteles kepadanya.[5] Ia
menemani
Albertus Magnus memberikan kuliah di Studium Generale di Cologne, Perancis,
pada tahun 1248 - 1252.

Pada tahun 1252, ia kembali ke Paris dan mulai memberi kuliah Biblika (1252-
1254) dan Sentences, karangan Petrus Abelardus (1254-1256) di Konven St.
Jacques, Paris. Thomas ditugaskan untuk memberikan kuliah-kuliah dalam bidang
filsafat dan teologia di beberapa kota di Italia, seperti di Anagni, Orvieto, Roma,
dan Viterbo, selama sepuluh tahun lamanya. Pada tahun 1269, Thomas dipanggil
kembali ke Paris untuk tiga tahun karena pada tahun 1272 ia ditugaskan untuk
membuka sebuah sekolah Dominikan di Naples.[6]

Dalam perjalanan menuju ke Konsili Lyons, tiba-tiba Thomas sakit dan


meninggal di biara Fossanuova, 7 Maret 1274. Paus Yohanes XXII mengangkat
Thomas
sebagai orang kudus pada tahun 1323.

3. René Descartes

lahir di La Haye, Perancis, 31 Maret 1596 – meninggal


di Stockholm, Swedia, 11 Februari 1650 pada umur 53 tahun), juga dikenal
sebagai Renatus Cartesius dalam literatur berbahasa Latin, merupakan
seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah
Discours
de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).

Descartes, kadang dipanggil "Penemu Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika


Modern", adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah
barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya,
membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal
sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17
dan
18.

Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya


yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa
seseorang bisa berpikir.

Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo su m


sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya artinya
adalah: "Aku
berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am)

4. Immanuel Kant
Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal
sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang memengaruhi
perkembangan kalkulus modern. Ia juga pernah menulis buku berjudul Rules for
the Direction of the Mind .

4. Immanuel Kant
Dia lahir di Königsberg, 22 April 1724 – meninggal di Königsberg, 12
Februari 1804 pada umur 79 tahun, dia adalah seorang filsuf Jerman. Karya yang
terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia
“membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain “apa yang bisa
diketahui manusia.” Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga pertanyaan:

a. Apakah yang bisa kuketahui?

b. Apakah yang harus kulakukan?

c. Apakah yang bisa kuharapkan?


Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:

a. Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca
indria. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.

b. Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah
peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”.
Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat
menjadi
peraturan umum, maka apabila semua orang

mencuri, masyarakat tidak akan jalan.

c. Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang
memutuskan pengharapan manusia.

5. Arthur Schopenhauer

Dia adalah seorang filsuf Jerman Schopenhauer lahir di Danzig pada tahun
1788.[7] Ia menempuh pendidikan di Jerman, Perancis, dan Inggris. Ia mempelajari
filsafat di Universitas Berlin dan mendapat gelar doktor di Universitas Jena pada
tahun 1813. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Frankfurt, dan meninggal
dunia di sana pada tahun 1860.

Dalam perkembangan filsafat Schopenhauer, ia dipengaruhi dengan kuat


oleh Imanuel Kant dan juga pandangan Buddha. Pemikiran Kant nampak di dalam
pandangan Schopenhauer tentang dunia sebagai ide dan kehendak. Kant
menyatakan bahwa pengetahuan manusia terbatas pada bidang penampakan atau
fenomena, sehingga benda-pada-dirinya-sendiri (das Ding an sich) tidak pernah
bisa diketahui manusia. Misalnya, apa yang manusia ketahui tentang pohon
bukanlah pohon itu sendiri, melainkan gagasan orang itu tentang pohon.
Schopenhauer mengembangkan pemikiran Kant tersebut dengan menyatakan
bahwa benda-pada-dirinya-sendiri itu bisa diketahui, yakni "kehendak".[8]
lahir di Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – meninggal di London, 14 Maret 1883 pada
umur 64 tahun. Dia adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori
kemasyarakatan dari Prusia.

Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling


terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan
kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga
saat ini pada dasarnya adalah sejarah pertentangan kelas", sebagaimana yang
tertulis dalam
kalimat pembuka dari Manifesto Komunis.[9]

7. Friedrich Wilhelm Nietzsche

lahir di Rocken dekat Lutzen, 15 Oktober 1844 – meninggal di Weimar, 25


Agustus 1900 pada umur 55 tahun. Dia adalah seorang filsuf Jerman dan seorang
ahli ilmu filologi yang meneliti teks-teks kuno. Ia merupakan salah seorang
tokoh
pertama dari eksistensialisme modern yang ateistis.[10]

8. Jean-Paul Sartre

Dia lahir di Paris, Perancis, 21 Juni 1905 – meninggal di Paris, 15


April 1980 pada umur 74 tahun. Dia adalah seorang filsuf dan penulis Perancis. Ialah
yang dianggap mengembangkan aliran eksistensialisme.Sartre menyatakan,
eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi (L'existence précède l'essence). Manusia
tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya ia tidak lebih hasil
kalkulasi dari komitmen-komitmennya di masa lalu. Karena itu, menurut Sartre
selanjutnya, satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia (L'homme est
condamné à être libre).

Pada tahun 1964 ia diberi Hadiah Nobel Sastra, namun Jean-Paul Sartre
menolak. Ia meninggal dunia pada 15 April 1980 di sebuah rumah sakit
di Broussais (Paris). Upacara pemakamannya dihadiri kurang lebih 50.000 orang.

Pasangannya adalah seorang filsuf wanita bernama Simone de Beauvoir.


Sartre banyak meninggalkan karya penulisan diantaranya berjudul Being
and
Nothingness atau Ada dan Ketiadaan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat barat?


Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-
universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang
dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi
Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku
filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan
oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius,
yang
dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh Negara.

2. Siapa saja tokoh-tokoh filsafat barat?

Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes,
Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan
Jean-Paul Sartre.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI

P. A. Van Der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: PT.
Gramedia
Pustaka Utama

Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta : Suatu Pengantar, Indeks,
Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004, Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.

Mudji Sutrisno dan F. Budi Hardiman. 2005. Para Filsuf Penentu Gerak Zaman. Jakarta:
BPK Gunung Mulia

[1] Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. hal. 1

[2] Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008.
Halaman 91
[3] Tjahjadi,Simon Petrus L., Petualangan IntelektualYogyakarta: Kanisius.2004

[4] Mudji Sutrisno dan F. Budi Hardiman. Para Filsuf Penentu Gerak Zaman. 2005.
Jakarta. Penerbit: BPK Gunung Mulia
[5] Susan Lynn Peterson. Timeline Charts of The Western Church. 1957. Michigan.
Penerbit: Zondervan Publishing House
[6] Mortimer J.Adler (ed.). Great Books of The Western World: 17 Aquinas:1. 1952.
London. Penerbit: Encyclopedia Britannica, Inc.
[7] Kathleen Marie Higgins. 1999.

[8] Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal.
329-333.
[9] Jonathan H. Turner. The Emergence of sociological theory. 1981. Illinois: The Dorsey
Press. Hlm. 165-190
[10] P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Hlm. 125-132

Anda mungkin juga menyukai