Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Hakekat dan Tantangan KWN Untuk Masa Depan Bangsa, Negara dan
Konstitusi Nilai dan Norma Konstitusional UUD RI 1945 dan Konstitusionalitas
Per UU dibawah UUD 1945

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan Dan Anti Korupsi


Dosen Pembimbing : Rendi Dwipa, SE., M.AK

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6

1. Agustina Dwi Safitri (221610283)


2. M Abi Burrahman (221610295)
3. Nurzannah (221610305)
4. Noprianto (221610340)
5. Saza Padila (221610307)

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANGHARI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAMPRODI EKONOMI SYARIAH

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah paper ini adalah
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewewarganegaraan Dan Anti
Korupsi Yang Membahas Mengenai Hakekat Dan Tantangan KWN Untuk
Masa Depan Bangsa, Negara Dan Konstitusi Nilai, Norma Konstitusional Dan
Konstitusionalitas Per UU Dibawah UUD 1945.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah paper ini. Saya sadar
makalah paper ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan semua pihak.

Muara Bulian, 24 Oktober 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….... I
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. II

BAB I PENDAHULUAN ….…………………………………………………......…1


A. Latar belakang ….…………………………………………………………...1
B. Rumusan masalah …………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN …………...………..…………………………………...…3


Hakikat dan tantangan kewarganegaraan masa depan…………………..3
Negara dan konstitusi, nilai & norma kunstitusional.…………………….4
Nilai norma konstitusional & konstitusionalitas per UU dibawa UUD
1945………………………………………………………………………….. 7

BAB III PENUTUP ………………………….……………………………………..12


Kesimpulan………………………………………………………………….12
Saran … ……………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………..………………………………………...14

II
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan atau dalam kurikulum 2013 disebut dengan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu disiplin ilmu
sosial. Telah menjadi rahasia umum bahwa ilmu sosial sifatnya relatif dan tidak
seperti ilmu alam yang sifatnya mutlak. Hal ini menjadikan pendidikan
kewarganegaraan dapat saja digoyahkan setiap saat karena tidak memiliki
keajegan seperti halnya ilmu eksak.

Sejarah munculnya Pendidikan Kewarganegaraan pertama kali tahun 1957


dengan nama “Kewarganegaraan”, yang isinya sebatas hak dan kewajiban warga
negara serta cara-cara memperoleh dan kehilangan status kewarganegaraan.Sejak
munculnya Orde Baru, isi mata pelajaran ini hampir seluruhnya dibuang karena
dianggap idak sesuai lagi dengan tuntutan yang sedang berkembang. Pada
kurikulum 1968, mata pelajaran ini muncul dengan nama “Kewargaan negara”.
sesuai dengan ketetapan MPR No. IV/MPR/1973, mata pelajaran ini diberubah
nama menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP), materi yang sangat dominan
disini adalah mengenai materi P-4. Pada kurikulum 1984 maupun Kurikulum
1994, Pendidikan Moral Pancasila berganti menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn).

Dalam era reformasi, tantangan PPKn semakin berat. P4 dipermasalahkan


substansinya, karena tidak memberikan gambaran yang tepat tentang nilai
Pancasila sebagai satu kesatuan. Dengan adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989
yang diubah dengan UU No. 2 tahun 2003 tidak dieksplisitkan lagi nama
pendidikan Pancasila, sehingga tinggal Pendidikan Kewarganegaraan. Begitu pula
kurikulum 2004 memperkenalkan istilah Pengganti PPKn dengan
kewarganegaraan / pendidikan kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga diikuti

1
dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas akar keilmuan yakni politik,
hukum dan moral.

Pada kurikulum 2013 yang baru saja disahkan akhir tahun 2013 lalu, nama
pendidikan kewarganegaraan diganti lagi dengan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Dalam kurikulum tersebut penekan tentang sikap
(afeksi) begitu ditonjolkan. Persoalanya sekarang adalah bagaimana menemukan
pendekatan yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep PKn agar siswa
dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana
membuka wawasan berfikir dan beragam dari seluruh siswa agar konsep yang
dipelajarinya dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata. Inilah tantangan PKn
kedepannya. Seiring dengan perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan itu
sendiri diharapkan akan semakin meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
kewaganegaraan dan warga negara sehingga dapat semakin memperbaiki moral
bangsa ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat kewarganegaan untuk masa depan bangsa?
2. Pengertian negara dan konstitusi menurut para ahli?
3. Apa perbedaaan norma dan kostitusi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat dan tantangan KWN Untuk Masa Depan Bangsa


Hakikat Kewarganegaraan untuk masa depan bangsa adalah dengan
membekali mahasiswa dengan kemampuan dasar dan pengetahuan mengenai
hubungan warga negara Indonesia dengan Negara dan dengan sesama warga
negara.
Pendidikan Kewarganegaraan penting diberikan agar mahasiswa menjadi
pribadi yang paham tentang hak dan kewajibannya sebagai Warga Negara
Indonesia, berpikir kritis, bertoleransi tinggi, pribadi yang cinta damai, menjadi
sosok yang mengenal dan berpartisipasi dalam kehidupan politik lokal, nasional,
dan internasional.
Adapun kendala yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah tidak adanya teman belajar, kurangnya
motivasi, kurang tersedianya waktu, dan metode diskusi dan tanya jawab yang
pada umumnya menyulitkan siswa.
Memasuki era globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknlogi. Negara-negara sibuk menyesuaikan kondisi politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikannya. Hal inilah yang menjadi tuntutan
pendidikan kewarganegaraaan untuk mengembangkan kemampuaan
kewarganegaraan diera global. Saling ketergantungan dan interkoneksi yang
meningkat dalam ‘global’ dan keragaman yang terus meningkat di Negara. Bangsa
memaksakan persyaratan khusus pada konsep kewarganegaraan dan kualifikasi
akademik yang ada. Dalam latar belakang kebangsaan dalam menghadapi era
globalisasi, perlu giat belajar, menghayati, dan mengamalkan landasan
kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai Negara yang tidak bisa lepas
dari pengaruh globalisasi, Indonesia harus berperan dalam proses tersebut.
Karena akan terjalin kerjasama yang dapat meningkatkan perekonomian.

3
Pendidikan seperti ini pada dasarnya merupakan komitmen moral
yang kuat terhadap kemanusiaan global. Namun perlu diperhatikan bahwa
pendidikan kewarganegaraan global harus menggambarkan moralitas
kemanusiaan yang universal ditunjukan untuk kesejahteraan masyarakat
manusia, tanpa mengambil nilai lokal Negara itu sendiri sebagai dasar kehidupan
bernegara. Dalam proses ini secara implisit dicermati bahwa pendidikan
kewarganegaraan berbasis karakter Pancasila (role building) tidak bisa berdiri
sendiri. Untuk mencapai tujuan ini, pendidikan kewarganegaraan tidak bisa
sendirian, tetapi harus bisa bekerjasama dengan mata pelajaran lain, seperti mata
pelajaran agama. Disini mata pelajaran PKn menjadi landasan dan motivasi dari
setiap kegiatan dan kegiatan yang ada, dan pendidik menjadi pengawas dan
pengajar dalam pelaksanaanya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
dalam era globalisasi, urgensi pendidikan kewarganegaraan bagi bangsa
merupakan model pengembangan kewarganegaraan global dan berstandar global
yang berakar pada budaya dan bangsa. Namun, sekarang pendidikan
kewarganegaraan tidak hanya harus dianggap sebagai mata pelajaran, tetapi juga
harus dianggap sebagai kegiatan pendidikan yang komprehensif.

B. Negara dan Konstitusi, Nilai dan Norma Konstitusional UUD RI 1945 dan
Konstitusionalitas per UU dibawah UUD 1945

Pengertian Negara Menurut Para Ahli:


• Menurut Prof. Miriam Budihardjo, negara merupakan organisasi yang ada di
dalam suatu wilayah yang dapat memaksakan kekuasaannya yang sah terhadap
semua golongan kekuasaan yang berada di dalamnya dan dapat menetapkan
berbagai tujuan dari kehidupan tersebut.
• Menurut Prof. Nasroen, definisi sebuah negara adalah sebuah bentuk pergaulan
hidup. Oleh karena itu, sebuah negara harus ditinjau secara sosiologis agar
dapat dijelaskan serta dipahami.

4
• Menurut Prof. Dr. Djokosoetono, SH. yang mendefinisikan sebuah negara
sebagai organisasi manusia maupun kumpulan individu yang berada di bawah
sebuah pemerintahan yang sama.
• Menurut Prof. Farid S., negara merupakan sebuah wilayah merdeka yang sudah
mendapatkan pengakuan dari negara lain serta memiliki sebuah kedaulatan.
• Menurut G. Pringgodigdo, SH. yang mendefinisikan negara sebagai sebuah
organisasi kekuasaan maupun organisasi kewibawaan yang harus persyaratan
berupa berbagai unsur tertentu.
• Menurut Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH., negara merupakan sebuah organisasi
yang berada di atas kelompok maupun beberapa kelompok individu yang
mendiami suatu wilayah atau teritori tertentu bersama dan mengakui adanya
sebuah pemerintahan yang bertugas untuk mengurus tata tertib serta
keselamatan sebuah kelompok maupun beberapa kelompok individu yang ada.
• Pengertian negara menurut Gettel, negara merupakan sebuah komunitas
berbagai oknum yang secara permanen mendiami suatu wilayah tertentu,
menuntut secara sah akan kemerdekaan diri dari pihak luar serta memiliki
sebuah organisasi pemerintah serta hukum yang berjalan secara menyeluruh di
dalam sebuah lingkungan.
• Dalam An Introduction to Politics (1951), Roger H. Soltau mengemukakan
definisi negara adalah sebuah agen maupun kewenangan yang mengatur
maupun mengendalikan segala persoalan bersama atas nama masyarakat di
dalamnya.
• Menurut Harold J. Laski dalam The State in Theory and Practice (1947),
definisi negara merupakan sebuah masyarakat yang diintegrasikan karena
memiliki wewenang yang sifatnya memaksa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata negara dapat
diartikan kedalam dua hal. Yang pertama, negara adalah sebuah organisasi yang
berapa pada suatu wilayah dan memiliki kekuasaan tertinggi secara sah serta
ditaati oleh masyarakat di dalamnya. Yang kedua, sebuah negara dapat

5
disimpulkan sebagai kelompok sosial yang mendiami sebuah wilayah maupun
daerah tertentu yang berada di bawah lembaga politik maupun pemerintah yang
efektif, memiliki kesatuan politik, berdaulat yang memiliki tujuan nasional yang
ingin dicapai oleh suatu wilayah tersebut.

Ada beberapa pengertian konstitusi menurut para ahli, berikut di antaranya:


a. Bolingbroke
Pengertian konstitusi adalah sekumpulan kaidah-kaidah hukum, institusi-
institusi dan kebiasaankebiasaan. Yang diambil dari asas penalaran tertentu serta
berisikan sistem umum atas dasar nama masyarakat itu sepakat atau setuju untuk
diperintah.
b. K.C.Wheare
Konstitusi merupakan keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara
yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah
dalam pemerintahan suatu negara.
c. Jimly Asshiddiqie
Pengertian konstitusi yakni hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi juga dapat berupa hukum dasar tertulis
yang biasa disebut Undang-Undang Dasar serta dapat pula tidak tertulis.
d. E.C.Wade
Konstitusi yaitu suatu naskah yang memaparkan rangka serta tugas pokok
dari badan pemerintahan suatu negara. Selain itu juga menentukan pokok-pokok
cara kerja badan tersebut.
e. Miriam Budiarjo
Pengertian konstitusi adalah keseluruhan peraturan. Baik tertulis maupun
tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu
pemerintah diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Konstitusi berasal dari Bahasa Latin yaitu constitutio. Istilah ini berkaitan
dengan kata ius atau jus yang memiliki arti hukum atau prinsip. Sehingga
konstitusi bisa diartikan sebagai suatu pernyataan mengenai susunan dan bentuk

6
negara. Di mana yang dipersiapkan sebelum maupun sesudah negara yang
bersangkutan berdiri.

C. Nilai dan Norma Konstitusional UUD RI 1945 dan Konstitusionalitas per UU


dibawah UUD 1945.

Norma dan konstitusi merupakan dua hal yang mempunyai kekuatan


untuk pengaturan dalam sistem kehidupan. Norma sebagai aturan yang lebih
mengikat pada sistem sosial dan budaya masyarakat, sedangkan konstitusi sebagai
aturan dasar suatu negara yang mengikat bagi setiap warga negara. Norma hanya
berlaku pada dalam suatu lingkungan masyarakat atau etnis tertentu, tetapi ada
pula norma yang bersifat universal dan berlaku di semua wilayah untuk semua
umat manusia. Misalnya berupa larangan mencuri, begal, dan merampok, tidak
boleh memperkosa dan berzina, jangan membunuh, diharamkan berdusta, dan lain
sebagainya berupa larangan untuk tidak melakukan. Sebaliknya norma secara
universal mengajur untuk berbuat baik kepada sesama manusia, menjaga
lingkungan, melaksanakan kewajiban kepada Tuhan sesuai dengan agama dan
kepercayaannya, setia dan taat negara, dan lain sebagainya. Konstitusi
menyangkut aturan dasar bagi keteta negaraan. Setiap negara mempunyai
konstitusi yang mengatur tentang tata negara, pemerintahan, sistem dan bentuk
negara, serta mengatur bangsanya untuk taat kepada hukum negara.

Konstitusi suatu negara berbeda-beda antara satu negara dengan negara


lain, perbedaan itu menjadi ciri khas dari eksistensi negara tersebut. Ini artinya
bahwa suatu negara wajib memiliki konstitusi, tidak ada suatu negara di dunia
yang tidak mempunyai konstitusi, bahkan merupakan salah satu syarat mutlak
untuk berlangsungnya suatu negara. 3 Ibarat tubuh manusia, maka konstitusi
merupakan roh yang membuat manusia bisa hidup untuk mencapai tujuan.
Demikian pula halnya dengan suatu negara, maka konstitusi sebagai pedoman
yang mengatur dan membuat bangsa dan negara dapat mencapai tujuan
nasionalnya. Beberapa Pengertian Norma dan konstitusi
7
Norma dan konstitusi masing-masing memiliki pengertian tersendiri
sesuai dengan dari sudat padang dan tinjauan teori mana yang digunakan sebagai
referensi. Oleh sebab itu, berikut akan diuraikan beberapa pengertian tentang
norma dan konstitusi secara satu-persatu, sebagai berikut :

1.Konstitusi

Ada banyak pengertian konstitusi, namun secara umum istilah konstitusi ini
berasal dari bahas Prancis yaitu constituer, dalam bahasa Belanda disebut
constitutie, bahasa Inggris constitution, bahasa Jerman konstitution dan bahasa
Latin constitutio, constituere. Artinya membentuk suatu negara atau menyusun
suatu negara (Dewi Ratna, 2016). Selanjutnya konstitusi mempunyai dua arti, yaitu
secara luas dan secara sempit. Konstitusi secara luas adalah keseluruhan dari
semua ketentuanketentuan dasar atau hukum dasar. Sedangkan arti konstitusi
secara sempit merupakan piagam dasar atau undang-undang dasar suatu negara
atau dikenal dengan istilah loi contitutionalle yang berarti suatu dokumen lengkap
tentang aturan dasar negara.

Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang


berisi aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara,
namun dalam pengertian ini harus dicermati bahwa konstitusi dalam artian tidak
semuanya berupa dokumen tertulis (formal). Menurut para ahli ilmu hukum dan
ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara,
kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi. Carl
Schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu:

(1) sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum dan semua organisasi
yang ada di dalam negara.
(2) sebagai bentuk negara.
(3) sebagai faktor integrasi.
(4) sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi di dalam negara.

8
Dalam pengertian relatif, konstitusi dibagi menjadi 2 pengertian yaitu:

(1) sebagai tuntutan dari golongan borjuis agar haknya dapat dijamin oleh
penguasa dan konstitusi sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil
(konstitusi dapat berupa tertulis) dan
(2) dalam arti materiil, konstitusi yang dilihat dari segi isinya. Selain itu ada
juga istilah konstitusi dalam arti positif yaitu sebagai sebuah keputusan
politik yang tertinggi sehingga mampu mengubah tatanan kehidupan
kenegaraan. Dan konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi yang memuat
adanya jaminan atas hak asasi serta perlindungannya.

Untuk lebih mendalam tentang pengertian konstitusi, berikut disajikan


beberapa pengertian konstitusi menurut para ahli. CF Strong, mengartikan
konstitusi sebagai sebuah kumpulan dari asas-asas yang melaksanakan kekuasaan
pemerintah, hak-hak pemerintah dan hubungan antara pemerintah dan yang
diperintah. EC Wade, mengatakan konstitusi adalah sebuah tulisan yang
menyatakan tentang rangka dan tugas pokok dari badan pemerintahan sebuah
negara dan menentukan apa saja pokok kerja dari badan itu. Herman Heller,
membagi konstitusi menjadi tiga tingkat, yaitu: (1) konstitusi sebagai pengertian
politik, mencerminkan kondisi sosial politik sebuah negara. (2) konstitusi sebagai
pengertian hukum, keputusan umum yang harus ditaati. (3) konstitusi sebagai
peraturan hukum, peraturan hukum yang tertulis (Dewi Ratna. 2016). K. C.
Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang
berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam
pemerintahan suatu negara. Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan
yang terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan
nyata di dalam masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik.
L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan
tak tertulis. Dan Koernimanto Soetopawiro, menyebutkan istilah konstitusi berasal
dari bahasa latin cisme yang berarti bersama dengan dan statute yang berarti

9
membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama
(Internet. Wikipedia. 2018).

2. Norma

Untuk memahami apa itu norma, maka berikut ini disajikan beberpa
pengertian tentang norma. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam
masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang
sesuai dan diterima oleh setiap warga masyarakat. Dalam pengertian lain, namun
memiliki esensi yang sama, norma diartikan sebagai kebiasaan warga masyarakat
yang telah menjadi suatu aturan yang mengikat. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat, yang secara terusmenerus, turun-temurun,
dipelihara, dilakukan,ditaati dan dilesatarikan agar tetap ada, serta dipergunakan
sebagai kontrol sosial dalam segenap sikap dan tindakan warga masyarakat. Bila
terjadi pelanggaran atau penyimpangan, maka aka nada sanksi terhadap
pelanggaran norma.

Pada hakikatnya, eksistensi norma, tumbuh, berlangsung dan


berkembang oleh adanya manusia-manusia yang hidup dalam masyarakat. Norma
sebagai produk kebudayaan yang berwujud sistem sosial yang mengatur segala
bentuk sikap dan tingkah laku masyarakat. Pada awalnya norma dibentuk dari
suatu kesepakatan atau konensus bersama masyarakat yang terlibat di dalamnya.
Kemudian digunakan 5 sebagai pedoman dan acuan bagi warga masyarakat dalam
bersikap dan berperilaku dalam sistem sosial budaya yang pedomani oleh
kominitas masyarakat tersebut.

Sebagai mahluk sosial, manusia akan selalu berinteraksi membutuhkan


orang lain dalam keberlangsungan hidupnya (zoon politicon). Menurut Aristotels,
manusia sebagai zoon politicon, yang artinya bahwa manusia telah dikodratkan
untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain (Frans Magnis Suseno.

10
2009). Dalam kehidupan bermasyarakat manusia memerlukan aturan-aturan
tertentu karena tidak semua orang bisa berbuat sesuka hatinya dan menurut
kehendak masing-masing. Jika keinginan seseorang dipaksakan terhadap orang
lain, akan terjadi benturan dengan keinginan pihak lain. Untuk mencapai
keteraturan dan kenyamanan dalam kebersamaan dan hidup bersama, maka
manusia melakukan konsensus tentang hal yang boleh dilakukan, yang sebaiknya
dilakukan, dan yang tidak boleh dilakukan (larangan) dalam kehidupan
bermasyarakat. Konsensus itulah pada akhirnya akan yang menjadi suatu embrio
tentang eksistensi norma. Sebagai pedoman yang diaati dan dilaksanakan oleh
manusia dalam kehidupan dan berinteraksi sosial di dalam lingkungan
masyarakatnya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari
kata"pendidikan" dan "kewarganegaraan". pendidikan yang berarti usaha sadar
danterencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik bisa
aktifuntuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya,
sedangkankewarganegaraan adalah segala hal yang berhubungan dengan warga
negara. Secara yuridis pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan
untukmembentuk peserta didik agar memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air. Secara terminologis pendidikan kewarganegaraan adalah program
pendidikan yang berintikan demokrasi politik, dan diperluas dengansumber-
sumber lain; contohnya seperti pengaruh positif dari pendidikan sekolah,
masyarakat, dan orang tua. Negara perlu menyelenggarakan pendidikan
kewarganegaraankarena setiap generasi itu adalah orang baru yang harus
mendapat pengetahuan, termasuk sikap/nilai maupun keterampilan agarmereka
mampu menjadi warga negara yang memiliki karakter yang baik dan juga
cerdas untuk hidup dalam kehidupan bermasyarakat. Secara historis, PKn di
Indonesia awalnya diselenggarakan oleh organisasi pergerakan dengan tujuan
untuk membangun rasa kebangsaan dan cita-citaIndonesia merdeka.
Pendidikan kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika
perubahandalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan
kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. Saran
Pemahaman secara etimologis pendidikan kewarganegaraan penting
ddipahami, karena dengan kajian tersebut dapat memberi penjelasan, perbedaan
antara konstitusi dan norma. Di lain sisi, pengetahuan tantang konstitusi perlu

12
dipahami, oleh berbagai pihak agar tidak salah dalam menganalisis penggunaan
metode yang tidak tepat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku :
Samsuri. 2006. “Pembentukan Warga Negara Demokratis Dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan” Jurnal Pemikiran dan Penelitian Kewarganegraan: PKn
Progresif, Vol. 1, No. 1: Jurusan PKn, FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Wahab, A. A, Sapriya, 2007. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung :
UPI Press

Kaelan, Achamd. Z, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma : Yogyakarta.

Sumber Internet:
Brainly. (2018, Oktober 15). Deskripsi tentang Esensi dan Urgensi PKn untukmasa depan.
Brainly:https://brainly.co.id/tugas/18356418
Kemahasiswaan, D. J. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan.
Jakarta:Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.Leman. (2018, Mei
19).Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila untuk masadepan
Wordpress:https://leman2311.wordpress.com/2018/05/19/urgensi-dan-esensi-pendidikan-
pancasila-bagi-masa-depan/.

14

Anda mungkin juga menyukai