Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Pendidikan Kewarganegaraan
“Hakikat Kewarganegaraan Dalam Mengembangkan Kemampuan Profesional”

DOSEN PENGAMPU ;

IBU Dra.Hj HUDA M.Pd.I

DI SUSUN OLEH KELOMPOK I :

Anggi syafitri ( 209220021)


Nisa asmiarti (209220012)
Muhammad nurhidayat (209220032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada illahi robbi yang telah memberikan
beribu ribu nikmat sehingga penyusunan bisa membuat makalah ini denganatas
izin-Nya sehingga dapatmenyelesaikan makalah ini dengan berjudul HAKIKAT
KEWARGANEGARAAN DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
PROFESIONAL dapat selesai tepat waktu walaupun masih banyak kekurangan
karena penyusun masih dalam tahap pembelajaran. Bahwa penulisan makalah ini
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh karena itu penyusun butuh
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ada pun tugas makalah ini dapat selesai karena ada dukungan dari berbagai
pihak yang telah membantunya kami dalam pembuatan makalah ini.Semoga
makalah ini yang telah disusun dapat menambah pengetahuan pengalaman, dan
bermanfaat bagi kami sendiri dan pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki
maupun menambah isi makalah ini menjadi lebih baik karna kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata
bahasa, maupun pengetahuan kamidalam makalah ini.

Jambi, 20 maret 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANGANTAR ..............................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I .................................................................................................................1

PENDAHULUAN .............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1

1.3 Tujuan Rumusan Masalah ........................................................................1

BAB II ................................................................................................................2

PEMBAHASAN ................................................................................................2

2.1 Pengertian pendidikan ........................2

2.2 Hakikat kewarganegaraan dalam pendidikan .............................................2

2.3 Menggali sumber historis, sosiologis, politis, tentang pendidikan


kewarganegaraan diinonesia ...............................................................................4

BAB III ..............................................................................................................8

PENUTUP .........................................................................................................8

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................8

3.2 Penutup .........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana yang penting demi menanamkan sebuah ajaran


maupun norma-norma serta aturan-aturan demi keberlangsungan hidup dalam
bermsyarakat. Pendidikan dapat dilakukan melalui jalur formal dan juga informal.
Pendidikan merupakan salah satu poin yang tercantum di dalam UUD 1945 bab
Pendidikan dan Kebudayaan, yang merupakan landasan yang digunakan untuk
menjamin setiap warga negara memperoleh ntology. Berikut beberapa pengertian
ntology dalam sudut pandang para ahli.
Pada hakikat pndidikan kewarganegaraan merupakan sebuah metode ntology
yang bersumber pada nilai nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa demi
meningkatkan serta melestarikan keluhuran moral dan perilaku masyarakat yang
bersumber pada budaya bangsa yang ada sejak dahulu kala. Dengan hal tersebut
diharapkan dapat mencerminkan jati diri yang terwujud dalam berbagai tingkah laku
di dalam kehidupan keseharian masyarakat. Hakikat ntology kewarganegaraan
sebagai sebuah mata pelajaran ialah memiliki sebuah tujuan penting dalam
membentuk jati diri individu yang hidup dalam kehidupan masyarakat yang
majemuk. Baik dalam kemajemukan suku, agama, ras dan budaya serta bahasa demi
membangun karakter bangsa sebagai bangsa yang cerdas, cakap dan memiliki
karakter yang berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila sebagai filsafat bangsa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan ?
2. Bagimana hakikat kewarganegaraan dalam Pendidikan?
3. Bagaimana cara menggali sumber historis, sosiologis, politis tentang
Pendidikan kewarganegaraan diindonesia?
3.3 Tujuan
1. mengetahui pengertian pendidikan.
2. Mengetahui hakikat kewarganegaran dalam pendidikan.
3. Mengetahui cara menggali sumber historis, sosiologis, politis tentang
pendidikan kewarganegaraan diindonesia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana yang penting demi menanamkan sebuah ajaran


maupun norma-norma serta aturan-aturan demi keberlangsungan hidup dalam
bermsyarakat. Pendidikan dapat dilakukan melalui jalur formal dan juga informal.
Pendidikan merupakan salah satu poin yang tercantum di dalam UUD 1945 bab
Pendidikan dan Kebudayaan, yang merupakan landasan yang digunakan untuk
menjamin setiap warga negara memperoleh pendidikan. Berikut beberapa pengertian
pendidikan dalam sudut pandang para ahli.

Carter v.Good (1997), berpendapat bahwa pendidikan merupakan sebuah


tahapan perkembangan kemampuan setiap orang berupa sikap juga tingkah laku yang
terjadi pada masyarakatnya. UU sisdiknas No.20 Bab 1 Pasal 1 tahun 2003,
menyatakan jikalau pendidikan merupakan sebuah tindakan yang secara sadar juga
tertata demi menciptakan situasi serta tahapan pembelajaran supaya peserta didik
dapat aktif dalam meningkatkan potensi individu demi mendapatkan kemampuan
serta kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak yang terpuji mulia juga kecakapan yang diperlukan setap individu,
masyarakat, bangsa maupun Negara.

Godfrey Thomson (1977), mengungkapkan bahwa pendidikan ialah sebuah


pengaruh yang timbul didalam lingkungan atas individu yang menimbulkan suatu
perubahan yang tetap dalam setiap kebiasaan perilaku, pikiran maupun perasaannya.
Dengan berdasar pada sudut pandang para ahli , dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa pendidikan memiliki sebuah tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut ialah
menciptakan sebuah kemampuan pada diri seseorang demi meningkatkan
kapabilitasnya sehingga dengan hal tersebut menjadi bermanfaat baik demi
kehidupannya, untuk diri seseorang tersebut untuk masyarakat luas serta bangsa dan
negara.

1.2 Hakikat Kewarganegaraan dalam pendidikan

Seperti ketentuan yang telah diatur dalam UU RI nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi dan UU RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pendidikan program sarjana diharapkan menjadi tenaga ahli profesional yang mampu

2
menciptakan lapangan kerja. Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Indonesia, yang dimaksud warga negara adalah warga suatu negara
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi,
memberikan pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua,
dan diharapkan peserta didik menjadi manusia yang lebih baik dan sesuai ketentuan
Pancasila dan UUD RI 1945. PKn sebagai mata kuliah wajib karena untuk
membentuk jiwa nasionalis dan cinta tanah air.

Secara historis, pendidikan kewarganegaraan telah dimulai jauh sebelum


Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka. Dengan berdirinya organisasi
Boedi Oetomo (1908) disepakati sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan pada saat itu
mulai tumbuh jiwa nasionalisme. Secara sosiologis, PKn dilakukan oleh para
pemimpin di masyarakat yang mengajak untuk mencintai tanah air dan bangsa
Indonesia. Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal pada kurikulum
tahun 1957 isi mata pelajaran PKn membahas cara pemerolehan dan kehilangan
kewarganegaraan, sedangkan dalam Civics (1961) lebih banyak membahas tentang
sejarah Kebangkitan Nasional, UUD, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama
diarahkan untuk “nation and character building” bangsa Indonesia. Pada awal
pemerintahan Orde Baru, dalam kurikulum baru tercantum mata pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara yang berisi materi atau metode yang menghilangkan sifat
indoktrinatif dan diubah dengan materi dan metode pembelajaran baru yang
dikelompokkan menjadi Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila.

Untuk memahami pendidikan kewarganegaraan di Indonesia, pengkajian dapat


dilakukan secara historis, sosiologis, dan politis. Secara historis, pendidikan
kewarganegaraan dalam arti substansi telah dimulai jauh sebelum Indonesia
diproklamasikan sebagai negara merdeka. Dalam sejarah kebangsaan Indonesia,
berdirinya organisasi Boedi Oetomo tahun 1908 disepakati sebagai Hari Kebangkitan
Nasional karena pada saat itulah dalam diri bangsa Indonesia mulai tumbuh
kesadaran sebagai bangsa walaupun belum menamakan Indonesia. Setelah berdiri
Boedi Oetomo, berdiri pula organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan lain seperti
Syarikat Islam, Muhammadiyah, Indische Party, PSII, PKI, NU, dan organisasi
lainnya yang tujuan akhirnya ingin melepaskan diri dari penjajahan Belanda.

Pada tahun 1928, para pemuda yang berasal dari wilayah Nusantara berikrar
menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia, bertanah air, dan berbahasa persatuan
bangsa Indonesia. Pada tahun 1930-an, organisasi kebangsaan baik yang berjuang

3
secara terang-terangan maupun diam-diam, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Secara umum, organisasi-organisasi
tersebut bergerak dan bertujuan membangun rasa kebangsaan dan mencita-citakan
Indonesia merdeka. Indonesia sebagai negara merdeka yang dicita-citakan adalah
negara yang mandiri yang lepas dari penjajahan dan ketergantungan terhadap
kekuatan asing.

Inilah cita-cita yang dapat dikaji dari karya para Pendiri Negara-Bangsa
(Soekarno dan Hatta). Akhirnya Indonesia merdeka setelah melalui perjuangan
panjang, pengorbanan jiwa dan raga, pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno dan
Hatta, atas nama bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan Indonesia.Setelah
Indonesia menyatakan kemerdekaan, melepaskan diri dari penjajahan, bangsa
Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaan karena ternyata
penjajah belum mengakui kemerdekaan dan belum ikhlas melepaskan Indonesia
sebagai wilayah jajahannya. Oleh karena itu, periode pasca kemerdekaan Indonesia,
tahun1945 sampai saat ini, bangsa Indonesia telah berusaha mengisi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan melalui berbagai cara, baik perjuangan fisik maupun
diplomatis. Perjuangan mencapai kemerdekaan dari penjajah telah selesai, namun
tantangan untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan yang hakiki belumlah
selesai.

2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis, Tentang Pendidikan


Kewarganegaraan Diindonesia.

1) sumber historis Pendidikan pancasila

Dilihat dari sisi historisnya, pancasila tidak lahir secara mendadak pada tahun
1945,melainkan telah melalui proses panjang dimatangkan oleh sejarah perjuangan
bangsa kita sendiri, dengan melihat pengalaman-pengalaman bangsa lain, dengan
diilhami oleh gagasan besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadiandan
gagasan-gagasan besar bangs akita sendiri. Nilai-nilai esensial yang terkandung
dalam pancasila yaitu: ketuhanan,kemanusiaan,persatuan,kerakyatan serta keadilan
dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terentuknya Negara dan bangsa
Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman
kerajaan-kerajaan.

4
Nilai-nilai yang terkandung setiap sila pancasila sebelum dirumuskan dan
disah kan menjadi dasar Negara Indonesia secara ojektif historis telah dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai pancasila tersebut tidak lain adalah
dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kuasa materialis
pancasila

Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan
hidup yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing ditengah masyarakat
internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada
sejarah bangsa. Dengan demikian, berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan
diatas dapat disimpulkan bahwa pancasila memiliki landasan historis yang kuat.
Secara historis, sejak zaman kerajaan unsur pancasila sudah muncul dalam kehidupan
bangsa kita. Agar nilai-nilai Pancasila selalu melekat dalam kehidupan bangsa
Indonesia, maka nilai-nilai yang terkandung dalam setiap Pancasila tersebut kemudia
dirumuskan dan disah kan menjadi dasar Negara.

Sebagai sebuah dasar Negara, Pancasila harus selalu dijadikan acuan dalam
bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara. Semua
peraturan perundang-undangan yang ada juga tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai pancasila.

2) Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Sosiologis dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antar manusia.


Didalamnya mengkaji: latar belakang,susunan,dan pola kehidupan social dari berbagi
golongan dan kelompok masyarakat, selain itu juga mengkaji maslah-maslah social,
perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat.

Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa dalam perpsektif sosiologi, suatu


masyrakat pada suatu waktu dan tempat memiliki niali-nilai yang tertentu. Melalui
pendekatan sosiologis ini pula, diharapkan dapat menngkaji struktur social, proses
social, termasuk prubahan-perubahan social, dan masalah-masalah social yang patut
disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-niali yang mengacu kepada
nilai-nilai pancasila.

Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan


pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara pada suatu asas
cultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa kita sendiri. Nilai-nilai kenegaraan
dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila pancasila bukan hanya hasil

5
konseptual seseorang saja, melainkan hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri,
yang diangkat dari nilai-nilai cultural yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri melalui
proses refleksi filosofis para pendiri Negara (kaelan,2000:13).

3) sumber politik Pendidikan Pancasila

Salah satu sumber pengayaan materi Pendidikan Pancasila adalah berasal dari
fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Pola pikir untuk membangun
kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan kelima
sila yang mana dalam berpolitik harus bertumpu pada ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam perrmusyawaratan/perwakilan dan dengan penuh
keadilan sosial bagi seluruh Indonesia tanpa pandang bulu.

Etika politik Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk menelaah perilaku politik
negara, terutama sebagai metode kritis untuk memutuskan benar atau salah sebuah
kebijakan dan Tindakan pemerintah dengan cara menelaah kesesuaian dan Tindakan
pemerintah itu dengan makna sila-sila Pancasila.

Etika politik harus direlasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara konkrit
dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif, legiskatif, yudikatif,
para pelaksanaan dan penegak hukum harus menyadari bahwa legitimasi hukum dan
legitimasi demokratis juga harus berdasarkan pada legitimasi moral.

Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki oleh setiap pengguna yang berkuasa
mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai penyimpangan seperti
yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme,
penyuapan, pembunuhan, terorisme dan penyalahgunaan narkotika sampai
perselingkuhan dikalangan elit politik yang menjadi momok masyarakat. Dalam
penerapan etika politik Pancasila diindonesia tentunya mempunyai beberapa kendala-
kendala yaitu :

a. etika politik terjebak menjadi sebuah ideologi sendiri. Ketika seseorang


mengkritik sebuah ideologi, ia pasti akan mencari kelemahan-kelemahan dan
kekurangannya, baik secara konseptual maupun praktis. Hinggga muncul
sebuah keyakinan bahwa etika politik menjadi satu-satunya cara yang efektif
dan efisien dalam mengkritik ideologi, sehingga etika politik menjadi sebuah
ideologi tersendiri.

6
b. Pancasila merupakan sebuah system filsafat yang lebih lengkap dibandingkan
etika politik Pancasila, sehingga kritik apapun yang ditujukan kepada
Pancasila oleh etika politik Pancasila tidak mungkin berangkat dari Pancasila
sendiri karena kritik itu tidak akan membuahkan apa-apa.
Namun demikian, bukan berarti etika politik Pancasila tidak mampu menjadi
alat atau cara menelaah sebuah Pancasila. Kendala pertama dapat diatasi
dengan cara membuka lebar-lebar pintu etika politik Pancasila terharap kritik
dan koreksi dari manapun, sehingga ia tidak terjebak pada lingkungan itu.
Kendala kedua dapat diatasi dengan menunjukan kritik kepada tingkatan
praksis Pancasila terlebih dahulu, kemudian secara bertahap merunut kepada
pemahaman yang lebih umum sehingga ontologi Pancasila menggunakan
prinsip-prinsip norma moral.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
 Pendidikan merupakan sarana yang penting demi menanamkan sebuah ajaran
maupun norma-norma serta aturan-aturan demi keberlangsungan hidup dalam
bermsyarakat. Pendidikan dapat dilakukan melalui jalur formal dan juga
informal. Pendidikan merupakan salah satu poin yang tercantum di dalam
UUD 1945 bab Pendidikan dan Kebudayaan, yang merupakan landasan yang
digunakan untuk menjamin setiap warga negara memperoleh pendidikan.
Berikut beberapa pengertian pendidikan dalam sudut pandang para ahli.
 Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Indonesia, yang dimaksud warga negara adalah warga suatu negara yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi,
memberikan pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang
tua, dan diharapkan peserta didik menjadi manusia yang lebih baik dan sesuai
ketentuan Pancasila dan UUD RI 1945.
 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis, Tentang Pendidikan
Kewarganegaraan Diindonesia :
1) sumber historis Pendidikan Pancasila
2) Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila
3) sumber politik Pendidikan Pancasila

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari kata sempurna,
masih banyak kelemahan dan kekurangan dari makalah ini. Setiap saran,
kritik, dan komentar yang bersifat membangun dari pembaca sangat
penyusun harapkan untuk meningkatkan kualitas dan menyempurnakan
tugas ini, agar menjadi makalah yang lebih baik untuk selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?id=ukt-
EAAAQBAJ&pg=PR5&dq=Hakikat+kewarganegaraan+dalam+mengemba
ngkan+kemampuan+profesional&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sour
ce=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjGwPrw8en9AhUBRmwGHS6
BCOkQ6wF6BAgFEAU#v=onepage&q=Hakikat%20kewarganegaraan
%20dalam%20mengembangkan%20kemampuan%20profesional&f=false

https://id.scribd.com/document/388171234/Dinamika-dan-Tantangan-
Pendidikan-Kewarganegaraan-docx

https://id.scribd.com/document/525580558/BAGAIMANA-HAKIKAT-
PENDIDIKAN-KEWARGANEGARAAN-DALAM-MENGEMBANGKAN-
KEMAMPUAN-UTUH-SARJANA-ATAU-PROFESIONAL

https://id.scribd.com/document/525580558/BAGAIMANA-HAKIKAT-
PENDIDIKAN-KEWARGANEGARAAN-DALAM-MENGEMBANGKAN-
KEMAMPUAN-UTUH-SARJANA-ATAU-PROFESIONAL

https://www.studocu.com/id/document/universitas-haluoleo/public-
administration/konsep-dan-urgensi-pendidikan-kewarganegaraan-dalam-
pencerdasan-kehidupan-bangsa/29183716

Anda mungkin juga menyukai