Anda di halaman 1dari 7

ESSAI

KEMAHASISWAAN

Di susun oleh:

M.Chevin Aliza Pendra


kemahasiswaan

Sebagai seorang pembelajar dan bagian masyarakat , maka mahasiswa memiliki peran
yang kompleks dan menyeluruh sehingga dikelompokkan dalam tiga fungsi : agent of
change, social control and iron stock. Dengan fungsi tersebut, tentu saja tidak dapat
dipungkiri bagaimana peran besar yang diemban mahasiswa untuk mewujudkan
perubahan bangsa. Ide dan pemikiran cerdas seorang mahasiswa mampu merubah
paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan menjadikannya terarah sesuai
kepentingan bersama. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan
besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas.
Dan satu hal yang menjadi kebanggaan mahasiswa mahasiswa adalah semangat
membara untuk melakukan sebuah perubahan. Sebagai agen perubahan, mahasiswa
bertindak bukan ibarat pahlawan yang datang ke sebuah negri lalu dengan gagahnya
sang pahlawan mengusir penjahat-penjahat yang merajalela dan dengan gagah pula
sang pahlawan pergi dari daerah tersebut diiringi tepuk tangan penduduk setempat.
Mahasiswa bukan hanya sekedar agen perubahan seperti pahlawan tersebut,
mahasiswa sepantasnya menjadi agen pemberdayaan setelah peubahan yang
berperan dalam pembangunan fisik dan non fisik sebuah bangsa yang kemudian
ditunjang dengan fungsi mahasiswa selanjutnya yaitu social control, kontrol budaya,
kontrol masyarakat, dan kontrol individu sehingga menutup celah-celah adanya
kezaliman. Mahasiswa bukan sebagai pengamat dalam peran ini, namun mahasiswa
juga dituntut sebagai pelaku dalam masyarakat, karena tidak bisa dipungkiri bahwa
mahasiswa merupakan bagian masyarakat.
Idealnya, mahasiswa menjadi panutan dalam masyarakat, berlandaskan dengan
pengetahuannya, dengan tingkat pendidikannya, norma-norma yang berlaku
disekitarnya, dan pola berfikirnya. Namun, kenyataan dilapangan berbeda dari yang
diharapkan, mahasiswa cenderung hanya mndalami ilmu-ilmu teori di bangku
perkuliahan dan sedikit sekali diantaranya yang berkontak dengan masyarakat,
walaupun ada sebagian mahasiswa yang mulai melakukan pendekatan dengan
masyarakat melalui program-program pengabdian masyarakat.
Mahasiswa yang acuh terhadap masyarakat mengalami kerugian yang besar jika
ditinjau dari segi hubungan keharmonisan dan penerapan ilmu. Dari segi keharmonisan,
mahasiswa tersebut sudah menutup diri dari lingkungan sekitarnya sehingga muncul
sikap apatis dan hilangnya silaturrahim seiring hilangnya harapan masyarakat kepada
mahasiswa. Dari segi penerapan ilmu, mahasiswa ynag acuh akan menyianyiakan ilmu
yang didapat di perguruan tinggi, mahasiswa terhenti dalam pergerakan dan menjadi
sangat kurang kuantitas sumbangsih ilmu pada masyarakat. Begitulah sesungguhnya
masa muda, kehidupan kita di masa muda akan membentuk diri kita siapa dimasa tua.
Pemuda sangat diperbolehkan sekali mengambil tongkat estafet, bersemangat tinggi
untuk bisa ambil bagian dalam perjalan bangsa ini ke depan. Dalam proses
pembangunan masyarakat, bangsa dan negara, pemuda merupakan kekuatan dan
agen perubahan sebagai perwujudan dari peran yang strategis dalam pembangunan
nasional. Pemuda adalah aset bangsa yang tak ternilai harganya, ditangan pemudalah
bangsa ini dipertaruhkan.

Seperti yang telah dikatakan oleh para pemikir dan orang bijaksana, bila kita ingin
melihat kemajuan suatu bangsa maka lihatlah pemudanya. Di sinilah tidak jarang juga
para tokoh nasional sering menggaungkan hebatnya peranan pemuda dalam
membangun masyarakat dan bangsa. Ir. Soekarno sebagai founding father dan bapak
proklamator sering kali mengobarkan semangatnya dengan berucap “Berikan aku 10
pemuda, maka akan ku guncangkan dunia ini”. Begitu hebatnya pandangan beliau
tentang peranan pemuda dalam menggerakan dan mengawal berdirinya suatu
kedaulatan bangsa. Kita perlu kembali lagi ke masa muda. Ketika itu kita hidup dengan
penuh perasaan yang semangat dan menggebu-gebu oleh jiwa yang bersih tanpa
intervensi apapun.
Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan
besar terjadi, dari zaman kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi
garda depan perubah kondisi bangsa. Lantas sekarang apa yang kita bisa lakukan
dalam memenuhi peran tersebut? Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri
kita dengan berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun
kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah
terjadi di generasi-generasi sebelumnya.

Pemuda apalagi yang menjadi seorang mahasiswa adalah sosok agen perubahan yang
benar-benar diharapkan. Tentunya perubahan yang sesuai dengan ideologi yang kita
anut dan kita anggap benar. Perubahan merupakan sebuah perintah yang diberikan
oleh Tuhan. Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam
melakukan perubahan. Mahasiswa-mahasiswa yang telah sadar tersebut sudah
seharusnya tidak lepas tangan begitu saja. Mereka tidak boleh membiarkan bangsa ini
melakukan perubahan ke arah yang keliru. Merekalah yang seharusnya melakukan
perubahan-perubahan tersebut.

Dalam melakukan perubahan haruslah dibuat metode yang tidak tergesa-gesa, dimulai
dari ruang lingkup terkecil yaitu diri sendiri, lalu menyebar terus hingga akhirnya sampai
ke ruang lingkup yang kita harapkan, yaitu bangsa ini. Jauhi diri Anda dari kebiasaan
kelompok mahasiswa-mahasiswi kupu-kupu yang gemar kuliah pulang-kuliah
pulang.Cobalah untuk tidak melewati hari-hari di kampus yang hanya full dengan tugas
belajar secara teks books semata. Sebab suatu saat Anda akan tahu jawabannya
bahwa di kehidupan nyata Anda tidak akan bisa membawa hapalan dari teks book itu
saja.
Saya menyadari Anda sangat serius kuliah, mengerjakan semua yang diperintahkan
setiap dosen, dengan harapan kuliah dapat selesai tepat waktu dan meraih prestasi
akademik yang memuaskan. Anda tentu berharap nilai ini akan dapat digunakan
menjadi pendongkrak untuk peningkatan karier Anda nantinya. Namun apakah Anda
sadar sesungguhnya ada bagian yang hilang dari proses pencapaian harapan-harapan
itu? Bahkan tempo hari sampai-sampai ada seorang mahasiswa yang gantung diri
karena tertekan memikirkan kuliah. Bagaimana ini bisa terjadi? Betapa hebatnya luka
batin dan pengaruh tekanan mental dapat mengakhiri nyawa seseorang. 

Mari berpikir lagi, saat ini mahasiswa benar-benar diharapkan menjadi manusia-
manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia. Mahasiswa yang
tangguh nantinya diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya.
Mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak
dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu
ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh
karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan
kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak
dimanfaatkan.

Mahasiswa diharapkan untuk berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat.


Mahasiswa adalah insan akademis yang harus selalu berpikir ilmiah dalam mencari
kebenaran. Mahasiswa harus memulainya dari hal tersebut, karena bila direnungkan
kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga
wajib untuk dijaga. Nilai yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak,
dan tidak ada keraguan lagi di dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari gagasan
yang pragmatis, namun nilai itu haruslah bersumber dari suatu yang benar.
Namun seiring berjalannya waktu, proses kehidupan telah mematahkan jiwa-jiwa itu.
Berbagai permasalahan generasi muda kerap muncul pada saat ini. Menurunnya jiwa
idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat. Kekurangpastian
yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya, tingginya angka putus
sekolah yang diakibatkan oleh berbagai faktor yang bukan hanya merugikan generasi
muda sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa. Kurangnya lapangan kerja atau
kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran, masih banyaknya perkawinan
di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat pedesaan, meningkatnya kenakalan
remaja dan termasuk penyalahgunaan narkotika kian marak menggerogoti masa depan
pemuda kita.

Kebutuhan akan figur teladan bagi remaja sudah jauh dari nilai-nilai luhur yang
seharusnya mereka contoh. Mereka hanya mendengar sekedar nasihat-nasihat bagus
yang tinggal hanya kata-kata indah. Sikap apatis merupakan kecenderungan yang
sering dilakukan untuk menolak dan merespon sesuatu, serta pada saat yang
bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam
tindakan acuhnya akan apa yang terjadi di masyarakat.

Kecemasan dan kurangnya harga diri. Kata stress atau frustrasi semakin umum dipakai
kalangan remaja masa kini. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa
cemasnya dalam bentuk pelarian (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat
penenang, dan lainnya). Ketidakmampuan untuk terlibat, kecenderungan untuk
mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja sulit
melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam
kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan
dengan uang.

Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai
gaya hidup dan pola pikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan
masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang
keselamatan diri kita di tengah-tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari jalan
pintas dengan menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik
dalam ijazah. Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam
keras, obat-obatan pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba dan akhirnya
terus menerus terjadi tanpa ada akhir, dapatkah kita bayangkan apa yang akan terjadi
pada kehidupan Anda? Kehidupan bangsa Anda? Kehidupan tanah air Anda bila ini
terus terjadi?

Untuk meminimalisir masalah tersebut sesungguhnya Anda harus mampu mengubah


paradigma Berpikir. Selain Anda harus belajar dengan tekun. Mahasiswa juga
sebaiknya aktif dalam kegiatan organisasi. Organisasi merupakan sebuah sarana yang
efektif  dalam mengkader generasi penerus bangsa untuk ke depan. Mahasiswa harus
meyakini bahwa kampus bukan saja tempat menimba ilmu yang tidak terbatas hanya
kepada pelajaran semata. Beranilah tinggalkan zona nyaman. Hal ini memang sangat
berlaku dalam seluruh aspek kehidupan dalam meraih sukses. Belajarlah untuk keluar
dari zona nyaman Anda mulai saat ini, berusahalah untuk melakukan hal-hal hebat
yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya.

Keputusan Anda dengan bergabung aktif dalam organisasi kemahasiswaan yang


bersifat intra ataupun ektsra akan memberikan dampak positif pada perubahan yang
wawasan, cara berpikir, pengetahuan, kepemimpinan serta menajemen kepemimpinan
yang notabene tidak diajarkan dalam kurikulum normatif Universitas. Namun dengan
aktif dalam kegiatan organisasi lah ilmu-ilmu kehidupan yang lain dapat diperoleh.
Pemahaman arti penting sebuah organisasi dan aktivitas organisasi mahasiswa adalah
salah satu persoalan yang pertama-tama harus diluruskan. Adanya anggapan bahwa
ber-organisasi berarti berdemonstrasi, atau berorganisasi khusunya di kampus tidak
lebih dari sekadar membuang sebagian waktu, energi, ajang mencari kawan atau
mencari jodoh merupakan bukti adanya kesalapahaman tentang presepsi sebagian
mahasiswa tentang organisasi.

Sebenarnya organsiasi mahasiswa adalah wadah untuk terus meningkatan kualitas diri
Anda. satu media yang dapat membentuk kematangan mahasiswa dalam hidup
bermasyarakat. Melalui kegiatan organisasi mahasiswa akan senantiasa terus
berinteraksi dan beraktualisasi, sehingga menjadi pribadi yang kreatif serta dinamis,
dan lebih bijaksana dalam persoalan hidup yang mereka hadapi. Berdasarkan berbagai
potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila
mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan
kontribusi terhadap bangsa dan Negara.

Berkotor-kotorlah! “Kampus, Sekolah, Kantor Sektor Publik, Perusahaan besar, dan


Perusahaan kecil merupakan organisasi. Jadi jika Anda sebagai mahasiswa sudah bisa
mempersiapkan diri sejak awal, dan terbiasa dibanting sana-sini, terbiasa belajar
dimana-mana, berkeringat-keringat pada kegiatan BEM, OSIS, UKM, PRAMUKA, PMR,
dan lain-lain.  Maka, Anda akan lebih mudah beradaptasi dalam institusi itu di kemudian
hari. Tindakan Anda hampir sama dengan akumulasi SKS selama 5 semester.
Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar saja, mahasiswa itu
bukan lagi seperti burung beo, mahasiswa itu perlu kembali lagi memahami peran
mendasarnya sebagai mahasiswa. Mahasiswa harus memiliki karakter dan mental yang
kuat. 

Namun perlu digaris bawahi tadi, bahwasanya mahasiswa saat ini seperti singa yang
tertidur. Banyak diantaranya yang mempasifkan diri dan hanya bergeliut dengan
kemewahan yang dimiliki. Diskusi yang dulu sangat digemari saat ini sudah berganti
dengan tongkrongan-tongkrongan yang menurut mereka lebih membawa happy, buku
yang sejak dulu didewakan namun saat ini sungguh sangat terkucilkan dan berganti alih
dengan adanya sahabat setia bagi para mahasiswa seperti gadget dan segala akun
media sosialnya. Lalu bagaimana dengan penobatan yang tadi saya ungkapkan? Justru
itu, segelumit pertanyaan berada dalam benak saya. Dengan banyaknya tragedi dan
keadaan mahasiswa saat ini yang saya amati, apakah masih pantas ketika mahasiswa
saat ini masih dinobatkan sebagai agent of change, direct of change dan sejenisnya.
Walaupun memang, masih ada organisasi-organisasi yang mewadahi mereka untuk
melakukan pergerakan.

nilai – nilai dasar mahasiswa yaitu “mahasiswa sebagai kaum akademis, solutif,aplikatif
yang berdasarkan pada semangat perjuangan dan bertanggungjawab atas
pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara”. Nilai – nilai ini merupakan nilai
yang harus ditanamkan pada diri setiap mahasiswa. Pertama, Mahasiswa sebagai
kaum akademis harus selalu berusaha mengembangkan pengetahuan intelektualnya
sehingga siap secara pemikiran ketika sudah terjun dalam masyarakat sehingga dapat
membawa perubahan. Kedua, sebagai seorang mahasiswa haruslah solutif untuk
menghadapi berbagai gejolak dan dinamika ketika ia terjun di masyarakat nantinya.
Sebagai pembelajaran dalam dunia kampus, mahasiswa harus berproses sekaligus 
peka terhadap berbagai persoalan mahasiswa dikampus. Tidak cukup dengan peka
saja, namun mahasiswa juga harus mampu menemukan solusi dari bebragai persoalan
yang hidup dalam dunia perkuliahan. Ketiga, mahasiswa aplikatif berarti mahasiswa
sebagai kaum pengabdi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ke 3 yaitu
Pengabdian kepada Masyarakat. Disamping kewajibannya terhadap teori – teori yang ia
dapatkan didalam kelas, namun mahasiswa juga harus memiliki semangat dalam
mengabdikan diri ke dalam masyarakat. Karena apalah artinya ilmu yang didapatkan
jika tidak di abdikan kepada sesama ( masyarakat ). Keempat, pada diri masing –
masing mahasiswa harus ditumbuhkan tanggungjawab moral terhadap pelaksanaan
perubahan dalam kehidupan masyarakat karena Mahasiswa sebagai tatanan tertinggi
dalam masyarakat. Sehingga masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera merupakan
tanggung jawab pula dari mahasiswa. Banyak hal yang dapat dilakukan mahasiswa
dalam hal ini, salahsatu menyampaikan aspirasi dan keluhan yang dirasakan
masyarakat. nilai – nilai dasar mahasiswa yaitu “mahasiswa sebagai kaum akademis,
solutif,aplikatif yang berdasarkan pada semangat perjuangan dan bertanggungjawab
atas pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara”. Nilai – nilai ini merupakan nilai
yang harus ditanamkan pada diri setiap mahasiswa. Pertama, Mahasiswa sebagai
kaum akademis harus selalu berusaha mengembangkan pengetahuan intelektualnya
sehingga siap secara pemikiran ketika sudah terjun dalam masyarakat sehingga dapat
membawa perubahan. Kedua, sebagai seorang mahasiswa haruslah solutif untuk
menghadapi berbagai gejolak dan dinamika ketika ia terjun di masyarakat nantinya.
Sebagai pembelajaran dalam dunia kampus, mahasiswa harus berproses sekaligus 
peka terhadap berbagai persoalan mahasiswa dikampus. Tidak cukup dengan peka
saja, namun mahasiswa juga harus mampu menemukan solusi dari bebragai persoalan
yang hidup dalam dunia perkuliahan. Ketiga, mahasiswa aplikatif berarti mahasiswa
sebagai kaum pengabdi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ke 3 yaitu
Pengabdian kepada Masyarakat. Disamping kewajibannya terhadap teori – teori yang ia
dapatkan didalam kelas, namun mahasiswa juga harus memiliki semangat dalam
mengabdikan diri ke dalam masyarakat. Karena apalah artinya ilmu yang didapatkan
jika tidak di abdikan kepada sesama ( masyarakat ). Keempat, pada diri masing –
masing mahasiswa harus ditumbuhkan tanggungjawab moral terhadap pelaksanaan
perubahan dalam kehidupan masyarakat karena Mahasiswa sebagai tatanan tertinggi
dalam masyarakat. Sehingga masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera merupakan
tanggung jawab pula dari mahasiswa. Banyak hal yang dapat dilakukan mahasiswa
dalam hal ini, salahsatu menyampaikan aspirasi dan keluhan yang dirasakan
masyarakat.
Daftar pustaka

Al Muchtar, Suwarma. (2001). Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya, Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Barry Sugarman (2002), Learning, Working, Managing, Sharing: The New Paradigm of the “Learning
Organization.”,

Hakim, Lukman. (2002). Quo Animo Karakter Bangsa. Proceeding of International Conference. Langsa:
STAIN Zawiyah Cot Kala.

Anda mungkin juga menyukai