Oleh:
NIM : A40121295
Kelas : E
Dosen Pengampu
Jeisi Riska Merdekawati Mentu S.pd M.pd
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbaatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Sampul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh karena itu, seorang
sarjana atau professional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik perlu
Indonesia, dan mencintai tanah air Indonesia. Dengan demikian, ia menjadi warga negara
yang baik dan terdidik dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis.
Sebagai warga negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjamin haknya
dan medapat status menjadi warga negara Indonesia, sehingga terhindar dari
kemungkinan menjadi warga yang tidak memiliki hak kewarganegaraan, tetapi pada saat
yang bersamaan, setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang mendapatkan dua hak
kewarganegaraan. dapun pokok bahasan yang menjadi bahan bahasan yang saya bawakan
Adapun yang akan saya bahas dalam makalah ini adalah konsep dan urgensi Pendidikan
untuk masa depan, dan hakekat kewarganegaraan. Saya mengambil pokok bahasan
diterapkan hingga jenjang Pendidikan perguruan tinggi sebagai pedoman utuh sarjana dan
juga professional. Sehingga nantinya dapat diterapkan dengan baik oleh seorang sarjana
dan professional.
kehidupan bangsa
kewarganegaraan
depan
KAJIAN TEORI
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah upaya sadar dan terencana dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa untuk warga negaranya dengan memupuk jati diri dan
moralitas bangsa sebagai dasar untuk pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara demi
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah suatu metode pendidikan, yang diperoleh dari
nilai nilai Pancasila sebagai kepribadian nasional, dalam rangka untuk meningkatkan dan
melestarikan keleluhuran moral dan perilaku masyarakat, yang terkait dalam budaya bangsa
jaman daulu.
Diharapkan dalam hal ini bahwa kita dapat mencerminkan jatidiri yang terwujud pada
perilaku yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat. Hakikat pendidikan
pembentukan jati diri setiap individu yang hidup dalam kediupan bermasyarakat yang
majemuk.
Untuk kemajemukan suku, ras, budaya, dan agam serta bahasa dalam membangun sebuah
karakter bangsa yang cerdas, cakap dan juga mempunyai sebuah karakter yang didasari oleh
Seperti apa sosok sarjana atau profesional itu? Apa itu sarjana dan apa itu profesional? Coba
Bila Anda memimpikannya berarti Anda tergerak untuk mengetahui apa yang dimaksud
sarjana dan profesional yang menjadi tujuan Anda menempuh pendidikan di perguruan tinggi
ini. Meskipun demikian, pemahaman Anda perlu diuji kebenarannya, apakah pengertian
sarjana atau profesional yang Anda maksud sama dengan definisi resmi. Cobalah Anda
telusuri lebih lanjut pengertian sarjana dari berbagai dokumen kenegaraan. Apa simpulan
Anda? Selain itu, perlu jelas pula, mengapa pendidikan kewarganegaraan penting dalam
pengembangan kemampuan utuh sarjana atau profesional? Marilah kita kembangkan persepsi
tentang karakteristik sarjana atau profesional yang memiliki kemampuan utuh tersebut dan
Tinggi, program sarjana merupakan jenjang pendidikan akademik bagi lulusan pendidikan
menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui penalaran ilmiah. Lulusan program sarjana diharapkan akan menjadi intelektual
dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja,
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dapat menjadi sumber
penghasilan, perlu keahlian, kemahiran, atau kecakapan, memiliki standar mutu, ada norma
dan diperoleh melalui pendidikan profesi. Apakah profesi yang akan Anda capai setelah
menyelesaikan pendidikan sarjana atau profesional? Perlu Anda ketahui bahwa apa pun
kedudukannya, sarjana atau profesional, dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara, bila
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan, maka Anda
Apakah warga negara dan siapakah warga negara Indonesia (WNI) itu? Sebelum menjawab
secara khusus siapa WNI, perlu diketahui terlebih dahulu apakah warga negara itu? Konsep
warga negara (citizen; citoyen) dalam arti negara modern atau negara kebangsaan (nation-
state) dikenal sejak adanya perjanjian Westphalia 1648 di Eropa sebagai kesepakatan
mengakhiri perang selama 30 tahun di Eropa. Berbicara warga negara biasanya terkait
modern, istilah “warga negara” dapat berarti warga, anggota (member) dari sebuah negara.
Warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di wilayah
Di Indonesia, istilah “warga negara” adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda,
staatsburger. Selain istilah staatsburger dalam bahasa Belanda dikenal pula istilah onderdaan.
Menurut Soetoprawiro (1996), istilah onderdaan tidak sama dengan warga negara melainkan
bersifat semi warga negara atau kawula negara. Munculnya istiah tersebut karena Indonesia
memiliki budaya kerajaan yang bersifat feodal sehingga dikenal istilah kawula negara sebagai
terjemahan dari onderdaan. Setelah Indonesia memasuki era kemerdekaan dan era modern,
istilah kawula negara telah mengalami pergeseran. Istilah kawula negara sudah tidak
digunakan lagi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini.
Istilah “warga negara” dalam kepustakaan Inggris dikenal dengan istilah “civic”, “citizen”,
atau “civicus”. Apabila ditulis dengan mencantumkan “s” di bagian belakang kata civic
seperti pada zaman Yunani Kuno yang hanya meliputi angkatan perang, artis, dan
ilmuwan/filsuf. Siapa saja WNI? Menurut undang-undang yang berlaku saat ini, warga
negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang
undangan. Mereka dapat meliputi TNI, Polri, petani, pedagang, dan profesi serta kelompok
dimaksud warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Lalu siapakah yang termasuk warga negara Indonesia itu? Telusuri
kembali dari berbagai sumber, siapa saja yang termasuk warga negara Indonesia itu. Hasilnya
kewarganegaraan yang harus diajarkan kepada peserta didik karena untuk mewujudkan warga
negara yang sadar akan bela negara yang berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan
kepekaan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa. Dengan mempelajari
Indonesia, diantaranya dapat menambah rasa cinta tanah air terhadap bangsa, menghargai
sesama individu dalam perbedaan yaitu beda ras, agama, suku, bahasa daerah dan lain-lain.
Dengan adanya perbedaan yang ada dalam negara Indonesia membuat setiap individu dalam
masyarakat memiliki sifat toleransi misalnya toleransi antar umat beragama yang berbeda.
Bisa di lihat dalam masyarakat sekitar meski adanya perbedaan agama, ras, suku yang
berbeda dalam suatu masyarakat, mereka saling menghargai satu sama yang lain asalkan
tidak menyimpang dari landasan dasar kita pancasila. Mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan resmi masuk dalam kurikulum sekolah di Indonesia pada tahun 1968. Saat
terjadi pergantian tahun ajaran yang awalnya Januari – Desember dan diubah menjadi Juli –
Juni pada tahun 1975, nama pendidikan kewarganegaraan diubah oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Nama
mata pelajaran PMP diubah lagi pada tahun 1994 menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Pada masa Reformasi PPKn diubah menjadi PKn dengan
menghilangkan kata Pancasila yang dianggap sebagai produk Orde Baru. Untuk perguruan
tinggi, jurusan pendidikan kewarganegaraan pada awalnya menggunakan nama jurusan Civic
Hukum kemudian pada orde baru berubah menjadi Program Studi PMP-KN dan saat ini
banyak yang menggunakan Program Studi PPKn (PKn). Saat ini terjadi perdebatan dan
kata Pancasila ke mata pelajaran PKn menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) kembali. Salah satu alasan adalah nilai-nilai pancasila dalam diri peserta didik sudah
mulai luntur, maka perlu menghadirkan kembali nilai pancasila dari sila pertama sampai
dengan sila kelima kepada semua siswa. Rancangan ini masuk kurikulum 2013 namun
pelaksanaannya masih belum merata di Indonesia sampai tahun 2016. Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan berkaitan erat dengan peran dan kedudukan serta kepentingan
warganegara sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan sebagai warga
negara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia untuk mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari. PPKn dapat sebagai upaya mengembangkan potensi individu sehingga
memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila yang merupakan
dengan negara dan sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia yang mengandung makna
bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus
mampu memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara sopan santun, jujur, dan
demokratis serta ihklas sebagai warga negara terdidik dalam kehidupannya selaku
warganegara Republik Indonesia yang bertanggung jawab bersama. Ini merupakan hal yang
dalam proses ini. Selain itu dalam pembelajaran ini dibahas lagi tentang bagaimana kita
warga negara untuk ikut dalam berpolitik. Karena akan kepedulian terhadap politik kita
bangsa Indonesia. Tanpa kekacauan merupakan hal terpenting dalam menjaring hubungan
yang baik antara warga dan pemerintah. PKn juga memberikan pengajaran kepada siswa
untuk saling memahami sesama warga neraga. Saling tenggang rasa, toleransi dan saling
menghormati satu sama lainnya. Dan juga memberikan pengetahuan kepada para siswa dan
pelajar mengenai sistem pemerintahan dan tentang peraturan negara yang berlaku baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis. Juga untuk membuka kesadaran kita akan pentingnya bela
dan cinta tanah air. Karena kita hidup disini dan secara bersama.
Kewarganegaraan (PKn) telah mengalami beberapa kali perubahan, baik tujuan, orientasi,
substansi materi, metode pembelajaran bahkan system evaluasi. Semua perubahan tersebut dapat
teridentifikasi dari dokumen kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia sejak proklamasi
kemerdekaan hingga saat ini. Dinamika dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan erat
a. Pendidikan Kewarganegaraan pertama kali muncul pada tahun 1957 dengan nama
“Kewarganegaraan” yang hanya membahas hak dan kewajiban warga negara serta cara
memperoleh dan kehilangan status kewarganegaraan. Namun sejak munculnya Orde Baru, isi
mata pelajaran ini hampir seluruhnya dibuang karena dianggap idak sesuai lagi dengan
b. Pada kurikulum 1968, mata pelajaran ini muncul dengan nama “Kewargaan negara”. sesuai
dengan ketetapan MPR No. IV/MPR/1973, mata pelajaran ini diberubah nama menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP), materi yang sangat dominan disini adalah mengenai
materi P-4.
c. Pada kurikulum 1984 maupun Kurikulum 1994, Pendidikan Moral Pancasila berganti
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Dalam era reformasi, tantangan
yang tepat tentang nilai Pancasila sebagai satu kesatuan. Dengan adanya perubahan UU No. 2
tahun 1989 yang diubah dengan UU No. 2 tahun 2003 tidak dieksplisitkan lagi nama
pendidikan kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga diikuti dengan perubahan isi PKn
yang lebih memperjelas akar keilmuan yakni politik, hukum dan moral. Pada kurikulum 2013
yang baru saja disahkan akhir tahun 2013 lalu, nama pendidikan kewarganegaraan diganti
lagi dengan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Dalam kurikulum tersebut
menemukan pendekatan yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep PKn agar siswa
dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana membuka
wawasan berfikir dan beragam dari seluruh siswa agar konsep yang dipelajarinya dapat
dikaitkan dengan kehidupan nyata. Inilah tantangan PKn kedepannya. Seiring dengan
dapat semakin memperbaiki moral bangsa ini.Ontologi PKn adalah sikap dan perilaku warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Status warga negara dapat
meliputi penduduk yang berkedudukan sebagai pejabat negara sampai dengan rakyat biasa.
Tentu peran dan fungsi warga negara berbeda-beda, sehingga sikap dan perilaku mereka sangat
dinamis. Oleh karena itu, mata kuliah PKn harus selalu menyesuaikan/sejalan dengan dinamika
dan tantangan sikap serta perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Secara implisit, setiap konstitusi mensyaratkan kriteria warga negara yang baik
karena setiap konstitusi memiliki ketentuan tentang warga negara. Artinya, konstitusi yang
berbeda akan menentukan profil warga negara yang berbeda. Hal ini akan berdampak pada
model pendidikan kewarganegaraan yang tentunya perlu disesuaikan dengan konstitusi yang
berlaku. Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya didasarkan pada konstitusi negara yang
bersangkutan, tetapi juga tergantung pada tuntutan perkembangan zaman dan masa depan.
Misalnya, kecenderungan masa depan bangsa meliputi isu tentang HAM, pelaksanaan
demokrasi, dan lingkungan hidup. Sebagai warga negara muda, mahasiswa perlu memahami,
yang berlaku di suatu negara perlu memperhatikan kondisi masyarakat. Walaupun tuntutan dan
masyarakat akan bergerak dan berubah lebih cepat. Contohnya pada zaman ini moral pada
generasi muda meluntur dengan cepat karena adanya arus globalisasi, karena adanya moral yang
generasi muda agar tidak terseret arus globalisasi yang menjerumuskan ke arah yang negatif. Era
globalisasi yang ditandai oleh perkembangan yang begitu cepat dalam bidang teknologi
informasi mengakibatkan perubahan dalam semua tatanan kehidupan termasuk perilaku warga
negara, utamanya peserta didik. Kecenderungan perilaku warga negara ada dua, yakni perilaku
positif dan negatif. PKn perlu mendorong warga negara agar mampu memanfaatkan pengaruh
intervensi terhadap perilaku negatif warga negara yang cenderung negatif. Oleh karena itu,
kurikulum PKn termasuk materi, metode, dan sistem evaluasinya harus selalu disesuaikan
Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk Masa Depan Perkiraan Indonesia
pada tahun 2045 bangsa Indonesia akan memperingati 100thn kemerdekaan bangsa Indonesia,
karena berdasarkan hasil analisis buku ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013)
bangsa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi sebagai modal Indonesia pada tahun
2045. Tahun 2030-2045 indonesia akan mempunyai usia produktif (15-64thn) yang berlimpah
inilah maksut dari bonus denografi tersebut. Bonus demografi ini merupakan peluang yang
harus di tangkap dan harus diwujudkan bangsa Indonesia. Usia produktif akan mampu
berproduksi secara optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan benar, tentunya cara yang
radikal yang memunculkan begitu banyak pertanyaan seperti “Benarkah bangsa Indonesia saat
ini sudah merdeka, dalam makna yang sesungguhnya?”, “Apakah bangsa Indonesia telah
merdeka secara ekonomi?” Pertanyaan seperti ini sering dilontarkan bagaikan bola panas yang
berterbangan. Anehnya, bukankah kita telah menyatakan kemerdekaan pada tahun 1945, namun
tidak sedikit rakyat Indonesia yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia belum merdeka. Coba
perhatikan perubahan Indonesia pada bidang ekonomi di bawah ini Dapat di simpulkan dari data
di atas bahwa ekonomi Indonesia sangat menjanjikan walaupun kondisinya saat ini belum
dipahami secara luas. Pada saat ini ekonomi Indonesia berada pada urutan yang ke 16 besar dan
pada tahun 2030 ekonomi Indonesia di perkirakan akan menduduki urutan yang ke7 besar, serta
saat ini, jumlah konsumen sebanyak 45 juta dan jumlah penduduk produktif sebanyak 53%.
Pada tahun 2030, diperkirakan jumlah konsumen akan meningkat menjadi 135 juta dan jumlah
penduduk produktif akan meningkat menjadi 71% penduduk. Pernahkan kita berpikir radikal?.
Nasib sebuah bangsa tidak di tentukan oleh bangsa lain melaikan kitalah yang menetukan bansa
kita kedepannya akan menjadi seperti apa. Baik itu mau menjadikan bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang terhoramat dan di hargai bangsa lain ataupun sebaliknya. Itusemua tergantung pada
kita sebagai bangsa Indonesia itu sendiri. Demikian pula untuk masa depan PKn sangat
ditentukan oleh eksistensi konstitusi negara dan bangsa Indonesia. PKn akan sangat dipengaruhi
oleh konstitusi yang berlaku dan perkembang sesuai tuntutan kemajuan bangsa. Bahkan yang
lebih penting lagi, akan sangat ditentukan oleh pelaksanaan konstitusi yang berlaku nantinya.
kewarganegaraan berasal dari dua kata yang pertama yaitu pendidikan yang berarti usaha, sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif dan kata
yang ke dua yaitu kata kewarganegaraan berarti segala hal atau perihal yang berhubungan
untuk membentuk pendidikan menjadi manusia yang memiliki kebangsaan dan cinta tanah air.
pengaruh positif dari pendidikan sekolah masyarakat dan orang tua. Pendidikan
kewarganegaraan sangat perlu di jadikan peljaran sekolah karena setiap generasi adalah orang
baru yang harus mendapatkan pengetahuan sikap atau nilai dan keterampilan agar mampu
menjadi warga Negara yang memiliki watak atau karakter yang baik dan cerdas. Pkn di
Indonesia secara historis awalnya diselenggarakan oleh organisasi pergerakan yang bertujuan
untuk membangun rasa kebangsaan dan cinta-cita Indonesia merdeka. Secara politis Pkn
diindonesia lahir karena tuntutan konstitusi atau UUD 1945 dan sejumlah kebijakan pemerintah
dinamika perubahan dalam system ketatanegaraan dan pemerintahan serta kehidupan berbangsa
dan bernegara. Untuk masa depan pkn Indonesia sangat di tentukan oleh pandangan bangsa
Indonesia sendiri. Eksistensi konstitusi Negara dan tuntutan dinamika perkembangan bangsa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA