PENDAHULUAN
Oleh karena itu, seorang sarjana atau profesional sebagai bagian dari
masyarakat Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang Indonesia, memiliki
kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah
air Indonesia.
Dan Pada kurikulum 2013 yang baru saja disahkan akhir tahun 2013 lalu,
nama pendidikan kewarganegaraan diganti lagi dengan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Dalam kurikulum tersebut penekan tentang sikap
(afeksi) begitu ditonjolkan. Persoalanya sekarang adalah bagaimana menemukan
1
pendekatan yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep PKn agar siswa
dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana
membuka wawasan berfikir dan beragam dari seluruh siswa agar konsep yang
dipelajarinya dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata. Inilah tantangan PKn
kedepannya.
Adapun pokok bahasan yang menjadi bahan bahasan yang kami bawakan
dalam makalah ini adalah Bagaimana Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam Mengembangkan kemampuan utuh Sarjana atau Profesional.
Adapun yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah konsep dan
urgensi pendidikan kewarganegaraan, pentingnya pendidikan kewarganegaraan,
sumber pendidikan kewarganegaraan Negara Indonesia,dinamika dan tantangan
pendidikan kewarganegaraan, esensi pedidikan kewarganegaran untuk masa
depan,dan hakikat pendidikan kewarganegaran serta tantangan pedidikan KWN
untuk masa depan.
Sehingga nantinya dapat diterapkan dengan baik oleh seorang sarjana dan
professional dan Seiring dengan perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan itu
sendiri diharapkan akan semakin meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
kewaganegaraan dan warga negara sehingga dapat semakin memperbaiki moral
bangsa ini.
2
1.3 Tujuan Makalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
biasanya terkait dengan masalah pemerintahan dan lembaga-lembaga negara
seperti lembaga Dewan Perwakilan Rakyat, Pengadilan, Kepresidenan dan
sebagainya. Dalam pengertian negara modern, istilah “warga negara” dapat berarti
warga, anggota (member) dari sebuah negara. Warga negara adalah anggota dari
sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di wilayah hukum tertentu yang
memiliki hak dan kewajiban.
Konsep warga negara Indonesia adalah warga negara dalam arti modern,
bukan warga negara seperti pada zaman Yunani Kuno yang hanya meliputi
angkatan perang, artis, dan ilmuwan/filsuf. Menurut undang-undang yang berlaku
saat ini, warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Mereka dapat meliputi TNI, Polri, petani,
pedagang, dan profesi serta kelompok masyarakat lainnya yang telah memenuhi
syarat menurut undang-undang.
5
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses; perbuatan; cara mendidik. Sedangkan
menurut UUD No. 20 Tahun 2003 pasal 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
6
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air.
Dan konsep PKn secara teoritis dapat dikaji dari pedapat para ahli, salah
satunya menurut M. Nu’man Somantri (2001) Pendidikan Kewarganegaraan
adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas
dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari
pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses
guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak
demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
7
Tarbiyatul Watoniyah, di Mexico disebut Educacion Civicas, di Jerman disebut
Sachunterricht , di Australia disebut Civics, Social Studies. Adanya sejumlah
istilah yang digunakan di sejumlah negara menunjukkan bahwa setiap negara
menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan meskipun dengan istilah yang
beragam.
Dengan adanya perbedaan yang ada dalam negara Indonesia membuat setiap
individu dalam masyarakat memiliki sifat toleransi misalnya toleransi antar umat
beragama yang berbeda. Bisa di lihat dalam masyarakat sekitar meski adanya
perbedaan agama, ras, suku yang berbeda dalam suatu masyarakat, mereka saling
menghargai satu sama yang lain asalkan tidak menyimpang dari landasan dasar
kita pancasila.
8
Civic Hukum kemudian pada orde baru berubah menjadi Program Studi PMP-KN
dan saat ini banyak yang menggunakan Program Studi PPKn (PKn).
9
Selain itu dalam pembelajaran ini dibahas lagi tentang bagaimana kita
warga negara untuk ikut dalam berpolitik. Karena akan kepedulian terhadap
politik kita bangsa Indonesia. Tanpa kekacauan merupakan hal terpenting dalam
menjaring hubungan yang baik antara warga dan pemerintah. PKn juga
memberikan pengajaran kepada siswa untuk saling memahami sesama warga
neraga. Saling tenggang rasa, toleransi dan saling menghormati satu sama lainnya.
Dan juga memberikan pengetahuan kepada para siswa dan pelajar mengenai
sistem pemerintahan dan tentang peraturan negara yang berlaku baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Juga untuk membuka kesadaran kita akan pentingnya
bela dan cinta tanah air. Karena kita hidup disini dan secara bersama.
10
disepakati sebagai Hari Kebangkitan Nasional karena pada saat itulah dalam diri
bangsa Indonesia mulai tumbuh kesadaran sebagai bangsa walaupun belum
menamakan Indonesia. Setelah berdiri Boedi Oetomo, berdiri pula organisasi-
organisasi pergerakan kebangsaan lain seperti Syarikat Islam, Muhammadiyah,
Indische Party, PSII, PKI, NU, dan organisasi lainnya yang tujuan akhirnya ingin
melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Pada tahun 1928, para pemuda yang
berasal dari wilayah Nusantara berikrar menyatakan diri sebagai bangsa
Indonesia, bertanah air, dan berbahasa persatuan bahasa Indonesia.
Dari hal ini tampak bahwa proses perjuangan untuk menjaga eksistensi
negara-bangsa, mencapai tujuan nasional sesuai cita-cita para pendiri negara-
11
bangsa (the founding fathers), belumlah selesai bahkan masih panjang. Oleh
karena itu, diperlukan adanya proses pendidikan dan pembelajaran bagi warga
negara yang dapat memelihara semangat perjuangan kemerdekaan, rasa
kebangsaan, dan cinta tanah air.
PKn pada saat permulaan atau awal kemerdekaan lebih banyak dilakukan
pada tataran sosial kultural dan dilakukan oleh para pemimpin negara-bangsa.
Dalam pidato-pidatonya, para pemimpin mengajak seluruh rakyat untuk mencintai
tanah air dan bangsa Indonesia. Seluruh pemimpin bangsa membakar semangat
rakyat untuk mengusir penjajah yang hendak kembali menguasai dan menduduki
Indonesia yang telah dinyatakan merdeka. Pidato-pidato dan ceramah-ceramah
yang dilakukan oleh para pejuang, serta kyai-kyai di pondok pesantren yang
mengajak umat berjuang mempertahankan tanah air merupakan PKn dalam
dimensi sosial kultural. Inilah sumber PKn dari aspek sosiologis. PKn dalam
dimensi sosiologis sangat diperlukan oleh masyarakat dan akhirnya negara-bangsa
untuk menjaga, memelihara, dan mempertahankan eksistensi negara-bangsa.
12
Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam
pendidikan sekolah dapat digali dari dokumen kurikulum sejak tahun 1957
sebagaimana dapat diidentifikasi dari pernyataan Somantri (1972) bahwa pada
masa Orde Lama mulai dikenal istilah: (1) Kewarganegaraan (1957); (2) Civics
(1962); dan (3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968). Pada masa awal Orde
Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn membahas cara pemerolehan dan
kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam Civics (1961) lebih banyak
membahas tentang sejarah Kebangkitan Nasional, UUD, pidato-pidato politik
kenegaraan yang terutama diarahkan untuk "nation and charater building” bangsa
Indonesia.
13
Sedangkan Bahasa Daerah digunakan sebagai langkah per-tama bagi
sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa pengantar
sampai kelas III dalam membina jiwa dan moral Pancasila. Olahraga yang
berfungsi sebagai pembentuk manusia Indonesia yang sehat rohani dan
jasmaninya diberikan secara teratur semenjak anak-anak menduduki bangku
sekolah."
Pada masa pemerintahan Orde Baru, mata pelajaran PMP ditujukan untuk
membentuk manusia Pancasilais. Tujuan ini bukan hanya tanggung jawab mata
pelajaran PMP semata. Sesuai dengan Ketetapan MPR, Pemerintah telah
menyatakan bahwa P4 bertujuan membentuk Manusia Indonesia Pancasilais. Pada
14
saat itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) telah
mengeluarkan Penjelasan Ringkas tentang Pendidikan Moral Pancasila
(Depdikbud, 1982), dan mengemukakan beberapa hal penting sebagai berikut.
15
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang terutama didasarkan
pada ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada ayat 2 undang-undang tersebut
dikemukakan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan
wajib memuat: (1) Pendidikan Pancasila; (2) Pendidikan agama; dan (3)
Pendidikan Kewarganegaraan.
Pasca Orde Baru sampai saat ini, nama mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat
diidentifikasi dari dokumen mata pelajaran PKn (2006) menjadi mata pelajaran
PPKn (2013).
16
sejak munculnya Orde Baru, isi mata pelajaran ini hampir seluruhnya dibuang
karena dianggap idak sesuai lagi dengan tuntutan yang sedang berkembang.
b. Pada kurikulum 1968, mata pelajaran ini muncul dengan nama “Kewargaan
negara”. sesuai dengan ketetapan MPR No. IV/MPR/1973, mata pelajaran ini
diberubah nama menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP), materi yang
sangat dominan disini adalah mengenai materi P-4.
17
Ontologi PKn adalah sikap dan perilaku warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Status warga negara dapat meliputi
penduduk yang berkedudukan sebagai pejabat negara sampai dengan rakyat biasa.
Tentu peran dan fungsi warga negara berbeda-beda, sehingga sikap dan perilaku
mereka sangat dinamis. Oleh karena itu, mata kuliah PKn harus selalu
menyesuaikan/sejalan dengan dinamika dan tantangan sikap serta perilaku warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Contohnya pada zaman ini moral pada generasi muda meluntur dengan
cepat karena adanya arus globalisasi, karena adanya moral yang merosot ini
menjadikan pendidikan kewarganegaraan sangat penting dalam membimbing
generasi muda agar tidak terseret arus globalisasi yang menjerumuskan ke arah
yang negatif.
Era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan yang begitu cepat dalam
bidang teknologi informasi mengakibatkan perubahan dalam semua tatanan
18
kehidupan termasuk perilaku warga negara, utamanya peserta didik.
Kecenderungan perilaku warga negara ada dua, yakni perilaku positif dan negatif.
PKn perlu mendorong warga negara agar mampu memanfaatkan pengaruh positif
perkembangan iptek untuk membangun negara-bangsa.Sebaliknya PKn perlu
melakukan intervensi terhadap perilaku negatif warga negara yang cenderung
negatif. Oleh karena itu, kurikulum PKn termasuk materi, metode, dan sistem
evaluasinya harus selalu disesuaikan dengan perkembangan iptek.
Bonus demografi ini merupakan peluang yang harus di tangkap dan harus
diwujudkan bangsa Indonesia. Usia produktif akan mampu berproduksi secara
optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan benar, tentunya cara yang paling
strategis adalah melalui pendidikan, termasuk pendidikan kewarganegaraan.
19
Dapat di simpulkan dari data di atas bahwa ekonomi Indonesia sangat
menjanjikan walaupun kondisinya saat ini belum dipahami secara luas. Pada saat
ini ekonomi Indonesia berada pada urutan yang ke 16 besar dan pada tahun 2030
ekonomi Indonesia di perkirakan akan menduduki urutan yang ke7 besar, serta
saat ini, jumlah konsumen sebanyak 45 juta dan jumlah penduduk produktif
sebanyak 53%. Pada tahun 2030, diperkirakan jumlah konsumen akan
meningkat menjadi 135 juta dan jumlah penduduk produktif akan meningkat
menjadi 71% penduduk.
Pernahkan kita berpikir radikal?. Nasib sebuah bangsa tidak di tentukan oleh
bangsa lain melaikan kitalah yang menetukan bansa kita kedepannya akan
menjadi seperti apa. Baik itu mau menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang terhoramat dan di hargai bangsa lain ataupun sebaliknya. Itusemua
tergantung pada kita sebagai bangsa Indonesia itu sendiri.
Demikian pula untuk masa depan PKn sangat ditentukan oleh eksistensi
konstitusi negara dan bangsa Indonesia. PKn akan sangat dipengaruhi oleh
konstitusi yang berlaku dan perkembang sesuai tuntutan kemajuan bangsa.
Bahkan yang lebih penting lagi, akan sangat ditentukan oleh pelaksanaan
konstitusi yang berlaku nantinya.
20
sumber pengetahuan lainnya yaitu pengaruh positif dari pendidikan sekolah
masyarakat dan orang tua.
21
demokrasi menjadi strategis dan mutlak bagi perwujudan masyarakat dan negara
demokrasi. Hal ini sejalan dengan adagium yang menyatakan bahwa demokrasi
dalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warganegara
yang demokratis. Warga negara yang demokratis hanya bisa dibentuk melalui
pendidikan demokratis.
b. Perennial issues about the meaning and uses of core idea (Persoalan
pokok mengenai arti dan penggunaan gagasan inti)
22
a. Indentifying and describing information about political and civic life
(Mengidentifikasi dan menggambarkan informasi mengenai kehidupan
politik dan umum)
23
c. Deliberating and making decisions on public issue (Merundingkan dan
membuat keputusan mengenai masalah-masalah umum)
a. Affirming the common and equal humanity and dignity of each person
(Menyatakan kesamaan derajat dan martabat umat manusia untuk setiap
orang)
24
kewarganegaraan dan pemerintahan demokratis, kecakapan intelektual (kognitif)
dan partisipasi dalam hal kewarganegaraan demokratis, dan karakter
kewarganegaraan demokratis.
Komponen tersebut tidak mungkin bisa muncul begitu saja pada diri
individu warga negara, sehingga perlu proses habitation, pembelajaran.
Bila anda pengajar yang "konvensional", maka materi yang anda sampaikan
ke anak didik juga akan konvensional. Hasil yang diperoleh adalah anak didik
dengan rasa nasionalisme yang konvensional pula. Dalam artian, anak didik
hanya mampu mendengarkan ceramah dan akan segera melupakannya saat
mereka sudah keluar kelas atau berganti mata pelajaran.
Ibarat seperti angin lalu bagi mereka. Inilah sebabnya, banyak anak didik
yang menyepelekan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bila masih
mengajar dengan gaya ajar yang lama dan monoton.
25
Ingat, dunia selalu bergerak. Ojek yang dulu hanya bisa mangkal, sekarang
serba online dan serba bisa. Dulu beli tiket kereta dan pesawat antri panjang (on
the spot), sekarang sudah praktis hanya sekali sentuh dan bisa order jauh hari.
Semua serba digital, maju, online, update dan mengikuti kebutuhan masyarakat
milenial. Begitu pula seharusnya gaya ajar Pendidikan Kewarganegaraan, lebih
modern, canggih, update dan online.
Di zaman yang serba digital ini, akan lebih mudah mengajarkan ilmu dan
materi pendidikan kewarganegaraan dengan sarana internet. Segala sumber,
contoh-contoh kasus, infografis, link, kejadian nyata, atau bahkan sekedar
tayangan mendidik dan menarik akan membuat anak didik lebih menghayati.
Bagaimana mengajarkan anti korupsi bila anak didik kita tidak tahu wujud
tentang KPK dan kasus-kasus korupsi yang ada? Bagaimana anda mengajarkan
bela negara apabila anak didik tak memahami budaya, letak geografis dan
lembaga negara Indonesia secara nyata? Bagaimana anda mengajarkan baik dan
buruknya media sosial, apabila anda tidak paham dan tidak memiliki akses media
sosial (facebook, line, twitter, dsb)?
Di era milenial ini, ketiga komponen tersebut akan lebih mudah dicerna dan
diresapi anak didik dengan contoh nyata dan realis. Tidak sekedar ceramah yang
membosankan dan bikin kantuk.
26
Pada akhirnya, warga negara milenial yang memiliki pengetahuan, sikap
dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara milenial
yang cerdas dan baik ( smart and good citizenship). Itulah tujuan akhir
mengajar Pendidikan Kewarganegaraan di era milenial, bila didukung juga
oleh "smart and good teacher". Ubah gaya ajar konvensional anda, menjadi gaya
ajar "modern and milenial". Ingat, Pancasila is a living ideology.
Di era milenial ini, ketiga komponen tersebut akan lebih mudah dicerna dan
diresapi anak didik dengan contoh nyata dan realis. Tidak sekedar ceramah yang
membosankan dan bikin kantuk.
27
2.4 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
untuk Masa Depan
Pernahkah Anda berpikir apa yang akan terjadi dalam kehidupan bangsa
Indonesia pada 10, 30, atau 100 tahun yang akan datang? Apakah Anda berpikir
bahwa kondisi bangsa masa depan akan sama saja dengan kondisi bangsa saat ini?
Pertanyaan ini memerlukan jawaban analitis tentang kehidupan bangsa pada masa
lampau dan kondisi bangsa saat ini. Dapatkah Anda mengidentifikasi kondisi
bangsa Indonesia pada 10 tahun, 30 tahun, dan 100 tahun yang lalu? Coba Anda
bandingkan indikatorindikator berupa fakta, peristiwa yang pernah terjadi,
kemudian bandingkan dengan kondisi saat ini. Apa yang berubah dalam
pendidikan kewarganegaraan? Adakah hal-hal yang sama, identik, berupa fakta
dan peristiwa masa lalu dengan kehidupan yang terjadi saat ini? Anda masukkan
indikator-indikator berupa fakta dan peristiwa yang terjadi dalam pendidikan
kewarganegaraan.
28
mempersiapkan untuk mewujudkannya. Usia produktif akan mampu berproduksi
secara optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan benar, tentunya cara yang
paling strategis adalah melalui pendidikan, termasuk pendidikan
kewarganegaraan.
29
BAB III
PENUTUP
30
tuntutan konstitusi atau UUD 1945 dan sejumlah kebijakan Pemerintah yang
berkuasa sesuai dengan masanya.
PKn Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan bangsa
Indonesia, eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika perkembangan
bangsa.
Bila anda pengajar yang "konvensional", maka materi yang anda sampaikan
ke anak didik juga akan konvensional. Hasil yang diperoleh adalah anak didik
dengan rasa nasionalisme yang konvensional pula. Dalam artian, anak didik
hanya mampu mendengarkan ceramah dan akan segera melupakannya saat
mereka sudah keluar kelas atau berganti mata pelajaran.
Ibarat seperti angin lalu bagi mereka. Inilah sebabnya, banyak anak didik
yang menyepelekan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bila masih
mengajar dengan gaya ajar yang lama dan monoton
31
DAFTAR PUSTAKA
http://gatot_sby.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/
63989/1_Buku_PKWN_I.pdf
François Audigier. 2000. “Basic Concepts and Core Competencies for Education
For Democratic Citizenship”. Article Education for Democratic
Citizenship : University of Geneva, Switzerland
32