Anda di halaman 1dari 10

HAKEKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN UTUH


SARJANA ATAU PROFESIONAL

Kelompok 1 :
- Anggi Saputri (2204110737)
- Humaira Fajwannisa (2204135584)
- Jordan Aqbal (2204135589)
- Nabila Nurrahma Rinda (2204113650)
- Rosi Simarmata (2204124981)

Dosen : Drs.H Akmal Mukhtar , MS

0
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat - NYA sehingga
makalah ini yang berjudul "Bagaimana hakikat pendidikan kewarganegaraan dalam
mengembangkan kemampuan utuh sarjana atau profesional" dapat tersusun hingga selesai .
Makalah ini diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Tidak lupa saya juga mengucapkan Terimakasih banyak kepada
Bapak Drs.H Akmal Mukhtar , MS selaku Dosen mata kuliah ini yang telah membimbing
hingga dapat terselesaikannya makalah ini.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para Mahasiswa / Mahasiswi maupun pembaca lainnya, untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ………………………………………………………… 1


Daftar Isi ………………………………………………………………. 2

BAB I
A. Latar Belakang ……………………………………………………... 3
B. Tujuan ……………………………………………………………… 3

BAB II
A. Memahami Konsep Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pencerdasan
Kehidupan Bangsa …………………………………………………. 4
B. Alasan Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan ………. 5
C. Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan …………………………………………………… 6
D. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
untuk Masa Depan ……………………………………….…………. 7
.
BAB III
A. Kesimpulan ………….……………………………….………..………8
B. Daftar Pustaka .………………………………..............................…… 9

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) pada dasarnya adalah belajar


tentang keindonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia,
membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh karena itu, seorang
sarjana atau profesional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik perlu
memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan
Indonesia, dan mencintai tanah air Indonesia. Dengan demikian, ia menjadi warga negara
yang baik dan terdidik dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang demokratis.

B. Tujuan
Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kriteria bagi pengembangan
kemampuan utuh sarjana atau profesional? Untuk mendapat jawaban atas pertanyaan ini,
dalam Bab II ini, Anda akan mempelajari jati diri Pendidikan Kewarganegaraan. Sejalan
dengan kaidah pembelajaran ilmiah dan aktif, maka Anda akan mengikuti proses sebagai
berikut: (1) Menelusuri konsep Pendidikan Kewarganegaraan dalam pencerdasan kehidupan
bangsa; (2) Menanya alasan mengapa diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan; (3) Menggali
sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia; (4)
Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan Pendidikan Kewarganegaraan; (5)
Merangkum tentang hakikat dan pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan

3
BAB II
ISI
A. Memahami Konsep Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pencerdasan Kehidupan
Bangsa pada Sarjana atau Profesional

Pernahkah Anda memikirkan atau memimpikan menjadi seorang sarjana atau profesio
nal? Seperti apa sosok sarjana atau profesional itu? Apa itu sarjana dan apa itu profesional?
Mengapa pendidikan kewarganegaraan penting dalam pengembangan kemampuan
utuh sarjana atau profesional? Marilah kita kembangkan persepsi tentang karakteristik sarjana
atau profesional yang memiliki kemampuan utuh tersebut dan bagaimana kontribusi
pendidikan kewarganegaraan terhadap pengembangan kemampuan sarjana atau profesional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, program sarjana merupakan jenjang pendidikan akademik bagi lulusan
pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui penalaran ilmiah. Lulusan program sarjana diharapkan akan menjadi
intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan
lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dikemukakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dapat menjadi
sumber penghasilan, perlu keahlian, kemahiran, atau kecakapan, memiliki standar mutu, ada
norma dan diperoleh melalui pendidikan profesi. Apakah profesi yang akan Anda capai
setelah menyelesaikan pendidikan sarjana atau profesional? Perlu Anda ketahui bahwa apa
pun kedudukannya, sarjana atau profesional, dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara,
bila memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan, maka Anda
berstatus warga negara.
Apakah warga negara dan siapakah warga negara Indonesia (WNI) itu? Sebelum
menjawab secara khusus siapa WNI, perlu diketahui terlebih dahulu apakah warga negara
itu? Konsep warga negara (citizen; citoyen) dalam arti negara modern atau negara
kebangsaan (nation-state) dikenal sejak adanya perjanjian Westphalia 1648 di Eropa sebagai
kesepakatan mengakhiri perang selama 30 tahun di Eropa. Berbicara warga negara biasanya
terkait dengan masalah pemerintahan dan lembaga-lembaga negara seperti lembaga Dewan
Perwakilan Rakyat, Pengadilan, Kepresidenan dan sebagainya. Dalam pengertian negara
modern, istilah “warga negara” dapat berarti warga, anggota (member) dari sebuah negara.
Warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di wilayah
hukum tertentu yang memiliki hak dan kewajiban.
Di Indonesia, istilah “warga negara” adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda,
staatsburger. Selain istilah staatsburger dalam bahasa Belanda dikenal pula istilah onderdaan.
Menurut Soetoprawiro (1996), istilah onderdaan tidak sama dengan warga negara melainkan
bersifat semi warga negara atau kawula negara. Munculnya istiah tersebut karena Indonesia
memiliki budaya kerajaan yang bersifat feodal sehingga dikenal istilah kawula negara sebagai
terjemahan dari onderdaan. Setelah Indonesia memasuki era kemerdekaan dan era modern,
istilah kawula negara telah mengalami pergeseran. Istilah kawula negara sudah tidak
digunakan lagi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini.
Istilah “warga negara” dalam kepustakaan Inggris dikenal dengan istilah “civic”, “citizen”,
atau “civicus”. Apabila ditulis dengan mencantumkan “s” di bagian belakang kata civic
mejadi “civics” berarti disiplin ilmu kewarganegaraan.

4
Konsep warga negara Indonesia adalah warga negara dalam arti modern, bukan warga
negara seperti pada zaman Yunani Kuno yang hanya meliputi angkatan perang, artis, dan
ilmuwan/filsuf. Siapa saja WNI? Menurut undang-undang yang berlaku saat ini, warga
negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Mereka dapat meliputi TNI, Polri, petani, pedagang, dan profesi serta kelompok masyarakat
lainnya yang telah memenuhi syarat menurut undang-undang.
Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia,
yang dimaksud warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

B. Alasan Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan


Sesungguhnya mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi hal
yang lebih utama di banding dengan pendidikan yang lainnya. Pendidikan
Kewarganegaraanlah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi warga negara yang
lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan begitu saja
melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing orang. Apalagi negara kita
sedang menuju menjadi negara yang demokratis, maka secara tidak langsung warga
negaranya harus lebih aktif dan partisipatif.
Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar kita bisa
menjadi garda terdepan dalam melindungi negara.Pendidikan Kewarganegaraan juga
mengajarkan bagaimana warga negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara,
tetapi juga mengajarkan bagaimana sesungguhnyawarga negara itu harus toleran dan mandiri.
Pendidikan ini membuat setiap generasi barumemiliki ilmu pengetahuan,
pengembangan keahlian, dan juga pengembangan karakter publik. Pengembangan
komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup dalamPendidikan
Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpamenempuh
Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini dimanfaatkan untuk
pengambangan diri seluas-luasnya.
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara republik Indonesia diharapkan
mampu memahami, menganalisa, dan menjawab masalah masalah yang dihadapi oleh
masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan dengan cita cita
dan tujuannasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.
Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai nilai ini disemua aspek
kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan
sosial,korupsi, kolusi, dan nepotisme menguasai IPTEK, meningkatkan kualitas sumber
dayamanusia agar memiliki daya saing memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa dan berpikir obyektif rasional serta mandiri.

C. Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan


Kewarganegaraan

5
Sebagaimana diketahui upaya pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai Pancasila
tersebut telah secara konsisten dilakukan sejak awal kemerdekaam sampai dengan sekarang.
Pada masa kemerdekaan, nilai-nilai pancasila dilakukan dalam bentuk pidato-pidato para
tokoh bangsa dalam rapat-rapat yang disiarkan melalui radio dan surat kabar. Pada tanggal 1
Juli 1947, diterbitkan sebuah buku yang berisi pidato Bung Karno tentang lahirnya Pancasila.
Buku tersebut diterbitkan dengan maksud membentuk manusia Indonesia baru yang patriotik
melalui pendidikan. Pada tahun 1961 terbit pula buku yang berjudul penetapan Tujuh Bahan-
Bahan Pokok Indoktrinasi. Buku tersebut ditujukan kepada masyarakat umum dan aparatur
Negara.
Sejak lahirnya ketetapan MPR RI Nomor 11 / MPR / 1978, tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4), P-4 tersebut kemudian menjadi salah satu
sumber pokok materi pendidikan Pancasila. Diperkuat dengan Tap MPR RI Nomor 11/ MPR/
1988 tentang GBHN. Dirjen Dikti, dalam rangka menyempurnakan kurikulum inti Mata
Kuliah Dasar Umum (MKDU) menerbitkan Sk, Nomor 25/ DIKTI / KEP/ 1985. Dampak dari
beberapa kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan penataran P-4, terdapat beberapa
perguruan tinggi terutama perguruan tinggi swasta yang tidak
mampu menyelenggarakan penataran P-4 pola 100 jam sehingga tetap menyelenggarakan
mata kuliah Pendidikan pancasila tanpa penataran P-4 pola 45 jam.
Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan yang memperkokoh keberadaan dan
menyempurnakan penyelenggaraan mata kuliah pendidikan pancasila, yaitu :
Sk Dirjen Dikti, Nomor 232/ U/ 2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi.
Sk Dirjen Dikti, Nomor 265/ Dikti/ 2000, tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).
Sk Dirjen Dikti, Nomor 38/ Dikti/ kep/ 2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, kembali
mengurangi langkah pembudayaan Pancasila melalui pendidikan. Dalam rangka
membudayakan nilai-nilai Pancasila kepada generasi penerus bangsa. Penguat keberadaan
mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi ditegaskan dalam Pasal 35, Pasal 2 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012.
Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal
Ika.
Pasal 35 Ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah
agama, pancasila, kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia.

D. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan


untuk Masa Depan

6
Pernahkah Anda berpikir apa yang akan terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia
pada 10, 30, atau 100 tahun yang akan datang? Apakah Anda berpikir bahwa kondisi bangsa
masa depan akan sama saja dengan kondisi bangsa saat ini? Pertanyaan ini memerlukan
jawaban analitis tentang kehidupan bangsa pada masa lampau dan kondisi bangsa saat ini.
Dapatkah Anda mengidentifikasi kondisi bangsa Indonesia pada 10 tahun, 30 tahun, dan 100
tahun yang lalu? Coba Anda bandingkan indikatorindikator berupa fakta, peristiwa yang
pernah terjadi, kemudian bandingkan dengan kondisi saat ini. Apa yang berubah dalam
pendidikan kewarganegaraan? Adakah hal-hal yang sama, identik, berupa fakta dan peristiwa
masa lalu dengan kehidupan yang terjadi saat ini? Anda masukkan indikator-indikator berupa
fakta dan peristiwa yang terjadi dalam pendidikan kewarganegaraan.
Apakah tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia di
masa depan? Bagaimana Anda dapat memprediksi kondisi Indonesia di masa depan? Apa
gagasan berupa pemikiran hasil analisis Anda untuk masa depan? Anda masukkan indikator-
indikator berupa fakta dan peristiwa yang mungkin akan terjadi dalam pendidikan
kewarganegaraan. Pernahkah Anda memprediksi apa yang akan terjadi dengan negara-bangsa
Indonesia pada tahun 2045 yakni Indonesia Generasi Emas?
Pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun Indonesia
merdeka. Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun Indonesia merdeka?
Berdasarkan hasil analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) bangsa
Indonesia akan mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai modal Indonesia
pada tahun 2045 (Lihat gambar tabel di bawah). Indonesia pada tahun 2030 - 2045 akan
mempunyai usia produktif (15-64 tahun) yang berlimpah. Inilah yang dimaksud bonus
demografi. Bonus demografi ini adalah peluang yang harus ditangkap dan bangsa Indonesia
perlu mempersiapkan untuk mewujudkannya. Usia produktif akan mampu berproduksi secara
optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan benar, tentunya cara yang paling strategis
adalah melalui pendidikan, termasuk pendidikan kewarganegaraan.

BAB III

7
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata “pendidikan”
dan kata “kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya, sedangkan kewarganegaraan adalah segala
hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.
2. Secara yuridis, pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
3. Secara terminologis, pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan
yang berintikan demokrasi politik, diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan
lainnya: pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan
orang tua. Kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis,
analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup
demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
4. Negara perlu menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan karena setiap
generasi adalah orang baru yang harus mendapat pengetahuan, sikap/nilai dan
keterampilan agar mampu mengembangkan warga negara yang memiliki watak
atau karakter yang baik dan cerdas (smart and good citizen) untuk hidup dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan demokrasi
konstitusional.
5. Secara historis, PKN di Indonesia awalnya diselenggarakan oleh organisasi
pergerakan yang bertujuan untuk membangun rasa kebangsaaan dan cita-cita
Indonesia merdeka. Secara sosiologis, PKn Indonesia dilakukan pada tataran
sosial kultural oleh para pemimpin di masyarakat yang mengajak untuk mencintai
tanah air dan bangsa Indonesia. Secara politis, PKn Indonesia lahir karena
tuntutan konstitusi atau UUD 1945 dan sejumlah kebijakan Pemerintah yang
berkuasa sesuai dengan masanya.
6. Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika perubahan
dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
7. PKN Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan bangsa
Indonesia, eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika perkembangan
bangsa.

B. Daftar Pustaka

8
 https://id.scribd.com/document/372279471/Konsep-Dan-
Urgensi-Pendidikan-Kewarganegaraan-Dalam-
Pencerdasan-Kehidupan-Bangsa
 http://web.if.unila.ac.id/irfanpramuditya/2020/04/03/
hakikat-pendidikan-kewarganegaraan-dalam-
mengembangkan-kemampuan-utuh-sarjana-atau-
profesional/

Anda mungkin juga menyukai