Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik
yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun
statis (tergenang) seperti danau. Perairan terdiri dari 3 jenis yaitu Perairan Tawar,
Payau, maupun Asin (Laut). Kualitas Air adalah mutu air yang memenuhi standar
untuk tujuan tertentu. Untuk menentukan kualitas air digunakan parameter dan
metode metode tertentu sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku
seperti parameter fisika (kecerahan air, kekeruhan dan kedalaman, kecepatan arus,
bau, rasa, dan warna), parameter kimia (pH, Oksigen terlarut dan karbondioksida
bebas, dan alkalinitas), dan biologi (plankton, benthos, nekton dan perifiton).
Kondisi kualitas air suatu perairan yang baik sangat penting untuk mendukung
kelulushidupan organisme yang hidup di dalamnya. Penentuan status mutu air
perlu dilakukan sebagai acuan ddalam melakukan pemantauan indeks
pencemaran berdasarkan parameter fisika-kimia di perairan Distrik Depapre,
Kabupaten Jayapura. Pengambilan sampel kualitas air dilakukan pada bulan
Oktober 2017 di lima stasiun penelitian, kemudian hasilnya dibandingkan dengan
baku mutu air laut untuk biota laut berdasarkan KEPMEN-LH No.51 Tahun 2004.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter yang masih sesuai baku mutu
antara lain suhu, salinitas, sulfida dan kecerahan perairan, sedangkan parameter
yang telah melampaui baku mutu antara lain pH, ammonia total, nitrar dan fosfat.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks pencemaran menunjukkan bahwa perairan
Distrik Depapre berada dalam kategori tercemar ringan hingga tercemar sedang.
(Baigo Hamuna, et. al. 2018)
Sungai Gajah Wong, salah satu sungai di Kota Yogyakarta yang pemanfaatan
air Sungai Gajah Wong untuk kebutuhan sehari-hari masih banyak terjadi di
bantaran sungai tersebut, diperkirakan akan mengalami pencemaran air akibat
buangan keluarga. , limbah industri, rumah sakit dan hotel dibuang ke sungai. Hal
ini menyebabkan menurunnya kualitas air sungai dan berdampak negatif terhadap
organisme hidup yang menggunakannya. Pemantauan wilayah sungai sangat
penting karena menyangkut air atau sungai sebagai sumber kehidupan makhluk
hidup. Salah satu cara untuk memantau wilayah sungai adalah dengan
mengumpulkan sampel air sungai di 5 (situs) Sungai Gajah Wong di wilayah
Kota Yogyakarta. Pengambilan sampel air dilakukan untuk mengetahui kualitas
air sungai dengan cara mengukur debit air, menguji parameter lapangan (pH,
TDS, konduktivitas, suhu dan oksigen terlarut) serta melakukan konservasi
sampel untuk parameter yang diuji di laboratorium. Hasil pengukuran parameter
pH dan DO di lokasi GW 1 semuanya lebih rendah dari baku mutu yang
disyaratkan. Sedangkan parameter suhu, DHL dan TDS selalu memenuhi standar
kualitas yang dipersyaratkan. (Ahdiaty dan Fitriana, 2020)
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup ikan. Ikan membutuhkan air dengan kondisi yang baik agar dapat hidup
sehat dan tumbuh secara optimal sehingga dapat meningkatkan kelangsungan
hidup dan pertumbuhan ikannya. Ikan nila merupakan ikan air tawar yang
memiliki nilai toleransi yang besar terhadap lingkungannya sehingga sangat
diminati oleh petani ikan di Indonesia. Studi parameter fisika dan kimia pada air
kolam ikan nila dilakukan karena kurangnya peninjauan terhadap kualitas air
kolam ikan nila. Peninjauan dilakukan berdasarkan waktu pengambilan sampel
air, yaitu pada pagi dan siang hari. Peninjauan kualitas air kolam diharapkan dapat
membantu para petani ikan mendapatkan informasi mengenai kelayakan kolam
ikan nila secara fisika dan kimia sehingga dapat meningkatkan produksi ikan.
Metode yang dilakukan untuk pengambilan sampel air adalah metode Grab
(sesaat). Pengujian sampel air secara fisika dilakukan secara visual untuk
parameter warna, suhu, dan metode secchi disk untuk parameter kecerahan.
Pengujian parameter kimia dilakukan pengukuran pH, dissolved oxygen (DO)
dengan metode Winkler, kesadahan total dengan metode titrimetrik dan kadar
ammonia dengan alat spektrofotometer UV-Vissible. Hasil penelitian menunjukan
kualitas air kolam ikan nila di daerah Laladon–Bogor belum memenuhi syarat
untuk air kolam ikan yang baik berdasarkan SNI 7550: 2009 tentang Produksi
ikan nila tingkat pembesaran di kolam air tenang dengan kadar Ammonia< 0, 02
mg/L, dan berdasarkan Baku Mutu PPNo. 82 tahun 2001. (Pramleonita, M., et..
al. (2018).
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) udara dingin yang terletak di Kecamatan
Koto Tangah Padang merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang berasal
dari Kota Padang. TPA Air Cool beroperasi dengan sistem pembuangan terbuka
dan tidak memiliki fasilitas pengolahan khusus untuk lindi yang dihasilkan,
sehingga berpotensi mencemari sumber air sumur di sekitarnya. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui karakteristik lindi dan pengaruhnya terhadap kualitas
air sumur di sekitar Air Cold Landfill. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil
sampel air lindi dari kolam penyaring. Pengambilan sampel air sumur dilakukan
di 4 lokasi pengambilan sampel dengan memperhatikan jarak lokasi tersebut
dengan TPA. Hasil yang diperoleh dari analisis dibandingkan secara deskriptif
dengan persyaratan dan standar mutu yang berlaku dengan menggunakan tabel
dan dengan menghitung indeks pencemaran (PI). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa parameter warna, bau, TSS, BOD dan COD lindi semuanya melebihi baku
mutu. Parameter Cd air lindi dan air sumur berada dalam batas yang
diperbolehkan. Parameter BOD dan COD air sumur pada jarak 300 m keduanya
melebihi ambang batas. Semua parameter air sumur yang terletak 500 m dari
outlet tetap dalam batas. IP pemantauan sumur sebesar 1,99, IP sumur yang
jaraknya sampai dengan 200 m adalah 1,91, dan IP sumur yang jaraknya sampai
dengan 300 m adalah 1,61 yang semuanya tergolong pencemaran cahaya. (Yatim
dan Mukhlis, 2019)

Plankton sebagai jasad renik yang hidupnya meelayang – layang di dalam


air dapat dikelompokkan dua macam yaitu : fitoplankton yang merupakan
tumbuhan dan zooplankton yang merupakan hewan. Fitoplankton sebagai
produser primer mempunyai peran yang sangat penting bila dipandang dari
penghasil bahan organik dari anorganik via klorofil dan bantuan sinar
matahari. Berbeda dengan fitoplankton, zooplankton tidak dapat membentuk
bahan organik dari bahan anorganik tetapi mengkonsumsi fitoplankton untuk
membentuk bahan organik (Sigid, 2010).

Kualitas suatu perairan sangat berpengaruh terhadap kemampuan


produktifitas fitoplankton, penurunan kualitas perairan akan mnyebabkan
penurunan kelimpahan fitoplankton yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap kelayakan suatu perairan untuk kegiatan perikanan (Emilawati, 2013).
Pengambilan air sampel dan plankton dilakukan pada ekosistem perairan
seperti kolam waduk, sungai, laut, danau, teluk, delta, semenanjung dan perairan
lainnya. Untuk mengetahui kondisi serta kelayakan dari air tersebut. Analisis yang
dilakukan menggunakan dua cara, yakni analisis secara Insitu yaitu analisis
sampel yang dilakukan langsung di lokasi pengamatan dan analisis secara Eksitu
yaitu analisis yang dilakukan di laboratorium namun sebelumnya sampel telah
diambil dilokasi pengamatan. Dalam praktikum ini, pengukuran kualitas air
dilakukan menggunakan metode in situ di Jembatan Kupu-kupu Universitas Riau.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa itu pengambilan sampel air dan plankton?
b) Bagaimana cara pengambilan sampel air dan plankton?

1.3 Tujuan dan Manfaat Praktikum


Tujuan diadakannya praktikum Pengambilan Sampel Air ini untuk
mengetahui cara penggunaan alat pengambil sampel air permukaan beserta
alatpengukur parameternya dan mengetahui faktor-faktor mempengaruhi
pengambilan sampel air permukaan, serta dapat dibandingkan kualitas air Sungai
Karang Mumus dengan standar bakumutu kualitas dan pengendalian pencemaran
air
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2. 1 Waktu dan Tempat

Gambar 1. Jembatan Kupu-kupu UNRI


Praktikum “Pengambilan Sampel Air dan Plankton” ini dilaksanakan pada
hari Selasa, 26 September 2023 di Jembatan Kupu-kupu Universitas Riau dan
Laboratorium Produktivitas Perairan di Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau.

2. 2 Alat dan Bahan


Adapun perlengkapan yang praktikan wajib gunakan yaitu jas lab, dan alat
dan bahan yang digunakan untuk praktikum ini yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Air sampel
Botol BOD
Amylum
Erlenmeyer 200 ml
Cairan H2SO4
Thermometer
Cairan MnSO4
Secchi disk dan Meteran
Cairan NaOH+KI
Suntik
Cairan Nₐ₂S₂O₃ (Na-tio Sulfat)
Pipet Tetes
Cairan Nₐ₂CO₃
Tabung ukur
Indikator PP
2. 3 Metode Praktikum
Metode praktikum yang digunakan adalah matode in situ atau praktikun yang
dilakukan diluar ruangan dengan arahan dari asisten yang ada di Laboratorium
Produktivitas Perairan bagaimana cara pengambilan titik sampel dan penejelasan
materinya.

2. 4 Prosedur Praktikum
Sebelum praktikum di lakukan semua praktikan terlebih dahulu mengikuti
respon praktikum. Langkah selanjutnya adalah mendengarkan asisten praktikum
untuk menjelaskan materi yang akan di praktikkan, sebagai berikut :
2.4.1 Pengambilan Plankton
Mengambil Air sampel untuk mengidentifikasi Plankton dengan cara
mengambil air menggunakan ember 5liter sebanyak 20 kali, karena untuk
mengambil Plankton membutuhkan air sampel sebanyak 50-100liter. Pada saat
Air di ambil, Planktonnet di goyang-goyangkan agar mikroorganisme
planktonnya tidak menempel pada jaring Planktonnet.
Lalu kembali ke Laboratorium Produktifitas Perairan, disana para praktikan
mencari organisme plankton menggunakan Mikroskop menggunakan air sampel
plankton yang telah di ambil dan akan diamati, dengan menggunakan pipet tetes
berukuran 1 mL, lalu dimasukkan ke dalam objek glass (SCR). Pengamatan
plankton dilakukan pada hemasitometer kemudian diamati dengan menggunakan
mikroskop dengan pembesaran 40x. Selanjutnya jenis-jenis plankton yang
ditemukan dicatat nama spesies dan jumlahnya.
2.4.2 Suhu
Dengan cara Memasukkan Thermometer kedalam air waduk lalu bagian
pangkal di ikat (bukan di ujung raksa) setelahnya Thermometer di tunggu dalam
beberapa saat sampai menujukkan angka yang sesuai (sampai pengukur angka
yang berwarna merah pada Thermometer berhenti) lalu di catat nilainya.
2.4.3 Kecerahan Air
Dengan cara Pinggan Secchi di masukkan ke dalam air waduk sampai
pinggan secchi nya tidak terlihat lalu di ukur, kemuidaan pinggan secchi di tarik
sampai terlihat lalu di ukur. Selanjutnya dimasukkan kedalam rumus kecerahan
air.
2.4.4 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen = DO)
Dengan cara mengambil air menggunakan Botol BOD tanpa bubling
kemudian botol di tutup saat botol BOD masih di dalam air supaya tidak terkena
udara bebas, sedangkan untuk mengukur kadar air dengan cara Mengambil air
menggunakan botol BOD tanpa bubling, kemudian masukkan 2 ml Larutan
MnSO₄ dan 2 ml NaOH+KI dengan menggunakan buret sampai berwarna coklat,
selanjutnya menambahkan larutan H₂SO₄ sebanyak 4 ml menggunakan pipet
tetes lalu di aduk dengan bentuk angka 8 sampai berubah menjadi berwarna
kuning tua. Lalu pindahkan larutan tadi ke dalam elenmeyer 50 ml lalu masukkan
amylum 2-3 kali tetes lalu di aduk perlahan sampai berubah menjadi warna biru
atau berwarna gelap. Kemudian masukkan larutan Na-thiosulfat (Nₐ ₂S ₂O ₃)
sampai berubah menjadi bening, larutan Na-thiosulfat yang terpakai di catat dan
di masukkan kedalam rumus.
2.4.5 Karbondioksida (CO₂) Bebas
Dengan cara mengambil air sampel tanpa bubling seperti pada prosedur
Oksigen Terlarut, lalu teteskan 2-3 larutan indikator pnolpthealin, usahakan untuk
berubah menjadi warna pink karna jika hal tersebut terjadi maka titrasi ada CO2
yang terkandung, selanjutnya titrasi dengan larutan Nₐ ₂CO ₃ 0,0454 N (NaOH
0,0227 N) sampai berubah menjadi warna pink. Lalu catat larutan Nₐ ₂CO ₃ yang
di gunakan dan masukkan kedalam rumus Karbondioksida Bebas.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil
Dalam praktikum “Pengambilan Sampel Air dan Plankton” kelompok
kami mendapatkan hasil yaitu :
Tabel 2. Hasil Parameter Fisika Air
Parameter Fisika Hasil
Kecerahan air 51,5 cm atau 510 meter
Suhu 30°C

Tabel 3. Hasil Parameter Kimia Air


Parameter Fisika Hasil
Oksigen terlarut (DO) 8,24 mg/ɭ
Karbondioksida (CO²) Bebas 3,99 mg/ɭ

Tabel 4. Identifikasi Plankton


Identifikasi Plankton
Navicula Sp.
Synedra Sp.
Pinnularia Sp.
Cosmarium Sp.
Microspora Sp.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengambilan Sampel Air
 Suhu
Pengukuran suhu permukan perairan diwaduk FPK UNRI dilakukan
dengan menggunakan thermometer dengan cara mencelupkan thermometer
kedalam perairan. Setelah thermometer menunjukkan angka yang konstan,
maka baca hasilnya. Dalam praktikum ini menghasilkan suhu permukaan air
di waduk adalah 300C
 Kecerahan
Dalam pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi disk
dengan cara menurunkan secchi disk secara perlahan hingga batas tidak
tampak, yakni warna hitam pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian
ukur panjangnya dengan meteran atau penggaris panjang, dalam praktik ini
jarak hilang yang dihasilkan adalah 78 cm . Setelah itu, secara perlahan tarik
secchi disk keatas hingga warna hitam pada secchi disk tersebut kembali
terlihat lalu ukur juga berapa panjangnya, ini adalah batas tampak. Dalam
praktikum ini menghasilkan jarak tampak sebesar 33 cm. Setelah nilai batas
tampak dan nilai batas tidak tapak telah diperoleh, maka dibagi 2 lalu hasil
tersebut diamasukkan kedalam rumus untuk menghitung kecerahannya, yakni
51,5 cm.
 Oksigen Terlarut
Pada pengukuran O2 terlarut (DO) menggunakan larutan tiosulfat dan air
didalam tabung enlemeyer dengan cara titrasi. Pada praktikum ini larutan
tiosulfat yang digunakan adalah sebanyak 1 ml dan volume air adalah 50 ml.
Dari perhitungan dengan mengunnakan rumus di dapatkan hasil yaitu 8,24
mg/ɭ

 Karbondioksida Bebas
Pada pengukuran CO2 bebas menggunakan larutan Na2CO3 dan air
didalam tabung enlemeyer dengan cara titrasi. Pada praktikum ini larutan
Na2CO3 yang digunakan adalah sebanyak 4 tetes (0,2 ml) dan volume air
adalah 25 ml. untuk menghitung CO2bebas. Dari perhitungan dengan
mengunnakan rumus di dapatkan hasil yaitu 3,99 mg/ɭ.

3.2.2 Plankton
o Navicula Sp.

Gambar 3. Navicula Sp.


Klasifikasi Navicula Sp. yaitu :
Kingdom : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae(Diatom)
Bangsa : Pennales
Tribe : Naviculaceae
Genus : Naviculu
Spesies : Navicula Sp
Navicula sp. merupakan alga uniseluler (microalgae) dan salah satu
fitoplankton diatom yang termasuk dalam kelas Bacillariopheceae, ordo
Naviculales yang berwarna cokelat kekuningan, berbentuk lonjong, memanjang
seperti perahu atau bentuk ketupat dan memiliki dinding sel yang terdiri dari
silika, bahan seperti kaca.Ukuran sel-sel bervariasi dalam bentuk, terutama pada
bagian katup, tapi bentuk yang paling utama adalah navicular (berbentuk perabu)
atau berbentuk cerutu dan bulat. Memiliki dua kloroplas, satu di setiap sisi dari sel
jika dilihat pada bagian katup. Panjang sel 6-42 um dan lebar 4-12 um. Navicula
sp. ditemukan dalam semua jenis air dari air laut sampai air tawar serta di perairan
mulai dari oligotrophic ke eutrofik. Penemu Bory de Saint-Vincent, 1822.
o Synedra Sp.

Gambar 4. Synedra Sp.


Klasifikasi Synedra Sp. yaitu :
Divisio : Bacillariophyta Spesies : Synedra sp.
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Family : Diatomaceae
Genus : Synedra
Synedra sp. adalah salah satu spesies diatom (Bacillariophyta) dengan
sekitar 100 spesies yang hidup di air tawar dan air laut terjadi. Para wakil dari alga
uniseluler memanjang, berbentuk jarum dan bergerak. Sel ini dikelilingi oleh
karakteristik diatom dari dua cangkang silika perpustakaan yang ada. Dalam
pandangan sisi mereka muncul sempit persegi panjang. Sel-sel secara individual,
tetapi juga dapat disatukan oleh jelly untuk berbentuk bintang kelompok. Sel-sel
tidak melengkung atau bengkok. Inti terletak di pusat. Biasanya ada dua plastida
memanjang oleh fucoxanthin berwarna cokelat keemasan dan terletak di sisi.
Kedua kerang tidak memiliki raphe . Ukurannya adalah 10 sampai 500 mikron.
Kebanyakan hidup di air tawar dan air laut. Reproduksi aseksual terjadi melalui
divisi khas dari diatom. Reproduksi seksual terjadi dengan anisogamy, yang
terbentuk per sel, dua gamet. Setelah hasil fusi sel dalam pembentukan beberapa
saat auxospore untuk pembesaran sel (Sahriany, 2015).
o Pinnularia Sp.

Gambar 4. Pinnularia Sp.


Klasifikasi Pinnularia Sp. yaitu :
Kingdom : Eukaryota
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : SAR
Phylum : Gyrista
Subphylum : Ochrophytina
Kelas : Bacillariophyceae
Genus : Pinnulariaceae
Spesies : Pinnularia Sp.
Penemua dari Pinnularia Sp. adalah Ehrenberg
Pinnularia adalah organisme uniseluler elips memanjang. Dinding sel
mereka terutama terdiri dari zat pektik pada kerangka silika yang kaku .
Dindingnya terdiri dari dua bagian yang disebut thecae (atau kurang formalnya,
katup). Bagian ini tumpang tindih seperti cawan Petri dan penutupnya. Pinggiran
kedua teka ditutupi oleh pita penghubung yang disebut cingulum dan semuanya
disebut sebagai frustule . tampilan permukaan disebut tampilan katup dan
tampilan pita disebut tampilan korset . Katup luar yang lebih besar disebut
Epitheca dan katup dalam yang lebih kecil disebut hypotheca. Sel ditutupi oleh
lapisan mucilaginous, panjang berkisar dari 8-160 μm dan lebar 3-20 μm
Pinnularia adalah ganggang air tawar yang dominan, biasanya ditemukan di
kolam dan tanah lembab. Mereka juga dapat ditemukan di mata
air, muara , sedimen , dan lautan
o Cosmarium Sp.

Gambar 4. Cosmarium Sp.


Klasifikasi Cosmarium Sp. yaitu :
Kingdom : Viridiplantae
Subkingdom : Charophyta
Class : Zygnematophyceae
Ordo : Desmidiales
Family : Desmidiaceae
Genus : Cosmarium
Spesies : Cosmarium Sp.
Dalam genus besar ini sel-selnya sangat bervariasi. Semuanya menyempit
di tengah yang mengarah ke penampilannya yang bercuping dua; [3] dua bagian
disebut semisel. Sel datang dalam berbagai bentuk yang berbeda. Dinding sel bisa
halus atau dihiasi dengan duri, butiran, scrobiculations (lubang), atau pori-pori.
Sel umumnya pipih. [4] Sel biasanya memiliki satu atau dua kloroplas mengisi
sel; setiap kloroplas mengandung pirenoid , biasanya satu atau dua Cosmarium
dan genera desmid lainnya cenderung lebih menyukai oligotrofik , habitat air yang
agak asam, [4] tetapi beberapa spesies ada di habitat yang lebih eutrofik dan/atau
basa. Beberapa spesies, yang berukuran kecil dan sebagian besar polos,
membentuk komunitas yang dikenal sebagai "Cosmarietum"; ini mungkin terkait
lebih lanjut dengan komunitas spesies Closterium yang membentuk asosiasi
Cosmarietum-Closterietum.
o Microspora Sp.

Gambar 4. Microspora Sp.


Klasifikasi Cosmarium Sp. yaitu :
Divisi : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Sphaeropleales
Family : Mikrosporaceae
Genus : Microspora
Spesies : Microspora sp
Penemu dari Microspora sp adalah Thuret , 1850. Microspora banyak
ditemukan di kolam air tawar, filamen koloni tidak bercabang. Dinding selnya
berebentuk seperti huruf H sehingga protoplasama berada dalam sambungan
“huruf H”. Dinding sel ini dari selulose, tapi lapisan terluar di filamen tersusun
dari pektin. Pada pembelahan sel terjadi pembentukan lapisan selulose tipis
menyelubungi protoplasma anak yang disusul dengan penambahan tangan-tangan
huruf-huruf H yang juga dari selulose. Sel berinti tunggal seringkali di dalam sel
terlalu banyak tepung untuk cadangan makanan sehingga sulit untuk menentukan
bentuk kloroplasnya. Pada sel muda, bentuk kloroplas merupakan penjuluran-
penjuluran yang tidak teratur seperti anyaman. Kloroplas tidak memiliki pirenoid
(Prasetyo, 2017).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Mengetahui cara penggunaan alat pengambil sampel air permukaan
beserta alatpengukur parameternya dan mengetahui faktor-faktor mempengaruhi
pengambilan sampel air permukaan, serta dapat dibandingkan kualitas air Sungai
Karang Mumus dengan standar bakumutu kualitas dan pengendalian pencemaran
air. Dari hasil praktikum yang dilakukan menggenai keadaan fisika dan kimia
perairan didapatkan hasil sebagai berikut : Kecerahan di peroleh 51,5 cm, Suhu
berukuran 30oC, Oksigen terlarut (DO) sebesar 8,24 mg/ɭ, Karbondioksida bebas
3,99 mg/ɭ. Plankton sebagai organisme hanyut yang hidup dipermukaan Perairan.
Keseragaman dan jumlah plankton menetukan perairan itu baik atau buruk
serta perairan tersebut kaya unsur hara (nutrien) atau tidak. Manfaat dari
praktikum ini juga dapat menentukan suatu perairan baik atau tidak untuk
dijadikan sebagai lokasi budidaya perairan. Pada praktikum ini kami mendapatkan
plankton dengan jenis : Navicula Sp., Synedra Sp. , Pinnularia Sp. , Cosmarium
Sp , dan Microspora Sp.

4.2 Saran
Demi menjaga kualitas air di Jembatan Kupu-kupu UNRI, diharapkan
kepada semua pihak agar tidak mencemari air yang ada diwaduk tersebut. Baik itu
para mahasiswa, warga civitas UNRI maupun pengunjung dari luar. Dan
memberikan himbauan kepada pengunjung waduk agar tidak melakukan tindakan
yang merusak, seperti membuang sampah ke waduk. Kualitas air saat ini adalah
baik, namun apabila tidak dijaga akan berkurang kualitasnya. Maka, marilah
bersama-sama kita jaga agar air di waduk tersebut agar tetap sesuai dengan baku
mutu yang ditentukan dan tidak tercemar.
Agar kegiatan praktikum berjalan dengan lancar dan baik, ada kala
waktunya jangan terlalu begitu cepat, supaya kegiatan praktikum tersebut bisa di
mengerti dengan sepenuhnya atau berjalan sesuai yang di inginkan. Dalam hal ini
juga diharapkan kepada asisten lebih sabar dan tekun dalam menghadapi para
mahasiswa yang lemah pola pemikirannya karena setiap orang memiliki pola pikir
10

yang berbeda, dan itu semua butuh proses.Dalam praktikum hendaknya praktikan
lebih memperhatikan arahan atau petunjuk dari asisten sehingga praktikum akan
lebih lancar. Para praktikan juga harus memahami teori yang akan dipraktikumkan
atau prosedur-prosedur dalam melakukan praktikum, supaya saat melakukan
praktikum tidak terjadi kekeliruan.
LAMPIRAN
13

Lampiran 1. Alat dan Bahan selama Praktikum

Erlenmeyer Pipet tetes

Cairan NaS2O3 Cariran Na2CO3

Secchi disk Bahan dan alat lainnya


14

hermometer Tabung ukur


Lampiran 2. Rumus dan Nilai Perhitungan

Kecerahan Air = Jarak Hilang (cm) + Jarak Tampak (cm)


2
= 110 + 90
2

2 = 100 cm (1 meter.)

Diketahui : Oksigen Terlarut = a×N×8000


V −c
a :Volume titran Na-Thiosulfat b×( )
V
(ml) : (0,5+0,7) = 1,2 ml
N :Normalitas larutan thiosulfate =4,15 ×0,025×8000
(0,025 N) 50 ml×
100−2 , 8
( )
b : Ml sampel yang digunakan 100
= 830
V : Volume Botol BOD 4,99
c : Ml reagen yang digunakan
= 16,03 mg/ɭ
(MnSO4, NaOH+KI, H2SO4, Pekat)

Diketahui : 44
CO₂ Bebas = A×N× ×1000
2
A : Volume titran Nₐ₂CO₃ yang v

terpakai (ml) 44
= 0,2×0,0227× ×1000
2
N : Normalitas larutan (0,0454 N)
25
V : Volume sampel = 3,99 mg/ɭ

Diketahui : 100
Alkalinitas pp= A×N titran× ×1000
2
A : Volume titran Nₐ₂CO₃ yang Ml sampel

terpakai (ml) 100


= 0,3×0,02× ×1000
2
N : Normalitas larutan (0,0454 N)
50
V : Volume sampel = 6 mg/ɭ

Anda mungkin juga menyukai