Anda di halaman 1dari 51

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limnologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, Limne = Danau, dan Logos =
Ilmu yang mempelajari tentang perairan umum. Limnologi meliputi aspek
biologi, kimia, fisik, geologi, dan lainnya yang menyangku di perairan umum
(tergenang atau mengalir, tawar atau asin, serta alami atau buatan). Limnology
sangat berhubungan dengan ekologi akuatik dan hidrobiologi, yang mempelajari
organisme akuatik dan kaitannya dengan lingkungan hidrologinya. Limnologi
sangat dekat dengan oseanografi, karena sama-sama meliputi seluruh ekosistem.
Limnologi menjadi ilmu yang sangat jelas hanya dalam dua abad, setelah
perkembangan mikroskop, penemuan planktonnet dan thermometer
menunujukkan bahwa danau adalah system ekologi yang kompleks dengan
struktur yang jelas.
Morfometrik adalah salah satu cabang ilmu limnologi yang berhubungan
dengan pengukuran ciri-ciri morfologi dari dasar perairan, termasuk masa atau
volume air. Morfometrik juga dapat diartikan sebagi nilai kuantitatif dari
parameter-parameter yang terkandung pada suatu daerah aliran sungai (DAS) atau
danau. Parameter morfometri terdiri dari panjang, lebar, kedalaman, luas area,
volume, keliling garis pantai, dan share development. Berdasarkan morfometri
waduk, awal penggenangan ditentukan tempat pengamatan produktivitas primer
perairan waduk. Tingkat produktivitas primer perairan waduk dapat digunakan
sebagai dasar dalam mengetahui potensi produktivitas perairan.
Menurut (Indrayani, 2015), topografi wilayah sekitar danau juga
mempengaruhi morfometriknya. Struktur dasar danau dapat disusun membentuk
relief dasar perairan, disebut batimetri. Batimetri adalah garis khayal yang
menghubungkan titk-titik yang memiliki kedalaman yang. Data batimetri sangat
dibutuhkan untuk memahami hidrodinamika suatu perairan dan umumnya
disajikan dalam bentuk peta batimetri. Peta batimetri menunjukkan relief dasar
danau dengan garis-garis kontur kedalaman, sehingga memberikan informasi
tambahan untuk navigasi permukaan (Soeprobowati, 2013). Selain itu, data
2

batimetri juga sangat penting untuk pengelolaan dan pemanfaatan berkelanjutan


suatu perairan.
Setelah mengetahui luas dari perairan waduk perlu di ketahui juga debit air
dari perairan tersebut. Debit adalah volume air yang mengalir persatuan waktu.
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan limpasan air hujan dari titik
terjauh menuju titik kontrol yang ditinjau.Pengukur kecepatan aliran air dapat
dijadikan sebagai sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu
kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada.
Keberadaan sumber air yang bersih dan sehat merupakan salah satu permasalahan
terbesar saat ini. Sedangkan air yang tersedia tidak selalu sejalan kebutuhannya
menurut tempat, waktu dan mutunya. Keadaan ini sering mengakibatkan
timbulnya masalah karena tidak seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan air pada
tempat dan waktu tertentu (Putri dan Saptomo, 2013).
Suhu merupakan parameter yang sangat berpengaruh terhadap keberadaan
danaktivitas organisme, sebab umumnya organisme memiliki kisaran suhu
tertentu agar dapat melakukan suatu aktivitas secara optimal. Batas kisaran
maksimal makhluk hidup biasa disebut batas toleransi. Suhu tidak dapat
diawetkan sehingga harus diukur di lapangan. Sampel yang dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis juga harus seringkali diukur lagi suhunya di
laboratorium, sebab diduga ada pengaruh lain terhadaphasil analisis yang telah
dilakukan. Alat pengukur suhu namanya termometer (Pramana, 2018).
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual
dengan mengunakan scchi disk satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan
dengan alat tersebut adalah satuan meter. Kecerahan merupakan tingkat penetrasi
cahaya matahari yang dinyatakan dengan satuan panjang. Alat yang bias
digunakan untuk mengukur tingkatkecerahan air adalah sechi disk, yaitu berupa
piringan yang diberi warna hitam putih dan dihubungkan dengan tali pegangan
yang mempunyai garis-garis skala (Nurdiansah, 2020).
Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk
menentukan kadar asam/basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi
ion hidrogen dalam suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepas
sejumlah ion Hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam/
3

basa. Di dalam air yang bersih jumlah konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam
keseimbangan,sehingga air yang bersih akan bereaksi normal. Peningkatan ion
hidrogen akan menyebabkan nilai pH turun dan disebut sebagai larutan asam.
Sebaliknya apabila ion hidrogen berkurang akan menyebabkan nilai pH naik dan
keadaan ini disebut sebagai larutan basa. Nilai pH yang ideal untuk mendukung
kehidupan organisme aquatik pada umumnya terdapat antara 7-8,5 (Ramadani,
2021).
Oksigen terlarut merupakan parameter mutu air yang penting karena nilai
oksigen terlarut dapat menunjukan tingkat pencemaran atau tingkat pengelolaan
limbah. Oksigen terlarut akan menentukan kesesuaian suatu jenis air sebagai
sumber kehidupan biota di suatu daerah. Pengukuran oksigen terlarut dan
karbondioksida lebih baik diterapkan dalam mengkaji masalah polusi air daripada
dalam menentukan mutu sanitasi karena parameter DO dapat dengan cepat
menentukan tingkat polusi air (Patty, 2013).
Karbondioksida bebas yang dianalisa adalah karbondioksida yang berada
dalam bentuk gas yang terkandung didalam air. Kandungan CO₂ dalam air murni
pada tekanan 1 atm dan temperatur 25°C adalah sekitar 0,4 mg/l. Kandungan CO₂
di dalam air merupakan hasil proses difusi CO2 dari udara dan hasil proses
respirasi organisme akuatik. Di dasar perairan CO₂ juga dihasilkan melalui proses
dekomposisi. Konsentrasi CO2 sebesar 10 mg/l atau lebih masih dapat ditolerir
oleh ikan bila kandungan oksigen juga tinggi. Kebanyakan species biota akuatik
masih dapat hidup pada perairan dengan konsentrasi CO2 bebas 60 mg/l. Metode
penentuan CO₂ bebas yang umum digunakan adalah metode titrimetrik dengan
Na2CO3 (Prasetyawan, 2017).
Alkalinitas menggambarkan jumlah basa (alkaline) yang terkandung dalam
air yang dapat ditentukan dengan titrasi asam kuat (H2SO4 atau HCI) sampai pH
tertentu. Alkalinitas juga dapat disebut sebagai ‘Daya Menggabung Asam’
(DMA) atau di Jerman disebut dengan ‘Sauerstoff Bindung Vermogen’ (SBA),
yang artinya kemampuan air dalam menyerap asam. Garam-garam basa ini berasal
dari kation Ca++, Mg+++, Na+, K+, NH4+ dan Fe3+ atau Fe2+ yang dapat bereaksi
dengan karbonat (CO3=), bikarbonat (H CO3-) ataupun hidroksil (OH-) (Abidin,
2016).
4

Nutrien yang paling banyak dibutuhkan fitoplankton adalah N dan P.


Fitoplankton membutuhkan unsur N dan P dalam pembuatan lemak dan protein
tubuh. Unsur N dan P sering menjadi faktor pembatas dalam produktifitas primer
fitoplankton. Unsur tersebut hanya dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton secara
langsung jika berbentuk nitrat dan orthopospat. Sehingga dalam pemanfaatanya,
fitoplankton membutuhkan proses kimianitrifikasi dari unsur N tersebut untuk
diubah bentuk menjadi nitrat, sedangkan fosfat dalam air sendiri palingbanyak
sudah berbentuk orthopospat dan polipospat, sehingga sudah dapat digunakan
oleh fitoplankton. Kandungan Nitrat dan Fosfat di waduk akan mempengaruhi
pertumbuhan alga dan tumbuhan air. Peningkatan kandungan nitrogen bersama-
sama dengan fosfor akan meningkatkan pertumbuhan algadan tumbuhan air.
Sehingga apabila pertumbuhannya terlalu besar makan akan membuat ledakan
(blooming) alga yang tidak terkontrol dan dapat mengakibatkan kematian
organisme akuatik lain dilingkungan tersebut (Mustofa, 2015).
Berbagai jenis limbah yang masuk ke dalam perairan dapat berupa unsur
hara, logam berat, racun, limbah rumah tangga yang diduga secara alamiah masuk
ke dalam tubuh fitoplankton melalui aktivitas feeding habit. Limbah yang
mengandung unsur hara seperti nitrat dan fosfat akan masuk dan dimanfaatkan
oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya. Zat hara merupakan zat-zat yang
diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup
organisme seperti fitoplankton, terutama zat hara nitrat dan fosfat (Ulqodry,
2020).
Plankton merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat menjadi
indikator perubahan kualitas biologi perairan. Plankton memegang peran penting
dalam mempengaruhi produktivitas primer perairan. Beberapa organisme
plankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan
kualitas perairan. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan
menggunakan indeks saprobik, dimana indeks ini digunakan untuk mengetahui
tingkat ketergantungan atau hubungan suatu organisme dengan senyawa yang
menjadi sumber nutrisinya, sehingga dapat diketahui hubungan kelimpahan
plankton dengan tingkat pencemaran suatu perairan (Krismono, 2017).
5

Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya


mengapung atau melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat
dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2200 µm (1 µm
=0,001mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga
ada yang berbentuk rantai. Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton
dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan
perubahan warna pada air. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di air, karena
bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik menjadi
makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis
untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung klorofil. Karena
kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai primer produser. Bahan organik
yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber energi untuk menjalankan segala
fungsi faalnya. Tetapi,disamping itu energi yang terkandung didalam fitoplankton
dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh hewan air seperti udang, ikan, cumi-
cumi sampai ikan yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik
secara langsung atau tidak langsung melalui rantai makanan (Khairul, 2020).
Zooplankton disebut juga plankton hewani, karena hewan yang hidupnya
mengapung, atau melayang dalam air. Kemampuan renangnya sangat terbatas
sehingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya.
Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tidak dapat memproduksi
sendiri bahan organik dari bahan anorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan
hidupnya sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi
makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer)
bahan organik. Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2-2 mm, tetapi ada juga
yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bias berukuran sampai lebih satu
meter (Efendi, 2016).
Mikroskop adalah suatu alat optik yang digunakan untuk melihat benda-
benda berukuran mikro, yang mampu menghasilkan perbesaran hingga ratusan
kali. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut
mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh
mata. Dalam perkembangannya mikroskop mampu mempelajari organisme hidup
yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang,
6

sehingga mikroskop memberikan kontribusi penting dalam penemuan


mikroorganisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi (Marlina, 2021).
Kedua zat hara ini berperan penting terhadap sel jaringan jasad hidup
organisme serta dalam proses fotosintesis. Limbah berupa nitrat dan fosfat dapat
mengakibatkan pengkayaan nutrien di perairan laut. Pertumbuhan fitoplankton
dapat terjadi sangat cepat jika pada perairan terdapat nutrien yang tinggi sehingga
berpotensi merugikan. Menurut Mulyani (2013), bahwa peningkatan populasi
fitoplankton secara berlebihan (algae blooms) dapat terjadi karena kondisi
lingkungan perairan yang mendukung. Nitrogen dan fosfor di dalam sistem
perairan ada dalam berbagai bentuk, namun hanya beberapa saja yang dapat
dimanfaatkan oleh alga dan tumbuhan air. Untuk nitrogen, yang dapat
dimanfaatkan adalah nitrit dan nitrat, untuk fosfor berupa senyawa orto fosfat
(Jones-Lee dan Lee, 2015).

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan diadakannya praktikum Limnologi untuk melakukan teknik percobaan
yang diberikan oleh dosen Limnologi, dan belajar untuk mengetahui bagaimana
mengukur beberapa parameter pada air tawar. Manfaat yang diperoleh dari
praktikum ini adalah mahasiswa dapat membandingkan berbagai parameter air,
umumnya kimia, fisik, biologi dan lainnya yang berkiatan dengan perairan. Oleh
karena itu, penting untuk dilakukan Praktikum Limnologi untuk mengetahui
beberapa perubahan parameter air.
7

II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Gambar 1. Waduk FPK UNRI Gambar 2. Lab. Proper


Praktikum Limnologi ini dilaksanakan dari bulan maret-mei 2023, serta
bertempat di Waduk FPK UNRI dan di Laboratorium Produktivitas Perairan
UNRI, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru.

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat dan Bahan Pemetaan morfometrik dan Debit air
Tabel 1. Alat dan bahan pemetaan morfometrik dan debit air
Alat
Google earth
Timestamp cam
Botol aqua
Tali rapia
Stopwatch

2.2.2 Alat dan Bahan Parameter Fisika dan Kimia


Tabel 2. Alat dan bahan parameter fisika dan kimia
Alat Bahan
Air sampel
Botol BOD
Amylum
Erlenmeyer 200 ml
Cairan H2SO4
Thermometer
Cairan MnSO4
Secchi disk dan Meteran
Cairan NaOH+KI
Suntik
Cairan Nₐ₂S₂O₃ (Na-tio
Pipet Tetes
Sulfat)
Tabung ukur
Cairan Nₐ₂CO₃
Indikator PP
8

2.2.3 Alat dan Bahan Nitat dan Fosfat


Tabel 3. Alat dan bahan nitrat dan
fosfat

Alat Bahan
Termometer Air sampel
Ember Larutan EDTA
Botol Sampel Larutan Sulfanilamid
Pipet Tetes Larutan N-Naptyl
Tabung Erlenmeyer Ammonium Molybdate
Plankton Net SnCl₂
Secci Disk Larutan Blanko
Botol BOD
Kertas Whatman No 42
Spektrofotometer
Vacuum Pump
Meteran

2.2.4 Alat dan Bahan Mikroskop dan Parameter Biologi


Tabel 4. Alat dan bahan mikroskop dan parameter
biologi

Alat Bahan
Mikroskop Air Sampel
Ember
Botol Sampel
Pipet tetes
Hemasitometer
Plankton Net

2.3 Prosedur Praktikum


2.3.1 Pemetaan Morfometrik
Pertama unduh aplikasi google earth di handphone. Setelah terunduh,
buka aplikasinya dan carilah Waduk Fakultas Perikanan dan Kelautan Unri.
Setelah ditemukan, maka kita dapat melihat gambaran Waduk unri. Lalu kita
juga dapat mengukur luas, panjang, lebar serta keliling waduk dengan cara
menandai atau menarik garis disepanjang waduk maka akan tampil angka yang
menyatakan luas atau keliling waduk tersebut.Sebelum turun kelapangan, telah
ditentukan 3 stasiun pengamatan. Setiap berhenti di stasiun pengamatan, kita
harus mengamati komponen apa saja yang kita dapat pada stasiun tersebut.
Catat data tersebut dalam tabel yang telah ditentukan sebelumnya lalu ambil
9

gambar setiap stasiun dengan menggunakan Timestamp cam.

2.3.2 Analisis Debit Air


Persiapkan alat yang akan digunakan untuk mengukur kecepatan arus yaitu
botol aqua yang diikat dengan tali rapia, kemudian lepaskan botol di air yang
berarus serta hitunglah waktu yang diperlukan untuk sampai pada titik yang telah
ditentukan menggunakan stopwatch. Setelah itu hitunglah debit air menggunakan
rumus sebagai berikut :
Debit Air (Q) = V x A =𝑠 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙
𝑇

2.3.3 Analisis Parameter Fisika


Sebelum praktikum di lakukan semua praktikan terlebih dahulu mengikuti respon
praktikum. Langkah selanjutnya adalah mendengarkan asisten praktikum untuk
menjelaskan materi yang akan di praktikkan, sebagai berikut :
a) suhu
Dengan cara Memasukkan Thermometer kedalam air waduk lalu bagian
pangkal di ikat (bukan di ujung raksa) setelahnya Thermometer di tunggu dalam
beberapa saat sampai menujukkan angka yang sesuai (sampai pengukur angka
yang berwarna merah pada Thermometer berhenti) lalu di catat nilainya.
b) kecerahan air
Dengan cara Pinggan Secchi di masukkan ke dalam air waduk sampai
pinggan secchi nya tidak terlihat lalu di ukur, kemuidaan pinggan secchi di tarik
sampai terlihat lalu di ukur. Selanjutnya dimasukkan kedalam rumus kecerahan
air.

2.3.4 Analisis Parameter Kimia


a) Derajat Keasaman (pH)
Dengan cara Mengambil Kertas Lamus di dalam kotak pH inikator, lalu di
masukkan kedalam air waduk setelah kertas lakmus berubah warna nya
selanjutnya kertas lakmus di sesuaikan dengan kotak standar inidakator pH yang
ada, lalu di catat hasilnya.
1

b) Oksigen terlarut (dissolved oxygen = do)


Dengan cara mengambil air menggunakan Botol BOD tanpa bubling
kemudian botol di tutup saat botol BOD masih di dalam air supaya tidak terkena
udara bebas, sedangkan untuk mengukur kadar air dengan cara Mengambil air
menggunakan botol BOD tanpa bubling, kemudian masukkan 2 ml Larutan
MnSO₄ dan 2 ml NaOH+KI dengan menggunakan buret sampai berwarna coklat,
selanjutnya menambahkan larutan H₂SO₄ sebanyak 4 ml menggunakan pipet
tetes lalu di aduk dengan bentuk angka 8 sampai berubah menjadi berwarna
kuning tua. Lalu pindahkan larutan tadi ke dalam elenmeyer 50 ml lalu masukkan
amylum 2-3 kali tetes lalu di aduk perlahan sampai berubah menjadi warna biru
atau berwarna gelap. Kemudian masukkan larutan Na-thiosulfat (Nₐ₂S₂O₃)
sampai berubah menjadi bening, larutan Na-thiosulfat yang terpakai di catat dan
di masukkan kedalam rumus.
c) Karbondioksida (CO₂) Bebas
Dengan cara mengambil air sampel tanpa bubling seperti pada prosedur
Oksigen Terlarut, lalu teteskan 2-3 larutan indikator pnolpthealin, usahakan untuk
berubah menjadi warna pink karna jika hal tersebut terjadi maka titrasi ada CO2
yang terkandung, selanjutnya titrasi dengan larutan Nₐ₂CO₃ 0,0454 N (NaOH
0,0227 N) sampai berubah menjadi warna pink. Lalu catat larutan Nₐ₂CO₃ yang
di gunakan dan masukkan kedalam rumus Karbondioksida Bebas.
d) Aklalinitas
Pipet air sampel sebanyak 50 ml, masukkan kedalam Erlenmeyer, lalu
tambahkan 2 tetes Indicator PP (Pnolpthealin), jika air berubah warna pink, maka
titrasi dengan HCI atau H₂SO₄ 0,002 N, hingga warna pink menghilang menjadi
bening. Jika tidak berubah warna pink, maka tambahkan Indicator BCG +MR
sebanyak 3-4 tetes, lalu titrasi menggunakan titran yang sama sampai berubah dari
warna biru menjadi merah kebiruan

2.3.5 Analisis Nitrat dan Fosfat


a) Prosedur pengukuran nitrat metode cu-cd(APHA, 2012)
Pengukuran nitrat Prosedur pngukuran nitrat adalah sebagai berikut: Air
sampel disaring sebanyak 50 ml menggunakan kertas Whatman No. 42. Air
sampel yang tersaring diambil sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam tabung
1

reaksi lalu ditambahkan 4 tetes larutan EDTA, kemudian sampel dialirkan


menggunakan kolom reduktor Cu-Cd. Setelah itu ditambahkan larutan
sulfanilamid sebanyak 10 tetes dan di tunggu 1-2 menit) 04. Selanjutnya
ditambahkan 10 tetes larutan N-Naptyl dan didiamkan 5-8 menit, kemudian
diukur menggunakan spektrofotometer pada X 543 nm) Untuk pengukuran nitrat
merujuk dari APHA (2012). Pembuatan kurva dari larutan standar seperti pada
Tabel 1. Sampel nitrat diukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
yang sama, dibaca nilai absorban. Dari larutan standar diperoleh persamaan y= a +
bx; dimana y adalah konsentrasi nitrat dan x adalah absorban. Konsentrasi nitrat
pada sampel diperoleh dengan cara memasukkan nilai absorban atau transmitan ke
dalam persamaan regresi.
b) Penentuan orthofosfat dengan metode SnCl₂
Adapun prosedurnya sebagai berikut: Persiapan peralatan gelas dan filter
(semua wadah dan peralatan yang akan digunakan harus benar-benar bersih, bebas
dari kontaminasi P. Bilas peralatan gelas dengan HCI 1N atau 2N, cuci dengan
deterjen (bebas P) dan air, lalu bilas dengan akuades. Cuci lagi dengan deterjen
dan air, bilas dengan akuades. Rendam air filter dalam akuades selama (24 jam
dan keringkan sebelum dipakai. Saring 25-50 ml air sampel tidak lebih dl 2-3 jam
setelah pengambilan sampel air) dengan milipore (0.45μm atau glass fibrefilter,
gunakan vacuum pump). Pipet sebanyak 25 ml air sampel yang telah disaring.
Tambahkan 1ml ammonium molybdate, aduk. Tambahkan 5 tetes SnCl₂, aduk,
diamkan selama 10 menit. Buat larutan blanko dari 25 ml akuades, lakukan
prosedur 3 dan 4. Buat larutan standar orthofosfat dengan konsentrasi 0,01;
0,05;0,10; 0,25; 0.5: 0,75 dan 1mg/L dari larutan standar 5 mg/L-P (seperti pada
cara pembuatan seri standar nitrat). Lakukan prosedur 3 dan 4 Setelah didiamkan
10 menit dan sebelum 12 menit, ukur air sampel dan larutan standar dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 690 nm. (Gunakan akuades untuk set
alat pada 0,000 Absorbance. Larutan blanko seharusnya menunjuk pada 0,000
Absorbance. Bila nilai absorbance blanko ini hanya sedikit diatas 0,000 gunakan
blanko untuk reset alat pada 0,000 A. Dicatat nilai absorbance atau transmitance
yang terbaca
1

2.3.6 Mikroskop dan Analisis Parameter Biologi


Sebelum praktikum di lakukan semua praktikan terlebih dahulu
mengikuti respon praktikum. Langkah selanjutnya adalah mendengarkan
asisten praktikum untuk menjelaskan materi yang akan di praktikkan, lalu
praktikan adan aslab masing masing kelompok pergi ke Waduk FPK untuk
mengambil air sampel, dan membawa alat yang diperlukan, di Waduk
mengambil Air sampel untuk mengidentifikasi Plankton dengan cara
mengambil air menggunakan ember 5liter sebanyak 20 kali, karena untuk
mengambil Plankton membutuhkan air sampel sebanyak 50-100liter. Pada saat
Air di ambil, Planktonnet di goyang-goyangkan agar mikroorganisme
planktonnya tidak menempel pada jaring Planktonnet.
Lalu kembali ke Laboratorium Produktifitas Perairan, disana para
praktikan mencari organisme plankton menggunakan Mikroskop menggunakan
air sampel plankton yang telah di ambil dan akan diamati, dengan
menggunakan pipet tetes berukuran 1 mL, lalu dimasukkan ke dalam objek
glass (SCR). Pengamatan plankton dilakukan pada hemasitometer kemudian
diamati dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40x. Selanjutnya
jenis-jenis plankton yang ditemukan dicatat nama spesies dan jumlahnya.
13

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Pembahasan


Dalam Praktikum Limnologi, di dapatkan beberapa hasil yang di ketahui
sebagai berikut :
3.1.1 Pemetaan Morfometrik
Adapun hasil yang kami dapatkan dari praktikum ini sebagai berikut.
Tabel 5. Morfometrik Waduk

Logo Keterangan
Stasiun 1
Terdapat beberapa sampah plastik yaitu botol plastik,

plastik bungkus makanan, sedotan dan lainnya.
Terdapat sebuah perahu kayu kecil yang sudah rusak

dan mulai tenggelam.

Terdapat tumbuhan seperti pakisan, pohon petai cina



dan tumbuhan- tumbuhan rumput lainnya.
Separuh permukaan air tertutupi oleh tumbuhan

kiapu.
Terdapat sebuah pipa yang berada ditengah perairan

yang hanya memperlihatkan ujungnya saja.
Keadaan Pada pukul 17.31 WIB a i r p a d a w a d u k keruh, bau
perairan amis, rasa air tawar, cuaca berawan
Stasiun 2

Terdapat beberapa sampah plastik yaitu botol plastik,



plastik bungkus makanan, sedotan dan lainnya.
♦ Terdapat beberapa hewan seperti capung dan lintah

Terdapat lumut pada batu dan semen waduk, serta



daun ubi yang telah layu di permukaan perairan.
Bagian tepi dan didekat aliran air kebawah,permukaan air

tertutupi oleh beberapa tumbuhan kiapu.
Keadaan Pada pukul 17.38 WIB air pada waduk keruh, bau
perairan amis, rasa air tawar, dan cuaca berawan
1

Stasiun 3
Terdapat beberapa sampah plastik yaitu botol plastik,

plastik bungkus makanan, sedotan dan lainnya.

Terdapat beberapa hewan seperti capung dan terdapat



juga ikan – ikan kecil.

Terdapat tumbuhan seperti pakisan, daun kering dan



tumbuhan- tumbuhan rumput lainnya.
Separuh permukaan air tertutupi oleh tumbuhan

kiapu.
Keadaan Pada pukul 17.38 WIB air pada waduk keruh, bau amis, rasa
perairan air tawar, dan cuaca berawan
Pembahasan :
Berdasarkan hasil diatas, didapatkan pembahasan sebagai berikut.
Stasiun 1
Pada praktikum di stasiun 1 di Waduk FPK UR, dengan titik koordinat
0,48013904 N 101,38386578 E. Pada hari jum’at, 5 mei 2023 pukul 17.31 WIB
dengan kondisi perairan diketahui warna air waduk keruh, bau pada air waduk
amis, rasanya air tawar serta cuaca yang berawan.
Berdasarkan praktikum didapatkan komponen yaitu Komponen Biotik yang
berupa ikan, kiapu, keong, dam semut. Komponen Abiotik yang berupa pasir,
batu, dan kayu. Dan yang terakhir ada Limbah yaitu botol plastik, sampah rokok,
dan sampah kain.
Stasiun 2
Pada praktikum di stasiun 2 di Waduk FPK UR, dengan titik koordinat
0,48014864 N 101,38385735 E. Pada hari jum’at, 5 mei 2023 pukul 17.31 WIB
dengan kondisi perairan diketahui warna air waduk keruh, bau pada air waduk
tidak amis, rasanya air tawar serta cuaca yang berawan. Berdasarkan praktikum
didapatkan komponen yaitu Komponen Biotik yang berupa ikan, kiapu, keong,
dam lumut. Komponen Abiotik yang berupa pasir, dan batu. Dan yang terakhir
ada Limbah yaitu sampah rokok.
Stasiun 3
Pada praktikum di stasiun 1 di Waduk FPK UR, dengan titik koordinat
0,48013106 N 101,38398792 E. Pada hari jum’at, 5 mei 2023 pukul 17.31 WAIB
1

dengan kondisi perairan diketahui warna air waduk keruh, bau pada air waduk
amis, rasanya air tawar serta cuaca yang berawan.
Berdasarkan praktikum didapatkan komponen yaitu Komponen Biotik yang
berupa ikan, kiapu, capung, daun, dan semut. Komponen Abiotik yang berupa
pasir, batu. Dan yang terakhir ada Limbah yaitu gelas plastik, stearofom, dan
spanduk.

3.1.2 Debit Air


Tabel 5. Data debit air
Panjang waduk 3,80 Meter
Lebar waduk 2,32 Meter
Waktu 55,18 Detik
Debit Air 798,729,6 Liter/ Menit
Pembahasan :
Praktikum debit air dilakukan dengan cara mengukur panjang serta lebar
daerah waduk yang telah ditentukan menggunakan tali rapia, lalu ukur
menggunakan meteran. Didapat panjang waduk 3,80 Meter (380 cm) dan lebar
waduk 2,32 Meter (232 cm), lalu di kalikan dan mendapatkan hasil yaitu 8,816
Meter (88.160 cm).
Selanjutnya siapkan botol aqua yang telah diikat tali rapia untuk mengukur
kecepatan arus, kemudian lepaskan pada air yang berarus sambil di hitung
waktunya untuk mencapai titik yang telah di tentukan menggunakan stopwatch,
waktu yang didapatkan 55,18 detik. Setelah didapatkan data, hitunglah debit air
menggunakan rumus debit air, dan didapatkanlah hasil 798,729,6 Liter/ Menit.

3.1.3 Analisis Parameter Fisika dan


Kimia Tabel 6. Hasil parameter fisika
air
Parameter Fisika Hasil
Kecerahan air 100 cm atau 1 meter
Suhu 30°C
Pembahasan :
1) suhu
Pengukuran suhu permukan perairan diwaduk FPK UNRI dilakukan dengan
menggunakan thermometer dengan cara mencelupkan thermometer kedalam
1

perairan. Setelah thermometer menunjukkan angka yang konstan, maka baca


hasilnya. Dalam praktikum ini menghasilkan suhu permukaan air di waduk adalah
300C
2) kecerahan
Dalam pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi disk
dengan cara menurunkan secchi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak,
yakni warna hitam pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian ukur panjangnya
dengan meteran atau penggaris panjang, dalam praktik ini jarak hilang yang
dihasilkan adalah 110 cm . Setelah itu, secara perlahan tarik secchi disk keatas
hingga warna hitam pada secchi disk tersebut kembali terlihat lalu ukur juga
berapa panjangnya, ini adalah batas tampak. Dalam praktikum ini menghasilkan
jarak tampak sebesar 90 cm. Setelah nilai batas tampak dan nilai batas tidak tapak
telah diperoleh, maka hasil tersebut diamasukkan kedalam rumus untuk
menghitung kecerahannya, yakni 100 cm atau 1 meter.

3.1.4 Analisis Parameter Kimia


Tabel 7. Hasil parameter kimia air

Parameter Fisika Hasil


Derajat keasaman (pH)
6 asam
Oksigen terlarut (DO)
16,76 mg/ɭ
Karbondioksida (CO²)
3,99 mg/ɭ
bebas
6 mg/ɭ
Aklalinitas
Pembahasan :
a) Derajat keasaman (pH)
Dalam pengukuran pH perairan menggunakan kertas pH dan pH meter
dengan cara mencelupkan kertas pH kedalam perairan lalu amati perubahan yang
terjadi pada kertas tersebut dan sesuaikan dengan menggunakan pH meter.
Adapun pH perairan yang diperoleh adalah 6. Ini artinya pH perairan waduk FPK
adalah asam.
b) Oksigen terlarut
Pada pengukuran O2 terlarut (DO) menggunakan larutan tiosulfat dan air
didalam tabung enlemeyer dengan cara titrasi. Pada praktikum ini larutan tiosulfat
1

yang digunakan adalah sebanyak 4,15 ml dan volume air adalah 50 ml. Dari
perhitungan dengan mengunnakan rumus di dapatkan hasil yaitu 16,76 mg/ɭ.

c) Karbondioksida Bebas
Pada pengukuran CO2 bebas menggunakan larutan Na2CO3 dan air didalam
tabung enlemeyer dengan cara titrasi. Pada praktikum ini larutan Na2CO3 yang
digunakan adalah sebanyak 4 tetes (0,2 ml) dan volume air adalah 25 ml. untuk
menghitung CO2bebas. Dari perhitungan dengan mengunnakan rumus di
dapatkan hasil yaitu 3,99 mg/ɭ.

d) Alkalinitas
Pada pengukuran Alkalinitas menggunakan air sampel 50 ml dan 2 tetes
indikatr pp, jika tidak berubah warna maka titrasi dengan HCL hingga berubah
warna. Dari perhitungan dengan mengunnakan rumus di dapatkan hasil yaitu 6
mg/ɭ.

3.1.5 Analisis Nitrat dan Fosfat


Tabel 8. Hasil Kualitas Air
Hasil Kualitas Air Satuan
Suhu 30°C
Kecerahan 77,5
Karbiondioksida (CO2) Bebas 3,99 mg/l
Pembahasan :
a) Suhu
Suhu permukaan air di Waduk FPK UNRI diukur dengan Thermometer.
Ketika thermometer menunjukkan angka konstan, baca hasilnya. Di sini, suhu
permukaan air di waduk adalah 30°C.
b) Kecerahan
Kecerahan yang didapat dari praktikum ini adalah 77,5 cm. Dapat dijelaskan
bahwa jarak yang hilang adalah 87 cm, sehingga jarak yang terlihat adalah 68 cm.
Setelah diperoleh jarak hilang dan jarak tampaknya, hasil tersebut dimasukkan ke
dalam rumus untuk menghitung kecerahan yaitu 77,5 cm.
1

c) Karbondioksida (CO₂) Bebas


Saat mengukur CO2 bebas dengan larutan Na2CO3 dan air dalam tabung
Enlemeyer dengan titrasi. Larutan Na2CO3 yang digunakan dalam lab ini
sebanyak 4 tetes (0,2mL) dan volume airnya 25mL Hitung CO2 bebas.
Perhitungan menggunakan rumus menghasilkan 3,99 mg/ɭ.

Tabel 9. Hasil Identifikasi Plankton


Identifikasi Plankton
Pinnollaria Sp.
Navicula
Synedra acus
Sceletonema
Pembahasan :
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan 4 spesies
plankton, yaitu Pinnollaria Sp, Navicula Sp., Synedra acus, Sceletonema.
Keterkaitan antar parameter lingkungan perairan terhadap kelimpahan
fitoplankton dan zooplankton adalah parameter perairan suhu, karbondioksida
(CO₂) bebas, dan kecerahan perairan. Parameter lingkungan perairan sangat
memengaruhi kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di suatu perairan.

3.1.6 Mikroskop
a) Mikroskop Olympus

Gambar 3. Mikroskop Olympus


Mikroskop Olympus sudah cukup dikenal sebagai brand yang berfokus
pada urusan lensa optical. Mikroskop Olympus dengan spesifikasi sebagai
berikut:

Kepala : Teropong 30⁰ miring dan dapat diputar 360⁰


Lensa mata : FOV 10x20mm
Penutup hidung : Terbalik, empat kali lipat
1

Tujuan : Rencanakan Minyak Achromat 4x, 10x, 40x, 100x


Kondensor : 1,25 TA
Panggung : Tahap mekanis tanpa rak
Fokus : Sistem fokus kasar/halus koaksial
Penerangan : Variabel Penerangan LED dengan
dudukan kabelHarga : Rp. 25.450.000

3.1.7 Analisis Parameter Biologi


Tabel 9. Hasil Identifikasi Plankton
Identifikasi Plankton
Pinnollaria Sp.
Navicula
Synedra acus
Sceletonema
Pembahasan :
Pinnollaria Sp. Navicula Sp.

Gambar 4. Pinnollaria Sp. Gambar 5. Navicula Sp.


Klasifikasi : Klasifikasi :
Divisi : Eukaryota Devisi : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Ochrophytina Ordo : Pennales
Famili : Gyrista Famili : Naviculaceae
Genus : Pinnulariaceae Genus : Naviculu
Spesies : Pinnularia Sp. Spesies : Navicula Sp.
2

Gambar 6. Synedra acus Gambar 7. Sceletonema Sp.


Divisi : Bacillariophyta Divisi : Griysta
Kelas : Bacillariophyceae Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales Ordo : Thalassiosirales
Famili : Diatomaceae Famili : Skeletonemataceae
Genus : Synedra Genus : Sceletonema
Spesies : Synedra acus Spesies: Sceletonema Sp.
21

DAFTAR PUSTAKA

Abidah, I. Wahyuni. 2013. Struktur Komunitas dan Kelimpahan Fitoplankton di


Perairan Muara Sungai Porong Sidoarjo. Jurnal Kelautan: 3(1), 39-90.
Adharini, R. I. 2021. Struktur Komunitas dan Kelimpahan Fitoplankton dan
Zooplankton pada Musim Penghujan di Zona Intertidal Pantai Selatan
Yogyakarta. Jurnal Kelautan Tropis: 24(2), 167-176.
Agustina, Sri. S. 2016. Keanekaragaman Fitoplankton Sebagai Indikator Tingkat
Pencemaran Perairan Teluk Lalong Kota Luwuk. Jurnal Perikanan dan
Kelautan: 7(2), 1-7.
Arizuna, Mutiara. 2014. Kandungan Nitrat dan Fosfat Dalam Air Pori Sedimen di
Sungai dan Muara Sungai Wedung Demak. Jurnal Perikanan dan
Kelautan: 3(1), 7-16.
Gurning, L. F. Pitaloka. 2020. Kelimpahan Fitoplankton Penyebab Harmful Alga
Bloom di Perairan Desa Bedono, Demak. Jurnal Perikanan dan Kelautan:
9(3), 251-260.
Iswanto, C. Y. 2015. Analisis Kesuburan Perairan Berdasarkan Keanekaragaman
Plankton, Nitrat dan Fosfat di Sungai Jali dan Sungai Lereng Desa
Keburuhan, Purworejo. Jurnal Perikanan dan Kelautan: 4(3), 84-90.
Mahyudi, I. S. 2021. Pemetaan Potensi Biodiversitas Ikan di Daerah Hulu Sungai
Sambas dan Danau Kurapan Desa Sepantai, Kalimantan Barat. Jurnal
Mina Sains: 7(1), 9-19.
Munthe, Y. V. 2013. Struktur Komunitas dan Sebaran Fitoplankton di Perairan
Sungsang Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan: 4(1), 122-130.
Patty, S. I. 2021. Analisis Kualitas Perairan Bolaang Mangondow, Sulawesi Utara
Berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia Air Laut. Jurnal Kelautan Tropis:
24(1), 113-122.
Patty, Simon. I. 2015. Karakteristik Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut Di
Perairan Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis:
2(1), 1-8.
2

Permana, A. Panji. 2019. Analisis Kedalaman dan Kualitas Air Tanah di


Kecamatan Sipatan Kota Gorontalo Berdasarkan Parameter Fisika dan
Kimia. Jurnal Teknik Lingkungan: 5(1), 45-55.
Pratama, H. A. 2021. Prediksi Debit Aliran Masuk ke Telaga Menjer
Menggunakan Persamaan Neraca Air dan Pemodelan Hec-hms. Jurnal
Teknik Hidraulik: 12(2), 119-132.
Ramayanti, L. A. 2015. Pemetaan Tingkat Lahan Kritis Dengan Menggunakan
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Jurnal Geodesi Undip:
4(2), 200-208.
Ridoan, R. 2016. Morfometri Danau Kelapa Gading Kota Kisaran, Kabupaten
Asahan Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Manajemen Sumberdaya
Perairan: 5(2), 77-84.
Rumanti, M. 2014. Hubungan Antara Kandungan Nitrat dan Fosfat Dengan
Kelimpahan Fitoplankton di Sungai Bremi Kabupaten Pekalongan. Jurnal
Perikanan dan Kelautan: 3(1), 168-176.
Salim, Dafiuddin. 2017. Karakteristik Parameter Oseanografi Fisika dan Kimia
Perairan Pulau Kerumputan Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.
Jurnal Perikanan dan Kelautan: 2(2), 218-228.
Sari, T. Ersti Yulika. 2013. Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah
Penangkapan Ikan Perairan Selatan Asam Kabupaten Kepulauan Meranti
Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan: 14(1), 88-100.
Singkam, A. Rahman. 2021. Perbandingan Kualitas Air Sumur Galian dan Bor
Berdasarkan Parameter Kimia dan Parameter Fisika. Jurnal Pendidikan
Biologi Sains: 4(2), 155-165.
Yuniarti, N. 2020. Pengaruh Debit Air Terhadap Tegangan Output Pada
Pembangkit Listrik Tenaga Pico hydro. Jurnal Edukasi Elektro: 4(1), 75-
81.
23

LAMPIRAN
24

Lampiran 1. Lokasi Praktikum

Waduk fakultas perikanan dan kelautan

Laboratorium Produktivitas Perairan


25

Lampiran 2 Alat dan Bahan

Pemetaan Morfometrik dan Debit Air

Google earth Timestamp cam Stopwatch

Tali Rafia Botol bekas

Analisis Parameter Fisika dan Kimia

Erlenmeyer Pipet tetes


2

Cairan NaS2O3 Cariran Na2CO3

Secchi disk Bahan dan alat lainnya

Thermometer Tabung ukur


2

Analisis Nitrat dan Fosfat

Vaccum Pump Pipet Tetes Botol Sampel

Plankton Net Ember Botol BOD

Secchi disk

Tabung Erlenmeyer Thermometer


2

Spektrofotometer Kertas Whatman No 42


Meteran

SnCl₂ Larutan Blanko Larutan N-Naptyl

Ammonium Molybdate Larutan EDTA Larutan Sulfanilamid


2

Air Sampel

Mikroskop dan Parameter Biologi

Mikroskop Pipet Tetes Botol dan Air Sampel

Hemasitometer
Plankton Net Ember
3
31

Lampiran 3. Kegiatan Praktikum

Pemetaan Morfometrik dan Debit Air

Stasiun 1 Stasiun 2

Stasiun 3 Mengukur Kecepatan arus

Foto Kelompok 4
3

Analisis Parameter Fisika dan Kimia

Kecerahan Suhu

Pengambilan sampel tanpa bubling Oksigen terlarut (DO)

Karbondioksida (CO2) Bebas Alkalinitas


33

Analisis Nitrat dan Fosfat

Kecerahan Pengukuran Nitrat

Pengambilan sampel plankton Pengukuran Fosfat

Mikroskop dan Parameter Biologi

Pengambilan air sampel plankton Pengamatan Plankton menggunakan


Hemasitometer
34
3

Lampiran 4. Hasil Perhitungan

Nitrat dan Fosfat

 Suhu = 30°C
 Kecerahan = Jarak Hilang + Jarak Tampak
2
= 87+68
2
= 77,5 cm
 Karbondioksida (CO₂) Bebas = A×N×44/2 ×1000
v
= 0,2×0,0227× 44/2 ×1000
25
= 3,99 mg/ɭ

Analisis Parameter Fisika dan Parameter Kimia

Kecerahan Air = Jarak Hilang (cm) + Jarak Tampak (cm)


2
= 110 + 90
2

2 = 100 cm (1 meter.)

Diketahui: Oksigen Terlarut = a×N×8000


a:VolumetitranNa-Thiosulfat (ml) : (0,5+0,7) = 1,2 ml 𝑉−𝑐
b× ( )
N:Normalitas larutanthiosulfate (0,025 N) 𝑉
b: Ml sampel yang digunakan
V: Volume Botol BOD =4,15 ×0,025×8000
c: Ml reagen yang digunakan (MnSO4, NaOH+KI, H2SO4, Pekat)50 ml× (100−2,8
100
)
= 830
4,99

= 16,03 mg/ɭ

Diketahui :
CO₂ Bebas
A : Volume titran Nₐ₂CO₃ yang terpakai (ml) = A×N×44×1000
2
N : Normalitas larutan (0,0454 N) V : Volume sampel v

= 0,2×0,0227×44×1000
2
25
= 3,99 mg/ɭ
3

Diketahui : Alkalinitas pp= A×N titran×100×1000


A : Volume titran Nₐ₂CO₃ yang terpakai (ml) 2
Ml sampel
N : Normalitas larutan (0,0454 N) V : Volume sampel
= 0,3×0,02×100×1000
2
50
= 6 mg/ɭ

Debit Air

Debit Air (Q) = V x A


𝑠𝑥𝑝𝑥𝑙 3,80𝑚 𝑥 8,57𝑚 𝑥 2,32𝑚
= =
𝑇 55,18𝑠
= 77,14 𝑚
= 1,4003 m/s
55,18 𝑆
= 798,729,6 liter/menit.
3

Lampiran 5. Review Jurnal 1)

Judul Analisis Kualitas Perairan Bolaang Mangondow,


Sulawesi Utara Berdasarkan Parameter Fisika
dan Kimia Air Laut
Jurnal Kelautan Tropis
Volume dan Halaman Vol.24, No.1, 2021:113-122
Tahun 2021
Penulis Simon I. Patty
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk mengukur kualitas perairan berdasarkan
parameter fisika – kimia air laut.
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah perairan
Bolaang Mongondow pada Februari 2019.
Parameter fisika-kimia yang dianalisis di
antaranya yaitu: suhu, kecerahan, salinitas,
fosfat, oksigen terlarut (DO), nitrat dan pH.
Setiap stasiun penelitian ditentukan posisinya
menggunakan alat GPS Garmin handportable
Map 60 CSx.
Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh yaitu suhu air berkisar
antara 28,6 - 29,3 oC; salinitas 28,0-32,5 o/oo;
kecerahan 7,0-14,5 m; pH 7,36-7,80; oksigen
terlarut 4,83-6,41 ppm; fosfat 0,005-0,0230 mg/l
dan nitrat 0,005-0,0090 mg/l. Oksigen terlarut
dan fosfat yang terdapat di permukaan dan dekat
dasar laut menunjukkan adanya perbedaan nyata
(t-hit>t-tab) dengan menggunakan analisis uji t.
Berdasarkan nilai indeks pencemaran
menunjukkan perairan Bolaang Mongondow
berada dalam kondisi baik hingga tercemar
ringan.
2)
Judul Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah
Penangkapan Ikan Perairan Selatan Asam
Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau
Jurnal Perikanan dan Kelautan
Volume dan Halaman Vol.17, No.1, 2013:88-100
Tahun 2013
Penulis T. Ersti Yulika Sari
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi parameter perairan, ditinjau dari
parameter fisika antara lain suhu, kecepatan arus,
3

kecerahan, kedalaman dan salinitas dan


parameter kimia antara lain oksigen terlarut,
derajat keasaman, nitrat dan fosfat perairan Selat
Asam Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan
Meranti.
Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode survey. Adapaun data yang
diambil terdiri dari data lapangan parameter
perairan. Selain itu juga dilakukan pengambilan
sampel air untuk analisis nitrat dan fosfat
dilaboratorium.
Hasil Penelitian Kondisi parameter lingkungan perairan di
perairan Selat Asam mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda. Secara keseluruhan suhu
perairan di lokasi penelitian tidak mengalami
perbedaan yang mencolok dan masih
mendukung untuk berjalannya aktifitas
organisme perairan. Ini disebabkan karena
jumlah panas yang diterima dari sinar matahari
merata disepanjang perairan. Arus yang terjadi di
perairan Selat Asam merupakan arus pasang dan
arus surut. Kecepatan arus selama penelitian di
daerah penelitian baik itu pada waktu pasang
maupun surut berkisar antara 0,34-0,77 m/detik.

3)
Judul Karakteristik Parameter Oseanografi Fisika -
Kimia Perairan Pulau Kerumputan Kabupaten
Kotabaru Kalimantan Selatan
Jurnal Perikanan dan Kelautan
Volume dan Halaman Vol.2, No.2, 2017:218-228
Tahun 2017
Penulis Dafiuddin Salim
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik parameter fisika dan kimia perairan
Pulau Kerumputan.
Metode Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan
Juni-Agustus 2017 di perairan Pulau
Kerumputan Kabupaten Kotabaru dengan
wilayah pengamatan didasarkan pada sebaran
terumbu sekitar pulau. Data primer dalam studi
ini merupakan data yang diperoleh dari
pengamatan langsung di lokasi penelitian
melalui survei.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini didapatkan suhu pada kisaran
27-300C, salinitas 28-29 ‰, perairan cukup
3

keruh dan terlindung dari gelombang, kecepatan


arus yang relatif kuat, nutrient Nitrat 0,4-1,5
mg/l dan Posfat 0,09-0,15 mg/l, nilai rerata
ukuran butir substrat (mean) 1,214 dengan
tekstur pasir. Hasil analisa ini secara umum
menunjukkan kondisi baik dan cocok untuk
kehidupan biota laut sesuai standar baku mutu
yang sudah ditetapkan oleh Kementrian Negara
Lingkungan Hidup (Kepmen LH) No. 51 Tahun
2004.

4)
Judul Perbandingan Kualitas Air Sumur Galian dan
Bor Berdasarkan Parameter Kimia dan
Parameter Fisika
Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains
Volume dan Halaman Vol.4, No.2, 2021:155-165
Tahun 2021
Penulis Abdul Rahman Singkam
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
membandingkan kualitas air sumur gali dan air
sumur bor yang ada di sekitar kampus UNIB
Kandang Limun.
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif untuk menganalisis 60 sampel, terdiri
dari 30 sampel air untuk masing-masing sumur
galian dan sumur bor.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menemukan bahwa hanya
35% sampel yang memenuhi baku mutu air kelas
I. Sampel tersebut terdiri dari 7 sampel sumur
gali dan 14 sampel sumur bor. Sebagian besar
sampel (53%) memiliki pH yang asam, di bawah
6.5, sedangkan 12% sampel lainnya tidak
memenuhi baku mutu dari aspek TDS, DHL,
atau keduanya. Nilai pH air sumur gali
signifikan lebih rendah (lebih asam)
dibandingkan air sumur bor (p <0.0001,
F1,58=27.28), namun nilai TDS dan DHL pada air
sumur bor signifikan lebih tinggi (p < 0.01,
F1,58=9.09 untuk TDS; p < 0.001, F1,58=15,89
untuk DHL). Simpulan, kualitas air sumur bor di
kawasan Kampus Kandang Limun lebih baik
dibandingkan dengan kualitas air sumur gali.
4

5)
Judul Analisis Kedalaman dan Kualitas Air Tanah di
Kecamatan Sipatan Kota Gorontalo Berdasarkan
Parameter Fisika dan Kimia
Jurnal Teknik Lingkungan
Volume dan Halaman Vol.5, No.1, 2019:45-55
Tahun 2019
Penulis Aang Panji Permana
Reviewer Dio Rayhansyah Pane
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui posisi kedalaman muka air
tanah dari muka air laut dan mengetahui kualitas
air tanah berdasarkan parameter fisika dan kimia.
Metode Penelitian Terbagi menjadi dua yakni metode survey
lapangan dan analisi laboratorium.
Hasil Penelitian Hasil analisis menunjukkan perbandingan hasil
pengamatan parameter fisika air (warna, bau dan
rasa) dari dua tahap menunjukkan 18 sumur atau
36% yang berubah secara fisika. Analisis
laboratorium untuk parameter kimia sampel air
sumur nomor 15 memenuhi syarat untuk air
minum baik kandungan arsen, besi maupun
nitrat.

6)
Judul Struktur Komunitas dan Sebaran
Fitoplankton di Perairan Sungsang
Sumatera Selatan
Jurnal Ilmu Kelautan
Volume dan Halaman Vol.4, No.1, 2013:122-130
Tahun 2013
Penulis Yunita Veronika Munthe
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui keragaman, kelimpahan,
sebaran, dan menentukan struktur komunitas
fitoplankton di perairan Sungsang serta
menentukan sebaran parameter fisika kimia
perairan di daerah Sungsang.
Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan di perairan Sungsang
dibagi atas 10 stasiun penelitian. Pembagian
stasiun didasarkan pada beberapa tempat yang
kemudian dimasukkan ke dalam cool box.
Selanjutnya akan dianalisis di laboratorioum
untuk mengetahui kandungan nitrat dan fosfat
yang terkandung dalam sampel air tersebut.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
4

fitoplankton yang ditemukan tersusun atas 4


kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae,
Chlorophyceae, Dinoflagellata dan
Cyanophyceae. Genus yang paling umum
dijumpai adalah Coscinodiscus,
Skeletonema, Streptotheca, dan Desmidium.
Nilai kelimpahan fitoplankton pada setiap
stasiun berkisar antara 48 sel/l sampai 206
sel/l. Indeks Keanekaragaman (H’) berkisar
antara 0,92 – 2,77, Indeks Keseragaman (E)
berkisar antara 0,48 – 0,87, dan Indeks
Dominansi (C) berkisar antara 0,19 – 0,66.
Parameter fisika kimia yang terdiri dari suhu,
salinitas, pH, nitrat dan fosfat masih
tergolong baik tetapi kecerahan dan DO
tergolong kurang baik.

7)
Judul Kelimpahan Fitoplankton Penyebab Harmful
Alga Bloom di Perairan Desa Bedono, Demak
Jurnal Perikanan dan Kelautan
Volume dan Halaman Vol.9, No.3, 2020:251-260
Tahun 2020
Penulis Lestari Febrian Pitaloka Gurning
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk melakukan identifikasi serta menghitung
kelimpahan fitoplankton penyebab HAB di
perairan desa Bedono, Demak.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survey yang bersifat eksploratif
dan bertaraf deskriptif dengan tujuan untuk
mengetahui gambaran suatu objek pengamatan
dan dapat menjelaskan perkembangan yang
terjadi pada kondisi pengamatan.
Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini ditemukan 2 kelas
fitoplankton penyebab Harmful Algal Bloom
(HAB), yaitu Bacillariophyceae dan
Dinophyceae dengan 9 genus fitoplankton
penyebab Harmful Algal Bloom (HAB).
Kelimpahan fitoplankton penyebab Harmful
Algal Bloom (HAB) < 2.000 ind/L dimana
termasuk kedalam kondisi kesuburan rendah
(Oligotrofik). Parameter lingkungan seperti suhu,
salinitas, DO, pH, nitrat dan fosfat. di perairan
desa Bedono masih memenuhi batas optimum
pertumbuhan fitoplankton.
4

8)
Judul Struktur Komunitas dan Kelimpahan
Fitoplankton di Perairan Muara Sungai Porong
Sidoarjo
Jurnal Kelautan
Volume dan Halaman Vol.3, No.1, 2013:39-90
Tahun 2013
Penulis Indah Wahyuni Abidah
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui struktur komunitas dan
kelimpahan fitoplankton dan faktor yang
mempengaruhi di perairan muara sungai Porong
Sidoarjo.
Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan dengan metode
deskriptif yang bersifat ex post facto. Analisis
sampel air dilakukan di Laboratorium Tanah dan
Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas
Trunojoyo.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa Struktur
komunitas fitoplankton yang ada di perairan
muara Sungai Porong terdapat 2 kelas yaitu
Bacillariophyceae (14 genera) dan Dinophyceae
(2 genera) dengan kelimpahan berkisar antara
18.077 sel/L - 29.305 sel/L. Indeks
Keanekaragaman menunjukkan kestabilan
populasi rendah dengan indeks keseragaman
yang rendah sehingga tidak ada dominansi
species. Faktor yang mempengaruhi kelimpahan
fitoplankton adalah tingkat kecerahan perairan
yang rendah akibat tingginya bahan tersuspensi.

9)
Judul Keanekaragaman Fitoplankton Sebagai Indikator
Tingkat Pencemaran Perairan Teluk Lalong Kota
Luwuk
Jurnal Perikanan dan Kelautan
Volume dan Halaman Vol.7, No.2, 2016:1-7
Tahun 2016
Penulis Sri Sukari Agustina
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk menganalisis keanekaragaman
fitoplankton sebagai indikator tingkat
pencemaran perairan Teluk Lalong Kota Luwuk.
Metode Penelitian Metode pengambilan data dalam penelitian ini
4

adalah metode survei dan laboratories.


Pengambilan sampel fitoplankton di perairan
Teluk Lalong Kota Luwuk dilakukan pada enam
titik sampling menggunakan metode sampel
random.
Hasil Penelitian Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa
jenis fitoplankton yang didapatkan di perairan
Teluk Lalong Kota Luwuk ada 21 spesies yang
secara keseluruhan didominasi dari jenis
Nitzschia closterium, Gonatozygon monotenium
dan Goniodoma sp. Rata-rata nilai Indeks
Keanekaragaman dari enam stasiun (S1, S2, S3.
S4, S5 dan S6) berkisar antara 0,62-1,06.
Berdasarkan rata-rata nilai Indeks
Keanekaragaman fitoplankton, perairan Teluk
Lalong dikategorikan tercemar sedang dan
tercemar berat. Data penunjang parameter
kualitas air di perairan Teluk Lalong Kota
Luwuk yang meliputi suhu, pH, salinitas dan
kecerahan masih dalam kisaran normal untuk
kehidupan fitoplankton.

10)
Judul Analisis Kesuburan Perairan Berdasarkan
Keanekaragaman Plankton, Nitrat dan Fosfat di
Sungai Jali dan Sungai Lereng Desa Keburuhan,
Purworejo
Jurnal Perikanan dan Kelautan
Volume dan Halaman Vol.4, No.3, 2015:84-90
Tahun 2015
Penulis Claudi Yolanda Iswanto
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kesuburan perairan
berdasarkan kelimpahan dan keanekaragaman
fitoplankton dan zooplankton yang berada di
Sungai Jali dan Sungai Lereng Purworejo dan
mengetahui hubungan kadar nitrat dan fosfat
dengan kelimpahan fitoplankton di perairan
Sungai Jali dan Sungai Lereng Purworejo.
Metode Penelitian Metode sampling yang digunakan yaitu metode
metode acak. Penelitian ini dilaksanakan pada
lima stasiun yang berbeda selama tiga kali waktu
sampling dimana stasiun 1 merupakan hulu
sungai, stasiun 2 merupakan representasi
pengaruh hulu dan pasang surut, stasiun 3
merupakan muara sungai, stasiun 4 di dekat
lokasi pertambakan, dan stasiun 5 di dekat
4

aktivitas nelayan. Penelitian dilakukan pada


bulan Desember 2014.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan
fitoplankton di sungai Jali dan sungai Lereng
berkisar 3.503 – 12.165 ind/l berdasarkan
kelimpahan fitoplankton menunjukkan bahwa
perairan sungai Jali dan sungai Lereng tergolong
tingkat kesuburannya sedang atau mesotrofik.
Jenis fitoplankton yang ditemukan pada sungai
Jali dan sungai Lereng Purworejo selama
pengamatan terdiri dari 3 kelas yaitu kelas
Bacillariophyceae, Chlorophyceae dan
Cyanophycae serta terdiri dari 20 genera. Jenis
zooplankton terdiri dari 2 filum yaitu filum
Protozoa dan filum Crustacea, serta terdiri dari 8
genera. Kandungan nitrat berkisar 0,3 – 1,6 mg/l
dan kandungan fosfat berkisar 0,04 – 0,7 mg/l.
Nitrat memiliki korelasi sebesar 0,619 terhadap
kelimpahan fitoplankton, hal tersebut berarti
nitrat memiliki hubungan positif kuat dan fosfat
memiliki korelasi sebesar 0,596 terhadap
kelimpahan fitoplankton, hal tersebut berarti
fosfat memiliki hubungan positif sedang.

11)
Judul Kandungan Nitrat dan Fosfat Dalam Air Pori
Sedimen di Sungai dan Muara Sungai Wedung
Demak
Jurnal Perikanan dan Kelautan
Volume dan Halaman Vol.3, No.1, 2014:7-16
Tahun 2014
Penulis Mutiara Arizuna
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kandungan nitrat dan fosfat
dalam air pori sedimen antara sungai dan muara
Sungai Wedung Demak.
Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif. Metode pengambilan air pori sedimen
dan kualitas air dilakukan pada pagi hari sekitar
pukul 07.00 WIB dan siang hari sekitar pukul
12.30 WIB. Titik sampling terdiri dari dua
ekosistem yaitu sungai dan muara.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kandungan unsur hara pada air pori
sedimen di sungai maupun muara Sungai
Wedung Demak. Oksigen terlarut, suhu, pH, dan
4

kecerahan adalah faktor-faktor lingkungan yang


mempengaruhi kandungan nitrat dan fosfat pada
air pori sedimen.

12)
Judul Hubungan Antara Kandungan Nitrat dan Fosfat
Dengan Kelimpahan Fitoplankton di Sungai
Bremi Kabupaten Pekalongan
Jurnal Perikanan dan Kelautan
Volume dan Halaman Vol.3, No.1, 2014:168-176
Tahun 2014
Penulis Menur Rumanti
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kandungan nitrat dan fosfat,
kelimpahan fitoplankton serta hubungan antara
nitrat dan fosfat dengan kelimpahan fitoplankton
di Sungai Bremi.
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah survei lapangan
dengan teknik pengambilan sampel secara
purposive sampling. Kegiatan sampling
dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval waktu
selama 3 minggu. Pengambilan sampel
dilakukan pada 3 stasiun yang berbeda.
Masingmasing stasiun terdiri dari 3 titik.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan kandungan nitrat
di Sungai Bremi berkisar antara 0,81 mg/l – 0,99
mg/l. Kandungan nitrat tergolong rendah
sehingga kurang optimal bagi pertumbuhan
fitoplankton. Kandungan fosfat berkisar antara
0,90 mg/l – 1,35 mg/l. Kandungan fosfat
tergolong tinggi namun masih dapat ditolerir
oleh fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton
berkisar antara 1324 ind/l – 2444 ind/l.
Perolehan nilai r sebesar 0,774 artinya antara
kandungan nitrat dan fosfat dengan kelimpahan
fitoplankton memiliki hubungan yang erat.

13)
Judul Karakteristik Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut
Di Perairan Selat Lembeh, Sulawesi Utara
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Volume dan Halaman Vol.2, No.1, 2015:1-8
Tahun 2015
Penulis Simon I. Patty
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
4

Tujuan Penelitian Untuk mengkaji karakteristik dan sebaran fosfat,


nitrat dan oksigen terlarut di perairan Selat
Lembeh.
Metode Penelitian Fosfat dan nitrat dianalisa dengan menggunakan
metode spektrofotometri, sedangkan oksigen
terlarut ditentukan dengan metoda elektrokimia.
Hasil Penelitian Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji-t
menunjukkan bahwa kadar fosfat dan nitrat di
lapisan permukaan dengan dekat dasar adalah
berbeda nyata. Kadar oksigen terlarut tidak
berbeda nyata antara lapisan permukaan dengan
dekat dasar. Tinggi rendahnya kosentrasi fosfat,
nitrat dan oksigen terlarut di perairan Selat
Lembeh dipengaruhi oleh arus, pergerakan
massa air, aktifitas plankton dan masukkan dari
daratan. Kadar fosfat, nitrat dan oksigen terlarut
di perairan Selat Lembeh masih tergolong
normal dan baik untuk kehidupan biota laut.

14)
Judul Struktur Komunitas dan Kelimpahan
Fitoplankton dan Zooplankton pada Musim
Penghujan di Zona Intertidal Pantai Selatan
Yogyakarta
Jurnal Kelautan Tropis
Volume dan Halaman Vol.24, No.2, 2021:167-176
Tahun 2021
Penulis Ratih Ida Adharini
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui struktur komunitas,
kelimpahan dan keanekaragaman plankton pada
zona inertidal pantai selatan Yogyakarta selama
musim penghujan.
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember
2016 – Februari 2017 pada tiga stasiun
pengamatan di masing-masing zona intertidal
Pantai Sundak, Drini, dan Kukup. Stasiun
pengamatan berada pada jarak 5 meter ke arah
laut dan masing-masing stasiun berjarak 10 m.
Pengambilan sampel dilakukan dengan interval 2
minggu sekali.
Hasil Penelitian Plankton yang ditemukan di zona intertidal
Pantai Sundak terdiri dari 36 genera dan 46
spesies. Pada zona intertidal Pantai Drini
ditemukan plankton terdiri dari 37 genera dan 54
spesies. Pantai Kukup terdiri dari 89 genera dan
173 spesies. Persentase jenis plankton di Pantai
4

Sundak, jenis plankton yang paling banyak


ditemukan Synedra tabulata sebanyak 31,3%.
Persentase jenis plankton di Pantai Drini terlihat
bahwa jenis plankton yang paling banyak
ditemukan Tintinopala sp. sebanyak 10,8%.
Persentase jenis plankton di Pantai Kukup maka
jenis plankton yang paling banyak ditemukan
Skeletonema costatum dan Tintinnopsis butschlii
sebanyak 7,57%. Secara keseluruhan
fitoplankton kelas Bacillariophyceae dan
zooplankton kelas Oligotrichea mendominasi di
ketiga pantai. Kehadiran Leptocylindrus spp.
menjadi petunjuk bahwa di ketiga pantai telah
mengalami eutrofikasi local. Leptocylindrus spp.
Merupakan salah satu spesies indikator
terjadinya eutrofikasi akibat masukan nutrient
berlebih.

15)
Judul Pemetaan Potensi Biodiversitas Ikan di Daerah
Hulu Sungai Sambas dan Danau Kurapan Desa
Sepantai, Kalimantan Barat
Jurnal Mina Sains
Volume dan Halaman Vol.7, No.1, 2021:9-19
Tahun 2021
Penulis I Mahyudi S
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 2021
Tujuan Penelitian Untuk mengkaji biodiveristas ikan dan beberapa
dinamika terkait seperti karakteristik habitat,
komposisi dan keragaman komunitas, status
IUCN red list dan kemanfaatan.
Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober
2020 pada daerah hulu Sungai Sambas dan
Danau Kurapan Desa Sepantai Kalimantan Barat
dengan meliputi 2 titik stasiun pengamatan yang
terdiri dari 1 titik stasiun pada sungai dan 1 titik
stasiun pada danau. Penentuan stasiun
pengamatan melalui purposive sampling dengan
target badan air utama yang terdapat di kawasan
ini.
Hasil Penelitian Hasil studi menunjukkan bahwa masing-masing
stasiun pengamatan antara hulu Sungai Sambas
dengan Danau Kurapan memiliki karakter yang
berbeda walaupun berasal dari sumber aliran air
yang sama yaitu Sungai Sambas. Pada bagian
hulu Sungai Sambas memiliki air yang lebih
4

keruh dengan substrat lumpur tanah berpasir


dengan kecepatan arus relatif tinggi. Sedangkan
pada Danau Kurapan memiliki substrat tanah
berlumpur dengan arus yang relatif lebih rendah,
namun air cenderung menjadi lebih tenang dan
jernih.

16)
Judul Morfometri Danau Kelapa Gading Kota Kisaran,
Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara
Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Volume dan Halaman Vol.5, No.2, 2016:77-84
Tahun 2016
Penulis Rizki Ridoan
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui morfometri Danau Kelapa
Gading.
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Danau
Kelapa Gading Kabupaten Asahan Provinsi
Sumatera Utara pada bulan Februari sampai
dengan April 2016.Alat-alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah GPS Garmin Oregon
65 dengan ketelitian sampai 3 m, meteran
berpemberat, alat tulis, dan perahu. Pengukuran
dimensi permukaan dilakukan dengan cara
mengelilingi pinggiran danau (track) dengan
menggunakan alat Global Positionong System
(GPS).
Hasil Penelitian Hasil pemetaan batimetri menunjukkan bahwa
daerah yang paling dalam terdapat pada bagian
utara, timur, dan barat (bagian oulet) sampai
pada kedalaman 3 m. Lokasi yang paling dalam
ditemukan pada 5 lokasi ditandai dengan warna
biru (Gambar 1a). Lokasi yang paling dangkal
(0-1 m) terdapat pada bagian tepi yang
membentang dari timur laut, selatan dan barat.
Pada bagian utara kedalaman danau langsung 1-
2 m, dan bahkan ada yang langsung 2-3 m. Pada
bagian tengah di sekitar pulau kedalaman danau
berkisar 1-2 m, kecuali pada bagian timur laut
dari pulau kedalaman danau mencapai 3 m.

17)
Judul Pemetaan Tingkat Lahan Kritis Dengan
Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografi
Jurnal Geodesi Undip
4

Volume dan Halaman Vol.4, No.2, 2015:200-208


Tahun 2015
Penulis Lorenzia Anggi Ramayanti
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk memetakan dan menghitung luas tingkat
lahan kritis di Kabupaten Blora.
Metode Penelitian Metode yang digunakanadalah metode
overlay,skoring serta pembobotan. Berdasarkan
Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan
DAS dan Perhutani Sosial No: P.4/V-SET/2013
faktor yang mempengaruhi lahan kritis adalah
vegetasi, kelereng, erosi, produktivitas, dan
manajemen.
Hasil Penelitian Hasil pengolahan data, lahan kritis di Kabupaten
Blora didominasi lahan tidak kritis seluas
119.672,80 Ha. Lahan kritis paling banyak
berada di kecamatan Bogorejo seluas 181,53 Ha
dan lahan agak kritis paling banyak berada di
Kecamatan Jiken seluas 2.441,54 Ha. Sedangkan
lahan potensial kritis paling banyak terdapat di
Kecamatan Todanan seluas 13.245,71. Dari hasil
penilaian tingkat lahan kritis diketahui bahwa
kerapatan vegetasi berperan besar dalam tingkat
lahan kritis pada fungsi kawasan lindung di luar
kawasan hutan, sedangkan tingkat produktivitas
lahan berpengaruh besar pada kawasan budidaya
pertanian dan hutan produksi.

18)
Judul Pengaruh Debit Air Terhadap Tegangan Output
Pada Pembangkit Listrik Tenaga Pico hydro
Jurnal Edukasi Elektro
Volume dan Halaman Vol.4, No.1, 2020:75-81
Tahun 2020
Penulis Nurhening Yuniarti
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh debit air terhadap
tegangan DC pada pembangkit listrik tenaga
pico hidro.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dan
dilaksanakan di Sungai Pelang, Sleman,
Yogyakarta.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin
tinggi saluran masuk (inlet) dan nilai saluran
buang (outlet) nilai debit air akan semakin besar.
5

Semakin besar nilai debit air maka semakin


besar Tegangan yang dihasilkan. Nilai debit dan
perbedaan elevasi sangat berpengaruh terhadap
tegangan output pico hydro.

19)
Judul Prediksi Debit Aliran Masuk ke Telaga Menjer
Menggunakan Persamaan Neraca Air dan
Pemodelan Hec-hms
Jurnal Teknik Hidraulik
Volume dan Halaman Vol.12, No.2, 2021:119-132
Tahun 2021
Penulis Hiro Agung Pratama
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk memprediksi debit aliran masuk ke telaga
dari sungai-sungai yang ada di DTA Menjer.
Metode Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
laptop, perangkat lunak ArcGIS 10.2, Microsoft
Excel, dan HEC-HMS. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data Digital
Elevation Model (DEM), peta topografi, data
jaringan sungai data curah hujan, peta jenis
tanah, peta penggunaan lahan, data inflow
Serayu-Klakah, data pemakaian air, data tinggi
muka air.
Hasil Penelitian Hasil perhitungan dengan model HEC-HMS,
debit rerata pada musim penghujan diperoleh
nilai pada tahun 2017 sebesar 0,954 m3/s, pada
tahun 2018 0,944 m3/s dan pada tahun 2019
1,017 m3/s. Sementara itu, debit pada musim
kemarau diperoleh debit rerata pada tahun 2017
sebesar 0,820 m3/s, pada tahun 2018 0,783 m3/s
dan pada tahun 2019 0,80 m3/s. Berdasarkan
hasil prediksi dengan persamaan neraca air pada
musim penghujan, debit rerata diperoleh nilai
sebesar 1,628 m3/s pada tahun 2017, 1,579 m3/s
pada tahun 2018 dan 3,296 m3/s pada tahun
2019. Sedangkan debit rerata pada musim
kemarau diperoleh nilai sebesar 1,893 m3/s pada
tahun 2017, 1,176 m3/s pada tahun 2018; dan
1,893 m3/s pada tahun 2019. Hasil ini
menunjukkan bahwa hasil pemodelan debit
dengan HEC-HMS lebih kecil dibandingkan
dengan dengan hasil prediksi debit dengan
persamaan neraca air. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa HEC-HMS mampu
digunakan utk prediksi debit aliran masuk secara
5

harian, namun demikian perlu dilakukan proses


kalibrasi dan validasi lebih lanjut dengan
merekomendasikan diadakan pemasangan
stasiun monitoring debit aliran sungai di masing-
masing outlet sungai.

20)
Judul Penentuan Debit Air Limpasan dan Luas
Kompartemen Pada Rencana Desain Wetland
Bukit Ragas
Jurnal
Volume dan Halaman Vol.1,No.2, 2021:98-105
Tahun 2021
Penulis Waterman Sulistyana Bargawa
Reviewer Irma Dwi Zalianty
Tanggal 25 Mei 2023
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui besarnya debit air limpasan
yang menuju desain wetland, serta untuk
mengetahui luasan minimum kompartemen dari
rencana desain wetland.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data, kemudian peneliti melakukan
analisis intensitas curah hujan, luas daerah
tangkapan hujan, kondisi danau bekas tambang,
arah aliran air limpasan, analisis debit air
limpasan, dan analisis dimensi danau bekas
tambang.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa debit air
limpasan hasil perhitungan sebesar 0,35 m³/detik
dan luas minimum kompartemen desain wetland
hasil perhitungan yaitu sebesar 137 m 2 tiap
kompartemen.

Anda mungkin juga menyukai