Anda di halaman 1dari 26

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia, hewan
dan tanaman menggunakan air yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat
makanan, juga merupakan sumber energi serta berbagai keperluan lainnya
Sehingga air menjadi sumber daya alam yang memenuhi kebutuhan orang banyak
yang perlu dilindungi agar tetap dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
manusia serta makhluk hidup lainnya di bumi. Persyaratan yang dilakukan untuk
menjaga atau pencapai standar kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya
pelestarian dan pengendalian.
Air sebagai komponen lingkungan hidup akan dipengaruhi oleh komponen
lainnya. air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi kesehatan dan
keselamatan manusia serta kehidupan makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas
air akan menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya
tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan
sumber daya alam (natural resources depletion). Komponen sumber daya alam
yang sangat penting maka harus dipergunakan semaksimal mungkin bagi
kemakmuran rakyat. Seiring perkembangan kebutuhan manusia akan air bersih
dan adanya pembangunan yang terus menerus, maka pemanfaatan air sungai tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari (Rosyidah, 2017). Kualitas air yang
baik meliputi uji kualitas secara fisika, kimia dan biologi,sehingga apabila
dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping untuk kesehatan(Renngiwur,
Lasaiba, & Mahulauw, 2016).
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia
dan menjadi sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat vital. Air bersih
digunakan manusia untuk keperluan sehari-hari mulai dari minum,
mandi,memasak, mencuci, serta keperluan lainnya. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 09/PRT/M/2015 tentang
penggunaan sumber air menyebutkan bahwa air adalah semua air yang terdapat
didalam dan atau berasal dari sumber-sumber air, baik yang terdapat diatas
2

maupun dibawah permukaan tanah (Apriani, 2018). Seiring perkembangan


kebutuhan manusia akan air bersih dan adanya pembangunan yang terus menerus,
maka pemanfaatan air sungai tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari
(Rosyidah, 2017).
Dalam memanfaatkan suatu perairan seperti waduk maka hal yang penting
untuk diketahui adalah nilai kualitas airnya. Kualitas air adalah istilah yang
menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunanan tertentu,
misalnya : air minum, prikanan, irigasi, industry. Peduli kualitas air adalah
mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam
penggunaanya. Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan du acara, yaitu
pengukuran kualitas air dengan menggunakan parameter fisika dan kimia
(Deswanti, 2015).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari kegiatan pratikum yang berjudul “Eutrofikasi dan Percobaan”
untuk nengetahui bahan- bahan organik dan anorganik yang ada di waduk
Universitas Riau.
1.3. Manfaat Praktikum
Adapula manfaat dari dilaksanakannya pratikum adalah diharapkan pratikum
ini dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan dan hasil dari
pratikum ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang eutrofikasi dan
percobaan di waduk Universitas Riau.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Eutrofikasi
Definisi dasar dari eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan oleh
munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Eutrofikasi
merupakan problem lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat
(PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar. Air dikatakan eutrofik jika
konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 μg/L.
Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau
mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya
biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik.
Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak
disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan
beberapa tahun saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi
masalah di hampir ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat
fenomena algal bloom. Contoh danau yang mengalami eutrofikasi adalah
Chesapake Bay di Amerika Serikat.
Melalui penelitian jangka panjang pada berbagai danau kecil dan besar, para
peneliti akhirnya bisa menyimpulkan bahwa fosfor merupakan elemen kunci di
antara nutrient utama tanaman (karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P)) di dalam
proses eutrofikasi. Sebuah percobaan berskala besar yang pernah dilakukan pada
tahun 1968 terhadap Danau Erie (ELA Lake 226) di Amerika Serikat
membuktikan bahwa bagian danau yang hanya ditambahkan karbon dan nitrogen
tidak mengalami fenomena algal bloom selama delapan tahun pengamatan.
Sebaliknya, bagian danau lainnya yang ditambahkan fosfor (dalam bentuk
senyawa fosfat)-di samping karbon dan nitrogen-terbukti nyata mengalami algal
bloom.
2.2. Perairan Oligotrofik dan Mesotrofik
Perairan oligotrofik adalah perairan dengan unsur hara dan produktivitas yang
rendah, dan merupakan kondisi perairan yang memiliki kadar nutrien yang sangat
rendah. Ini berarti bahwa terdapat sedikit nutrien seperti nitrogen dan fosfor yang
tersedia untuk organisme akuatik. Kondisi ini sering kali menghasilkan air yang
4

sangat jernih dan sedikit pertumbuhan alga. Perairan oligotrofik sering dianggap
sebagai lingkungan yang lebih alami dan sehat karena tingkat eutrofikasi rendah.
Perairan mesotrofik merupakan peralihan antara oligotrofik dan eutrofik.
Kualitas air dalam perairan mesotrofik sedang, dengan kadar nutrien sedang. Ini
seringkali menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan alga dan tanaman
air secara moderat. Perairan mesotrofik dapat mendukung beragam bentuk
kehidupan akuatik.. Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat antara 0-1 mg/L,
sedangkan perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1-5 mg/L.

2.3. Hidrodinamika Perairan


Hidrodinamika perairan adalah studi tentang gerakan air di dalam suatu
perairan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrodinamika perairan antara lain
suhu, arus, dan angin. Suhu perairan dapat mempengaruhi proses metabolisme
ikan di suatu perairan daratan. Jika suhu tinggi, maka proses metabolisme akan
meningkat dan berdampak pada meningkatnya kebutuhan oksigen. Meningkatnya
suhu juga akan menyebabkan proses difusi (penyerapan) oksigen ke dalam air
menurun

2.4. Parameter Kualitas Air


Parameter kualitas air yang digunakan untuk mengukur kesuburan perairan
antara lain suhu, kecerahan, pH, DO (Dissolved Oxygen), CO2, nitrat, ortofosfat,
total fosfat, klorofil-a, dan fitoplankton. Kandungan nitrat dalam perairan dapat
mempengaruhi pertumbuhan organisme. Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat
antara 0,1 mg/L, perairan mesotrofik antara 1-5 mg/L, dan perairan eutrofik
berkisar antara 5-50 mg/L. Orthofosfat merupakan nutrisi yang paling penting
dalam menentukan produktivitas perairan. Kandungan orthofosfat dalam air
merupakan karakteristik kesuburan perairan tersebut

2.5. Mikroskop
Mikroskop adalah suatu alat optik yang digunakan untuk melihat benda-
benda berukuran mikro, yang mampu menghasilkan perbesaran hingga ratusan
kali. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut
mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh
mata. Dalam perkembangannya mikroskop mampu mempelajari organisme hidup
5

yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang,
sehingga mikroskop memberikan kontribusi penting dalam penemuan
mikroorganisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi (Masrikhiyah, 2019).

2.6. Plankton
Plankton adalah salah satu organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona
pelagik (bagian atas) samudra, laut, dan badan air tawar Plankton berasal dari
bahasa Yunani yaitu planktos yang berarti pengembara atau penghanyut
(Nugroho, 2013). Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme
terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Bagi
kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton
terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. (Odum, 2015). Pada dasarnya,
plankton terbagi atas dua kelompok besar yaitu plankton tumbuhan (fitoplankton)
dan plankton hewani (zooplankton) (Nontji, 2016).
Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral
dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus
hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan
banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif
dijalankan di kawasan itu.Fitoplankton merupakan sumber mata rantai utama
dalam suatu perairan yaitu sebagai produsen primer atau organisme autotrof
karena kemampuannya membentuk zat organik dan anorganik. Fitoplankton ini
sangat dibutuhkan oleh organisme lain sebagai bahan makanan terutama bagi
organisme yang mengawali daur hidupnya sebagai plankton (Nontji, 2017).
6

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum mengenai mikroskop ini dilakukan di laboratorium
Produktivitas Perairan Pada hari Rabu tanggal 11 Oktober 2023 pukul 15:00 WIB
sampai selesai.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Mikroskop
Tabel 1. Alat Praktikum Mikroskop
No. Alat Fungsi
1. Buku Pedoman Sebagai panduan praktikum
2. Kertas Untuk mencatat hasil praktikum
3. Botol Sampel Untuk wadah sampel plankton
4. Buku Identifikasi Untuk mengidentifikasi jenis plankton
5. Mikroskop Untuk mengamati jenis Plankton
6. Pipet tetes Untuk mengambil sampel dari botol
7. Objek & Cover glass Untuk menempatkan objek yang diamati

Tabel 2. Bahan Praktikum Mikroskop


No. Bahan Fungsi
1 Sampel Plankton Objek Praktikum

3.2.2. Parameter Kimia dan Biologi


Tabel 3. Alat Praktikum Parameter Kimia dan Biologi
No. Alat Fungsi
1. Buku pedoman Sebagai panduan pratikum
2. Kertas Untuk mencatat hasil pratikum
3. Botol BOD Untuk mengambil air sampel
4. Erlenmeyer Sebagai wadah air sampel
5 Termometer Untuk mengukur suhu perairan
6. Suntikan Untuk mengambil larutan
7. Mikroskop Untuk mengamati jenis Plankton
8. Pipet tetes Untuk mengambil sampel dari botol
9. Objek & Cover glass Untuk menempatkan objek yang diamati

Tabel 4. Bahan Praktikum Parameter Kimia dan Biologi


No. Bahan Fungsi
1 Air Sampel Objek Pratikum
2 Larutan H2SO4 Campuran
7

3 Larutan NaOHKI Campuran


4 Larutan MNSO4 Campuran
5 Amilium Campuran
6 Lugol Campuran

3.3. Prosedur Praktikum


3.3.1. Mikroskop
3.3.1.1. Menyiapkan Mikroskop
a. Meletakkan mikroskop diatas meja kerja tepat dihadapan.
b. Membersihkan badan mikroskop dengan tisu.
c. Membuka kotak peralatan,mengeluarkan cawan patri yang berisi kaca
benda dan kaca penutup.Membersihkan kaca benda dengan kain katun
atau kertas saring.
d. Diatas meja kerja hanya ada mikroskop,kotak peralatan dengan
isinya,buku penuntun dan bahan untuk praktikum.Selainnya
disingkirkan pada tempat yang lain yang sudah disediakan.
3.3.1.2. Mengatur Masuknya Cahaya ke dalam Tubus
a. Memperhatikan keadaan ruang praktikum,darimana arah datangnya
cahaya yang lebih terang(dari depan,kiri atau kanan).Mengarahkan
cermin mikroskop ke sumber cahaya.Membuka diafragma atau putar
lempeng pada posisi lubang sedang.Mikroskop yang memiliki kondensor
diatur posisinya mendekati meja sediaan dan menggunakan cermin
datar.Untuk mikroskop tanpa kondensor gunakan cermin cekung.
b. Mengatur posisi revolver sehingga lensa objektif paling pendek
menghadap ke meja sediaan sampai bunyi klik.
c. Menurunkan tubus sampai jarak ujung objektif dengan meja sediaan 5-10
mm atau tubus turun maksimal.
d. Meneropong lewat okuler dengan mata kiri tanpa memicingkan mata
(perlu latihan) akan nampak medan bundar putih.Jika terangnya tidak
merata,menggerakkan sedikit cermin samapi terangnya rata.kalau
silau.mempersempit diafragma atau lubang pada lempeng.jika medan
pandang masih kabur berati kurang cahaya yang masuk,membuka
diafragma dan menggunakan lubang yang lebih besar pada lempeng.
8

3.3.1.3. Cara Mengatur Jarak Lensa dengan Sediaan


a. Memutar dengan tangan pengatur kasar atau makrometer ke arah empu
jari,tubus turun,jarak objektif dengan meja sediaan mengecil,melakukan
sebaliknya.Miroskop model lain yang tubusnya miring atau tidak bisa
naik turun,maka meja sediaan yang bergerak naik turun apabila
makrometer dan mikrometer diputar.
b. Memasang kaca benda yang berisi sediaan awetan diatas meja sediaan
sedemikian rupa sehingga bahan yang diamati berada ditengah lubang
meja,jepit kaca benda dengan sengkeling sehingga tidak goyang.
c. Memperhatikan jarak objektif dengan kaca benda tidak lebih dari 10
mm.Jika jarak itu besar,putar makrometer untuk menurunkan tubus
sambil dilihat dari samping ujung ojektif mendekati kaca benda sampai
maksimum 5-10 mm.
d. Meneropong lewat okuler sambil tangan memutar makrometer dengan
menaikkan tubus perlahan-lahan.Mengamati medan pandang sampai
muncul bayangan.Kalau tubus telah diangkat,setengah putaran
makrometer belum juga muncul bayangan,berarti
terlewatkan.Mengulangi kembali mulai pada cara ketiga.Kalau sudah ada
bayangan tapi masih kabur,maka meneripong terus sambil memutar
mikrometer naik atau turun sampai bayangan jelas garis atau batasan-
batasannya.
e. Mememriksa okuler dan objektif,menghitung pembesaran bayangan yang
terlihat.
f. Setelah diamati preparat dikeluarkan.
3.3.1.4. Membuat Preparat Sederhana
a. Mengambil kaca benda yang sudah dibersihkan dan memegang serata
mungkin
b. Menetesi air sampel satu tetes ditengah-tengah.
c. Tangan yang sebelah memegang kaca penutup antara empu jari dengan
jari telunjuk pada sisi atau pinggir yang berlawanan.
9

d. Sisi dengan kaca penutup disentuhkan pada kaca benda diklat dengan
tetesan air dengan kemiringan 45 ° kemudian lepaskan sehingga tepat
menutupi tetetsan air. Kelebihan air yang merembes ditepi kaca diserap
dengan kertas saring.
e. Memasang preparat buatan pada meja sediaan dan mengamati.

3.3.1.5. Mengamati perbesaran


a. Apabila pengamatan sudah berhasil,bayangan yang nampak akan
dibesarkan lagi.posisi preparat atau tubus jangan disentuh.
b. Memutar sedemikian rupa sampai lensa objektif yang lebih panjang
(kuat) tegak lurus pada meja sediaan samapai terdengar bunyi klik.
c. Meneropong sambil memutar mikrometer sampai muncul bayangan yang
lebih besar.mengamati bayangan yang ada.
d. Jika gagal menemukan bayangan yang lebih besar.menaikkan tubus
denagn memiutar makrometer berlawanan arah empu jari.memutar
kembali revolver untuk mendapatkan posisi lensa objektif lemah(pendek)
pada posisi semula.Tanpa mengubah posisi preparat kita melakukan
kembali perlakuan yang sama sampai berhasil.
e. Apabila akan mengamati bahan yang lain,maka tubus
dinaikkan.Mengeluarkan preparat yang sudah diamati dan membersihkan
kaca benda dan kaca penutup.
f. Membuat sediaan baru sesuai dengan langkah pada cara membuat
preparat sederhana.
g. Pada akhir kegiatan yang menggunakan mikroskop,maka harus
memperhatikan hal-hal berikut :
1. Tidak menyimpan preparat diatas meja sediaan,harus
mengeluarkannya.
2. Membersihkan preparat yang basah dengan lap katun dan menyimpan
dalam cawan petri kemudian dimasukkan dalam kotak perlengkapan.
3. Membersihkan badan mikroskop dengan kain planel. Menurunkan
tubus serendah mungkin.
4. Menyimpan mikroskop kedalam kotak mikroskop.
10

5. Membersihkan semua peralatan yang telah dipakai denagn lap katun


dan disimpan dalam kotaknya.
6. Menyimpan peralatan sendiri untuk dipakai pada kegiatan berikutnya.
7. Membuang sisa bahan yang tidak digunakan ditempat sampah.
3.3.2. Parameter Kimia dan Biologi
3.3.2.1. Pengukuran Suhu
Pertama sekali siapakan alat pengukur suhu terlebih dahulu, yakni
thermometer. Kemudian tentukan lokasi air yang akan diukur suhunya. Setelah
lokasi pengukuran didapatkan, ikat bagian pangkal thermometer (bukan ujung air
raksa) lalu masukkan thermometer ke air dengan cara mencelupkan thermometer
kedalam perairan kemudian gantung thermometer tersebut pada permukaan
perairan beberapa menit. Setelah thermometer menunjukkan angka yang konstan,
baca angka yang ditunjukkan thermometer lalu catat hasilnya.
3.3.2.2. Dissolved Oxygen (DO)
1. Diambil sampel air waduk FPK UNRI menggunakan botol winkler
(botol BOD) tanpa bubling.
2. Tambahkan larutan MnSO4 sebanyak 1 ml dan larutan
NAOH+KI sebanyak 1 ml hingga terbentuk endapan.
3. Tambahkan H2SO4 sebanyak 1 ml lalu dikocok sampai
endapan menghilang.
4. Pindahkan air dari botol BOD ke gelas ukur sebanyak 50 ml lalu
dititrasi dengan Na2S2O3 (Na tiosulfat) sebanyak 1,5 ml hingga kuning
pucat.
5. Setelah itu tambahkan 2 tetes amilum hingga berwarna biru
6. Setelah itu dititrasi kembali dengan Na2S2O3 sebanyak 1,5 ml
hingga berwarna bening dan tidak ada endapan.
Kemudian DO dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
DO (ml/L) = A x N x 1000
C−D
B( )
D
Keterangan :
A = ml larutan Na2S2O35H2O
N = Normalitas larutan Na2S2O35H2O (0,025)
11

8 = Berat molekul oksigen


1000 = ml liter oksigen
B = Volume sampel (50 ml)
C = Volume BOD (125 ml)
D = ml reagent yang di gunakan

3.3.2.3. Fitoplankton
Pertama sekali siapkan alat-alat yang akan digunakan, seperti plankton
net, ember dan botol. Kemudian tentukan lokasi pengambilan sampel plankton.
Setelah lokasi ditemukan, maka ambil air dengan menggunakan ember lalu saring
menggunakan planktonnet. Begitulah seterusnya hingga air yang disaring
mencapai sepuluh ember. Setelah sampel yang diambil mencukupi, maka bawa air
hasil saringan tadi ke laboratorium untuk diamati jenis plankton apa yang terdapat
pada air sampel tersebut dengan menggunakan mikroskop.
Di laboratorium, ambil satu tetes air sampel dengan menggunakan pipet
tetes lalu letakkan di objek glass, setelah itu tutup objek glass dengan cover glass
lalu letak ditempat objek glass pada mikroskop. Tentukan perbesaran dan atur
posisi objek glass sedemikian rupa hingga terlihat plankton yang terkandung pada
air sampel tadi. Namun, jika plankton tak juga terlihat pada air sampel, ganti air
sampel yang ada di objek glass dengan air sampel yang baru yang ada di botol.
Lalu bersihkan objek glass dari air sampel yang tidak ditemukan plankton tadi,
dan teteskan kembali air sampel ke objek glass dan amati kembali menggunakan
mikroskop. Setelah plankton ditemukan, maka sesuaikan bentuk plankton dengan
yang ada di buku identifikasi plankton. Setelah sesuai, gambarkan pada lembar
kerja praktikum. Jangan lupa tuliskan juga nama kelas, jenis dan berapa jumlah
yang ditemukan. Hitung dengan menggunakan rumus:
A C 1
N=n× × ×
B D E
Keterangan:
N : Jumlah total plankton
n : Jumlah rata rata plankton dalam satu lapang pandang
A : Luas gelas penutup
B : Luas lapang pandang
C : Volume air yang tersaring
D : Volume 1 tetes air pada gelas penutup
12

E : Volume air yang disaring

3.3.3. Percobaan
1. Air sampel diambil dari dua kolam, danau atau sungai yang berbeda,
sampel yang diambil mewakili kehidupan dan materil inorganik di badan
air.
2. Kedua sampel diamati dan tulis hasil pengamatan.
3. Hasil yang didapatkan dituliskan prediksi mengenai konsentrasi unsur hara
(nitrat dan fosfat) masing-masing sampel air.
4. Kemudian amati dibawah mikroskop kelimpahan plankton dan hitung
kelimpahannya.
13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Dari hasil pratikum ini didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air
Parameter Hasil Alat dan metode
Suhu 35° C Termometer
Dissolved oxygen 14,35 mg/L Botol BOD

Tabel 6. Hasil pengamatan di mikroskop

No Jenis Gambar Jumlah


.

1.

Gonatozygon 2
monotaenium

2. 3

Microcystic Sp.

3.

Cosmarium Sp. 8
14

5.

Melosira Sp. 28

Tabel 7. Percobaan yang ditemukan


Percobaan
Bahan Organik Bahan Anorganik
Tanah Sampan
Air Batu
Rumput Sampah plastik
Ikan kecil Pipa
Tumbuhan Air Kaleng

4.2. Pembahasan
Pada pratikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil suhu perairan 35 oC,
DO 14,35 mg/L. Dan didapatkan jenis fitoplankton yaitu Gonatozygon
monotaenium, Microcystis, Cosmarium Sp. dan Melosira Sp. Pada percobaan
yang dilakukan di waduk perikanan dan kelautan dilakukan pengamatan bahan
organik dan anorganik yang terdapat dalam beberapa titik. Bahan organik yang
ditemukan pada titik 1 yaitu tanah, air, rumput, ikan kecil dan tumbuhan air.
Sedangkan bahan anorganik yang ditemukan yaitu sampan, batu, sampah plastik,
pipa, dan kaleng.
Keberadaan organisme seperti Desmodesmus magnus, Skeletonema Sp.,
Cosmarium Sp., Geminella elipsoidea, dan Melosira Sp. dalam perairan waduk
bisa memberikan beberapa informasi tentang kondisi lingkungan perairan.
Organisme ini adalah alga dan fitoplankton yang dapat memberikan petunjuk
tentang kualitas air, produktivitas perairan, dan faktor-faktor lingkungan yang
memengaruhi ekosistem waduk. Namun, informasi yang lebih rinci diperlukan
untuk melakukan analisis yang lebih mendalam.
Suhu air pada 35°C cukup tinggi dan dapat mempengaruhi ekosistem waduk.
Sebaiknya, suhu air di waduk tetap terkontrol agar tidak terlalu panas, yang dapat
15

memengaruhi kelangsungan hidup organisme di dalamnya. Nilai DO (Dissolved


Oxygen) sebesar 14,35 mg/L adalah indikasi bahwa kadar oksigen terlarut dalam
air cukup tinggi. Ini merupakan tanda baik untuk ekosistem perairan, karena
organisme seperti ikan dan makhluk air lainnya memerlukan oksigen terlarut
dalam air untuk hidup.
Namun, untuk melakukan analisis yang lebih komprehensif tentang kondisi
perairan waduk, perlu dilakukan pengukuran lebih lanjut dan pemantauan faktor-
faktor seperti pH, kekeruhan air, kandungan nutrien (seperti nitrogen dan fosfor),
dan sebagainya. Informasi lebih lanjut juga diperlukan untuk menentukan apakah
keberadaan organisme tertentu ini merupakan indikasi kondisi perairan yang sehat
atau ada masalah tertentu yang perlu diatasi. Penting untuk menjaga kualitas air
dalam waduk agar tetap dalam kondisi yang baik untuk mendukung kehidupan
akuatik dan kebutuhan manusia. Hal ini melibatkan pemantauan terus-menerus
dan pengambilan tindakan yang sesuai jika ditemukan masalah dalam perairan
waduk tersebut.
16

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Pada praktikum ini telah di lakukan pengambilan sampel di air waduk
FPK dan di dapatkan hasil pada parameter kimia, suhu yaitu 35°C, dan nilai DO
14,35 mg/L. Dan didapatkan jenis fitoplankton yaitu Gonatozygon monotaenium,
Microcystis, Cosmarium Sp. dan Melosira Sp. dan bahan organik dan anorganik
yang terdapat dalam beberapa titik. Bahan organik yang ditemukan pada titik 1
yaitu tanah, air, rumput, ikan kecil dan tumbuhan air. Sedangkan bahan anorganik
yang ditemukan yaitu sampan, batu, sampah plastik, pipa, dan kaleng.

5.2. Saran
Didalam melakukan praktikum kali ini diharapkan semua praktikan dapat
memperhatikan langkah dan prosedur yang berlaku agar tidak salah langkah. Dan
sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum setiap mahasiswa dapat melakukan
praktikum dengan lebih berhati-hati pada saat penggunaan alat dan bahan yang
ada di laboratorium Produktivitas Perairan agar tidak mengalami kerusakan.
17

DAFTAR PUSTAKA

Ahdiaty, R., & Fitriana, D. (2020). Pengambilan Sampel Air Sungai Gajah Wong
di Wilayah Kota Yogyakarta. Indonesian Journal of Chemical Analysis
(IJCA), 3(2), 65–73. https://doi.org/10.20885/ijca.vol3.iss2.art4

Andriani, A. Damar, A. Rahardjo, M. F. Simanjuntak C. Asriansyah, A dan


Aditriawan, R.M. 2017. Abundance of Phytoplankton and its Role as Fish
Food Sources in Pabean Bay, West Java. Jurnal Sumberdaya Akuatik
Indopasifik. Vol. 12 (1): 133-144.
Gemilang, W.A., Kusumah, G. 2017. Status indeks pencemaran perairan kawasan
mangrove berdasarkan penilaian fisika-kimia di pesisir Kecamatan Brebes
Jawa Tengah. EnviroScienteae, 13(2): 171-180.

Hasan, M.T., and Khan, S. 2016. GSM Based Automatic Water Quality Control
Analysis. International Journal of Advanced Research in Electrical,
Electronics and Instrumentation Engineering. Volume 5. Nomor 6. pp
5522-5529.

Hamuna, B., Tanjung, R. H., & MAury, H. (2018). Kajian kualitas air laut dan
pencemaran berdasarkan parameter fisika-kimia di perairan Distrik
Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 35-43.

Republik Indonesia, 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus per Aqua dan Pemandian Umum. Sekretariat Negara. Jakarta.

Rosyidah, Masayu. 2017. Analisis Kualitas Air Sungai Ogan Sebagai Sumber Air
Baku Kota Palembang. Jurnal Redoks, Vol. 2 No. 1 Juni 2017, hal. 48-
indeks 52.

Nuraini, E. 2019. Penentuan Nilai BOD Dan COD Limbah Cair Inlet
Laboratorium Pengujian Fisis Politeknik AtkYogyakarta.Integrated Lab
Journal. 07(02): 10-15.
18

Pour, H. R., Mirghaffari, N. (2014). Determination of biochemical oxygen


demand (BOD) without nitrification and mineral oxidant bacteria
interferences by carbonate turbidimetry. Research Journal of
Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences, 5(5), 90-95.

Sasono E., dan Asmara, P. (2013). Penurunan Kadar BOD dan COD Air Limbah
UPT Puskesmas Janti Kota Malang dengan Metode Contructed
Wetland. Jurnal Teknik Waktu, 11(1), 60-70.

Santoso, A. D. (2018). Keragaan Nilai DO, BOD dan COD di Danau Bekas
Tambang Batubara Studi Kasus pada Danau Sangatta North PT. KPC di
Kalimatan Timur. Jurnal Teknologi Lingkungan, 19(1), 89-96.

Shaleh, F R. Rahayu A P. 2018. Status Kesuburan Perairan Waduk Gondang


Kabupaten Lamongan. Prosiding Seminar Nasional UNISLA 2018, 3
Oktober 2018. 1(1): 183-186.
Sulastri. (2018). Fitoplankton Danau-Danau di Pulau Jawa : Keanekaragaman dan
Perannya Sebagai Bioindikator Perairan. Jakarta: LIPI Press.

Sunaryo, A. 2017. Produktivitas Primer Di Waduk Ir.H.Juanda Kabupaten


Purwakarta Propinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan
Vol. 11(2) : 110-120.
19

LAMPIRAN
20

Lampiran 1. Bahan yang digunakan

Sampel plankton Plankton net Mikroskop

Ember Buku identifikasi Pipet tetes

Object glass Cover glass Buku identifikasi


21

Sampel plankton yang Sampel plankton dari Lugol (pengawet)


diamati waduk

Air Sampel Larutan MnSO4, NaOH-


KI, H2SO4, dan
Amilum
22

Lampiran 2. Alat yang digunakan

Botol sampel plankton Plankton net Mikroskop

Ember Buku identifikasi Pipet tetes

Object glass Cover glass Buku identifikasi

Termometer
23

Lampiran 3. Hasil pengamatan

Gonatozygon monotaenium Microcystic Sp. Cosmarium Sp.

Melosira Sp.
24

Lampiran 4. Perhitungan
1. Suhu = 35°C
2. DO (mg/L) = A× N × 8× 1000
C−D
B( )
D

= 3,5× 0,025× 8000


100−2 , 5
50 ( )
100
= 7 00
50 ×0,975

= 7 00
48,75
= 14,35 Mg/L
3. Perhitungan Kelimpahan
A C 1
a. N = n × × ×
B D E
22 x 22 mm 125 ml 1
=3× × ×
9 x 1 , 8 x 22 mm 0 , 06 ml 50l
11 125
= ×
27 3
1.375
=
81
= 16,9 ( 17 sel/L) Microcystic Sp.
A C 1
b. N = n × × ×
B D E
22 x 22 mm 125 ml 1
=2× × ×
9 x 1 , 8 x 22 mm 0 , 06 ml 50l
11 250
= ×
81 3
2.750
=
243
= 11,3 ( 11 sel/L) Microcystic Sp.
A C 1
c. N = n × × ×
B D E
22 x 22 mm 125 ml 1
= 28 × × ×
9 x 1 , 8 x 22 mm 0 , 06 ml 50l
154 250
= ×
81 3
38.500
=
243
= 158,43 ( 158 sel/L) Melosira Sp.
25

A C 1
d. N = n × × ×
B D E
22 x 22 mm 125 ml 1
=8× × ×
9 x 1 , 8 x 22 mm 0 , 06 ml 50l
44 250
= ×
81 3
11.000
=
243

= 45,26 ( 45 sel/L) Cosmarium Sp.

Lampiran 5. Titik Pengamatan praktikum


26

Anda mungkin juga menyukai