PENDAHULUAN
2.1. Eutrofikasi
Definisi dasar dari eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan oleh
munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Eutrofikasi
merupakan problem lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat
(PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar. Air dikatakan eutrofik jika
konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 μg/L.
Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau
mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya
biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik.
Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak
disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan
beberapa tahun saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi
masalah di hampir ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat
fenomena algal bloom. Contoh danau yang mengalami eutrofikasi adalah
Chesapake Bay di Amerika Serikat.
Melalui penelitian jangka panjang pada berbagai danau kecil dan besar, para
peneliti akhirnya bisa menyimpulkan bahwa fosfor merupakan elemen kunci di
antara nutrient utama tanaman (karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P)) di dalam
proses eutrofikasi. Sebuah percobaan berskala besar yang pernah dilakukan pada
tahun 1968 terhadap Danau Erie (ELA Lake 226) di Amerika Serikat
membuktikan bahwa bagian danau yang hanya ditambahkan karbon dan nitrogen
tidak mengalami fenomena algal bloom selama delapan tahun pengamatan.
Sebaliknya, bagian danau lainnya yang ditambahkan fosfor (dalam bentuk
senyawa fosfat)-di samping karbon dan nitrogen-terbukti nyata mengalami algal
bloom.
2.2. Perairan Oligotrofik dan Mesotrofik
Perairan oligotrofik adalah perairan dengan unsur hara dan produktivitas yang
rendah, dan merupakan kondisi perairan yang memiliki kadar nutrien yang sangat
rendah. Ini berarti bahwa terdapat sedikit nutrien seperti nitrogen dan fosfor yang
tersedia untuk organisme akuatik. Kondisi ini sering kali menghasilkan air yang
4
sangat jernih dan sedikit pertumbuhan alga. Perairan oligotrofik sering dianggap
sebagai lingkungan yang lebih alami dan sehat karena tingkat eutrofikasi rendah.
Perairan mesotrofik merupakan peralihan antara oligotrofik dan eutrofik.
Kualitas air dalam perairan mesotrofik sedang, dengan kadar nutrien sedang. Ini
seringkali menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan alga dan tanaman
air secara moderat. Perairan mesotrofik dapat mendukung beragam bentuk
kehidupan akuatik.. Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat antara 0-1 mg/L,
sedangkan perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1-5 mg/L.
2.5. Mikroskop
Mikroskop adalah suatu alat optik yang digunakan untuk melihat benda-
benda berukuran mikro, yang mampu menghasilkan perbesaran hingga ratusan
kali. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut
mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh
mata. Dalam perkembangannya mikroskop mampu mempelajari organisme hidup
5
yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang,
sehingga mikroskop memberikan kontribusi penting dalam penemuan
mikroorganisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi (Masrikhiyah, 2019).
2.6. Plankton
Plankton adalah salah satu organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona
pelagik (bagian atas) samudra, laut, dan badan air tawar Plankton berasal dari
bahasa Yunani yaitu planktos yang berarti pengembara atau penghanyut
(Nugroho, 2013). Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme
terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Bagi
kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton
terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. (Odum, 2015). Pada dasarnya,
plankton terbagi atas dua kelompok besar yaitu plankton tumbuhan (fitoplankton)
dan plankton hewani (zooplankton) (Nontji, 2016).
Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral
dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus
hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan
banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif
dijalankan di kawasan itu.Fitoplankton merupakan sumber mata rantai utama
dalam suatu perairan yaitu sebagai produsen primer atau organisme autotrof
karena kemampuannya membentuk zat organik dan anorganik. Fitoplankton ini
sangat dibutuhkan oleh organisme lain sebagai bahan makanan terutama bagi
organisme yang mengawali daur hidupnya sebagai plankton (Nontji, 2017).
6
d. Sisi dengan kaca penutup disentuhkan pada kaca benda diklat dengan
tetesan air dengan kemiringan 45 ° kemudian lepaskan sehingga tepat
menutupi tetetsan air. Kelebihan air yang merembes ditepi kaca diserap
dengan kertas saring.
e. Memasang preparat buatan pada meja sediaan dan mengamati.
3.3.2.3. Fitoplankton
Pertama sekali siapkan alat-alat yang akan digunakan, seperti plankton
net, ember dan botol. Kemudian tentukan lokasi pengambilan sampel plankton.
Setelah lokasi ditemukan, maka ambil air dengan menggunakan ember lalu saring
menggunakan planktonnet. Begitulah seterusnya hingga air yang disaring
mencapai sepuluh ember. Setelah sampel yang diambil mencukupi, maka bawa air
hasil saringan tadi ke laboratorium untuk diamati jenis plankton apa yang terdapat
pada air sampel tersebut dengan menggunakan mikroskop.
Di laboratorium, ambil satu tetes air sampel dengan menggunakan pipet
tetes lalu letakkan di objek glass, setelah itu tutup objek glass dengan cover glass
lalu letak ditempat objek glass pada mikroskop. Tentukan perbesaran dan atur
posisi objek glass sedemikian rupa hingga terlihat plankton yang terkandung pada
air sampel tadi. Namun, jika plankton tak juga terlihat pada air sampel, ganti air
sampel yang ada di objek glass dengan air sampel yang baru yang ada di botol.
Lalu bersihkan objek glass dari air sampel yang tidak ditemukan plankton tadi,
dan teteskan kembali air sampel ke objek glass dan amati kembali menggunakan
mikroskop. Setelah plankton ditemukan, maka sesuaikan bentuk plankton dengan
yang ada di buku identifikasi plankton. Setelah sesuai, gambarkan pada lembar
kerja praktikum. Jangan lupa tuliskan juga nama kelas, jenis dan berapa jumlah
yang ditemukan. Hitung dengan menggunakan rumus:
A C 1
N=n× × ×
B D E
Keterangan:
N : Jumlah total plankton
n : Jumlah rata rata plankton dalam satu lapang pandang
A : Luas gelas penutup
B : Luas lapang pandang
C : Volume air yang tersaring
D : Volume 1 tetes air pada gelas penutup
12
3.3.3. Percobaan
1. Air sampel diambil dari dua kolam, danau atau sungai yang berbeda,
sampel yang diambil mewakili kehidupan dan materil inorganik di badan
air.
2. Kedua sampel diamati dan tulis hasil pengamatan.
3. Hasil yang didapatkan dituliskan prediksi mengenai konsentrasi unsur hara
(nitrat dan fosfat) masing-masing sampel air.
4. Kemudian amati dibawah mikroskop kelimpahan plankton dan hitung
kelimpahannya.
13
4.1. Hasil
Dari hasil pratikum ini didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air
Parameter Hasil Alat dan metode
Suhu 35° C Termometer
Dissolved oxygen 14,35 mg/L Botol BOD
1.
Gonatozygon 2
monotaenium
2. 3
Microcystic Sp.
3.
Cosmarium Sp. 8
14
5.
Melosira Sp. 28
4.2. Pembahasan
Pada pratikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil suhu perairan 35 oC,
DO 14,35 mg/L. Dan didapatkan jenis fitoplankton yaitu Gonatozygon
monotaenium, Microcystis, Cosmarium Sp. dan Melosira Sp. Pada percobaan
yang dilakukan di waduk perikanan dan kelautan dilakukan pengamatan bahan
organik dan anorganik yang terdapat dalam beberapa titik. Bahan organik yang
ditemukan pada titik 1 yaitu tanah, air, rumput, ikan kecil dan tumbuhan air.
Sedangkan bahan anorganik yang ditemukan yaitu sampan, batu, sampah plastik,
pipa, dan kaleng.
Keberadaan organisme seperti Desmodesmus magnus, Skeletonema Sp.,
Cosmarium Sp., Geminella elipsoidea, dan Melosira Sp. dalam perairan waduk
bisa memberikan beberapa informasi tentang kondisi lingkungan perairan.
Organisme ini adalah alga dan fitoplankton yang dapat memberikan petunjuk
tentang kualitas air, produktivitas perairan, dan faktor-faktor lingkungan yang
memengaruhi ekosistem waduk. Namun, informasi yang lebih rinci diperlukan
untuk melakukan analisis yang lebih mendalam.
Suhu air pada 35°C cukup tinggi dan dapat mempengaruhi ekosistem waduk.
Sebaiknya, suhu air di waduk tetap terkontrol agar tidak terlalu panas, yang dapat
15
5.1. Kesimpulan
Pada praktikum ini telah di lakukan pengambilan sampel di air waduk
FPK dan di dapatkan hasil pada parameter kimia, suhu yaitu 35°C, dan nilai DO
14,35 mg/L. Dan didapatkan jenis fitoplankton yaitu Gonatozygon monotaenium,
Microcystis, Cosmarium Sp. dan Melosira Sp. dan bahan organik dan anorganik
yang terdapat dalam beberapa titik. Bahan organik yang ditemukan pada titik 1
yaitu tanah, air, rumput, ikan kecil dan tumbuhan air. Sedangkan bahan anorganik
yang ditemukan yaitu sampan, batu, sampah plastik, pipa, dan kaleng.
5.2. Saran
Didalam melakukan praktikum kali ini diharapkan semua praktikan dapat
memperhatikan langkah dan prosedur yang berlaku agar tidak salah langkah. Dan
sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum setiap mahasiswa dapat melakukan
praktikum dengan lebih berhati-hati pada saat penggunaan alat dan bahan yang
ada di laboratorium Produktivitas Perairan agar tidak mengalami kerusakan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ahdiaty, R., & Fitriana, D. (2020). Pengambilan Sampel Air Sungai Gajah Wong
di Wilayah Kota Yogyakarta. Indonesian Journal of Chemical Analysis
(IJCA), 3(2), 65–73. https://doi.org/10.20885/ijca.vol3.iss2.art4
Hasan, M.T., and Khan, S. 2016. GSM Based Automatic Water Quality Control
Analysis. International Journal of Advanced Research in Electrical,
Electronics and Instrumentation Engineering. Volume 5. Nomor 6. pp
5522-5529.
Hamuna, B., Tanjung, R. H., & MAury, H. (2018). Kajian kualitas air laut dan
pencemaran berdasarkan parameter fisika-kimia di perairan Distrik
Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 35-43.
Rosyidah, Masayu. 2017. Analisis Kualitas Air Sungai Ogan Sebagai Sumber Air
Baku Kota Palembang. Jurnal Redoks, Vol. 2 No. 1 Juni 2017, hal. 48-
indeks 52.
Nuraini, E. 2019. Penentuan Nilai BOD Dan COD Limbah Cair Inlet
Laboratorium Pengujian Fisis Politeknik AtkYogyakarta.Integrated Lab
Journal. 07(02): 10-15.
18
Sasono E., dan Asmara, P. (2013). Penurunan Kadar BOD dan COD Air Limbah
UPT Puskesmas Janti Kota Malang dengan Metode Contructed
Wetland. Jurnal Teknik Waktu, 11(1), 60-70.
Santoso, A. D. (2018). Keragaan Nilai DO, BOD dan COD di Danau Bekas
Tambang Batubara Studi Kasus pada Danau Sangatta North PT. KPC di
Kalimatan Timur. Jurnal Teknologi Lingkungan, 19(1), 89-96.
LAMPIRAN
20
Termometer
23
Melosira Sp.
24
Lampiran 4. Perhitungan
1. Suhu = 35°C
2. DO (mg/L) = A× N × 8× 1000
C−D
B( )
D
= 7 00
48,75
= 14,35 Mg/L
3. Perhitungan Kelimpahan
A C 1
a. N = n × × ×
B D E
22 x 22 mm 125 ml 1
=3× × ×
9 x 1 , 8 x 22 mm 0 , 06 ml 50l
11 125
= ×
27 3
1.375
=
81
= 16,9 ( 17 sel/L) Microcystic Sp.
A C 1
b. N = n × × ×
B D E
22 x 22 mm 125 ml 1
=2× × ×
9 x 1 , 8 x 22 mm 0 , 06 ml 50l
11 250
= ×
81 3
2.750
=
243
= 11,3 ( 11 sel/L) Microcystic Sp.
A C 1
c. N = n × × ×
B D E
22 x 22 mm 125 ml 1
= 28 × × ×
9 x 1 , 8 x 22 mm 0 , 06 ml 50l
154 250
= ×
81 3
38.500
=
243
= 158,43 ( 158 sel/L) Melosira Sp.
25
A C 1
d. N = n × × ×
B D E
22 x 22 mm 125 ml 1
=8× × ×
9 x 1 , 8 x 22 mm 0 , 06 ml 50l
44 250
= ×
81 3
11.000
=
243