Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

PLANKTONOLOGI

OLEH KELOMPOK 1

Wakhid Hasyim 1654246001


Muhammad Nasyihudin 1654246002
Alan Budiarto 1654246003
Adi Setiawan 1654246004

PROGRAM STUDI SUMBER DAYA AKUATIK


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG
2016
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup di perairan baik di sungai, waduk,
danau maupun diperairan payau dan laut. Organisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya
sangat banyak. Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai
makanan (food chain) dan jaring makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah
konsumen dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan. Mikroorganisme (plankton)
ini ada yang dapat bergerak aktif sendiri seperti bahwa hewan dan kita sebagai hewani
(zooplankton) dan ada juga plankton yang dapat melakukan asimulasi (photosyntesis) seperti
halnya tumbuhan. Kelompok ini disebut plankton nabati (phytoplankton). Plankton juga
mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat dan dapat dengan mudah dibudidayakan
secara massal, sehingga tidak perlu dikhawatirkan mereka akan punah (Rizky, 2009).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan dari materi Penggunaan Mikroskop


Menambah ketrampilan mahasiswa terutama dalam penggunaan mikroskop dan memelihara
mikroskop. Menambah kemampuan mahasiswa untuk menghitung luas bidang pandang.

1.2.2 Tujuan dari materi Jenis dan Klasifikasi Plankton


 Menambah pemahaman mahasiswa tentang jenis dan klasifikasi plankton.
 Menambah ketrampilan mahasiswa dalam identifikasi plankton.

1.2.3 Tujuan dari materi Kelimpahan Plankton


 Menambah pemahaman mahasiswa tentang jenis dan kelimpahan plankton.
 Menambah ketrampilan mahasiswa dalam menghitung kelimpahan plankton.

1.2.4 Tujuan dari materi Pengumpulan Plankton


Menambah pemahaman mahasiswa tentang pengumpulan plankton. Menambah ketrampilan
mahasiswa terutama dalam penentuan lokasi dan pengambilan sampel plankton.

1.3 Tempat dan Waktu


Pelaksanaan praktikum Planktonologi ini dilakukan di Tambak Lambuhan Maringgai 16
November 2016 pukul 07.00 – 15.00 WIB. Dan kedua dilakukan di Laboratorium Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan di UNILA, pada tanggal 21 November 20016 pukul 07.00 – 10.00
WIB
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Materi Pengumpulan Plankton


2.1.1 Parameter kualitas air dan faktor - faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton:
2.1.1.1 Parameter fisika

 Suhu
Menurut Cholik. Etall (1996), suhu sangat berpengaruh terhadapproses kimiawi dan biologi.
Kaidah umum menunjukkan bahwa reaksi kimia dan biologi meningkatkan lipat dua untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10oC.Hal ini dapat diartikan bahwa jasad perairan akan menggunakan
oksigen terlarut dua kali lebih banyak pada suhu lebih kritis dalam air bersuhu tinggi dibanding
dengan yang rendah.
Pertumbuhan dari kehidupan biota budidaya sangat dipengaruhi suhu air. Umumnya batas-
batas tertentu kecepatan pertumbuhan biota meningkat sejalan dengan naiknya suhu air.
Sedangkan derajat kelangsungan kehidupan bereaksi sebaliknya terhadap kenaikan suhu (Kordi
dan Andi, 2007).

 Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyatakan dalam persen
dari beberapa panjang gelombang didaerah spectrum yang terlihat cahaya yang
melampauilapisan sekitar 1 meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya
matahari untuk menembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (terbidity)
air,kekeruhan dipengaruhi oleh (1) benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur dan
sebagainya,(2) adanya jasad-jasad renik (plankton) dan (3) warna air (Kordi dan Andi,2007).

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan, kecerahan merupakan ukuran
transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchidisk (Effendi,
2003).
2.1.1.2 Parameter Kimia

 Oksigen Terlarut (DO)


Menurut Kordi dan Andi (2007) dilihat dari jumlahnya oksigen adalah satu jenis gas terlarut
dalam air dengan jumlah sangat banyakyaitu menempati ukuran kedua setelah nitrogen. Namun
jika dilihat dari segi kepentingan untuk budidaya perairan oksigen menempati urutan teratas,
oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen
merupakan salah satu factor pembatas sehingga bila ketersediaanya didalam air tidak mencukupi
kebutuhan biota budidaya, maka senjata aktivitas biota akan terhambat.

Menurut Barnis (2005), sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen
dari udara melalui kontak antara permukaaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis
selanjutnya air kehilangan oksigen melalui perlepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui
kegiatan respirasi dari semua organisme air.

 Karbondioksida (CO2)
Menurut Kordi dan Andi (2007), karbondioksida (CO 2) atau biasa disebut orang sangat
mudah larut dalam suatu larutan. Pada umunya perairan alam mengandung karbondioksida
sebesar 2mg/l. Pada konsentrasi yang tinggi (> 10mg/l), karbondioksida dapat beracun, karena
keberadaanya dalam darat dapat menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin.

Sumber karbon utama dibumi adalah atmosfer dan perairan, terutama lautan. Laut
mengandung karbon lima puluh kali lebih banyak daripada karbon diatmosfer (Effendi,2003).

 pH
Menurut cholik. et all (1986). pH adalah ukuran dari konsentrasi ion hydrogen dan
menunjukkan suasana air tersebut apakah bereaksi asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 0-
14 dan pH 7 adalah netral, berarti air tidak bersifat basa ataupun asam. Bila nilai pH dibawah 7
berarti air tersebut asam dan bila diatas 7 berarti basa. Secara alamiah, pH perairan dipengaruhi
oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa bersifat asam. Fitoplankton dan tanaman air lainya
akan mengambil karbondioksida dari air selama proses fotosintesis sehingga mengakibatkan pH
air meningkat dari siang hari dan menurun pada waktu malam hari.

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad


renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya pada pH
rendah, kandungan oksigen terlarut akan berkurang (Kordi dan Andi,2007).

 TOM (total organic matter)

Menurut Sutrisno dan Suciastuti (2004), zat organik yang terdapat di dalam air bias berasal
dari :
1. Alam, minyak tumbuh-tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak hewan, alkohol, gula,
pati, sellulose, dan sebagainya.
2. Sintesa berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari proses-proses
dalam pabrik.
3. Fermentasi, alkohol, aseton, gliserol, antibiotic, asam-asam dan sejenisnya yang berasal
dari kegiatan mikroorganisme terhadap bahan-bahan organik. Adanya bahan organic erat
dengan perubahan sifat fisik air seperti warna , bau, rasa dan kekeruhan itu sendiri, jasad
mati merupakan sumber nutrisi jasad heterotrofik buangan berbentuk CO 2, H2O, alcohol,
asam asetat, NH, dan sebagainya. Beberapa digunakan sebagai sumber nutrisi jasad
heterotrofik.

 Nitrat
Menurut Yuli dan Kusriani (2005), nitrat adalah sumber nitrogen dalam air laut maupun
tawar. Bentuk kombinasi lain dari elemen isi biasa tersedia dalam bentuk amonia, nitrit dan
komponen organik. Kombinasi elemen ini sering dimanfaatkan oleh fitoplankton terutama kalau
unsur nitrat terbatas. Pemanfaatan nitrat oleh fitoplankton mencakup konversi nitrat menjadi
amonia sebelum diasimilasi oleh material sel.

Menurut Barrus (2001), nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat
tumbuh dan berkembang.
 Phosphat
Pada perairan alami, phosphorus terdapat dalam bentuk terlarut baik dalam bentuk organik
atau anorganik dan orthophospat kelihatan merupakan sumber utama phosphorus. Sel
fitoplankton dapat mengakumulasi phosphat jika nutrient tersedia dalam jumlah yang berlebih.
Hal ini disebut “Luxury consumtion”, phosphat tersebut selanjutnya akan dimanfaatkan kalau
sumber juga biasa dimanfaatkan oleh beberapa spesies fitoplankton selama defisiensi phosphat
anorganik (Yuli dan Kusriani, 2005).

Menurut Dugon (1972) dalam Effendi (2003), fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan. Fosfat yang berikatan dengan Ferri (Fe2(PO4)) bersifat
tidak dan mengendap di dasar perairan.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton

2.1.2.1 Fitoplankton
A. Fisika
 Suhu
Aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton bisa terjadi pada kondisi suhu yang ekstrim seperti
habitat antarfik dengan suhu dibawah OoC dan tropical muaflat yang suhunya mencapai 30oC
atau bahkan lebih. Pengamatan dilapangan memang menunjukkan fluktuasi yang mempunyai
pola musiman yang dikontrol oleh temperature (Yuli dan kusriani,2005).

 Kecerahan
Menurut Nantji (1986), fitoplankton bisa ditemui diseluruh masa air melalui dari permukaan
laut sampai pada kedalaman dengan intensitas chaya yang memungkinkan terjadinya
fotosintesis.
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan laut
setiap harridan perubahan intensitas dengan bertambahnya memegang perairan penting dalam
menentukan pertumbuhan fitoplankton (Rommimohtarto dan Juwana, 2001).
B. Kimia
 pH
Kisaran pH untuk budidaya alga 7-9 dengan besaran yang optimal 8,2 - 8,7. Kegagalan
dalam budidaya alga dapat disebabkan oleh kegagalan dalam mempertahankan pH media
budidaya. Hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan aerasi (Ekawati,2005).
Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida da senyawa yang
bersifat asam. Fitoplankton dan tumbuhan air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama
proses fotosintesis, sehingga mengakibatkan pH air meningakat pada siang hari dan
menurun pada malam hari (Wirawan, 1995).

 Nitrat
Menurut Yuli dan Kusriani (2005), nitrat adalah sumber nitrogen dalam air laut maupun air
tawar. Bentuk kombinasi lain dari element ini biasa tersedia dalam bentuk amonia, nitrit dan
komponen organic. Kombinasi element ini sering dimanfaatkan fitoplankton terutama kalau
unsure nitrat terbatas, nitrogen terlarut juga bisa dimanfaatkan oleh jenis blue green algae
dengan fiksasi nitrogen. Pemanfaatan nitrogen oleh fitoplankton mencakup konversi nitart
menjadi amonia sebelum diasimilasi oleh material sel. Oleh karena itu pengambilan
komponen ammonium dalam pengukuran jauh lebih bermanfaat, sementara dari percobaan
culture menunjukkan bahwa ammonium –N lebih disukai dalam bentuk nitrat, dan unsur nitrat
ternyata tersedia dalam jumlah yang diperairan alami.

Menurut beberapa peneliti kadar N diperairan sangat kecil, umunya kurang dari 5 ppm,
sedangkan batas minimal untuk tumbuh algae adalah 0,35 ppm. Nitrogen tidak selalu menjadi
factor pembatas bagi semua algae, misalnya dari jenis diatome dan cyanophyceae walaupun
unsure N ini merupakan bagian dari protoplasma jasad-jasad tersebut (Subahjanto,2005).

C. Biologi
 Substrat
Budidaya fitoplankton, media kultur digunakan sebagai tempat bertumbuh dan berkembang
biak. Menurut Suriawira (1985), susunan bahan baik bahan alami maupun bahan buatan yang
digunakan untuk perkembangan dan berkembang biakan mikro dinamakan media. Media
yang digunakan dalan budidaya fitoplankton berbentuk cair yang didalamnya terkandung
beberapa senyawa kimia (pupuk) yang merupakan sumber nutrient untuk keperluan hidupnya.
Selanjutnya menurut Chen J dan H. PC. Slaelye (1991) dalam Nelvy.D dan Sudjiharno
(2002), pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton memerlukan berbagai nutrient yang
diabsorbsi dari luas (media). Hal ini berarti keterangan unsure mikro nutrient dan makro
nutrient dalam media tumbuhnya mutlak diperlukan.
 Kompetisi
Organisme akan mengadakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kondisi
interfisik dalam memenfaatkan, sumber energy maksimum. Biasanya digunakan untuk
kapasitas reduksi yang berlebihan kelimpahan fitoplanktonadalah lebih sedikit dalam kolam
10-25% dibandingkan kolam 0 dan 5% menutupi kolam, kompetisi sejenis bunga baku
dengan fitoplankton yang berhubungan dengan macrophytes lain untuk mengurangi efisiensi
fitoplankton dalam kolam (Musa dan Yanuhar, 2006).

 Predasi
Kontaminasi oleh bakteri protozoa atau spesies lain merupakan masalah yang serius dalam
budaya mikroalga mono spesifik atau axenix (Ekawati, 2005).

2.1.2.2 Zooplankton

A. Fisika
 Suhu
Pemilihan suhu yang optimal untuk budidaya pada pembesaran tergantung dari tipe
morfologinya, small type dan long type juga berbeda dalam kebutuhanya terutama suhu optimal
untuk pertumbuhannya. Suhu optimal antara 15-25oC. pada umumnya peningkatan suhu didalam
batas-batas optimal biasanya mengakibatkan aktivitas reproduksi juga meningkat (Ekawati,
2005).
 Kecerahan
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya partikel-partikel liat lumpur atau
lainya yang mengendap, akan merusak nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah
pemijahan dan habitat berbgai organism (Wirawan, 1992).

Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan air
laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya memiliki peranan penting dalam
menentukan pertumbuhan fitoplankton (juga zooplankton yang ada didalamnya)
(Rommimohtarto dan Juwono, 2001).

B. Kimia
 pH
Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan organic, zooplankton
alam hidup pada pH > 6,6, sedangkan pada kondisi biasa yang optimal hidup pada kondisi pH 6-
8 (Ekawait, 2005).
pH merupakan salah satu bagian dari factor yang sangat berpengaruh terhadap banyak
tidaknya kelimpahan zooplankton disuatu perairan, adapun pH optimum yang baik untuk
pertumbuhan atau kelimpahan zooplankton disuatu perairan alami adalah pH antara 6,2-8.6
(www.research.vi.oc.id, 2005).

 Oksigen Terlarut (DO)


Porifera merupakan salah satu zooplankton yang dapat bertahan hidup di air dengan kadar
oksigen terlarut yang rendah yakni 2mg/l. tingkat oksigen tertinggi dalam air budidaya tergantung
apda suhu, salinitas, kepadatan, jenis makanan yang yang digunakan (Ekawati, 2005).

 TOM
Menurut Barrus (2001), sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada
materi organic, baik berupa fitoplankton maupun detritus.

C. Biologi
 Substrat
Menurut Subahjanti (2005), zooplankton biasanya banyak terdapat diperairanyang kaya akan
bahan organic karena sebagai makananya.

 Kompetisi
Organisme yang mengadakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kompetisi
inter spesifik dalam memenfaatkan sumber energy maksimum, biasanya digunakan untuk
kapasitas reproduksi yang berlebihan (Musa dan Yanuhar, 2005).

 Predasi
Predasi adalah hubunganantara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat
sebab tanpa mangsa, predator tidak dapat hidup, sebaliknya predator juga berfungsi sebagai
pengontrol populasi mangsa, seperti adanya zooplankton sebagai pemangsa fitoplankton yang
ada diperairan (Pendamping praweda biologi, 2001).

2.2. Materi Penggunaan Mikroskop

Menurut Putra dan Permana (2000), mikroskop adalah peralatan yang digunakan
untuk memperbesar gambaran objek atau specimen yang berukurab kecil Bagian-bagian
mikroskop dan fungsinya adalah :
 Okuler : sebagai pembesar objek 10 x ukuran sebenarnya.
 Tangkai : sebagai penyokong body.
 Body : sebagai tempat system lensa.
 Revolver : untuk membantu dalam memilih daya perbesaran tertentu.
 Obyektif : untuk memperbesar objek.
 Meja preparat : untuk tempat objek dan slide mikroskop berfungsi untuk memindahkan
objek ketempat yang bisa terlihat dengan jelas.
 Kondensor : untuk mengkondersasikan cahaya yang masuk melalui mikroskop.
 Diafragma : untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk melalui kondensor
 Pengatur kondensor : untuk menaikkan atau menurunkan kondensor, membantu
untuk mengatur pemusatan cahaya ke objek.
 Tombol pengatur Fokus : untuk mengatur secara kasar dan halus.
 Sumber cahaya : untuk menyediakan cahaya terang/putih untuk melihat objek
 Kaki : untuk menyokong mikroskop dan juga untuk membawa mikroskop

2.3 Materi Jenis Dan Klasifikasi Plankton


2.3.1 Pengertian Plankton
Menurut Yuli dan Kusriani (2000) ,plankton adalah organisme hidup yang melayang dalam
air laut atu air tawar dan pergerakannya secara pasif tergantung pada arus dan angin.
Plankton adalah biota yang hidup di pintaka pelagic dan mengapung, menghambat atau
berenang sangat lemah, artinya mereka tidak dapat melawan arus plankton terdiri dari
fitoplankton atu plankton tumbuhan dan zooplankton atau plankton hewan (rommimohtarto dan
juwana,2000).
2.3.2 Pengelompokan Plankton
A. Berdasarkan Ukuran
Menurut yuli dan juwano (2005), euplankton bisa di klasifikasi secara artifosial berdasarkan
ukuran yaitu :
 Makroplankton : Plankton yang ukurannya >3 mm.
 Mikroplankton : Plankton yang ukurannya < 3mm.
 Nanoplankton : Plankton yang tertangkap dengan net plankton ukuran 25
sehingga diameternya lebih kecil dari plankton 60 mikron.

B. Berdasarkan Asal
Menurut Herawati (1989) ,plankton bisa di klasifikasakan berdasarkan asal, yaitu:
 Aurogenetik plankton : Plankton yang berasal dari perairan sendiri.
 Allogenetik plankton : Plankton yang berasal dari perairan lain.

C. Berdasarkan Siklus Hidup


Menurut Herawati (1989), plankton bisa diklasifikasikan berdasarkan siklus hidup,
yaitu:
 Holoplankton : Plankton yang seluruh hidupnya tidak pernah keluar dari sifatnya
sebagai plankton
 Mesoplankton : Plankton yang mempunyai karekteristik hanya sementara saja di
siklus hidupnya bersifat sebagai plankton.
 Tycoplankton : Plankton yang sebagian siklus hidupnya sebagai plankton dan setelah
dewasa menjadi organism lain seperti sea bass.

D. Berdasarkan Habitat
Menurut Herawati (1989), plankton dibedakan menjadi:
 Limnoplankton : jeni plankton yang hidup di parairan danau
 Rheopplankton : jenis plankton yang hidup di lingkungan sungai
 Haliplankton : jenis plankton yang hidup di laut
 Hipalmesoplankton: plankton yang hidup di daerah estuari.
 Hypapplankton : Plankton yang hidup mendekat dasar perairan.
 Epiplankton : Plankton yng hidup di zona eupotik
 Bathiplankton : Plankton yang biasa hidup di daerah zona apothik
 Mesoplankton : Plankton yang hidup di daerah zona disphotik

E. Berdasarkan Jenis Makanannya


Menurut Herawati (1989), berdasarkan jenis makanannya plankton di bedakan
menjadi 2 yaitu:
 Plankton tanaman disebut fitoplankton.
 Zooplankton terdiri dari plankter yang makanannya bersifat holosit termasuk
semua jenis semua planton hewani.
2.3.3 Ciri-Ciri Plankton
A. Phylum Chlorophyta
Menurut Herawati (1989), ciri chlorophyta antara lain:
 Berwarna hijau karena mempunyai proporsi pigmen pada chloroplas nya jauh
lebih baik.
 Tersebar luas paada daerah air stagner dari perairan tawar sampai kelaut tetapi
lebih spesifik pada perairan tawar.
 Reproduksinya secara seksual.
 Dinding selnya bagain bawah terdiri dari selulosa yang dilapisi jaringan pectin.
 Bisa menyebabkan blooming perairan jika mereka membentuk lapisan pectin dan
tebal.

B. Phylum Chyanophyta
Menurut Herawati (1989) ciri Cyanophyta antara lain:
 Mengandung pigmen kebiruan cphycocianin dan sering juga pigmen kemerahan .
 Variasi warna disebabkan oleh clorofil ,care tonoid, phyloocoanin, plycococoid, dan
kadang – kadang juga oleh pigmen sel serta refraksi warna oleh pseudova.
 Tidak mempunyai membrane nucleus dan nukleous.
 Reproduksi aseksual.
 Sering menyebakan blooming perairan.
 Hidup meleyang pda atau dekat permukaan.
 Hidup secara berkoloni.
 Jika mati menghasilkan bau busuk.

C. Phylum Chrysophyta
Menurut Herawati ,ciri-ciri Chrysophyta antara lain:
 Bersift bentis atau bahkan arsial dan tertestial,sedangkan lainnya bersifat
ephiphytic/epizopic.
 Dapat berkembang cepat sebagai ,flora planktonik.
 Merupakan tanaman satu sel.
 Sel diatom terdiri dua bagian disebut value. Bagian atau atsas epiteca dan bagian bawah
hypoteca.
 Value mengandung silica.
 Reproduksinya dengan cara pembesaran sel dan pembentukan spora.
 Reproduksi seksual.

D. Phylum Rhodophyta
Dalam selnya mempunyai dinding yang terdiri dari selulosa dan agar karagen.tidak pernah
menghasilkan sel-sel berflagel.pigmen klorofil terdiri dari klorofil A dan P, pigmen fikobilin
terdiri dari fitoetrin dan tikosia yang sering disebut pigmen aksesoris.pigmen tersebut ada dalam
kloroplas cadangan makanan berupa tepung holidea dan berada diluar klorofil.Reproduksi secara
vegetative dilakukan dengan frekmentasi rhodophyta memberi bermacam-macam spora,dan
pospora(spora seksual) sperta nektral, monopora ,tetrasporo, biospora, polispora (Davisi ,1995).
2.4 Materi Kelimpahan Plankton
2.4.1 Tingkat Kesuburan Perairan

Kesuburan perairan berdasarkan kelimpahan fitoplankton menurut Ladner (1976) dalam


wikepedia (2008) ada 3 pembagian perairan berdasarkan kelipahan fitoplankton:

 Oligotrofik : 0 - 2000 individu


 Mesotrofik : 200 - 15000 individu
 Eutrofik :15000 individu

Kesuburan perairan berdasarkan kelimpahan Zooplankton menurut Ladner (1976), dalam


wikepedia (2008) ada 3 macam pembagian peralatan berdasarkan kelimpahan Zooplankton:
 Oligotrofik :1 individu
 Mesotrofik :1 – 500 individu
 Eutrofik :7500 individu

2.4.2 Indek Keragaman
Indek keragaman∑ menurut H’ ~ in Shanon wheirer (1949) dalam Djonthani(2000) :
.pi
Dimana:
H’= indeks keanekaragaman
Pi=m/h
n₂= jumlah individu jenis kel 1
N = jumlah total individu
H’ < 2 ,3026 = keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah 2 , 3026 H’ >6,9076 =
keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang H’ > 6,9078 = keanekaragaman tinggi
dan kestabilan komunitas tinggi

2.4.3 Indeks Dominasi


Indeks Dominasi (D) menurut Sinpson, 1949

D= x 100 %

Dimana:
D = Indeks dominasi
n =jumlah individu jenis ke i
N = jumlah total Individu

D mendekati O tidak ada jenis yang mendominasi dan D mendekati terdapat jenis yang
mendominasi (Njonthoni , 2008).
3. MATERI DAN METODE

3.1 Materi Praktikum


3.1.1 Penggunaan Mikroskop
Materi praktikum adalah pengenalan penggunaan dan pemeliharaan mikroskop setelah
dipakai serta mengetahui cara perhitungan luas bidang pandang. Mikroskop yang dipakai dalam
praktikum ini adalah mikroskop cahaya binokuler dengan cahaya dari lampu listrik. Praktikum
dilakukan diLaboratorium Hirologi Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Brawijaya,
Malang. Selama praktikum praktikan diharapkan mampu menggunakan mikroskop dengan baik
dan benar.

3.1.2 Jenis dan Klasifikasi Plankton


Materi praktikum adalah identifikasi dan pengklasifikasian plankton. Identifikasi merupakan
metode untuk mengetahui jenis atau spesies plankton ynag ada dalam perairan. Identifikasi
merupakan metode kualitatif. Namun hal ini sangat penting jika ingin mengenal plankton lebih
khusus, tidak seperti potensi umum seperti yang telah kita bicarakan terdahulu. Untukitu buku
petunjuk identifikasi sangat diperlukan sekali terutama buku identifikasi untuk plankton didaerah
tropik.

Selain itu pengalaman juga sangat diperlukan dalam melakukan identifikasi. Namun sebagai
pengetahuan dasar, pada praktikum kali ini kita akan mengenal berbagai jenis plankton secara
umum berdasarkan buku identifikasi seperti Needham prescult dan Davis.

3.1.3 Kelimpahan Plankton


Materi praktikum adalah metode penghitungan plankton pada pola distribusi kelimpahannya.
Tempat pengambilan contoh bisa didapat dari kolam, tambak, laut, waduk atau danau.
Sedangkan anialisa akan dilakukan diLaboratorium Hidrologi Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya, Malang. Pada praktikum ini setiap praktikan diharapkan mampu
untuk menghitung kelimpahan palnkton.
3.1.4 Pengumpulan Plankton
Materi praktikum adalah pengumpulan atau konsentrasi plankton dalam air dan mengukur
parameter-parameter yang mempengaruhi kehidupan plankton. Tempat pengambilan sampel
adalah diperairan tawar. Selama praktikum, praktikan diharapkan mampu mengoperasikan alat
dan prosedur pengambilan sampel plankton.

3.2 Fungsi Alat dan Bahan


A. Parameter fisika
Suhu
Alat :
Thermometer Hg : untuk mengukur suhu perairan.
Bahan :
Air Sampel: untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur suhunya.
Kecerahan Alat :
 Secchi Disk : alat untuk mengukur kecerahan perairan.
 Tali : untuk mengikat secchi disk.

Bahan :
Air Sampel : untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur kecerahannya.

B. Parameter kimia
Karbondioksida (CO2) Alat :
 Gelas ukur : untuk menakar air sampel yang diambil sesuai takaran.
 Erlenmeyer 250 ml: tempat air sampel yang akan direaksikan.
 Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan.

Bahan :
 Air Sampel : bahan utama yang akan diukur CO2 nya
 Indikator PP : sebagai indikator suasana basa
 Na2CO3 (0,0454 N) : indikator warna merah muda/pink dan mengikat CO bebas di
perairan menjadi 2NaHCO3.
Nitrat Nitrogen Alat :
 Spektrofotometer : alat untuk mengukur kadar nitrat nitrogen.
 cawan petri : tempat sampel yang diuapkan /tempat kerak nitrat.
 Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan.
 Pipet volume : untuk mengambil aquades.
 Bola hisap : alat bantu untuk mengambil larutan.
 Beaker glass : tempat larutan yang direaksikan.
 Gelas ukur : tempat untuk mereaksikan.
 Spatula : untuk mengaduk larutan agar homogeny.
 Hotplate : memanaskan sampel.
 Kertas saring : untuk menyaring.
 Cuvet : tempat larutan yang akan diukur dalam spektrofotometer.
 Rak : tempat cuvet.

Bahan :
 Asam Fenol Disulfonik : untuk melarutkan kerak nitrat.
 Aquades : sebagai pereaksi/pengencer.
 NH4OH (1:1) : untuk melarutkan lemak dan minyak dari kerak nitrat.
 Air Sampel : sebagai pembuatan kerak nitrat.
 Kertas label : untuk memberi nama pada cuvet.

pH Alat :
 Stopwatch : untuk mengukur waktu.
 Kotak pH : untuk mencocokkan warna pada kertas pH
Bahan :
 Kertas pH : untuk mengukur derajat keasaman (pH) dari suatu perairan.
 Air Sampel : untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur pH.
 Oksigen Terlarut (DO) Alat :

- Botol DO : sebagai tempat air sampel yang akan diukur DO.

- Buret : sebagai tempat larutan titran dan sebagai alat untuk titrasi.

- Statif : sebagai penyangga buret untuk titrasi.

- Selang air : alat membuang cairan bening di atas endapan.

- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan.

Bahan :

- Air Sampel : sebagai bahan utama yang akan diukur DO.

- MnSO4 : mengikat oksigen.

- NaOH+KI : melepas I2 dan membentuk endapan coklat.

- H2SO4 pekat : pengkondisian asam dam melarutkan endapan.

- Amilum : indiktor warna ungu.

- N2S2O3 (0,025 N) : sebagai penitrasi dan mengikat I2 membentuk 2NaI.

 Orthophosfat Alat :
- Erlenmeyer 250 ml : tempat air sampel yang direaksikan.

- Pipet tetes :untuk mengambil dan meneteskan larutan.


- Spektrofotometer : alat untuk mengukur kadar ortofosfat.

- Cuvet : tempat larutan yang akan diukur dalam spektrofotometer.

- Rak : tempat cuvet.

Bahan :

- Air Sampel : bahan utama yang akan diukur kadar orthofosfatnya.

- SnCl2 : sebagai indikator warna biru.

- Ammonium molybdat : mengikat fosfat terlarut membentuk ammonium


phosphomolybdat
- Kertas label : untuk memberi nama pada cuvet.

 Pengambilan sampel plankton Alat :

- Plankton net : untuk menyaring sampel plankton dari dalam kolam.

- Botol film : untuk menampung sampel plankton dari dalam kolam.

- Ember : untuk mengambil air dari kolam untuk disaring diplankton net.
- Pipet tetes : untuk menenteskan larutan lugol pada sampel plankton.

Bahan :

- Air kolam : sebagai bahan ynag diambil sampel planktonnya.

- Lugol : untuk mengawetkan sampel plankton.

 Penggunaan mikroskop Alat :

- Mikroskop binokuler : untuk mengamati plankton.

- Objek glass : untuk meletakkan sampel plankton yang akan diamati.

- Cover glass : untuk menutup sampel plankton diatas objek glass.

Bahan :

- Air sampel plankton : sebagai bahan yang diamati planktonnya.

- Aquadest : untuk membersihkan objek glass dan cover glass.

 Penggunaan preparat Alat :

- Nampan plastik : digunakan untuk wadah alat

- Objek glass : untuk meletakkan sampel plankton yang diamati dibawah


mikroskop.
- Cover glass : untuk menutup sampel plankton diatas objek glass.

- Pipet tetes : untuk meneteskan sampel plankton diatas objek glass.

- Washing bottle : sebagai tempat aquadest.


- Botol film : sebagai wadah sampel plankton.

Bahan :

- Air sampel plankton : sebagai bahan yang akan diamati planktonnya.

- Aquadest : untuk memebersihkan objek glass dan cover glass.

- Tissue : untuk mengelap cover glass dan objek glass.

 Pengamatan plankton dan perhitungan kelimpahannya


Alat :

- Mikroskop binokuler : untuk mengamati plankton.

- Objek glass : untuk meletakkan sampel plankton yang diletakkan dibawah


mikroskop.

- Cover glass : untuk menutup sampel plankton diatas objek glass.

- Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan.

- Buku Prescott : untuk mengidentifikasi jenis plankton yang ditemukan.

Bahan :

- Air sampel plankton : sebagai bahan yang diamati planktonnya.

- Aquadest : untuk membersihkan objek glass dan cover glass.

- Tissue : untuk mengelap cover glass dan objek glass.

- Kertas : untuk mencatat hasil pengamatan.


3.3 Skema Praktikum
A. Prosedur Pengambilan Sampel DO

Botol DO

dicatat volumenya

dimasukkan ke dalam air perlahan-lahan (45o), jangan sampai terjadi gelembung udara

ditutup bila sudah terisi penuh tanpa ada gelembung dan penutupan dilakukan di dalam
air

Botol DO yang berisi air

- dibuka tutup botol DO

- ditambahkan 2ml MnSO4

- ditambahkan 2ml NaOH + KI

- dibolak-balik sampai terbentuk endapan coklat

- ditunggu sampai 30 menit, sampai terlihat batas yang jelas


antara endapan dengan aliran di atasnya
- dibuang air bening diatas endapan dengan selang

- ditambahkan 2ml tetes amilum

- dititrasi dengan Na-thiosulfat 0.025 N sampai jernih pertama kali

- dicatat ml Na-thiosulfat yang terpakai (ml. titran) .8 .1000


- dihitung dengan rumus :=−4
B. pH (Potensial Hidrogen) PH Paper
- dimasukkan dalam perairan

- ditunggu selama ±2 menit

- diangkat dari perairan

- dikibas-kibaskan sampai setengah kering

- dicocokkan dengan kotak standard

- dicatat nilai PH yang didapat Hasil

C. Orthofosfat

Orthofosfat

-diambil dengan gelas ukur sebanyak 25 ml

- dimasukkan sampel air ke dalam Erlenmeyer 50 ml

- ditambahkan 1 ml amonium molybdat

- dihomogenkan dengan cara Erlenmeyer digoyang-goyangkan

- ditambahkan 3 tetes SnCl2 dan dihomogenkan

- dimasukkan dalam cuvet

Hasil
- diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 690 µm

D. Nitrat Nitrogen

Air Sampel

- diambil sebanyak 12,5 ml dengan gelas ukur dan dituangkan ke


dlm cawan
- dipanaskan hingga berbentuk kerak dan didinginkan

- ditambahkan 0,5 ml asam ferol disulfonik, diaduk dengan spatula

- diencerkan dengan 5 ml aquades

- ditambahkan dengan NH4OH sampai terbentuk warna

- diencerkan dengan aquades sampai 12,5 ml

- dimasukkan dalam cuvet

- diamati kandungan nitrogennya dengan spektrofotometer


dengan panjang gelombang 410 µm

Hasil

E. CO2 (Karbondioksida)

Air Sampel

-diambil 25ml dengan gelas ukur


- dimasukkan dalam Erlenmeyer 50 ml

- ditambahkan 1-2 tetes PP (Phenol Ptalein)

- dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N hingga warna larutan menjadi pink

- dihitung =.. .untukpertamakali

Hasil
F. Suhu

Thermometer Hg

- dimasukkan ke dalam perairan, dengan posisi membelakangi


matahari dan jangan sampai tersentuh dengan tangan secara
langsung pada bagian air raksa
- ditunggu sampai air raksa berhenti pada skala tertentu selama 1-2 menit

- dilakukan pembacaan saat termometer masih di dalam perairan

- dicatat dalam skala oC Hasil

G. Kecerahan

Secchidisk

- dimasukkan secara perlahan ke dalam perairan hingga batas


tidak tampak pertama

- dicatat sebagai d1 diberi tanda dengan karet gelang batas yang


tidak tampak pertama kali
- dimasukkan kembali dalam perairan sampai benar-benar tidak terlihat

- ditarik pelan-pelan sampai tampak pertama kali kemudian diberi


tanda dengan karet gelang sebagai d2

- dihitung dengan rumus d =

Hasil

H. Pembuatan preparat

Air sampel dalam botol film

- dikocok

- diuka tutup botol film

- diambil dengan pipet tetes

- diteteskan pada objek glass sebanyak 1 tetes

- ditutup cover glas dengan kemiringan 450

- diamati dibawah mikroskop

Hasil
I. pengambilan sampel plankton

Botol film

- dipasang pada plankton net no 25

- diambil air sampel kolam dengan sampler ukuran 5 liter

- disaring dengan plankton net

- diberi alkohol sebanyak 3-4 tetes

- diberi label

Hasil

J. Penggunaan mikroskop

Mikroskop

- objek glass dan cover glass dibersihkan dengan aquadest

- dikeringkan dengan tissue secara searah

- diambil botol film yang berisi plankton dan dikocok

- dibuat preparat plankton demgan mengambil sampel dari botol


film dengan pipet tetes

- diteteskan pada objek glass sebanyak 1 tetes

- ditutup cover glass dengan sudut 450


- diletakkan dibawah mikroskop

- dinyalakan lampu mikroskop

- diatur fokusnya dengan perbesaran 400x

- diamati organisme plankton

- dihitung luas bidang pandang dengan rumus LBP=1/4 .d2

Hasil

K. Pengamatan plankton dan perhitungan kelimpahannya

Preparat

- diletakkan

- dibawah mikroskop dengan lensa objektif 400x

- ditempatkan dibawah lensa okuler dengan memutar revolver

- lampu dalam mikroskp dinyalakan

- diatur fokus mikroskop dengan perbesaran 400x

- dilihat gambar plankton pada bidang pandang 1-


Hasil

- digambar bentuk plankton,ditulis ciri-ciri serta dicatat jumlah


plankton

- diidentifikasi dengan buku=prescott.. (1970) dihitung kelimpahan

plankton dengan rumus. . .

3.4 Analisa Prosedur


3.4.1Parameter Kualitas Air

A. Suhu

Disiapkan alat yang digunakan untuk pengukuran suhu yaitu thermometer Hg.
Thermometer dimasukkan dalam perairan dengan membelakangi matahari agar tidak ada
pengaruh suhu dari panas matahari. Ketika memegang thermometer harus pada tali yang
ada di ujung thermometer, dengan tujuan agar suhu tubuh tidak mempengaruhi
pengukuran suhu di perairan. Setelah dimasukkan ke dalam perairan, ditunggu selama ± 2
menit sampai air raksa yang ada dalam thermometer berhenti. Kemudian dicatat suhu
yang diperoleh dalam satuan °C. Pengukuran suhu dilakukan 3 kali yaitu pada pukul
08.05, 10.55, dan 14.20.

B. Kecerahan

Disiapkan alat yang digunakan dalam pengukuran kecerahan yaitu secchi disk. Tali
pada secchi disk dipegang dan secchi disk dimasukkan ke dalam perairan secara perlahan
sampai tidak terlihat pertama kali, diukur dengan penggaris dan dicatat sebagai d1.
kemudian secchi dish dimasukkan lebih dalam lagi sampai benar-benar tidak tampak
sama sekali dan diangkat kembali secara perlahan sampai terlihat pertama kali, diukur
dengan penggaris dan dicatat sebagai d2. Selanjutnya dihitung dengan menggunakan
rumus d1 + d2/2 dan hasilnya dicatat dalam satuan meter. Pengukuran kecerahan
dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 08.05, 10.55, dan 14.20.

C. Oksigen Terlarut (DO)


Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran DO. Pertama kali dicatat
volume botol DO. Kemudian botol DO dimasukkan dalam perairan secara perlahan dan
dengan posisi miring agar memudahkan pengambilan air dan diusahakan tidak ada
gelembung udara yang masuk dalam botol, karena gelembung udara dapat mempengaruhi
nilai DO. Setelah botol DO penuh, lalu ditutup pada saat botol DO masih berada dalam
air agar tidak ada udara yang masuk ke dalam botol DO.

Selanjutnya botol DO yang berisi air sampel dibuka tutupnya dan diberi MnSO4
sebanyak 2 ml (44 tetes) untuk mengikat O2 terlarut dalam air dan NaOH + KI sebanyak
2 ml (44 tetes) untuk membentuk endapan coklat dan melepas I2. lalu dibolak-balik agar
homogen. Setelah itu didiamkan selam 30 menit sampai terdapat endapan coklat di dasar
dan cairan bening di atas endapan.

Kemudian air bening dibuang. Setelah itu, endapan tersebut diberi H2SO4

sebanyak 2 ml (44 tetes) untuk melarutkan endapan coklat. Kemudian diberi 3

tetes amilum yang berfungsi sebagai indikator suasana basa, lalu dihomogenkan

dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N untuk mengikat I2 sampai jernih pertama
Pengukuran DO dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 08.05, 10.55, dan 14.20.

D. Karbondioksida (CO2)
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran CO2. Air sampel diambil
dan dimasukkan dalam botol aqua 600 ml. Kemudian diukur sebanya 25 ml dengan
menggunakan gelas ukur 50 ml. Lalu dimasukkan dalam Erlenmeyer 100 ml dan diberi
PP (Phenol Ptalein) sebanyak 3 tetes sebagai indicator suasana basa. Bila air tidak
berubah warna menjadi pink menandakan ada kandungan CO2 nya, lalu dititrasi dengan
Na2SO3 0,0454 N yang berfungsi untuk mengikat CO2 bebas sampai tampak warna pink
pertama kali. Dicatat
Pengukuran CO2 dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 08.05, 10.55, dan 14.20.

E. pH
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran pH. Diambil air sampel
dan dimasukkan dalam botol aqua 600 ml. Lalu pH paper dicelupkan dalam air sampel
tadi dan ditunggu ± 2 menit. Setelah itu dikibas-kibaskan sampai setengah kering, karena
bila masih basah akan sulit dicocokkan warnanya dengan warna yang ada di kotak
standart. Kemudian dicocokkan pada kotak standart dan dicatat hasilnya. Pengukuran pH
dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 08.05, 10.55, dan 14.20.

3.4.2 Pengambilan Sampel Plankton

Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel plankton. Botol
film dibuka dan dimasukkan pada lubang plankton net dan diikat dengan karet. Lalu air
sampel diambil dengan ember (1 ember = 5 L). Selanjutnya, air yang ada dalam ember
disaring menggunakan plankton net. Pada saat air disaring, plankton net diputar-putar
agar plankton dapat tersaring. Kemudian setelah botol film terisi plankton, ditambahkan
larutan lugol sebanyak 7 tetes sebagai bahan pengawet, digunakan lugol karena ketahanan
untuk mengawetkan sampel plankton sangat baik. Selain itu, ditandai dengan kertas label
agar tidak tertukar. Selanjutnya sampel disimpan dalam kotak cool box. Pengambilan
sampel plankton ini dilakukan selama 3 kali yaitu pada pukul 08.05, 10.55, dan 14.20.
3.4.3 Penggunaan Mikroskop

Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pertama kali objek glass dan cover glass
dikalibrasi dengan aquadest agar tidak terkontaminasi kotoran dariluar dan dikeringkan
dengan tissue. Cara membersihkan dengan tissue yaitu tissue digosokkan searah agar
serabut-serabut tissue tidak menempel pada objek glass dan cover glass. Sebelum
mengambil sampel, botol film dibolak-balik dahulu agar homogen, kemudian diambil 1
tetes air sampel plankton dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada objek
glass, lalu ditutup dengan cover glass. Tahap selanjutnya yaitu mikroskop binokuler yang
sudah dihubungkan dengan sumber listrik dinyalakan dan preparat yang sudah siap tadi
diletakkan di atas meja mikroskop. Kemudian diatur focus pembesaran 100X hingga
pengatur kasar dan halus. Setelah didapat focus yang baik, lalu diamati luas bidang
pandangnya dimana ada d1 dan d2 dan dimasukkan dalam persamaan LBP = ¼ d².

3.4.4 Pembuatan Preparat

Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan. Pertama kali objek glass dan cover
glass dikalibrasi dengan menggunakan aquadest agar tidak terkontaminasi kotoran dari
luar dan dikeringkan dengan tissue. Cara membersihkan dengan tissue yaitu tissue
digosokkan searah agar serabut-serabut tissue tidak menempel pada objek glass dan cover
glass. Sebelum mengambil sampel, botol film dibolak-balik dahulu agar homogen,
kemudian diambil 1 tetes air sampel plankton dengan menggunakan pipet tetes dan
diteteskan pada objek glass, lalu ditutup dengan cover glass. Cara menutup objek glass
dengan cover glass adalah cover glass dimiringkan 45° agar tidak ada gelembung udara
dalam preparat. Dan hasilnya diperoleh preparat yang siap diamati dengan mikroskop.

3.4.5 Pengamatan Plankton

Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Setelah preparat sudah siap, tahap
selanjutnya adalah pengamatan plankton. Pengamatan plankton dilakukan
pada bidang pandang 1 sampai bidang pandang 5 dimana letak dari bidang

pandang 1 sampai 5 digambarkan seperti

dibawah ini :
1 2

Pada masing-masing bidang pandang dicari


5
planktonnya. Bila sudah ditemukan, diamati dan
4 3
digambar bentuk plankton, warna, dan cirri -
ciri

lainnya. Setelah itu diidentifikasi denagn menggunakan buku Presscott (1970).

3.4.6 Penghitungan Kelimpahan Plankton


kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam data pengamatan
4.1.3. DATA PERHITUNGAN KELIMPAHAN PLANKTON

WAKTU PHYLUM GENUS n n2 N N Idiversitas Idominansi Kr


Cymbella 1 1 2448,051 2 0,22179 4,167% 10%
Chrysophyta Frustulia 3 9 7344,152 7 0,41813 37,5% 30%
Stauroneis 1 1 2448,051 2 0,22179 4,167% 10%
Mastogloia 3 9 7344,152 7 0,42059 37,5% 30%
08.05 Navicula 2 4 4896,01 4 0,34141 16,67% 20%
Scenedesmus 2 4 4896,01 4 0,33959 9,76% 22,2%
Chlorophyta Microspora 1 1 2448,051 2 0,22179 2,44% 11.1%
Netrium 6 36 14688,3 14 0,52427 87,8% 66,7%
Frustulia 3 9 7344,152 7 0,47733 36% 42,9%
Chlorobotrys 2 4 4896,01 4 0,40260 16% 28,6%
Chysophyta
Chlorocloster 2 4 4896,01 4 0,40260 16% 8,6%
10.55
Clorosarcina 1 1 2448,051 2 0,27330 4% 14,3%
Closteriopsis 1 1 2448,051 2 0,27330 4% 14,3%
Chlorophyta
Roya 2 4 4896,01 4 0,40260 16% 4,9%
Ellipsoidon 3 9 7344,152 7 0,47733 36% 28,6%
Chrysophyta Mastogloia 2 4 4896,01 4 0,32261 8,57% 33,3%
Diatoms 1 1 2448,051 2 0,21027 7,14% 16,7%
Pleurogaster 3 9 7344,152 7 0,40124 64,29% 50%
14.20 Chlorophyta Netrium 4 16 9792,20 9 0,45522 32% 33,3%
Chephalomona
s 5 25 1224o,25 12 0,49289 50% 41,7%
Scenedesmus 3 9 7344,152 7 0,40124 18% 25%
Cyanophyta Microcystis 3 9 7344,152 7 0,40124 100% 100%
Chrysophyta Chaetoceros 24 576 58753,32 58 0,53054 65,8% 51,1%
Peridinium 1 1 2448,051 2 0,08621 0,114% 2,13%
Lauderia 10 100 24480,5 24 0,40924 11,43% 21,3%
Ceratium 1 1 2448,051 2 0,08621 0,114% 2,13%
Thallasiothrix 3 9 7344,152 7 0,19827 1,029% 6,39%
Synedra 1 1 2448,051 2 0,08621 0,114% 2,13%
Laut Skeletonema 7 49 17136,35 17 0,33959 5,6% 14,9%
Cyanophyta Spirulina 3 9 7344,152 7 0,20132 1,029% 30%
Nodularia 5 5 12240,25 12 0,28027 2,86% 50%
Cestum 2 4 4896,01 4 0,15176 0,46% 20%
Chlamidomona
Chlorophyta s 10 100 24480,51 24 0,40924 11,429% 100%

4.2 Pembahasan
4.2.1 Keadaan Umum Lokasi Praktikum (Lingkungan Fisik)

Pada Kelompok 15, lokasi praktikum yang digunakan adalah kolomnya persegi panjang
warnanya coklat kekuning-kuningan, airnya tergenang, ada ikannya, ada rumput serta ada
pohonnya.
Untuk data pengamatan kualitas air pada kolam tradosional pada kelompok15, pukul 08.05:
suhu 250C, Karbondioksidanya 27, 97, nilai DO nya 5,145,earna kolam bening
kecoklatan,kecerahan 100% dan pHnya yaitu 8. Untuk pengamatan pada pukul 10.55 warna
perairan kolamnya yaitu bening kecoklatan.. Kecerahannya mencapai 100% cm suhunya
mencapai 290C, karbondioksidanya 0, nilai DOnya 14,1 dan phnya 8. Untuk pengamatan pada
pukul 14.20 warna perairan kolamnya yaitu bening kecoklatan, kecerahannya mencapai 100%
suhunya 300C, karbondioksidanya 0, nilai DOnya yaitu 15,16 dan pHnya 8.

4.2.2 Lingkungan Biologi

Kelompok 15 melakukan pengamatan pada kolam tradisional yang mempunyaii kedalaman


30 cm. Bentuk kolam persegi panjang, warna perairannya yaitu bening kecoklatan airnya tenang.
Pada kolam tersebut ada ikannya, disekitar kolam ada tanaman serta rumput dan pohon, yang
keadaannya sangat subur.

4.2.3 Keadaan Umum BBI Punten

Balai Benih Ikan Punten terletak di daerah Punten, Kota Batu. Balai Benih Punten
merupakan balai dengan menggunakan kolam tradisional, semiparmanen dan permanent ikan
yang dibudidayakan banyak golongan ikan mas, ikan koki, ikan nila, dan ikan air tawar lainnya.
Lingkungan pada Balai Benih Punten sangat strategis karena dekat dengan sumber air terutama
air tawar. Pembenihan pada Balai Benih Ikan Punten ada yang secara tradisional, semi intensif
maupun intensif ini terlihat kolam yang digunakan pada balai tersebut.

4.2.4 Deskripsi Stasiun Pengamatan


Pengamatan dilakukan pada kolam tradisional di Balai Benih Ikan, Punten, Batu Kolam
pengamatan berbentuk persegipanjang, dengan warna perairan airnya tenang. Disekelilibening
kecoklatan. kolam dikelilingi oleh rumput-rumput yang tumbuh secara bebas. Kolam tersebut
mempunyai kedalaman 30 cm.

4.2.5 Hubungan Parameter Kualitas Air Terhadap Kelimpahan Plankton A. Suhu

Pada pukul 08.05 suhu bernilai 250C, pada pukul 10.55 bernilai 290C dan pada pukul 14.20
tetap 300C. Dari data ini terjadi akibat keadaan cuaca yang berubah atau mengalami kenaikan
suhu, dari pagi hingga siang yang suhunya semakin naik.
Suhu sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme aquatik
memiliki keceraan suhu tertentu (Batas atas dan Batas bawah) yang disukai bagi
pertumbuhannya, misalnya olga dari phylum cheorophyta dan dialam akan tumbuh dengan baik
pada kisaran suhu berturut-turut 30-350C dari 20-300C. Pylum Chyanophyta telah dapat
bertoleransi terhadap kisaran suhu tinggi dibandingkan dengan Cholorophyta dan diatom
(Effendi, 2003).

Selain peningkatan suhu juga mengakibatkan peningkatan metabolisme dan respirasi


organisme air dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu
juga menyebabkan peningkatan dekompisisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum
bagi pertumbuhan fitoplankton diperairan adalah 20-300. (Effendi, 2003).

B. Kecerahan

Pada pukul 08.05 kecerahan kolam 100%, pukul 10.55 kecerahan kolam 100% pada pukul
14.20 kecerahan kolam 100%. Dalam kecerahan ini, fitoplankton bias tumbuh dengan baik
karena cahaya bisa optimal diserap oleh fitoplankton untuk berfotosintesis. Namun menurut
Ghufron (2003).

Kecerahan air tergantung pada warna dan kecerahan. Kelimpahan plankton yang dominan
diperairan tumbuh erat hubungannya dengan tingkat kecerahan air. Kelimpahan yang terlalu
tinggi dan jenis plankton yang merugikan akan sangat membahayakan bagi organisme perairan.
Warna air berkaitan dengan dominant jenis plankton tertentu harus bermuara pada kondisi
diperairan tersebut (Anonymous, 2009).

C. pH (Poisioning Hidrogen)

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad


renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH
rendah (keadaan tinggi) kandungan okigen terlarut akan berkurang, Sebagai akibat konsumsi
oksigen menurun, Akibatnya pernapasan naik dan selera makan akan berkurang. Sebaliknya pH
tinggi menyebabkan peningkatan kadar ammonia, sehingga secara tidak langsung
membahayakan biota perairan. pH tinggi (9,0 – 9,5) kadang-kadang terjadi ditambak-tambak
pada siang hari dan biasanya dibarengi dengan ledakan plankton (Plankton biomin), (Kordi dan
Tancung, 2007).

D. DO (Disolved Oxygen)

Biota air membutuhkan okigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan untuk
menghasilkan aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan sebaliknya.
Oleh karena itu ketersediaan oksigen bagi biota air untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm (Pordi
dan Tancung, 2007).

Penggunaan alat Bantu dalam penanganan konsentrasi okigen terlalu rendah juga dapat
diperkecil melalui pengaturan pembenihan pakan biasanya diikuti dengan proses pembusukan
yang memanfaatkan oksigen dalam dan air dan hasil akhirnya berupa bahan organik yang
merupakan pupuk bagi fitoplankton (Kardi dan Tancung, 2007).

Dari hasil pengamatan kelompok 15 memperoleh hasil sebagai berikut pukul 08.05 DO nya
5,145 mg/l, pukul 10.55 DO nya 14,1 mg/l, pukul 14.20 DO nya 15,16 mg/l. Kadar okigen dalam
air ini sangat baik pada perairan kolam, dan bagi organisme didalamnya yang berkembangbiak
pada kolam tersebut.

E. Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik


(pitoplankton) maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis meskipun peranan
karbondioksida sangat besar bagi organisme air, namun kandungan yang berlebihan sangat
mengganggu, bahkan menjadi racun fotosintesis dari fitoplankton akan mengambil
karbondioksida pada siang hari, sedangkan respirasi tanaman akan menghasilkan karbondioksida
pada malam hari. Kadar karbondioksida sebesar 5 ppm didalam air masih dapat ditoleransi oleh
hewan air termasuk zooplankton asalkan kadar oksigennya cukup tinggi (Kardi dan Tancung,
2001).

Menurut Effendi (2003) bahwa perairan yang diperuntukkan kadar karbondioksida bagi
kepentingan perikanan kurang dari 5 mg/l.
Dari data pengamatan kelompok 15 diperoleh nilai sebagai berikut : pukul 08.05 memperoleh
nilai 27,97 mg/l, pukul 10.55 memperoleh 0 mg/l, pukul 14.20 memperoleh nilai 0 mg/l.
Menurut Kardi dan Tancung, (2007). Kadar karbondioksida 50-100ppm dapat mematikan hewan
air. Jadi kadar CO2 pada siang hari dan sore hari masih dapat ditoleransi yaitu 23,97 mg/l dan
10,56 mg/l.

F. Phospot

Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu perairan
tingkat kesuburan rendah (0-0,2 mg/l) Perairan dengan tingkat keseburan sedang (0,021-0,05
mg/l) dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi (0,051-0,1 mg/l) (Low dalam Effendi, 2003).

Kadar fosfat yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,2 mg/l dalam bentuk
fosfat (PO4) kadar fosfat pada perairan alami berkisar untuk 0,005-0,02 Mg/l. Keberadaan fosfat
secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen dapat menstimular pedakal
pertumbuhan alga diperairan (alga bloman).

Algae berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air selanjutnya dapat
menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang menguntungkan bagi
ekosistem perairan (Effendi, 2003).

G. Nitrat

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan nutrient utama
bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat
stabil. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses
yang paling penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi
ammonia ini menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dan oksidasi nitrit menjadi
nitrat dilakukan oleh bakteri nitro bakteri (Effendi, 2003).

Kadar nitrat nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l. Kadar
nitrat lebih dari 0,1 mg/l. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran
antrophogenin yang berasal dari aktivitas manusia dari 0,2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya
eutrafikasi perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara
pesat (bloming) (Effendi, 2003)

4.2.6.Tingkat Keseburan Perairan Berdasarkan Plankton Yang Ditemukan A. Berdasarkan


Kelimpahan Fitoplankton

Menurut Iadner (1976) dalam wikipedia (2008), terdapat pembagian perairan berdasarkan
kelimpahan fitoplankton yaitu oligotropik : 0-2000 in/liter mesotrofik 2000-15.000 individu/liter,
oligotropik > 15.000 individu/liter. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa perairan tersebut
bersifat Oligotropik.
Dari hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pada pukul 07.50 terdapat beberapa phylum
antara lain Chrsophyta yang terdiri dari beberapa genus antara lain tetrodriella, batnydiopsis,
amphipleura, ophipora, nitztha. Phylum chlorophyta tersiri dari beberapa genus antara lain
sphoerelipsis, haemorococcus, cholorotylum. Pada pukul 10.52 terdapat 2 phylum antara lain
chynophyta, dengan genusaphanocopya, dan phylum cholorophyta dengan genus politama. Pada
pukul 14.20 terdapat beberapa phylum plankton antara lain : chynophyta yang terdiri dari genus
borzia, coltorenema, romeria, mysosarano, aeromonema,. Phylum chlorophyta dengan genus
ouroccocus dan phylum chynophyta dengan macam genus synccacus, carathrix sp.

B. Berdasarkan Kelimpahan zooplankton


Bahwa zooplankton adalah sejenis plankton hewani yang bersifat tototaksin negative dan
hidupnya adalah dibawah perairan (Anonymous, 2008).
Dari hasil praktikum tidak ditemukan adanya zooplankton. Hal ini dikarenakan mungkin
pada saat pengambilan sampel kurang kedalam sehingga zooplankton tidak terambil. Hal ini
sesuai yang di katakan Wikipedia (2009). Bahwa zooplankton adalah sejenis plankton hewani
yang bersifat fototaksis negative dan hidupnya adalah dibawah perairan.
4.2.6 Jenis Plankton yang Mendominasi
A. Berdasarkan Data Indeks Dominasi
Dari hasil praktikum pada pukul 08.05,Jenis fitoplankton yang mendominasi adalah Netrium
digitus dari phylm chrisophyta yang mendominasi sebanyak 87,8%. Pada pukul 10.55. jenis
fitoplnkton yang mendominasi adalah frustulia dari phylum chrysophyta sebanyak 36% dan
ellipsoidon dari phylum chlorophyta sebanyak 36%. Pada pukul 14.20 jenis phytoplankton yang
mendominasi adalah Chepalomonas sp dari phylum Chlorophyta sebanyak 50 % di perairan.

B. Berdasarkan Data Indeks Keragaman

Dari hasil praktikum pada pukul 08.05, jenis keragaman fitoplankton yang mendominasi
adalah frustulia sp dari phylum crysophyta dengan nilai keragaman sebanyak 0,4183. Pada pukul
10.55 jenis keragaman fitoplankton yang mendominasi adalah Frustulia sp dari phylum
chyanophyta dengan nilai keragaman sebanyak 0.47733 dan ellipsoid dari phylum chlorophyta
sebanyak 0,47733. Pada pukul 14.20, jenis keragaman fitoplankton yang mendominasi adalah
chepalomonas dari phylum chlorophyta dengan nilai keragaman sebanyak 0,49289 diperairan.
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
1) Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup diperairan baik di sungai, waduk,
danau maupun diperairan payau dan laut
2) Kehidupan fitoplankton dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, substrat, pH, nitrat,phospat,
DO dan CO2
3) Kehidupan zooplankton dipengaruhi oleh suhu, kecerahan,substrat,Ph, TOM dan DO
4) Jenis kolam yang diamati oleh kelompok 15 yaitu tradisional yang mempunyai
kedalaman 30 cm. Gambaran ekologi pada kolam semi permanen adalah bentuk kolam
persegi panjang, airnya tergenang dan berwarna bening kecoklatan, pada kolam terdapat
ikan, disekitar kolam terdapat tanaman, rumput dan pohon yang kondisi lingkungannya
sangat subur
5) Dari data pengamatan kualitas air didapat hasil sebagai berikut pada waktu Pengamatan
pukul 08.05 warna air kolam yaitu bening kecoklatan, kecerahannya mencapai 100%,
suhu 25oC, CO2 27,97 mg/l , DOnya 5,145 mg/l, Ph 8. Pada pengamatan pukul 10.55
warna air kolam Bening kecoklatan, kecerahannya 100%, suhu 29oC, CO2nya 0 mg/l,
DOnya 14,1 mg/l, pH 8. Pada pengamatan pukul 14.20 warna air kolam bening
kecoklatan, kecerahannya 100%, suhunya 30oC, CO2nya 0 mg/l, Donya 15,16 mg/l dan
pH 8.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum plankton ditambah alat – alat, agar dalam praktikum tidak
saling menunggu dan praktikum dapat berjalan dengan lancar

DAFTAR PUSTAKA

Arfiati. 2001. Limnolgi.Fakultas Perikanan.Universitas Brawijaya. Malang.

Baru, S. 2003. Pengantar Limnologi. Linulus. Amerika Serikat.

Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta.

Herawati. 1989. Diktat Kuliah Planktonologi. UB. Malang.

Hatabarat dan Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. UI press. Jakarta.

Musa dan Uun. 2006. Diktat Limnologi. UB. Malang.

Romimohtarto dan Jawana. 2006. Biologi Laut. Djumbatan. Malang.

Subahjanti. 2005. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Plankton, Universitas


Brawijaya. Malang.
Yuli dan Kusriani. 2005. Planktonologi. Universitas Brawijaya. Malang.

Anda mungkin juga menyukai