PENDAHULUAN
II.1. Klorofil-a
Istilah klorofil berasal dari kata Yunani chloros yang berarti hijau dan
phyllos yang berarti daun. Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1818 dan pigmen
diekstraksi dari tanaman menggunakan pelarut organik. Klorofil adalah pigmen
yang memberi warna hijau pada tumbuhan, alga, dan bakteri fotosintetik. Pigmen
ini berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan cara menyerap dan
mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Klorofil memiliki rantai fitil yang
berubah menjadi fitol ketika terkena air dengan katalis klorofilase. Fitol adalah
alkohol primer jenuh dengan afinitas kuat terhadap O2 dalam proses reduksi
klorofil. (Hendriyani dan Setiari, 2019).
Sifat fisik klorofil adalah menerima dan/atau memantulkan cahaya dengan
gelombang berbeda. Klorofil banyak menyerap cahaya dengan panjang
gelombang 400 hingga 700 nm, terutama cahaya merah dan biru. Sifat kimia
klorofil antara lain tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik yang
lebih polar, seperti etanol dan kloroform. Cincin Mg akan digantikan oleh 2 atom
H ketika berada dalam lingkungan asam, membentuk senyawa berwarna coklat
yang disebut pheophytin (Muthalib, 2018).
Klorofil merupakan komponen utama kloroplas, dan kandungan klorofil
relatif berkorelasi positif dengan laju fotosintesis. Klorofil disintesis di daun dan
berperan menangkap sinar matahari, jumlah cahaya berbeda-beda untuk setiap
spesies. Sintesis klorofil dipengaruhi oleh banyak faktor seperti cahaya, gula atau
karbohidrat, air, suhu, faktor genetik, unsur hara seperti N, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, S
dan O. (Nio, 2014).
Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses pengubahan senyawa anorganik (CO2 dan H2O)
menjadi senyawa organik (karbohidrat) dan O2 dengan menggunakan sinar
matahari. Klorofil adalah pigmen utama yang ada dalam kloroplas. Kloroplas
merupakan organel sel tumbuhan yang memiliki membran luar, membran dalam,
ruang antar membran, dan matriks. (Song, 2015).
Klorofil-a fitoplankton adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan
yang mempunyai peranan penting di dalam proses berlangsungnya fotosintesis
diperairan. Semua sel berfotosintesis mengandung satu atau beberapa pigmen
berklorofil (hijau, coklat, merah atau lembayung), sementara itu dalam mata rantai
makanan (food chain) di perairan, fitoplankton mempunyai fungsi sebagai
produsen primer dimana organisme ini mampu mengubah bahan anorganik
menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis, untuk itu maka kandungan
klorofil-a digunakan sebagai standing stock fitoplankton yang dapat dijadikan
produktivitas primer suatu perairan (Pugesehan, 2016).
Kondisi perairan suatu wilayah memiliki tingkat kesuburan yang berbeda
– beda salah satunya pada Perairan Jawa khususnya bagian utara. Perairan Utara
Jawa memiliki kondisi arus dan gelombang yang cukup stabil dimana hal ini
berpengaruh terhadap kandungan yang terdapat di dalamnya. Perairan Kendal
merupakan salah satu perairan yang terletak di Utara Jawa yang dimanfaatkan
dalam kegiatan perikanan. Kendal merupakan Kabupaten yang memiliki hasil
tangkapan ikan yang cukup besar yang dimanfaatkan masyarakat untuk kehidupan
sehari- hari. Kabupaten Kendal juga terkenal dengan kegiatan industri seperti
industri Kayu Lapis. Kegiatan industri berdampak terhadap kondisi perairan di
Kendal karena buangan limbah cair maupun padat yang dapat mempengaruhi
tingkat kesuburan. Tingkat sesuburan perairan dapat dilihat salah satunya dari
kandungan klorofil-a yang terdapat di dalamnya. Kandungan klorofil-a pada
perairan dapat dilihat melalui banyaknya fitoplankton karena fitoplankton
merupakan penghasil klorofil-a tertinggi di perairan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kualitas Perairan Kendal dilihat dari kandungan klorofil-
a dan fitoplankton. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, metode deskripstif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang
kualitas perairan melalui sebaran kandungan spasial klorofil-a pada Perairan
Kendal. Teknik penentuan lokasi sampling dan pengambilan sampel
menggunakan metode purpose sampling. Pengambilan data lapangan dilakukan
sebanyak 10 titik. Titik lokasi ditandai menggunakan Global Positioning System.
Hasil yang didapatkan dari penelitian menunjukkan hasil persebaran konsentrasi
klorofil-a pada masing – masing stasiun berbeda dan hasil kelimpahan
fitoplankton yang di dapatkan juga berbeda tetapi sesuai dengan konsentrasi
klorofil-a pada masing – masing stasiun. Perbedaan disebabkan karena adanya
faktor perbedaan lokasi sampling. Konsentrasi klorofil yang tertinggi terdapat
pada stasiun 6 sebesar 1,7025 mg/m³ dan kelimpahan fitoplankton tertinggi juga
pada stasiun 6 sebanyak 43.373 sel/L. (Garini,et.al. 2021).
Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan secara sistematis
untuk mengumpulkan data penelitian. Hasil penelitian yang baik diperoleh jika
instrumen yang digunakan valid dan reliabel. Reliabilitas instrumen menunjukkan
ketepatan atau sejauh mana hasil pengukuran instrumen dapat direplikasi.
Reliabilitas menjadi salah satu parameter penting dalam menentukan kualitas
suatu instrumen. Penelitian ini bertujuan untuk memilih statistik uji yang paling
tepat terhadap pengujian reliabilitas terhadap instrumen untuk konsentrasi
klorofil-a perairan. Data konsentrasi klorofil-a perairan diperoleh dari dua
instrumen yaitu : metode spektrofotometri dari 14 stasiun pengamatan di Teluk
Semarang Jawa Tengah dan penginderaan jauh. Statistik uji yang paling tepat
digunakan adalah Intraclass Correlation Coefficients (ICC). Nilai ICC adalah
rasio antara varians objek terhadap varians total. Hasil penelitian diperoleh nilai
ICC = 0,83 artinya 83 % keragaman data disebabkan keragaman objek dalam hal
ini stasiun penelitian. Tidak terdapat bias pengukuran konsentrasi klorofil-a dari
kedua instrumen, karena reliabilitas kedua instrumen mendekati sempurna.
(Effendi, 2019)
2.2 Oksigen 24 Jam
Oksigen adalah salah satu unsur kimia yang sangat penting sebagai
penunjang utama kehidupan berbagai organisme. Oksigen dimanfaatkan oleh
organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik menjadi
zat an-organik oleh mikro organisme. Oksigen terlarut dalam air berasal dari
difusi udara dan hasil fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu
perairan dan dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk
ke dalam tubuhnya (Simanjuntak, 2018).
Waduk Saguling merupakan waduk yang dimanfaatkan untuk karamba
jaring apung (KJA) dengan pola intensif yang menyebabkan terjadinya
penumpukan limbah bahan organik sisa metabolisme dan sisa pakan, baik pada
kolom air maupun sedimen. Terjadinya peningkatan limbah tersebut berpotensi
meningkatkan laju pemanfaatan oksigen terlarut (DO; Dissolved oxygen) untuk
dekomposisi hingga melebihi laju produksi DO, mengakibatkan keseimbangan
DO di perairan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi
kandungan DO pada berbagai kedalaman serta mengetahui keseimbangan antara
produksi dan pemanfaatan DO pada lokasi KJA di Waduk Saguling. Parameter
utama yang diukur adalah kandungan DO pada kedalaman 0 m; 0,6 m; 2 m; 4 m;
6 m dan 8 m dalam waktu inkubasi empat jam dengan metode Winkler.
Pengamatan fotosintesis dilakukan pada siang hari, sedangkan pengamatan
terhadap respirasi dilakukan sepanjang hari. (Enan, et.al.2019)
Oksigen terlarut adalah jumlah miligram gas oksigen terlarut dalam air
yang dipengaruhi oleh tekanan atmosfer, suhu, salinitas, turbulensi air, aktivitas
fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air. Keberadaan oksigen
terlarut di muara dipengaruhi oleh tekanan atmosfer, suhu, salinitas, turbulensi air,
aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air.
(Paramitha,et.al. 2020).
Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen di atmosfer dan
aktivitas fotosintesis tumbuhan air. Respirasi tumbuhan dan hewan air serta
penguraian bahan organik dapat menyebabkan hilangnya oksigen di dalam air.
Dinamika oksigen terlarut dalam ekosistem perairan ditentukan oleh
keseimbangan antara produksi dan konsumsi oksigen. Tumbuhan air berperan
penting dalam menentukan keseimbangan oksigen ekosistem perairan.
(Puspitaningrum, 2018).
Konsentrasi oksigen di udara sangat rendah yaitu 20,95% dan kemampuan
mendifusikan oksigen di dalam air bergantung pada keseimbangan tekanan
oksigen di dalam air dan di atmosfer, sehingga diperlukan aerasi untuk
meningkatkan efisiensi. transportasi dalam air (Ariadi, 2021).
Kecenderungan berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan sangat
dipengaruhi oleh meningkatnya bahan organik yang masuk ke dalam perairan,
antara lain faktor-faktor antara lain peningkatan suhu, salinitas, respirasi pada
lapisan permukaan air, senyawa-senyawa yang rentan terhadap oksidasi dan
tekanan atmosfer. (Salmin, 2019).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Keterangan:
A655 : absorbance pada panjang gelombang 665 nm
A750 : absorbance pada panjang gelombang 750 nm
V : ekstraksi aseton yang diperoleh (ml)
L : panjang lintasan cahaya pada cairan dalam kuvet (cm)
S : volume sampel yang difiltrasi (ml)
3.4.2. Prosedur Oksigen 24 jam
1. Air diambil dengan menggunakan botol BOD selama 24 jam dalam kurun
waktu 4 jam sekali, dan dijaga jangan sampai bubbling.
2. Ditambahkan 1 ml reagen MnSO, dan 1 ml NaOH-KI, kemudian botol
dikocok lalu didiamkan sampai terbentuk endapan coklat.
3. Ditambahkan 1 ml H2SO., kemudian botol dikocok lagi sampai semua
endapan hilang (warna menjadi kuning). Jika endapan masih belum larut.
tambahkan H2SO, sampai semua endapan larut
4. Diambil samper air tersebut sebanyak 50 ml masukkan kedalam
erlenmeyer.
5. Dititrasi dengan Na2S2O, 5 H2O sampai warnanya berubah menjadi kuning
6. Ditambahkan 2 tetes amilum sampai terbentuk warna biru.
7. Dititrasi kembali dengan Na2S2O, 5 H₂O sampai warna biru hilang.
8. Dihitung oksigen terlarut dengan rumus :
A × B × 8000
DO (mg/L) = D−E
c ×( )
D
Keterangan :
A = ml titran yang digunakan
B = N NA2S2O3 5H2O (0,025)
C = ml sampel yang digunakan
D = volume BOD yang digunakan
E = ml reagen yang digunakan (MnSO4, NaOH-KI, H2SO4 Pekat)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
4.1.1. Klorofil-a
Adapun hasil yang didapat saat praktikum adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Klorofil-a
A665 nm A750 nm
0,095 nm 0,070 nm
V.1. Kesimpulan
Dari praktek yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai klorofil-a
pada air waduk FPK UNRI pada panjang gelombang A665 adalah 0,095 nm dan
pada panjang gelombang A750 adalah 0,070 nm.
Hasil perhitungan jumlah oksigen terlarut dalam 24 jam di jembatan kupu-
kupu UNRI dalam waktu 4 jam setelah pengambilan sampel air berturut-turut
adalah pukul 09.00 WIB 6,15 mg/L, pukul 13.00 WIB 10,25 mg/L, 17.00 WIB
8,20 mg/L L, 21.00 WIB 7,08 mg/L. , 01:00 WIB 6,63 mg/L, 05:00 WIB 5,77
mg/L. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa semakin malam hasil perhitungan
DO mengalami penurunan.
5.2 Saran
Dengan melihat praktikum yang dilakukan saya menyarankan agar
praktikum selanjutnya dapat mengambil waktu yang lebih lama agar pada saat
praktikum, praktikan tidak terburu-buru dalam menyelesaikan praktikumnya di
dalam laboratorium. Saat di dalam lab praktikan di harap tenang sehingga
praktikan yang lain dapat melakukan praktek dengan konsentrasi.