Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

PERANAN CAHAYA DAN CO2 PADA FOTOSINTESIS

NAMA : ERWIN WIJAYA


NIM : G011181064
KELAS : FISTUM A
KELOMPOK : 3
ASISTEN : 1. EKA SETIAWAN
2. MUHAMMAD SYACHRUL RAMADHAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman memperoleh nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya
dengan cara autotrof. Autotrof yaitu tidak bergantung pada organisme lain,
melainkan degan cara membuat atau sintesis makanan dan senyawa organik yang
dibutuhkannya. Dalam proses ini tanaman membutuhkan energi dari cahaya
(foton) sehingga disebut fotosintesis.
Proses fotosintesis, organisasi dan fungsi sel tumbuhan bergantung pada
persediaan energi yang tidak ada henti-hentinya. Sumber energi ini nantinya
tersimpan didalam molekul-molekul organik yaitu karbohidrat. Fotosintesis
merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh tumbuhan hijau dalam menggunakan
zat karbon dari udara dan diubah menjadi bahan organik bahan organik atau
diasimilasi dalam tubuh tumbuhan, senyawa organik yang baru adalah vantai
karbon yang dibentuk oleh tumbuhan hijau dari proses fotosintesis.
Fotosintesis ini hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang mempunyai
klorofil atau zat hijau daun. Proses ini hanya akan terjadi jika cahaya melalui
perantara pigmen hijau daun yaitu klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Organ
yang paling dominan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis yaitu daun.
Organ tersebut umumnya mempunyai kandungan klorofil yang yang lebih banyak
dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Setiap jenis daun pada tumbuhan
mempunyai kandungan klorofil yang berbeda-beda bahkan dalam satu individu
tumbuhan. Perbedaaan kadar klorofil pada tumbuhan ini disebabkan karena kadar
pigmen lain yang ada pada daun tersebut lebih dominan atau disebabkan oleh
adanya faktor adaptasi pada tumbuhan.
Energi cahaya diperlukan dalam proses fotosintesis untuk memecah air.
Cahay terdiri atas beberapa spektrum warna. Masing masing warna mempunyai
panjang gelombang yang berbeda-beda sehingga pengaruhnya terhadap
fotosintesis juga berbeda. Tumbuhan pada umumnya mengarbsorbsi cahaya
dengan panjang gelombang antara 400-750 nm.
Berdasarkan uraia diatas, mka perlu dilakukan praktikum mengenai peranan
cahaya dan karbondioksida dalam proses fotosintsis untuk mengetahui spektrum
warna apa yang efektif dalam fotosintesis, dan pengaruh pemberian larutan
penyedia karbondioksida terhadap laju fotosintesis.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat:
a. Membuktikan adanya fotosintesis pada tumbuhan hijau.
b. Menemukan fakta tentang gejal fotosintesis.
c. Mendeskripsikan proses fotosintesis.
d. Mendeskripsikan pengaruh cahaya dan konsentrasi karbondioksida terhadap
laju fotosintesis.
Adapun kegunaan dari praktikum peranan cahaya dan karbondioksida pada
fotosinteis adalah untuk mengetahui bagaiman pengaruh intensitas cahaya dan
karbondioksida terhadap lajufotosintesis tanaman Hydrilla verticillate.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Hydrilla verticillata


Hydrilla (Hydrilla verticillata) dapat tumbuh di berbagai habitat, biasanya
ditemukan di perairan dangkal dengan kedalaman 0,5 m dan dapat tumbuh di
perairan dengan kedalaman lebih dari 10 m. Hydrilla (Hydrilla verticillata) juga
dapat tumbuh pada perairan oligotrofik dan eutrofik. Sedimen dengan kandungan
organik yang tinggi dapat mempercepat pertumbuhan Hydrilla verticillata,
meskipun juga ditemukan tumbuh pada substrat berbatu (Urifa, et al., 2017).
Tanaman H. verticillata merupakan tanaman yang melayang di air, sehingga
dapat menurunkan bahan pencemar perairan lebih efektif karena bagian daun,
batang dan akar terendam di dalam air (Siregar, 2017). Tanaman roduktif ini,
dalam air dapat tumbuh dengan cepat dan dapat berkembang dalam air dari
beberapa sentimeter sampai 20 meter (urifa, 2017).
Klasifikasi dari Hydrilla verticillata adalah (Hatauruk, 2014):
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Hydrilla
Spesies : Hydrilla verticillata
Hydrilla verticillata adalah tumbuhan air yang merupakan bagian dari
ekosistem danau dan berperan sebagai sumber daya baik langsung maupun tidak
langsung . Tumbuhan air adalah tumbuhan yang tumbuh di air atau sebagian
siklus hidupnya berada di air. Keberadaan tumbuhan air di perairan terbuka tidak
selalu menimbulkan kerugian. Hydrilla verticillata hidup secara submersum dan
sering terdapat pada perairan-perairan tergenang (Hutauruk, 2014).
2.2 Fotosintesis Tanaman Hydrilla verticillata
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau
energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri
dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan
energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi
yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting
bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar
oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energy
melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis
merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon
bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.
Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui
kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang (Juwilda, 2011).
Hydrilla verticillata memiliki daun yang kecil berwarna hijau karena
mengandung klorofil. Untuk bertumbuhnya tanaman ini tidak terlepas dari
pengaruh cahaya yang dapat diterima pada tanaman tersebut yang digunakan
untuk berfotosintesis. Hydrilla verticillata merupakan tumbuhan yang letak
stomatanya lebih banyak berada pada permukaan bawah daun. Hal ini dibuktikan
pada percobaan yang dilakukan oleh Ingen House diketahui bahwa daun-daun
yang berfotosintesis mengeluarkan oksigen lebih cepat pada bagian permukaan
sisi bawah daun daripada sisi permukaan atas daun. Terdapat sejumlah
± 100.000/cm2 stomata dibagian sisi permukaan bawah daun dan tidak ditemukan
sama sekali adanya stomata di permukaan atas daun (Handoko, 2011).
Tumbuhan akuatik lebih menyukai karbondioksida sebagai sumber karbon
dibandingkan dengan bikarbonat dan karbonat. Bikarbonat sebenarnya dapat
berperan sebagai sumber karbon. Namun, di dalam kloroplas bikarbonat harus
dikonversi terlebih dahulu menjadi karbondioksida dengan bantuan enzim
karbonik anhidrase.Energi matahari diserap oleh klorofil dan digunakan untuk
menguraikan molekul air, membentuk gas oksigen dan mereduksi molekul NADP
menjadi NADPH (Puspitanigrum et al., 2012).
2.3 Peran KHCO3 dan K2CO3 dalam Proses Fotosintesis
Kalium karbonat (K2CO3), berperan dalam menyerap atau menangkap
CO2.Karbon dioksida dihasilkan oleh semuahewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan
mikroorganisme pada proses respirasi dandigunakan oleh tumbuhan pada proses
fotosintesis. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran
bahan bakar fosil.Semakin banyak karbon dioksida di udara semakin banyak
jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk fotosintesis. Jika kadar CO2
dalam sel rendah maka laju fotosintesis akan menurun (Cundari, 2014).
Penambahan bahan KHCO3 memberi pengaruh terhadap kestabilan
klorofil-a selama penyimpanan jika dibandingkan dengan sampel tanpa
penambahan bahan penstabil pada kondisi tanpa paparan cahaya. Pemberian
bahan penstabil menimbulkan reaksi pada larutan yang dapat menjaga
konsentrasi klorofil tidak mengalami degradasi dengan cepat.Penambahan
KHCO3dimaksudkan untuk mempertahankan derajat keasaman ekstrak klorofil
agar dalam suasana menjadi basa sehingga degradasi akibat pH asam yang
dapat memicu terbentuknya feofitin dapat dihambat. Penambahan
KHCO3dalam ekstrak dimaksudkan akan bersifat basa didalam larutan namun
KHCO3tidak dapat larut didalam aseton akan terbukti signifikan untuk
mepertahankan kandungan klorofil yang disinari cahaya (Kurniawan, 2013).
Peran KHCO3 dan K2CO3 dalam proses fotosintesis adalah sebagai
katalisator dalam reaksi fotosintesis yang dapat mempengaruhi laju fotosintesis.
Dengan menggunakan KHCO3 dan K2CO3 terdapat kandungan CO2 sehingga
dapat mempercepat laju reaksi fotosintesis dimana ketika laju fotosintesis cepat
maka oksigen yang dihasilkan juga lebih banyak.Sehingga mempermudah dalam
melakukan pengamatan tersebut (Puspitaningrum, et al., 2012).
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses pengubahan zat-zat anorganik (H2O dan
CO2) menjadi zat organik (karbohidrat) oleh klorofil dengan pertolongan sinar
matahari. Pengubahan energi sinar matahari menjadi energi kimia (karbohidrat),
kemudian mengubah energi kimia ini diubah lagi menjadi energi kerja. Peristiwa
respirasi pada tubuh tumbuhan, hewan atau manusia itu merupakan rangkaian
proses kehidupan di dunia ini, sehingga ketahanan hidup semua organisme di
bumi ini tergantung pada fotosintesis (Utomo, 2007).
Fotosintesis dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam
maupun faktor dari luar. Faktor dalam antara lain adalah umur daun, keadaan
stomata dan jenis tumbuhan. Faktor luar antara lain adalah CO2 dan O2,
ketersediaan air, kelembaban dan suhu udara, keadaan cahaya (Suyitno, 2010).
2.5 Peranan Cahaya Terhadapa Fotosintesis
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang
berarti menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan
senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya
alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen
tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa
spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda,
sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Juwilda, 2011).
Sumber cahaya matahari merupakan suatu faktor terpenting dalam
kehidupan makhluk hidup, khususnya dalam ekosistem perairan karena hampir
semua energi yang menggerakkan dan mengontrol metabolisme di perairan
berasal dari energi matahari yang dikonversi secara biokimia melalui proses
fotosintesis. Laju fotosintesis akan tinggi bila intensitas cahaya tinggi dan
menurun bila intensitas cahaya berkurang. Oleh karena itu cahaya berperan
sebagai faktor pembatas utama dalam fotosintesis (Suyitno, 2010).
2.6 Peran Spektrum Cahaya Terhadap Fotosintesis
Spektrum cahaya atau spektrum tampak adalah bagian dari spektrum
elektromagnetik yang tampak oleh mata manusia. Radiasi elektromagnetik dalam
rentang panjang gelombang ini disebut cahaya. Sedangkan cahaya merupakan
bentuk energi yang dikenal sebagai energi elektromagnetik yang disebut radiasi.
Spektrum elektromagnetik ini dipancarkan oleh matahari secara keseluruhan
melewati atmosfer bumi sedangkan radiasi elektromagnetik diluar jangkauan
panjang gelombang optik atau jendela tranmisi lainnya, hampir seluruhnya diserap
di atmosfer bumi (Handoko, 2011).
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang berperan penting
dalam laju fotosintesis. Cahaya matahari berasal dari cahaya putih yang dapat
diuraikan menjadi komponen-komponen warna karena panjang gelombang cahaya
yang berbeda untuk setiap warna yang berbeda. Komponen-komponen warna
tesebut adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu (Handoko, 2011).
Menurut warna cahayanya, cahaya matahari terdiri atas 7 jenis warna
sinar. Bukti bahwa cahaya matahari tersusun atas bermacam-macam warna sinar
dapat kita lihat pada peristiwa pelangi. Ke tujuh warna sinar memiliki panjang
gelombang yang berbeda-beda. Berdasar urutan panjang gelombangnya dari
panjang ke pendek adalah meliputi sinar merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila
dan ungu .Tetapi tidak semua jenis sinar tersebut dimanfaatkan atau diserap secara
optimal oleh tumbuhan.Klorofil menyerap semua warna sinar,kecuali sinar hijau.
Sinar yang paling banyak diserap untuk fotosintesis adalah sinar merah (± 700
nm) dan biru (± 750 nm). Jenis sinar yang lain juga diserab energinya walaupun
dalam tingkat yang lebih rendah. Sinar hijau justru dipantulkan oleh klorofil,
sehingga daun tampak berwarna hijau (Suyitno, 2013).
2.7 Peran Konsentrasi CO2 Terhadapa Laju Fotosintesis
Fiksasi gas CO2 dalam daun akan meningkat apabila konsentrasi gas CO2 di
lingkungan sekitar naik. Jenis tumbuhan dan suhu di lingkungan sekitar tumbuhan
juga berpengaruh pada proses fiksasi gas CO2 oleh tumbuhan. Dengan adanya
penambahan CO2, maka akan menambah kecepatan fotosintesis dan juga dapat
mempercepat pertumbuhan. Tetapi, apabila adanya kelebihan CO2 yang berlebih
justru akan bersifat racun bagi tanaman. Setiap mol CO2 yang bereaksi
memerlukan energi matahari sebesar 0,47 MJ (Sutoyo, 2011).
Konsentrasi CO2 berperan penting pada proses reaksi gelap. Dalam reaksi
gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan
energi (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini
diperoleh dari reaksi terang. Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya
matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung
atom karbon menjadi molekul gula (Siregar, 2017).
Konsentrasi CO2 berpengaruh positif pada proses fotosintesis, kenaikan CO2
akan berpengaruh positif pada penggunaan air oleh tanaman. Stomata mempunyai
fungsi sebagai masuknya CO2 dan keluar masuknya uap air dari daun. Besar
kecilnya pembukaan stomata ialah regulasi terpenting yang dilakukan oleh
tanaman dimana tanaman berusaha memasukkan CO2 sebanyak mungkin tetapi
tidak dengan mengeluarkan H2O untuk mencapai efisiensi pertumbuhan yang
tinggi. Daya ikat yang tinggi pada CO2 dapat menyebabkan perbandingan antara
pemasukan CO2 dan konduktivitas stomata optimum (Sutoyo, 2011).
2.8 Hubungan Stomata dan Klorofil Tehadap Fotosintesis
Proses fotosintesis pada tanaman melibatkan peran melalui bagian dari
tumbuhan yaitu stomata. Stomata merupakan lubang-lubang kecil yang dikelilingi
oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penjaga dan terdapat pada
permukaan daun dimana biasanya stomata disebut juga dengan mulut daun.
Stomata berfungsi sebagai asimilasi CO2 pada berlangsungnya proses fotosintesis
pada suatu tanaman. Perbedaan kerapatan stomata dapat menyebabkan perbedaan
proses fotosintesis pada suatu tanaman. Adanya stomata pada daun
memungkinkan terjadinya pertukaran gas dimana CO2 dapat keluar masuk melalui
proses respirasi dan transpirasi (Najib, 2009).
Intensitas cahaya yang cukup dan kondisi ekologis yang dapat ditoleransi
dengan baik dapat mempengaruhi kandungan klorofil yang dihasilkan. Semakin
banyak pembentukkan klorofil, maka proses fotosintesis semakin optimal,
ditandai dengan tingginya karbohidrat yang dihasilkan. Klorofil merupakan
pigmen yang terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap
sebagai energi untuk proses fotosintesis. Klorofil merupakan salah satu faktor
utama yang mempengaruhi laju fotosintesis yang akan meningkat seiiring
peningkatan penetrasi intensitas cahaya dan sebaliknya (Sarmita, 2008).
Intensitas akan mempengaruhi proses fotosintesis yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dari banyaknya jumlah daun. Peningkatan intensitas cahaya
matahari merupakan sumber energi utama untuk melakukan proses fotosintesis.
Hasil fotosintesis akan ditranslokasikan keseluruh jaringan tanaman melaui floem,
yang selanjutnya energi hasil fotosintesis tersebut akan dipergunakan tanaman
untuk mengaktifkan pertumbuhan tunas, daun dan batang sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan optimal (Suci dan Swasono, 2018).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroklimatologi
danStatistika, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari
Sabtu, 19 Oktober 2019 pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet tetes,
gelas beker, corong gelas, cutter, stopwatch, kawat penyangga, alat tulis,
balonlampuputih, merah, kuning dan hijau.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tumbuhan Hydrilla
verticillata, air kolam atau air aquarium, benang pengikat, larutan K2CO3dan
KHCO3.
3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan 3 bauh gelas beker, masing-masing diisi dengan air kolam
atau air aquarium sebanyak 1 L.
2. Menyiapkan 9 tangkai tanaman Hydrilla verticillata yang sehat, potong
pangkal rantingnya di dalam air hingga masing-masing berukuran 15 cm.
3. Membuat potongan tanaman Hydrilla verticillata dalam 3 kelompok yang
diikat pada pangkalnya dengan menggunakan benang.
4. Menggantung setiap kelompok tanaman Hydrilla verticillata pada pangkal
corong dengan menggunakan benang dengan posisi pangkal tanaman
menghadap keatas.
5. Memasukkan kelompok tanaman ke-I yang telah digantung pada masing-
masing corong gelas ke dalam gelas beker ke-I dan seterusnya dalam
posisi menggantung sekitar 2 cm dari dasar gelas beker.
6. Memberikan label (tanda) pada setiap kelompok perlakuan, gelas beker ke-
I tanpa perlakuan (kontrol), gelas beker ke-II larutan K2CO3 dan gelas
beker ke-III larutan KHCO3.
7. Memindahkan masing-masing 2 ml larutan K2CO3 dan KHCO3 ke dalam
pipet tetes.
8. Menutup tangkai corong dengan tabung reaksi secara tegak lurus
danusahakan air mengisi sebagian besar tabung reaksi.
9. Memasukkan K2CO3 ke dalam gelas beker ke-II dan KHCO3 ke dalam
kelas beker ke-III.
10. Memberikan perlakuan 4 cahaya yang berbeda selama masing-masing 10
menit.
11. Menghitung jumlah gelembung yang muncul dari potongan ranting
tanaman.
12. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel pengamatan.
13. Membuat grafik dari tabel pengamatan berisi hasil pengamatan.
LAMPIRAN
Lampiran 8. Hasil Fotosintesis Tanaman Hidrylla Verticillata pada Beberapa
Spektrum Cahaya

Jumlah Gelembung
No Jenis Pencahayaan
Kontrol K2CO3 KHCO3
1 Putih 1 12 7
2 Merah 0 9 8
3 Hijau 2 67 3
4 Kuning 3 411 14

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 8a. Pengaruh spektrum cahaya hijau


pada Tanaman Hidrylla Verticillata

Gambar 8b. Pengaruh spektrum cahaya putih


pada Tanaman Hidrylla Verticillata
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:

450 411
400
350
300
250 Kontrol
200 K2CO3

150 KHCO3

100 67
50 14
1 12 7 0 9 8 2 3 3
0
Putih Merah Hijau Kuning

1.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai peran cahaya dan
CO2 terhadap laju fotosintesis diketahui bahwa, masing-masing perlakuan warna
spektrum cahaya tampak ada perbedaan laju fotosintesis pada tanaman air
Hydrilla verticillata. Pada tabel yang berisi rata-rata jumlah O2 yang terkumpul
menggambarkan bahwa laju fotosintesis yang tertinggi adalah pada pemberian
cahaya tampak warna hijau pada konsentrasi kontrol, kemudian pemberian cahaya
berwarna putih. Adanya perbedaan jumlah O2 yang dihasilkan disebabkan karena
adanya perbedaan panjang gelombang dari setiap spektrum warna yang
menyebabkan hasil O2 yang ada berbeda-beda. Tanaman pada umumnya
mengabsorpsi cahaya dengan panjang gelombang 400-700 nm. Hal ini sesuai
dengan pendapat Papib (2013), yang menyatakan bahwa panjang gelombang
cahaya berkorelasi dengan spektrum warna pada cahaya tampak, dimana masing-
masing warna memiliki interval panjang gelombang yang berbeda-beda. Spektrum
warna merah memiliki panjang gelombang 620-750 nm, spektrum warna kuning
memiliki panjang gelombang 565-590 nm, spektrum warna hijau memiliki
panjang gelombang 520-560, sedangkan spektrum warna biru memiliki panjang
gelombang 435-515 nm.
Banyaknya O2 yang terkumpul paling tinggi terdapat pada spektrum cahaya
kuning dengan kisaran 411 sedangkan yang terendah berada pada cahaya merah.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Advinda (2018), yang menyatakan bahwa
tanaman lebih banyak menyerap sinar berwarna biru dan sinar berwarna merah.
Akan tetapi, hasil yang didapatkan menunjukkan banyaknya O2 terdapat pada
sinar berwarna kuning. Panjang gelombang yang pendek hanya dapat diserap oleh
klorofil dalam jumlah yang sedikit atau tidak ada sama sekali. Selain itu, spektrum
warna kuning tidak begitu banyak dibutuhkan oleh tanaman, sedangkan spektrum
warna hijau tidak semuanya diserap oleh tanaman melainkan sebagian diserap dan
sebagian lagi di pantulkan.
Pemberian larutan K2CO3 dan KHCO3 berperan dalam menyerap atau
menangkap CO2. Selain itu, peran terhadap tanaman agar mempercepat laju
fotosintesis karena pada larutan tersebut terdapat kandungan CO2 sehingga dapat
mempercepat laju reaksi fotosintesis dimana ketika laju fotosintesis cepat maka
oksigen yang dihasilkan pula juga lebih banyak. Selain itu, penambahan larutan
tersebut akan mempertahankan derajat keasaman ekstrak klorofil agar dalam
suasana menjadi basa sehingga degradasi akibat pH asam yang dapat
memicu terbentuknya feofitin dapat dihambat (Kurniawan, 2010)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Fotosintesis merupakan suatu proses pemanfaatan unsur karbon yang ada di
udara yang selanjutnya akan diubah menjadi bahan organik dengan bantuan
cahaya matahari.
2. Peranan cahaya dan CO2 terhadap proses fotosintesis yaitu sangat penting
karena cahaya dan karbondioksida merupakan faktor penting dalam proses
fotosintesis, karena itu adalah bahan utama dalam proses tersebut.
3. Proses fotosintesis pada tanaman yaitu penggunaan karbondioksida dan air
untuk menghasilkan glukosa atau gula dan oksigen dengan bantuan cahaya
matahari.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan dalam praktikum ini adalah praktikan harusnya
lebih teliti dalam melakukan praktikum sehingga data atau hasil yang didapatkan
sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Cundari, Lia, et.al. 2014. Pengaruh Penggunaan Solven Natrium Karbonat


(Na2CO3) Terhadap Absorpsi CO2 Pada Biogas Kotoran Sapi Dalam Spray
Column. Jurnal Teknik Kimia No. 4(20).

Hatauruk, V.O.. 2014. Pengaruh ekstraksegar limun(Hydrilla verticillata L.)


Danau toba terhadap kadar kolestrol total dan gambar mikrostruktur aorta
mencit (Mus musculust). Universitas Sumatera Utara, Medan.

Handoko, P.2011. Pengaruh Spektrum Cahaya Tampak Terhadap Laju


Fotosintesis Tanaman Air Hydrilla verticillata. Universitas Nusantara.
Kediri.

Juwilda. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis.Universitas


Sriwijaya.
Kurniawan, M.P, et.al.2013. Pengaruh Penambahan MgCO3 Dan NaHCO3
Dengan Perbedaan Pencahayaan Terhadap Stabilitas Pigmen Klorofil-A
Mikroalga Chlorella vulgaris. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan Volume 2, Nomor 3Halaman 25-33.

Najib, Ahmad. 2009. Anatomi Morfologi Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Farmasi


Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Puspitaningrum.,et al. 2012. Produksi Dan Konsumsi Oksigen Terlarut Oleh


Beberapa Tumbuhan Air. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sarmita, F. 2008. Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan Beberapa Legum pada


Ketinggian Tempat yang Berbeda. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA
Undip.

Suci Citra Wulan dan Suwasono Heddy. 2018. Pengaruh Intensitas Cahaya
Terhadap Keragaan Tanaman Puring (Codiaeum variegetum). Jurnal
Produksi Tanaman. Vol. 6 (1). ISSN: 2527-8452.

Sutoyo. 2011. Masalah Dan Peranan CO2 Pada Produksi Tanaman. Jurnal Buana
Sains Vol 11(1): 83-90.

Suyitno. 2010. Fotosintesis I. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Siregar, Annisa , Jubaedah, Dade, dan Wijayanti, Marini.2017. Penggunaan


Hydrilla Verticillata Sebagai Fitoremediator dalam Pemeliharaan Ikan Patin
(Pangasius sp.). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 5(1) :70-82.
Urifah, Dewi , Kusriani, Zakiyah, Umi , B. C, Handaru, dan Y. Rieke. 2017.
Adsorpsi Logam Timbal (Pb) oleh Tanaman Hydrilla (Hydrilla verticillata).
Jurnal Riset Teknologi Industri vol 11 (2).
4.2 Pembahasan
Tingginya jumlah gelumbung pada perlakuan K2CO3 dengan spektrum warna
merah disebabkan karena spektrum warna merah memiliki panjang gelombang
antara 650-700 nm, sehingga mudah diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Advinda, 2018 yang menyatakan bahwa klorofil menyerap lebih banyak
cahaya terlihat oada warna biru (400-450 nm) dan merah (650-700 nm). Akan
tetapi spektrum cahaya dan biru pada berbagai perlakuan dan kontrol
menunjukkan jumlah gelombang yang sedikit bahkan tidak ada ada sama
sekali.hal ini disebabkan karena intensitas cahaya lampu pada warna biru hanya
10 watt, sedangkan intensitas cahaya pada warna merah yaitu 60 watt. Pada warna
hijau yaitu 60 watt, dan pada warna putih yaitu 18 watt. Sehingga jumlah
gelumbung pada cahaya biru merupakan yang paling sedikit dari semua perlakuan.
Pemberian buffer CO2 seperti KHCO3 dan K2CO3 juga tidak memperlihatkan
adanya perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan kontrol, karena jumlah
gelembung yang ada pada perlakuan kontrol tidak lebih banyak dari tapa
perlakuan yang sama. Hal ini bisa saja disebabkan karena air yang dipakai
merupakan air danau yang tidak jernih atau keruh sehingga mengganggu proses
pengamatan. Selain itu, adanya kesalahan pada saat praktikum bisa saja menjadi
penyebab terjadinya kesalahan tersebut.
Selain itu, jumlah gelembung pada perlauan K2CO3 dan KHCO3 sangat
berbeda jauh, dimana jumlah gelumbung pada K2CO3 lebih banyak daripada
KHCO3. Hal ini tidak sesuai dengan fungsi utama dari larutan tersebut yaitu
sebagai katalisator CO2. Akan tetapi Subandi (2010) mengatakan bahwa K2CO3
bereaksi dengan CO2 dan H2O menghasilkan KHCO3. Ini bisa saja menjadi
penyebab tingginya jumlah gelembung pada perlakuan K2CO3 karena selain
mengikat CO2 juga membentuk KHCO3 sehingga CO2 yang diserap atau diikat
juga banyak, yang berdampak pada banyaknya O2 atau gelembung yang
dikeluarkannya.

Anda mungkin juga menyukai