Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

PERANAN CAHAYA DAN CO2 PADA FTOTSINTESIS

Nama : Fransiska Rosari Noko


NIM : G011181088
Kelas : Fisiologi Tumbuhan B
Kelompok :5
Asisten : Nurul Qadriani Yushar

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dunia ini, organisme dan fungsi suatu sel hidup bergantung pada
persediaan energi yang tidak henti-hentinya dimana sumber energi tersebut
tersimpan dalam molekul-molekul organik. Tumbuhan hijau merupakan
organisme yang dapat menghasilkan suatu energi dengan jalan menangkap energi
matahari yang digunakan untuk sintesis molekul-molekul organik kaya energi dari
senyawa anorganik H2O dan CO2. Hal ini menyebabkan tumbuhan hijau memiliki
sifat autotrof dengan kebalikan dari sifat tersebut yaitu heterotrof yang dimiliki
oleh organisme yang hidupnya bergantung pada organisme autotrof sebagai
contoh yaitu hewan dan manusia (Sutoyo, 2011).
Tumbuhan hijau dalam menghasilkan suatu energi bergantung pada proses
fotosintesis. Fotosintesis merupakan penambatan zat karbon dari udara untuk
diubah menjadi senyawa organik dan menghasilkan suatu energi yang digunakan
tumbuhan hijau untuk pertumbuhan. Proses fotosintesis dapat berlangsung karena
adanya organ pada tumbuhan yang disebut klorofil. Organel kloroplas berwarna
hijau disebabkan adanya empat tipe utama pigmen yaitu klorofil a dan b yang
berwarna hijau serta xanthofil dan karoten yang berwarna kuning-oranye. Klorofil
sangat berperan bagi kelangsungan proses fotosintesis karena klorofil mampu
menangkap cahaya matahari yang merupakan radiasi elektromaknetik pada
spektrum kasat mata (Utami, 2010).
Mekanisme proses fotosintesis dapat berlangsung secara cepat maupun
lambat. Proses fotosintesis yang berlangsung dengan cepat menghasilkan energi
yang besar hingga tidak keseluruhan dari energi yang dihasilkan dari proses
fotosintesis terpakai semuanya. Sebagian dari energi yang dihasilkan disimpan
dalam bentuk cadangan makanan. Cahaya matahari merupakan salah satu faktor
yang berperan penting dalam laju fotosintesis. Cahaya matahari berasal dari
cahaya putih yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen warna karena
panjang gelombang cahaya yang berbeda untuk setiap warna yang berbeda.
Komponen-komponen warna tesebut adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila dan ungu (Handoko, 2013).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum peranan cahaya
dan CO2 pada fotosintesis agar kita dapat mengetahui bagaimana cahaya dan CO2
berperan dalam pembentukan karbohidrat dan oksigen pada tanaman yang
berguna bagi manusia.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan adanya fotosintesis
pada tumbuhan hijau, menemukan fakta tentang gejala fotosintesis, menjelaskan
proses fotosintesis pada tanaman, dan menjelaskan pengaruh cahaya dan
konsentrasi CO2 terhadap laju fotosintesis.
Kegunaannya agar kita dapat memahami proses fotosintesis pada tanaman
hijau dan memahami bagaimana pengaruh cahaya dan konsentrasi CO2 terhadap
laju fotosintesis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Hydrilla verticillata


Menurut Madha (2010) Hydrilla verticillata merupakan tanaman air yang
hidup di kolam maupun danau yang airnya relatif jernih atau tidak keruh. Hydrilla
verticillata memiliki daun yang kecil berwarna hijau karena mengandung klorofil.
Untuk bertumbuhnya tanaman ini tidak terlepas dari pengaruh cahaya yang dapat
diterima pada tanaman tersebut yang digunakan untuk berfotosintesis. Klasifikasi
dari Hydrilla verticillata adalah :
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Famili : Hydrocharitaeae
Genus : Hydrilla
Spesies : Hydrilla verticillata
Hydrilla verticillata memiliki akar berwarna kekuning-kuningan yang
tumbuh di dasar air dengan kedalaman sampai 2 meter. Batangnya tumbuh dengan
panjang 1 sampai 2 meter dengan 2 hingga 8 helai daun yang tumbuh pada lingkar
batangnya. Tiap-tiap daun memiliki panjang 5 sampai 20 mm dan 0,7 sampai 2
mm lebarnya dengan gerigi atau duri kecil disepanjang ujung daun. Hydrilla
verticillata merupakan tumbuhan berumah satu (meskipun kadang-kadang
berumah dua) dengan bunga jantan dan betina dihasilkan dalam satu tanaman.
Bunganya kecil dengan 3 kelopak dan 3 mahkota dengan mahkota panjangnya 3
sampai 5 mm berwarna transparan dengan garis merah. Bunganya jarang ada,
apabila dan akan tumbuh pada ketiak daun menuju permukaan air melalui tangkai
bunga yang panjang. Hydrilla verticillata juga dapat bereproduksi secara vegetatif
dengan jalan fragmentasi, bertunas dan akar tinggal (Puspitaningrum, 2012).
Hydrilla verticillata merupakan tanaman air yang tumbuh terus-menerus,
hidup berkoloni dan dapat tumbuh di permukaan air hingga kedalaman 20 kaki.
Tanaman air Hydrilla verticillata dapat tumbuh bercabang-cabang dengan banyak
hingga mencapai permukaan air dimana percabangannya dapat menutupi seluruh
permukaan air. Tanaman air ini dapat dijumpai di danau, kolam, sungai dengan
kondisi air yang relatif jernih. Hydrilla verticillata digunakan sebagai habitat
untuk beberapa hewan avertebrata (hewan tak bertulang belakang) dimana hewan-
hewan tersebut digunakan untuk makanan ikan dan spesies lain seperti katak dan
unggas. Setelah tanaman air tersebut mati kemudian akan diuraikan oleh bakteri
pengurai dan digunakan sebagai makanan untuk hewan avertebrata sedangkan
umbi atau bonggolnya biasanya dimakan oleh ungags (Cundari, 2014).
2.2 Fotosintesis Tanaman Hydrilla verticillata
Tumbuhan air berperan dalam meningkatkan kadar oksigen dalam air melalui
proes fotosintesis. Karbondioksida dalam proses fotosintesis diserap oksigen
dilepas ke dalam air. Proses fotosintesis mempunyai manfaat penting dalam
akuakultur, diantaranya adalah menyediakan sumber bahan organik bagi
tumbuhan itu sendiri serta sumber oksigen yang digunakan oleh semua organisme
di dalam air (Puspitaningrum, 2012).
Hydrilla verticillata memiliki daun yang kecil berwarna hijau karena
mengandung klorofil. Untuk bertumbuhnya tanaman ini tidak terlepas dari
pengaruh cahaya yang dapat diterima pada tanaman tersebut yang digunakan
untuk berfotosintesis. Hydrilla verticillata merupakan tumbuhan yang letak
stomatanya lebih banyak berada pada permukaan bawah daun, hal ini dibuktikan
pada percobaabn yang dilakukan oleh Ingen House diketahui bahwa daun-daun
yang berfotosintesis mengeluarkann oksigen lebih cepat pada bagian permukaan
sisi bawah daun daripada sisi pemukaan atas daun. Terdapat sejumlah ±
100.000/cm2 stomata di bagian sisi permukaan bawah daun dan tidak ditemukan
sama sekali adanya stomata di permukaan atas daun (Handoko, 2013).
Tumbuhan akuatik lebih menyukai karbondioksida sebagai sumber karbon
dibandingkan dengan bikarbonat dan karbonat. Bikarbonat sebenarnya dapat
berperan sebagai sumber karbon. Tetapi, di dalam kloroplas bikarbonat harus
dikonversi terlebih dahulu menjadi karbondioksida dengan bantuan enzim
karbonik anhidrase. Energi matahari diserap oleh klorofil dan digunakan untuk
menguraikan molekul air, membentuk gas oksigen dan akan mereduksi molekul
NADP menjadi NADPH (Utami, 2010)
2.3 Peran KHCO3 dan K2CO3 Dalam Proses Fotosintesis
Ada beberapa cara untuk membentuk karbon dioksida yaitu dengan absorpsi
kimia, adsorpsi fisik, adsorpsi kimia, dan pemisahan gas menggunakan membran.
Penyerapan gas karbondioksida dalam biogas tersebut dengan menggunakan suatu
pelarut, atau sering disebut juga proses adsorbsi. Banyak pelarut yang telah
diaplikasikan untuk mengolah gas CO2, yaitu larutan alkanolamin, potasium
hidroksida (KOH), kalium bikarbonat (KHCO3), sodium hidroksida (NaOH),
potasium karbonat (K2CO3), dan sodium karbonat (Na2CO3) (Cundari, 2014).
Proses absorpsi karbon dioksida (CO2) menggunakan larutan kalium karbonat
(K2CO3) yang bereaksi secara lambat dengan karbon dioksida, sehingga
penambahan asam borat (H2BO3) sabagai promotor alternative untuk menaikkan
laju reaksi. Asam borat relatif lebih lama ligkungan dan tidak berinteraksi dengan
sulfur dioksida dan oksigen yang kemiungkinan ada dalam flue gas, dan juga
asam borat bias bersinergi dengan karbonat (Perkasa, 2017).
Karbon dioksida larut dalam air dan secara spontan membentuk H2CO3 (asam
karbonat) dalam kesetimbangan dengan CO2. Konsentrasi relatif antara CO2,
H2CO3, dan HCO3 - (bikarbonat) dan CO3 2 - (karbonat) bergantung pada kondisi
pH larutan. Dalam air yang bersifat netral atau sedikit basa (pH 6,5), bentuk
bikarbonat mendominasi (>50%). Dalam air yang bersifat basa kuat (pH > 10,4),
bentuk karbonat mendominasi. Bentuk karbonat dan bikarbonat memiliki
kelarutan yang sangat baik. Dalam air laut (dengan pH = 8,3 - 8,5) terdapat 120
yang bikarbonat per liter (Puspitaningrum, 2012).
2.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis
Menurut Handoko (2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju
fotosintesis, antara lain:
1. Konsentrasi Karbondioksida
Konsentrasi karbondioksida yang rendah dapat mempengaruhi laju
fotosintesis hingga kecepatannya sebanding dengan konsentrasi
karbondioksida. Namun bila konsentrasi karbondioksida naik maka dapat
dicapai laju fotosintesis maksimum kira-kira pada konsentrasi 1 % dan diatas
persentase ini maka laju fotosintesis akan konstan pada suatu kisaran lebar
dari konsentrasi karbondioksida. Kadar CO2 tidak boleh melebihi 1000-1200
µmolˉ¹ kerena konsentrasi kadar CO2 tersebut sering menyebabkan keracunan
atau penutupan stomata, kadang kala bahkan dapat menurunkan laju
fotosintesis.
2. Intensitas Cahaya
Ketika intensitas cahaya rendah, perputaran gas pada fotosintesis lebih kecil
daripada respirasi. Pada keadaan diatas titik kompensasi yaitu konsentrasi
karbondioksida yang diambil untuk fotosintesis dan dikeluarkan untuk
respirasi seimbang, maka peningkatan intensitas cahaya menyebabkan
kenaikan sebanding dengan laju fotosintesis. Pada intensitas cahaya sedang
peningkatan laju fotosintesis menurun sedangkan pada intensitas cahaya
tinggi laju fotosintesis menjadi konstan.
3. Suhu
Laju fotosintesis pada tumbuhan tropis meningkat dari suhu minimum 5ºC
sampai suhu 35ºC, diatas kisaran suhu ini laju fotosintesis menurun. Suhu
diatas 35ºC menyebabkan kerusakan sementara atau permanen protoplasma
yang mengakibatkan menurunnya kecepatan fotosintesis, semakin tinggi suhu
semakin cepat penurunan laju fotosintesis.
4. Oksigen
Kenaikan kadar oksigen dapat menghambat fotosintesis karena oksigen
merupakan komponen untuk respirasi. Oksigen akan bersaing dengan karbon
dioksida untuk mendapat hydrogen.
5. Air
Tumbuhan yang kekurangan air akan menjadi layu. Jika daun layu, stomata
cenderung menutup. Akibatnya, difusi karbon dioksida dari udara terhambat.
6. Kandungan klorofil
Daun yang menguning menunjukkan kadar klorofil berkurang. Hal ini akan
menurunkan laju fotosintesis. Tumbuhan memerlukan sejumlah unsur tertentu
untuk membuat pigmen klorofil. Un sur itu adalah Mg (Magnesium) dan N
(Nitrogen).
2.5 Peran Cahaya Terhadap Laju Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses pada tumbuhan hijau untuk menyusun
senyawa organik dari karbondioksida dan air. Proses fotosintesis hanya akan
terjadi jika ada cahaya dan melalui perantara pigmen hijau klorofil yang terletak
pada organel sitoplasma tertentu yang disebut kloroplas. Fotosintesis merupakan
suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga dan beberapa jenis bakteri
untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya
matahari. Fotosintesis berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat
di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis
(photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis adalah salah satu
cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari ACO 2 diikat
menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi (Utami, 2010).
Cahaya mutlak dibutuhkan sebagai energi penggerak fotosintesis, namun
demikian tingkat kebutuhan antar kelompok tumbuhan akan berbeda. Tidak pada
setiap kondisi meningkatnya intensitas akan diikuti atau menyebabkan meningkatnya
laju fotosintesis. Terdapat perbedaan tingkat kebutuhan cahaya, terutama antara
tumbuhan tipe C-3 dan C4. Pada tumbuhan C-3 terjadi kondisi yang disebut titik
jenuh cahaya. Pada kondisi tersebut, laju fotosintesis telah mencapai maksimum, dan
tidak meningkat lagi lajunya walau intensitas cahayanya bertambah. Fotosintesis
tumbuhan tipe C-4 semakin efektif pada intensitas yang semakin tinggi. Bahkan pada
kisaran intensitas dimana bagi tumbuhan C-3 telah mencapai titik jenuh, pada
tumbuhan C-4 justru masih mengalami peningkatan yang signifikan. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa tumbuhan C-4 lebih toleran hidup pada daerah dengan tingkat
intensitas cahaya yang tinggi (Perkasa, 2017).
Cahaya itu terdiri atas partikel-partikel kecil yang disebut foton dan foton ini
mempunyai sifat materi dan gelombang. Foton memiliki suatu energi yang
dinyatakan dengan kuantum. Foton bukanlah objek kasat mata tapi foton
bertindak seperti objek yang memiliki jumlah energi yang tetap. Beberapa banyak
energi yang dimiliki oleh cahaya itu bergantung pada panjang pendeknya
gelombang. Fotosintesis dan reaksi fotokimia lainnya tidak bergantung pada
energi total cahaya, tapi pada jumlah foton atau kuanta yang diserap. Foton
berenergi tinggi pada spektrum biru mempunyai energi hampir 2 kali lipat
dibandingkan dengan foton pada spektrum merah, tapi kedua foton itu mempunyai
efek yang persis sama dalam fotosintesis (Madha, 2010).
2.6 Peran Spektrum Cahaya Terhadap Proses Fotosintesis
Spektrum cahaya atau spektrum tampak adalah bagian dari spektrum
elektromagnetik yang tampak oleh mata manusia. Sinar-sinar yang tampak oleh
mata bergelombang 390 mµ sampai 760 mµ (1 mµ = 10 amstrom). Diurutkan dari
yang bergelombang panjang maka sinar-sinar tersebut adalah merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Sinar-sinar yang bergelombang lebih pendek
daripada sinar ungu adalah sinar ultra ungu, sinar X, sinar gamma dan sinar
kosmik. Sinar-sinar yang pendek gelombangnya maupun sinar yang panjang
gelombangnya daripada sinar merah yaitu sinar infra merah, semuanya tidak
mempengaruhi dalam proses fotosintesis (Handoko, 2013).
Cahaya matahari memiliki sifat polikromatik bila dibiaskan akan
menghasilkan cahaya-cahaya monokromatik. Cahaya-cahaya monokromatik
inilah yang ditangkap oleh klorofil dan digunakan dalam proses fotosintesis.
Dalam suatu percobaan diketahui bahwa gelombang cahaya biru dan cahaya
merah adalah yang paling efektif dalam melakukan proses fotosintesis. Hal ini
memotivasi untuk dilakukannya suatu percobaan pula untuk mengetahui pengaruh
spektrum cahaya tampak terhadap laju fotosintesis (Utami, 2010).
Jika berkas cahaya yang sama kuatnya dari cahaya monokromatik berbagai
panjang gelombang dipancarkan pada daun hijau, kecepatan fotosintesis pada
setiap panjang gelombang diukur, bahwa gelombang cahaya biru dan cahaya
merah adalah yang paling efektif dan cahaya hijau yang paling tidak efektif dalam
melakukan fotosintesis. Hal ini terkait dengan sifat cahaya dimana cahaya dapat
dipantulkan, diteruskan (ditransmisi) dan diserap (diabsorpsi). Jika suatu pigmen
diterangi dengan cahaya putih maka warna yang akan terlihat adalah warna paling
banyak dipantulkan atau diteruskan oleh pigmen bersangkutan. Jika suatu pigmen
menyerap semua panjang gelombang, pigmen itu akan tampak hitam. Daun
tampak berwarna hijau karena klorofil menyerap cahaya warna merah dan biru
ketika meneruskan dan memantulkan cahaya warna hijau (Ai, 2011).
2.7 Peranan Konsentrasi CO2 Terhadap Laju Fotosintesis
Gas CO2 adalah sumber karbon utama bagi pertumbuhan tanaman. Karbon
dioksida berperan penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman karena
tersedianya gas CO2 ini yang cukup dapat meningkatkan hasil fotosintesis.
Pengaruh biologis langsung dari pengaruh peningkatan CO2 pada produktifitas
tanaman sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dengan efisiensi fotositensis dan
efisiensi penggunaan air. Pengaruh fisiologis utama dari kenaikan CO2 ialah
meningkatnya laju assimilasi (laju pengikatan CO2 untuk membentuk karbohidrat,
fotosintesis) di dalam daun. Efisiensi penggunaan faktor pertumbuhan lainnya:
radiasi matahari, air dan nutrisi juga akan ikut meningkat (Sutoyo, 2011).
Kenaikan CO2 juga akan berpengaruh positif pada penggunaan air oleh
tanaman. Stomata mempunyai fungsi sebagai pintu gerbang masuknya CO2 dan
keluarnya masuknya uap air dari daun. Besar kecilnya pembukaan stomata ialah
regulasi terpenting yang dilakukan oleh tanaman dimana tanaman berusaha
memasukkan CO2 sebanyak mungkin tetapi dengan mengeluarkan H2O sedikit
mungkin untuk mencapai efisiensi pertumbuhan yang tinggi. Jika CO2 di atmosfir
meningkat maka tanaman tidak membutuhkan pembukaan stomata maksimum
untuk mencapai konsentrasi CO2 optimum di dalam daun sehingga laju
pengeluaran H2O dapat dikurangi (Ai, 2011).
Aspek penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir ialah
kecenderungan tanaman untuk menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Hal
ini berdampak penguapan air akan menjadi berkurang sehingga efisiensi
penggunaan air meningkat. Kekurangan air merupakan salah satu dari faktor
pembatas utama dari produktifitas tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan CO2 di atmosfir dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air.
Implikasi dari menutupnya stomata dapat meningkatkan daya tahan tanaman pada
kekeringan dan menekan kebutuhan air untuk pertanian (Utami, 2010).
2.8 Hubungan Stomata dan Klorofil Terhadap Fotosintesis
Daun mempunyai stomata (mulut daun) pada permukaan bawah anak daun
(abaxial). Jumlah dan ukuran stomata per unit area berbeda antar spesies tanaman
dan antar daun pada setiap spesies. Keadaan tajuk mempengaruhi keragaman
stomata serta kandungan klorofil, dan berpengaruh juga terhadap fungsi stomata
dan klorofil sebagai organ fotosintetik. Selain itu, lingkungan tumbuh
mempengaruhi keragaman stomata. Daun yang tumbuh pada kondisi kering dan
menerima intensitas cahaya yang tinggi cenderung mempunyai stomata yang lebih
kecil dan banyak dibanding dengan tanaman yang tumbuh pada kondisi lembab,
ternaungi dan terlindung (Madha, 2010).
Fungsi stomata adalah sebagai pengatur penguapan, masuknya CO2 dari
udara dan keluarnya O2 ke udara selama proses fotosintesis dan arah sebaliknya
pada saat respirasi. Penggunaan energi matahari dalam proses fotosintesis
dimungkinkan karena adanya pigmen berwarna hijau yang disebut klorofil.
Klorofil terdapat di dalam kloroplas tanaman dan dikenal antara lain klorofil a
(C55H72O5N4Mg) dan klorofil b (C55H7O6N4Mg). Klorofil tersebut mengabsorbsi
sinar dengan panjang gelombang 400- 700 nm yaitu sinar biru hingga merah
jingga. Stomata dan klorofil merupakan komponen biologi yang sangat
menentukan sintesis awal senyawa organik yang digunakan untuk proses-proses
fisiologis sepanjang daur hidup tanaman (Ai, 2011).
Peranan stomata dan klorofil dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan
senyawa organik sebagai asimilat dari senyawa anorganik dengan bantuan cahaya
matahari. Senyawa organik ini digunakan oleh tanaman untuk kelangsungan
hidupnya, yaitu untuk tumbuh dan berkembang. Untuk melaksanakan fungsinya,
stomata melakukan aktifitas membuka dan menutup. Gerakan stomata ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor biologi dan lingkungan. Dalam kondisi alami,
faktor yang terpenting adalah penyediaan air ke daun baik dalam keadaan terang
atau gelap, serta konsentrasi CO2. Jika daun mendapat air yang cukup dan suhu
tidak dalam keadaan ekstrim, cahaya akan menstimulasi pembukaan stomata dan
pada keadaan gelap stomata menutup. Oleh karena itu, pada siang hari stomata
membuka, dengan adanya klorofil pada daun, terjadi proses fotosintesis yang
menghasilkan senyawa organik yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan
berproduksi. Untuk melakukan aktifitas kehidupannya setiap jenis tanaman
memiliki jumlah stomata dan kandungan klorofil tertentu (Perkasa, 2017).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum peranan cahaya dan CO2 pada fotosintesis ini dilaksanakan di
Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar, pada hari Sabtu, 19 Oktober 2019 pukul 10.00 WITA
sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lap kasar, lap halus, tabung
reaksi, gelas beker, corong gelas, stopwatch, kawat penyangga, pipet tetes, dan
lampu putih, merah, kuning, hijau.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tumbuhan air Hydrilla
verticillata, larutan KHCO3 dan K2CO3, air kolam, dan benang pengikat.
3.3 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan 3 buah gelas beker, masing-masing diisi dengan air kolam atau
air aquarium sebanyak 1 L.
2. Menyiapkan 9 tangkai tanaman Hydrilla verticillata yang sehat, potong
pangkal rantingnya di dalam air hingga masing-masing berukuran 15 cm.
3. Membuat potongan tanaman Hydrilla verticillata dalam 3 kelompok yang
diikat pada pangkalnya dengan menggunakan benang.
4. Menggantungkan setiap kelompok tanaman Hydrilla verticillata pada
pangkal corong dengan menggunakan benang dengan posisi pangkal
tanaman menghadap ke atas.
5. Memasukkan kelompok tanaman ke-I yang telah digantung pada masing-
masing corong gelas ke dalam gelas beker ke-I dan seterusnya dalam posisi
menggantung sekitar 2 cm dari dasar gelas beker.
6. Memberikan label (tanda) pada setiap kelompok perlakuan, gelas beker ke-I
tanpa perlakuan (kontrol), gelas beker ke-II larutan K2CO3 dan gelas beker
ke-III larutan KHCO3.
7. Memindahkan masing-masing 2 ml larutan K2CO3 dan KHCO3 kedalam
pipet tetes.
8. Menutup tangkai corong dengan tabung reaksi secara tegak lurus dan
usahakan air mengisi sebagian besar tabung reaksi.
9. Memasukkan K2CO3 kedalam gelas beker ke-II dan KHCO3 kedalam kelas
beker ke-III.
10. Memberikan perlakuan 4 cahaya yang berbeda selama masing-masing 10
menit.
11. Menghitung jumlah gelembung yang muncul dari potongan ranting
tanaman.
12. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel pengamatan.
13. Membuat grafik dari tabel hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut:
Gambar 30. Grafik Jumlah Gelembung pada Beberapa Jenis Pencahayaan
500
450
400
Jumlah Gelembung

350
300 Jumlah Gelembung
Kontrol
250
200 Jumlah Gelembung
150 K2CO3
100 Jumlah Gelembung
50 KHCO3
0
Putih Merah Hijau Kuning
Jenis Pencahayaan

Sumber : Data primer setelah diolah, 2019.


4.2 Pembahasan
Berdasarkan pada grafik jumlah gelembung pada beberapa jenis pencahayaan
bahwa cahaya mempengaruhi CO2 pada proses fotosintesis, ini dibuktikan dengan
adanya gelembung (O2) yang muncul saat disinari dengan berbagai jenis cahaya
selama 10 menit. Dimana jumlah gelembung yang paling banyak yaitu pada jenis
pencahayaan kuning yang diberi K2CO3 sebagai katalisator atau larutan untuk
menambah CO2 untuk mempercepat laju reaksi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Handako (2013) bahwa tumbuhan tetap dapat melakukan fotosintesis tanpa
cahaya matahari, apabila masih terdapat cahaya tampak atau cahaya dengan
panjang gelombang tertentu yang masih bias diserap oleh suatu tanaman. Pada
intensitas cahaya sedang peningkatan laju fotosintesis menurun sedangkan pada
intensitas cahaya tinggi laju fotosintesis menjadi konstan dan tidak pada setiap
kondisi meningkatnya intensitas akan diikuti atau menyebabkan meningkatnya laju
fotosintesis tergantung pada jenis cahaya yang dapat diserap.
Pada perlakuan kontrol dimana tidak ada tambahan larutan seperti K2CO3 dan
KHCO3 jumlah gelembung yang paling banyak terdapat pada jenis pencahayaan
putih. Ini menandakan bahwa warna putih paling mudah dipantulkan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Ai (2011) bahwa jika suatu pigmen diterangi dengan
cahaya putih maka warna yang akan terlihat adalah warna paling banyak
dipantulkan atau diteruskan oleh pigmen bersangkutan. Jika suatu pigmen
menyerap semua panjang gelombang, pigmen itu akan tampak hitam. Daun
tampak berwarna hijau karena klorofil menyerap cahaya warna merah dan biru
ketika meneruskan dan memantulkan cahaya warna hijau
Pada perlakuan dengan larutan K2CO3 dan KHCO3 jumlah gelembung yang
paling banyak terdapat pada jenis pencahayaan kuning. Hal ini dipengaruhi oleh
penambahan kedua larutan sebagai katalisator untuk mempercepat laju reaksi
fotosintesis atau larutan untuk menambah CO2. Dimana jika konsentrasi CO2
cukup (tergantung pada jenis tanaman) maka stomata pada tanaman akan
membuka dan fotosintesis akan berlangsung sehingga dihasilkan jumlah
gelembung (O2) yang banyak. Selain itu warna kuning juga menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis, dimana warna kuning mempunyai
intensitas cahaya yang tinggi sehingga merespon stomata untuk membuka. Hal ini
sesuai dengan pendapat Utami (2010), bahwa konsentrasi karbondioksida yang
rendah dapat mempengaruhi laju fotosintesis hingga kecepatannya sebanding
dengan konsentrasi karbondioksida. Jika CO2 di atmosfir meningkat maka
tanaman tidak membutuhkan pembukaan stomata maksimum untuk mencapai
konsentrasi CO2 optimum di dalam daun sehingga laju pengeluaran H2O dapat
dikurangi kerena konsentrasi kadar CO2 tinggi menyebabkan keracunan atau
penutupan stomata, kadang kala bahkan dapat menurunkan laju fotosintesis.
Fotosintesis dan reaksi fotokimia lainnya tidak bergantung pada energi total
cahaya, tapi pada jumlah foton atau kuanta yang diserap.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fotosintesis terjadi pada
tanaman hijau ini dibuktikan pada percobaan ini dengan munculnya gelembung
dalam air, dimana gelembung tersebut merupakan O2 hasil dari fotosintesis.
Dalam kondisi alami, faktor yang terpenting adalah penyediaan air ke daun baik
dalam keadaan terang atau gelap, serta konsentrasi CO2. Jika daun mendapat air
yang cukup dan suhu tidak dalam keadaan ekstrim, cahaya akan menstimulasi
pembukaan stomata dan pada keadaan gelap stomata menutup. Oleh karena itu,
pada siang hari stomata membuka, dengan adanya klorofil pada daun, terjadi
proses fotosintesis yang menghasilkan senyawa organik yang dibutuhkan tanaman
untuk tumbuh dan berproduksi.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam bercocok tanam kita memperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi laju fotosintesis karena sangat berpengaruh pada tumbuh kembang
tanaman. Dimana jika laju fotosintesis terganggu maka produksi untuk
menghasilkan karbohidrat sebagai sumber makanannya dan oksigen tidak optimal
sehingga akan menyebabkan tanaman lama kelamaan akan mati.
DAFTAR PUSTAKA

Ai, Nio Song & Yunia Banyo. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator
Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 11 (2) : 167-173.

Cundari, Lia, Selpiana, Chandra Karta Wijaya & Arini Sucita. 2014. Pengaruh
Penggunaan Solven Natrium Karbonat (Na2CO3) Terhadap Absorbsi CO2
Pada Biogas Kotoran Sapi Dalam Spray Column. Jurusan Teknik Kimia.
Palembang: Universitas Sriwijaya.

Handoko, Papib; Yunie Fajariyanti . 2013. Pengaruh Spektrum Cahaya Tampak


Terhadap Laju Fotosintesis Tanaman Air Hydrilla. Seminar Nasional X
Pendidikan Biologi Fkip UNS.
Madha Kurniawan, Munifatul Izzati, Yulita Nurchayati. 2010. Kandungan
Klorofil, Karotenoid, dan Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan
Akuatik. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. 18 (1) : 28-40.

Perkasa, Achmad Yozar; Totong Siswanto & Feni. 2017. Studi Identifikasi
Stomata pada Kelompok Tanaman C3, C4 dan CAM. Jurnal Pertanian
Presisi. Vol. 1 (1) : 59-72.
Puspitaningrum, Mawar, Munifatul Izzati, & Sri Haryanti. 2012. Produksi
Konsumsi Oksigen Terlarut Oleh Beberapa Tumbuhan Air. Jurusan Biologi.
Semarang: FMIPA, Universitas Dipenogoro.

Sutoyo. 2011. Masalah dan Peranan CO2 Pada Produksi Tanaman. Buana Sains.
Vol 11 (1) : 83-90.
Utami, Budhi. 2010. Perbedaan Kemampuan Fotosintesis Beberapa Tumbuhan
Air, Suatu Kajian Ekologis Sebagai Upaya Konservasi Ekosistem
Akuatik. Efetor. Vol. 1 (16) : 21-28.
LAMPIRAN

Tabel Lampiran 14. Perhitungan Jumlah Gelembung

Jenis Jumlah Gelembung


No
Pencahayaan Kontrol K2CO3 KHCO3
1 Putih 24 12 7
2 Merah 6 9 8
3 Hijau 12 67 3
4 Kuning 20 441 14

Anda mungkin juga menyukai