Anda di halaman 1dari 8

PENGAPURAN DI TANAH MASAM DAN DAMPAKNYA

PADA TANAMAN

Disusun Oleh :

Nama : Az Zahra Permata Wingtyas


NIM : H0219015
Mata kuliah : Pengelolaan Tanah
Kelas :C

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan
organik. Keanekaragaman tanah itu memiliki sifat dan kandungan yang
berbeda dalam komponennya. Salah satunya adalah sifat kimia yang
merupakan komponen inti dalam tanah. Tanah satu dengan yang lain
memiliki perbedaan sifat kimia yang tentunya mempengaruhi tingkat
kesuburan dalam tanah tersebut. Kesuburan itu sendiri pada akhirnya erat
kaitannya dengan pertumbuhan suatu tanaman. Untuk mempermudah
mengkaji dan menganalisisa keadaan itu maka diperlukan kemampuan
untuk mengenal beragam komponen kimia dalam masing-masing jenis
tanah.
Pengolahan tanah adalah proses penyesuaian kondisi tanah untuk
pertumbuhan tanaman. Hal ini bisa menggunakan teknologi masukan tinggi
ataupun masukan rendah. Teknologi masukan tinggi adalah mengubah
kondisi tanah agar cocok dengan kebutuhan tanaman. Teknologi masukan
tinggi dikenal boros energi dan kurang ramah lingkungan. Contoh
pengelolaan tanah masukan tinggi yaitu pada tanah masam diperlukan
pemberian kapur dalam jumlah banyak, sedangkan pada tanah miring
diadakan teras. Teknologi masukan rendah adalah memilih tanaman yang
cocok dengan kondisi tanah. Sifatnya lebih hemat energi dan ramah
lingkungan.
Tanah memiliki berbagai macam sifat kimia yang mempengaruhi satu
sama lain. Paper kali ini akan membahas pengelolaan tanah masam dengan
pengapuran dan bagaimana dampaknya pada tanaman. Sifat kimia tanah
merupakan salah satu parameter untuk melihat tingkat kesuburan tanah.
Hal ini menjadikan pengelolaan tanah masam dengan pengapuran dan
bagaimana dampaknya pada tanaman penting untuk dikaji.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Tanah.
2. Memahami sifat dan ciri tanah masam.
3. Memahami kendala yang ada di tanah masam.
4. Memahami dampak pengapuran pada tanaman.
PEMBAHASAN

Tanah masam adalah tanah yang memiliki nilai pH kurang dari 5,5, baik
berupa lahan kering maupun lahan basah. Keasaman tanah ditentukan oleh kadar
atau kepekatan ion hidrogen di dalam tanah tersebut. Sebagian besar lahan
pertanian di Indonesia, kondisi tanahnya masam. Salah satu penyebabnya adalah
tingginya curah hujan. Curah hujan yang tinggi bisa mempercepat proses
penghancuran mineral tanah. Kemasaman tanah juga disebabkan oleh
pemanfaatan tanah tanpa jeda, dan penggunaan pupuk kimia secara berlebihan.
Menurut Mulyani dan Muhrizal (2013), sebagian besar lahan daratan Indonesia
merupakan lahan sub optimal yang terdiri dari lahan kering masam (terluas),
diikuti oleh lahan gambut, lahan kering ikim kering, lahan rawa pasang surut dan
lahan rawa lebak.
Pembentukan tanah masam di Indonesia umumnya disebabkan oleh daerah
tropika humida serta curah hujan yang tinggi akan menyebabkan air yang
diaktifkan asam karbonat akan menyebabkan pencucian basa dan tertinggal Fe
oksida, Al dan Mn oksida. Proses pedogesa yang terjadi adalah proses latosolisasi,
possolisasi dan laterisasi. Tanah masam berwarna merah disebabkan oleh
kandungan oksida besi atau hematit, sedangkan warna kuning kecoklatan
disebabkan oleh gheotite. Gheotite dan hematit adalah mineral oksida besi
kristalin yang banyak dijumpai.
Kadar pH rendah pada tanah terjadi karena proses pelapukan mineral dan
batuan serta pencucian yang cepat. Pelapukan menyebabkan unsur hara terlepas
hingga hanya menyisakan mineral tahan lapuk yang kurang berdampak baik pada
tanaman. Tanah masam biasanya berkembang dari bahan induk tua. Sumber
kemasaman tanah dapat berasal dari Al dan Fe oksida, Al-dd, liat alumino silikat
dan dekomposisi bahan organik. Al dan Fe oksida serta Al-dd akan melepaskan
ion H+ ke larutan tanah apabila unsur-unsur tersebut mengalami hidrolisis. Makin
banyak unsur-unsur tersebut dalam tanah maka H+ yang dilepaskan ke larutan
tanah juga makin banyak sehingga tanah akan menjadi lebih masam.
Kendala yang ada pada tanah masam cukup beragam. Kendala pertama
yaitu pH tanah rendah, sehingga kb rendah. Tanah masam juga mengandung Al,
Mn, Fe tinggi yang bisa menjadi racun dalam tanah. Kandungan unsur hara Ca,
Mg, dan K pada tanah masam kurang sehingga KPK rendah. Tanah masam juga
memiliki kendala pada fiksasi P yang tinggi serta banyaknya pelindian. Menurut
Basuki et al. (2021)¸ penurunan kesuburan tanah dan masalah degradasi lahan
merupakan gejala yang umum terjadi di lahan tropis. Penurunan kesuburan tanah
akibat proses pelindian hara sering terjadi daerah tropis dengan curah hujan tinggi.
Tanah yang pH nya lebih rendah dari pH optimum yang dapat diatasi
dengan cara pengapuran pada tanah tersebut, sehingga pH nya dapat ditingkatkan
mendekati atau sesuai dengan pH yang dikehendaki tanaman tersebut. Pengapuran
pada tanah-tanah yang masam dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini
dikarenakan pengapuran meyebabkan kehidupan jasad renik lebih aktif dan unsur-
unsur hara makro mejadi lebih tersedia bagi tanaman. Pengapuran pada tanah
yang masam dapat mengakibatkan penyerapan Mo, P dan Mg meningkat. Selain
itu, pada waktu yang bersamaan akan secara nyata menurunkan konsentrasi Fe,
Al dan Mn yang dalam keadaan sangat masam unsur-unsur ini dapat mencapai
konsentrasi yang bersifat racun bagi tanaman. Menurut Setiono (2017),
Pengapuran mampu mengatasi kondisi tanah masam dan kejenuhan Aluminium
yang tinggi. Melakukan pengapuran pada tanah yang masam dapat menyebabkan
perubahan reaksi kimia, keadaan fisik dan kegiatan mikrobia tanah yang lebih
menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tertentu.
Pengapuran tanah pertanian tidak boleh dilakukan sembarangan,
melainkan harus didahului dengan hasil-hasil penyelidikan pada keadaan
tanahnya, sampai di tingkat mana kemasamannya, derajat kemasaman pada tanah
yang dikehendaki tanaman yang akan ditumbuhkan/ditanam, keadaan fisik tanah
dan berapa dosis kapur yang diperlukan secara tepat. Hal ini diperlukan agar kita
dapat memberikan dosis kapur yang dibutuhkan tanah.
Pemberian dosis kapur yang berlebihan mampu menyebabkan dampak
yang tidak baik. Pengapuran berlebih menyebabkan kekurangan besi, mangan,
tembaga dan seng yang diperlukan dalam proses fisiologis tanaman karena Fe,
Mg, Cu, Zn terikat erat dengan kapur sehingga menjadi tidak dapat diserap oleh
akar tanaman. P tersedia berkurang karena terbentuknya kompleks kalsium fosfat
tidak larut. Selain itu, penyerapan fosfot oleh tanaman sangat sulit sehingga
metabolism tanaman terganggu.
Pengapuran bertujuan untuk menetralkan pH tanah. Dosis yang berlebihan
tersebut beresiko terhadap aktivitas mikroorganisme. Hal ini dikarenakan
perubahan pH yang melonjak dapat merugikan terhadap aktivitas mikroorganisme
tanah dan ketersediaan unsur hara yang tidak seimbang
Pengapuran menggunakan kapur pertanian, yaitu bahan alamiah yang
kandungan senyawa Ca dan Mg nya mampu menetralkan pengaruh buruk dari
aluminium dan pengaruh kurang menguntungkan dari kemasaman tanah. Kapur
pertanian yang ada saat ingin adalah berupa kapur tohor, kapur tembok, kapur
karbonat (kalsit, dolomit), kulit kerang dan terak baja. Pada pengapuran tanah
pertanian yang harus diperhatikan adalah memperhatikan dosis-dosis yang
dianjurkan. Penebaran, pembenaman, dan pencampuran kapur pada tanah harus
dalam dan merata.
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tanah masam adalah tanah yang memiliki nilai pH kurang dari 5,5,
baik berupa lahan kering maupun lahan basah
2. Pengapuran pada tanah-tanah yang masam dapat memperbaiki
kesuburan tanah dengan memperhatikan dosis yang dianjurkan.
3. Pemberian dosis kapur yang berlebihan mampu menyebabkan dampak
yang tidak baik.
B. Saran
Saran yang ingin disampaikan kepada pembaca yaitu dalam
pemberian kapur di lahan pertanian untuk memperhatikan anjuran dosis.
Selain itu, ada baiknya untuk mengutamakan penambahan bahan organik
daripada pengapuran dalam skala besar.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Tinting R, Wijaya GIP. 2021. Pengaruh pupuk npk mutiara terhadap
pelindian fosfor dan kalsium pada tanah podsolik merah kuning dan tanah
sulfat masam. Jurnal AGRI PEAT 22(1): 11-20.
Mulyani A, Muhrizal S. 2013. Karakteristik dan potensi lahan sub optimal untuk
pengembangan pertanian di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan 7(1).
Setiono. 2017. Efektifitas Dolomit Terhadap Kacang Tanah di Lahan Masam.
Jurnal Sains Agro 2(1).

Anda mungkin juga menyukai