Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Cahaya Matahari dalam Pembentukan Klorofil Daun

sebagai Indikator Kandungan Air pada Tanaman


Oleh:
Firdaus Agustina Khansa
(201510200311060)
Agroteknologi 2B fakultas pertanian-peternakan UMM
ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan pada beberapa daun untuk menganalisis pengaruh cahaya
matahari dalam pembentukan klorofil dimana klorofil daun merupakan pigmen hijau
daun yang sangat diperlukan untuk keberlangsungan proses fotosintesis. Selain
sebagai bahan fotosintesis, klorofil ternyata dapat dijadikan indikator untuk
mengetahui kandungan air pada tanaman yang dikarenakan oleh kekurangan air yang
sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu, hubungan antara
pembentukan klorofil daun yang dipengaruhi oleh cahaya matahari dengan klorofil
daun sebagai indikator kandungan air pada tanaman memiliki keterikatan untuk
mengindentifikasi kekurangan air pada tanaman sehingga pengevaluasian
ketidakseimbangan metabolisme antara fotosintesis dan hasil produksi dapat
dilaksanakan.
Sunlight Influence in Leaf Chlorophyll Establishment as The
Indicator of Water Content in Plant
ABSTRACT
Experiments that is done at some leaf trials in analysing sunlight influence in leaf
chlorophyll establishment in which leaf chlorophyll is a pigment presents in leaves
vitally needed in photosynthesis process. On the other hand of photosynthesis
substance, chlorophyll also can be an indicator in detecting water content in plant
caused by water deficiency that is influenced plant growth. Therefor, the distance of
leaf chlorophyll establishment affected sun light with leaf chlorophyll as indicator of
water content in plant are binded to identify water deficiency in plant so that
evaluation of unbalanced metabolism between photosynthesis and plant production
can be done.

1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memerlukan nutrisi dan makanan untuk bertahan hidup,
tumbuh dan terus berkembang baik dengan cara mencari makanan seperti yang
dilakukan manusia dan hewan maupun memproduksi makana sendiri seperti tanaman.
Tanaman memproduksi makanan sendiri dari cara berfotosintesis dengan mengambil
zat-zat anorganik dan mengubahnya menjadi zat organik dari lingkungannya dengan
bantuan cahaya matahari dan klorofil. . Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya
terjadi pada tumbuhan yang berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi
matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan
NADPH). Energi kimia ini akan digunakan untuk fotosintesis karbohidrat dari air dan
karbondioksida ( Purnomo, 2014). Fotosintesis juga sering didefinisikan sebagai
suatu proses dimana terjadi sintesa karbohidrat tertentu dari karbon dioksida dan air
yang di lakukan sel-sel yang berklorofil dengan adanya cahaya matahari dan di
bebaskan gas oksigen ( Heddy, 1990).

Namun, klorofil selain sebagai bahan yang membantu proses fotosintesis, klorofil
daun juga dapat menjadi indikator terhadap kandungan air pada tanaman. Klorofil
diistilahkan sebagai pewarna hijau alami yang ada pada berbagai macam tumbuhan,
susunannya terdapat di dalam kloroplas. Ada 2 Jenis klorofil alami (seperti klorofil-a
dan klorofil-b). Klorofil biasanya selalu menyatu dengan pigmen lainnya yang
berdasarkan dari kelompok karotenoid. Cekaman abiotik seperti kekeringan, kadar
garam tinggi (salinitas), suhu tinggi atau rendah, keasaman tanah, tercatat
menurunkan hasil pertanian dunia hingga lebih dari 50% (Wood, 2005). Sehingga,
peranan klorofil sangat dibutuhkan untuk mengamati kelebihan atau kekurangan air
pada tanaman karena klorofil yang ada pada daun juga di pengaruhi oleh air yang di
absorbsi oleh akar yang akan menentukan juga aktivitas metabolisme lainnya, seperti
: aktivitas stomata, respirasi, dan lain sebagainya.

2
B. Rumusan Masalah
Pada penjelasan tentang pengaruh cahaya matahari terhadap pembentukan klorofil
daun sebagai indikator kandungan air pada tanaman, memiliki beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dan fungsi dari klorofil daun pada tanaman ?
2. Bagaimana cahaya dapat mempengaruhi pembentukan klorofil daun pada
tanaman ?
3. Apa indikator dari klorofil daun yang menunjukkan kandungan air pada
tanaman ?

C. Tujuan
Tujuan dari penjelasan paper :
1. Menjelaskan pengertian dan fungsi dari klorofil daun pada tumbuhan
2. Mendeskripsikan pengaruh cahaya pada pembuatan klorofil daun pada
tanaman
3. Mendeskripsikan indikator dari klorofil daun yang menunjukkan
kandungan air pada tanaman

PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Fungsi dari Klorofil Daun

Klorofil atau “chlorophyll” berasal dari bahasa Yunani kuno : chloros = green
(hijau) dan phyllon = leaf (daun), yang merupakan pigmen pemberi warna hijau pada
tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam proses
fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi
kimia. Klorofil mempunyai rantai fitil (C20H39O) yang akan berubah menjadi fitol
(C20H39OH) jika terkena air dengan katalisator klorofilase. Fitol adalah alkohol
primer jenuh yang mempunyai daya afinitas yang kuat terhadap O2 dalam proses
reduksi klorofil (Muthalib, 2009). Selain itu, Klorofil merupakan sebagian besar
pigmen yang ditemukan dalam membran tilakoid kloroplas. Pigmen hijau daun ini
berperan mengabsorpsi cahaya dalam fotosintesis fase I, yaitu reaksi fotolisis
(Salisbury dan Ross, 1992).

3
Laju fotosintesis dan kandungan klorofil adalah tolok ukur pertumbuhan yang
berkaitan dengan produksi tanaman. Klorofil adalah pigmen yang terdapat dalam
kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksireaksi
dalam proses fotosintesis (Taiz & Zeiger, 1998). Pigmen-pigmen tersebut terdapat
sebagai unit-unit fotosistem di dalam membran tilakoid, masing-masing terdiri atas
klorofil a sebagai pusat reaksi, dikelilingi oleh molekul-molekul antena pigmen yang
akan meneruskan tenaga rangsangannya ke pusat reaksi. Ada 2 macam pusat reaksi,
yaitu P680 di dalam fotosistem II yang menyerap cahaya pada panjang gelombang
sampai 680 nm dan P700 di dalam fotosistem I yang menyerap cahaya pada panjang
gelombang sampai 700 nm (Salisbury & Ross, 1992).
Sifat fisik klorofil merupakan menerima dan atau memantulkan cahaya dengan
gelombang yang berlainan (berpendar = berfluoresensi). Klorofil banyak menyerap
sinar dengan panjang gelombang antara 400-700 nm, terutama sinar merah dan biru.
Sifat kimia klorofil, antara lain (1) tidak larut dalam air, melainkan larut dalam
pelarut organik yang lebih polar, seperti etanol dan kloroform; (2) inti Mg akan
tergeser oleh 2 atom H bila dalam suasana asam, sehingga membentuk suatu
persenyawaan yang disebut feofitin yang berwarna coklat (Dwidjoseputro, 1994).
Oleh karena itu, fungsi klorofil pada tanaman adalah menyerap energi dari sinar
matahari untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Klorofil merupakan pigmen
utama yang terdapat dalam kloroplas. Kloroplas adalah organel sel tanaman yang
mempunyai membran luar, membran dalam, ruang antar membran dan stroma.
Permukaan membran internal yang disebut tilakoid akan membentuk kantong pipih
dan pada posisi tertentu akan bertumpukan dengan rapi membentuk struktur yang
disebut granum. Seluruh granum yang terdapat pada kloroplas disebut grana. Tilakoid
yang memanjang dan menghubungkan granum satu dengan yang lain di dalam stroma
disebut lamela. Stroma merupakan rongga atau ruang dalam kloroplas dan berisi air
beserta garam-garam yang terlarut dalam air. Klorofil terdapat di dalam ruang
tilakoid (Thorpe, 1984; Campbell et al., 2003). Tiga fungsi utama klorofil dalam
proses fotosintesis adalah memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk
menghasilkan karbohidrat dan menyediakan energi bagi ekosistem secara

4
keseluruhan. Klorofil menyerap cahaya yang berupa radiasi elektromagnetik pada
spektrum kasat mata (visible). Cahaya matahari mengandung semua warna spektrum
kasat mata dari merah sampai violet, tetapi tidak semua panjang gelombang diserap
dengan baik oleh klorofil. Klorofil dapat menampung cahaya yang diserap oleh
pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil disebut sebagai pigmen pusat
reaksi fotosintesis (Bahri, 2010).
B. Pengaruh Cahaya dalam Pembentukan Klorofil Daun

Umumnya, Struktur klorofil berbeda-beda dari struktur karotenoid, masing-


masing terdapat penataan selang-seling ikatan kovalen tunggal dan ganda. Pada
klorofil, sistem ikatan yang berseling mengitari cincin porfirin, sedangkan pada
karotenoid terdapat sepasang rantai hidrokarbon yang menghubungkan struktur cincin
terminal. Sifat inilah yang memungkinkan molekul-molekul menyerap cahaya tampak
demikian kuatnya, yakni bertindak sebagai pigmen. Sifat ini pulalah yang
memungkinkan molekul-molekul menyerap energi cahaya yang dapat digunakan
untuk melakukan fotosintesis. (Santoso, 2004). Sedangkan, warna pada daun berasal
dari klorofil yaitu pigmen warna hijau yang terdapat di dalam kloroplas. Energi
cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakkan sitesis molekul makanan
dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil, yaitu jaringan
yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam daun, dan
oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang di sebut stomata. (Campbell, dkk,
2002). Menurut Subandi (2008), semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan
krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar 75 % dari total klorofil. Kandungan klorofil pada
tanaman adalah sekitar 1% basis kering.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Harya Ningsih pada pengamatan
Pengaruh Cahaya terhadap Pembentukan Klorofil pada Tanaman Bayam bahwa
Klorofil akan memperlihatkan fluoresensi, berwarna merah yang berarti warna
larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua pada
cahaya yang dipantulkan. Sejak tipe-tipe atom atau molekul yang sedikit berbeda
pada tingkat energinya, yang substansi menyerap cahaya dengan suatu karakteristik

5
panjang gelombang yang berbeda. Ini biasanya ditunjukkan selama penyerapan sinar
pada tiap gelombangnya. Sebagai contoh, klorofil a sangat kuat pada panjang
gelombang 660 nm pada sinar merah dan paling rendah pada panjang gelombang 430
nm pada sinar biru. Ketika gelombang itu berpindah maka sinar yang ada di sebelah
kiri adalah sinar hijau yang bisa kita lihat.

Sel penutup memiliki klorofil didalam selnya sehingga dengan bantuan cahaya
matahari akan sangat berpengaruh buruk pada klorofil. Larutan klorofil yang
dihadapkan pada sinar kuat akan tampak berkurang hijaunya. Daun-daun yang
terkena langsung umumnya akan tampak kekuning-kuningan, salah satu cara untuk
dapat menentukan kadar klorofil adalah dengan metoda spektofotometri.
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer akan menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang energi secara relatif. Jika energi tersebut ditransmisikan maka
akan ditangkap oleh klorofil yang terlarut tersebut. Pada fotometer filter sinar dari
panjang gelombang yang diinginkan akan diperoleh dengan berbagai filter yang
punya spesifikasi melewati banyaknya panjang gelombang tertentu.

KONDISI Panjang gelombang Kadar Klorofil (mg.L-1)


665 nm 649 nm a b Total
Terang 1. 0.199 1. 0.157 0.199-0.157 0.145-0.124 0.054+0.033
2. 0.145 2. 0.124
Gelap 1. 0.159 1. 0.136 0.159-0.136 0.164-0.137 -
0.005+0.001
2. 0.164 2. 0.137
Rerata 0.166 0.138

Dari tabel diatas, ada perbedaan antara jumlah kandungan klorofil antar tanaman
bayam yang di tempatkan di tempat terang dan gelap. Ditempat yang terang klorofi
bayam terlihat lebih banyak di bandingkan di tempat yang gelap. Hal ini di buktikan
dengan uji dengan alat spektrometer 20 dengan sebelumnya daun bayam di ekstrak
dengan alkohol. Jumlah klorofil juga di sebabkan oleh durasi waktu pada saat
perebusan dengan alkohol, filtrasi pada kromatografi dan ketelitian saat ekstraksi.

6
Ketiga faktor tersebut akan menentukan proses pendeteksian jumlah klorofil pada
ekstrak daun tersebut.
Berdasarkan data lain dari hasil pengamatan pembentukan klorofil pada tanaman
bayam dapat diketahui bahwa pada kondisi terdedah (terang), klorofil yang
ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan kondisi ternaung (gelap). Hal ini
dikarenakan cahaya yang diserap oleh pigmen klorofil memberikan cahaya yang
diperlukan dalam proses fotosintesis. Hal ini dapat digunakan dalam menentukan apa
yang disebut spektrum aksi dari fotosintesis, yaitu dengan menentukan kapasitas
cahaya yang sama kuatnya dari cahaya monokromatik berbagai panjang gelombang
yang dipancarkan pada daun hijau dan kecepatan fotosintesis diukur ternyata bahwa
gelombang cahaya biru dan cahaya merah adalah yang paling efektif (Loveless,
1987). Pada tempat yang terang memungkinkan terjadinya berfotosintesis dari zat
hijau daun. Oleh karena itu pada kondisi ini akan banyak diperoleh klorofil sehingga
dapat dibuktikan intensitas cahaya matahari yang ditangkap oleh daun disebabkan
oleh perbedaan tempat tumbuh dan intensitas cahaya matahari yang diterima.
Kemampuan bersaing tumbuhan untuk menyerap cahaya tergantung luas daun pada
saat tumbuh dan struktur tubuh tumbuhan tersebut. Makin tinggi intensitas cahaya
mencapai tumbuhan dimana daunnya makin jauh maka laju fotosintesis menjadi
maksimum (Dwidjoseputro, 1992).
Dari uraian beberapa data penelitian dapat disimpulkan bahwa pada tanaman yang
berada di tempat terang (terdedah), memiliki jumlah klorofil yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan tanaman yang berada di tempat yang gelap (ternaung). Hal ini
membuktikan bahwa cahaya sangat berpengaruh dalam pembentukan klorofil pada
tanaman hijau. Tanaman yang asupan cahayanya lebih banyak, akan menghasilkan
jumlah klorofil yang banyak pula pada tanaman, begitu juga sebaliknya. Selain itu
dapat juga disimpulkan bahwa kandungan klorofil pada tiap daun tidak sama. kadar
klorofil yang semakin tinggi, berdasarkan pertambahan atau umur daun. Warna hjau
daun sangat berkaitan erat dengan kandungan klorofil. Pada umumnya, semakin tua
daun maka hijau warna daun akan semakin tinggi kandungan klorofilnya. Selain itu
Struktur dan metabolisme daun tua telah lebih sempuran bila dibandingkan dengan

7
daun muda dalam fotosintesis yang tinggi serta berpengaruh pada sintesis protein. Hal
ini merupakan indikator pertama yang menunjukkan, bahwasanya makin tua umur
suatu daun maka akan semakin tinggi kadar klorofil yang dikandungnya.
C. Indikator-Indikator dari Klorofil Daun yang Menunjukkan Kandungan
Air
Fotosintesis merupakan proses penting untuk mempertahankan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman produksi (Li et al., 2006). Peran cahaya dalam pembentukan
klorofil melalui proses fotosintesis sangat berpengaruh pada metabolisme lainnya
pada tanaman. Selain cahaya, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan klorofil antara lain gen, bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman
tidak akan memiliki klorofil. Cahaya, beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil
memerlukan cahaya, tanaman lain tidak memerlukan cahaya. Unsur N, Mg, Fe
merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil. Air, bila
kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil. Perbedaan laju fotosintesis pada
tanaman sebagian disebabkan oleh adanya keragaman cahaya, suhu, dan ketersediaan
air, tapi tiap spesies menunjukkan perbedaan yang besar pada kondisi khusus yang
optimum bagi mereka. Spesies yang tumbuh pada lingkungan yang kaya sumberdaya
mempunyai kapasitas fotosintesis yang jauh lebih tinggi daripada spesies yang
tumbuh pada lingkungan dengan persediaan air, hara, dan cahaya yang terbatas.
Setiap tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tanaman berada selalu mengalami
perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada dalam batas toleransi
tanaman tersebut, tetapi seringkali tanaman mengalami perubahan lingkungan yang
dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan bahkan kematian tanaman. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap tanaman memiliki faktor pembatas dan daya toleransi
terhadap lingkungan (Purwadi, 2011).
Cekaman (stress) lingkungan adalah kondisi lingkungan yang memberikan
tekanan pada tanaman dan mengakibatkan respons tanaman terhadap faktor
lingkungan tertentu lebih rendah daripada respons optimumnya pada kondisi normal.
Kondisi lingkungan yang memungkinkan tanaman untuk memberikan respons

8
maksimum terhadap suatu faktor lingkungan bukan merupakan cekaman bagi
tanaman. Cekaman lingkungan dapat berupa faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan
dan perkembangan bagian tanaman seperti kekurangan dan kelebihan unsur hara,
kekurangan dan kelebihan air, suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Sedangkan
faktor internal adalah gen individu tersebut (Purwadi, 2011).
Ketersediaan air merupakan salah satu cekaman abiotik yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tanaman tidak akan dapat hidup
tanpa air, karena air merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fisiologi
tanaman. Air merupakan bagian dari protoplasma dan menyusun 85-90% dari berat
keseluruhan jaringan tanaman. Air juga merupakan reagen yang penting dalam
fotosintesis dan dalam reaksi-reaksi hidrolisis. Di samping itu air juga merupakan
pelarut garam-garam, gas-gas dan zat-zat lain yang diangkut antar sel dalam jaringan
untuk memelihara pertumbuhan sel dan mempertahankan stabilitas bentuk daun. Air
juga berperan dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Cheeta, 2011).
Tanaman dikatakan mengalami kekeringan jika kehilangan lebih dari 50% air dari
jaringannya (Cheeta, 2011). Kurangnya ketersediaan air akan menghambat sintesis
klorofil pada daun akibat laju fotosintesis yang menurun dan terjadinya peningkatan
temperatur dan transpirasi yang menyebabkan disentegrasi klorofil (Hendriyani,
2009).
Keadaan tanaman yang tetap hijau berkaitan dengan peningkatan produksi dan
efisiensi transpirasi pada saat tanaman mengalami kekeringan. Pada penelitian terkait
konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air pada tanaman pada daun
kentang (Solanum tuberosum L.) yang di lakukan oleh Nio Song Ai dan Yunia Banyo
bahwa setelah kekeringan selama 4 minggu lebih rendah dibandingkan dengan yang
disirami. Tetapi kandungan klorofil a, kandungan klorofil b dan klorofil total pada
kentang bervariasi dan tidak menggambarkan sensitivitas atau toleransi terhadap
kekeringan dengan jelas (van der Mescht et al., 1999). Pada saat kekeringan
konsentrasi klorofil pada genotype barley (Hordeum vulgare L.) yang toleran dan
sensitif menurun dan penurunan pada genotipe yang sensitif lebih besar daripada

9
genotipe yang toleran. Konsentrasi klorofil pada genotipe barley yang toleran
kekeringan lebih tinggi daripada genotipe yang sensitif terhadap kekeringan.
Kandungan klorofil daun dapat dipakai sebagai indikator toleransi terhadap
kekeringan dalam seleksi plasma nutfah barley (Li et al, 2006).
Kekurangan air pada kelapa kerdil hijau Brazilia (Cocos nucifera L. nana)
mengakibatkan penurunan konsentrasi klorofil daun tiap unit luas daun (Gomes et al.,
2008). Penurunan kandungan air media tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) dari
40% menjadi 32% menurunkan kandungan klorofil hingga 0,004 mg/ g daun (Syafi
2008). Konsentrasi klorofil a klorofil b dan klorofil total tidak berbeda nyata pada
kacang panjang (Vigna sinensis L.) dengan variasi penyiraman ½ kapasitas lapang,
dan 11/2 kapasitas lapang (Hendriyani dan Setiari, 2009). Konsentrasi klorofil total
dan klorofil a pada daun padi (Oryza sativa L.) potensial dipakai sebagai indikator
cekaman kekeringan yang diinduksi dengan polietilen glikol (Nio, 2010). Perlakuan
kekeringan selama 7 hari menurunkan kandungan klorofil total daun jahe (Zingiber
officinale L.) (Nio, 2011). Penurunan kandungan klorofil merupakan salah satu
respons fisiologis tanaman yang kekurangan air.
Penurunan kandungan klorofil pada saat tanaman kekurangan air berkaitan
dengan akitivitas perangkat fotosintesis dan menurunkan laju fotosintesis tanaman.
Pembentukan klorofil dihambat (Salisbury dan Ross 1992) dan penurunan enzim
rubisco (Pangaribuan 2001) terjadi pada saat tanaman kekurangan. Kekurangan air
akan mempengaruuhi kandungan dan organisasi klorofil dalam kloroplas pada
jaringan. Di samping itu penyerapan unsur hara dari tanah oleh akar terhambat,
sehingga mempengaruhi ketersediaan unsur N dan Mg yang berperan penting dalam
sintesis klorofil (Syafi 2008). Kandungan klorofil dapat dipakai sebagai indikator
yang terpercaya untuk mengevaluasi ketidakseimbangan metabolisme antara
fotosintesis dan hasil produksi pada saat kekurangan air (Li et al., 2006).

10
KESIMPULAN
 Klorofil merupakan suatu bahan pada proses fotosintesis yang berperan dalam
menyerap cahaya matahari dan juga dapat menjadi salah satu indikator untuk
menunjukkan kandungan air pada tanaman
 Salah satu pembentukan klorofil sangat di pengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari serta cayaha matahari yang dapat di serap oleh daun, sehingga
klorofil lebih efisien terbentuk dalam keadaan bercahaya (terang) daripada di
tempat atau keadaan terang
 Penurunan kandungan klorofil pada saat tanaman kekurangan air berkaitan
dengan akitivitas perangkat fotosintesis dan menurunkan laju fotosintesis
tanaman sehingga pembentukan klorofil terhambat pada saat tanaman
kekurangan

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. 2010. Klorofil. Diktat Kuliah Kapita Selekta Kimia Organik. Universitas
Lampung.
Campbell, N.A, J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid 1 (Terjemahan)
Erlangga. Jakarta.
Cheeta. 2011. Air sebagai Sumber Kehidupan.
http://cheetacheetahz.blogspot.com/2011/03/.html. Diakses pada tanggal 06
Maret 2016.
Dwidjoseputro, 1991. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Hendriyani, I. S dan N. Setiari. 2009. Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan Kacang
Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda. J.
Sains & Mat. 17(3): 145-150.
Li, R., P. Guo, M. Baum, S. Grando, S. Ceccarelli. 2006. Evaluation of Chlorophyll
Content and Fluorescence Parameters as Indicators of Drought Tolerance
in Barley. Agricultural Sciences in China 5 (10): 751-757.
Loveless. RA. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropika. PT.
Gramedia Utama. Jakarta.
Muthalib, A. 2009. Klorofil dan Penyebaran di Perairan. http://wwwabdulmuthalib.
co.cc/2009/06/. Diakses pada tanggal 06 Maret 2016.

11
Ningsih, Sri Harya. 2012. Pengaruh Cahaya terhadap Pembentukan Klorofil pada
Tanaman Bayam. http://sriharyaningsih.blogspot.co.id/2012/01/pengaruh-
cahaya-thd-pembentukan_20.html. Di akses pada tanggal 06 Maret 2016.
Nio, S. A. 2010. Pengujian Kandungan Klorofil Total, Klorofil A dan B sebagai
Indikator Cekaman Kekeringan pada Padi (Oryza sativa L.). Jurnal Ilmiah
SAINS 10: 86-90.
Pangaribuan, Y. 2001. Studi Karakter Morfofisiologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais
guineensis Jacq.) di Pembibitan terhadaap Cekaman Kekeringan. Tesis.
IPB. Bogor.
Purnomo, Deddy. 2014. Pengaruh Cahaya terhadap Pembentukan Klorofil dan
Analis Pigmen Beberapa Jenis Daun Tanaman. Jurnal Biologi FKIP
Universitas Riau, Pekanbaru.
Purwadi, E. 2011. Pengujian Ketahanan Benih terhadap Cekaman Lingkungan.
http://www.masbied.com/2011/05/23/. Diakses pada tanggal 06 Maret 2016.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4rd Ed. Wadsworth
Publishing Company. California.
Santoso. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Bengkulu : Universitas Muhammadiyah
Bengkulu.
Syafi, S. 2008. Respons Morfologis dan Fisiologis Bibit Berbagai Genotipe Jarak
Pagar (Jatropha curcas L.) terhadap Cekaman Kekeringan. Tesis. IPB.
Bogor.
Thorpe, N. O. 1984. Cell Biology. John Wiley and Sons. New York.
van der Mescht, A., J. A. de Ronde, F.T. Rossouw. 1999. Chlorophyll Fluorescence
and Chlorophyll Content as A Measure of Drought Tolerance in Potato.
South African Journal of Science 95:407-412.
Wood, A.J. 2005. Eco-physiological adaptations to limited water environments.
Dalam: Jenks MA, Hasegawa PM (ed) Plant Abiotic Stress. Blackwell
Publishing Ltd, India. h 1-13.

12

Anda mungkin juga menyukai