Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan komposisi dan struktur dalam komunitas dapat dengan mudah di-amati
atau terlihat dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh
komunitas lain setelah beberapa gangguan, seperti kebakaran besar atau ledakan gunung
berapi.

Daerah yang terganggu itu bisa dikolonisasi oleh berbagai varietas spe-sies, yang secara
perlahan-lahan digantikan oleh suatu komunitas spesies lain.

Dinamika di alam adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari. Segala se-suatu
yang sekarang ada sebenarnya hanyalah merupakan suatu stadium dari deretan proses
perubahan yang tidak pernah ada akhirnya.

Keadaan keseimbangan yang tam-paknya begitu mantap, hanyalah bersifat relatif karena
keadaan itu segera akan ber-ubah jika salah satu dari komponennya mengalami
perubahan.

Lucy E. Braun (1956) mengatakan bahwa vegetasi merupakan sistem yang dina-mik,
sebentar menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila
dilihat hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah mencapai
keseimbangan. Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam menghasilkan
konsep suksesi.

Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksi-nya yang
berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mendefinisikan suksesi

2. Menjelaskan faktor penyebab suksesi


3. Memaparkan proses/tahapan suksesi

4. Menjelaskan macam-macam suksesi

5. Menjelaskan konsep klimaks pada suksesi

6. Menjelaskan definisi sere dan macam-macamnya

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi suksesi

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab suksesi

3. Memahami proses/tahapan suksesi

4. Mengetahui macam-macam suksesi

5. Memahami konsep klimaks pada suksesi

6. Mengetahui definisi sere dan macam-macamnya

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Toeri

2.1.1 Pengertian Suksesi

Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur
yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga
terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula.
Dengan perkataan lain suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan
ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi
sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau
ekosistem. Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk
komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan
stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan
lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya
homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu
mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dari berbagai
perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Istilah suksesi digunakan pertama
kali oleh Hult pada tahun 1885 dalam studi tentang perubahan pada
komunitas. Dasar studi suksesi sendiri dicetuskan oleh Cowles pada tahun
1899, sedangkan prinsip-prinsip dan teori suksesi dikemukakan
secara mendalam dan seksama oleh Clement pada masa setelah Clowes, yaitu
tahun 1907. (Gopal dan Bharwaj, 1979). Beberapa pengertian tentang istilah
suksesi dikemukakan sebagai berikut :

1. Suksesi yaitu perubahan langsung secara keseluruhan pada selang


waktu lama, bersifat kumulatif, dari dalam komunitas tertentu, dan terjadi
pada tempat yang sama (Gopal dan Bharwaj, 1979).

2. Suksesi yaitu proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung


menuju ke satu arah, berlangsung lambat, secara teratur, pasti, dan dapat
diramalkan (Irwan,1992).

3. Suksesi yaitu perubahan dalam komunitas yang berlangsung secara


teratur dan menuju ke satu arah (Resosoedarmo dkk,1986)

4. Suksesi yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam komunitas atau
ekosistem yang timbulnya menyebabkan timbulnya penggantian dari satu
komunitas atau ekosistem oleh komunitas atau ekosistem yang
lain(Kendeigh,1980). Suksesi ekologis adalah komunitas yang terdiri dari
berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksinya, dan dalam
ekosistemnya mengalami perubahan sepanjang masa. Perkembangan
ekosistem tersebut menuju kedewasaan dan keseimbangan. Suksesi terjadi
sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau
ekosistem. Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk
komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan
stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya.
Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau
keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan
kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam
sistem secara keseluruhan.

2.2.2 Faktor Penyebab Suksesi

Faktor penyebab suksesi antara lain sebagai berikut:

1. Iklim

Tumbuhan tidak akan dapat tumbuh teratur dengan adanya variasi yang lebar
dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa
akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya
suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya
adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air
dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada
vegetasi.

2. Topografi

Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain:


a. Erosi
Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah
menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan
akhirnya proses suksesi dimulai.
b. Pengendapan (denudasi)
Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan
sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi
menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut.

3. Biotik

Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan


pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di
padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan
tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.

2.2.3 Proses/Tahapan Suksesi

Proses suksesi dapat terjadi melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Kolonisasi
Tahap awal dari suksesi adalah kolonisasi, selama tahap tersebut habitat yang
kosong dipenuhi oleh oragisme – organisme. Kolonisasi ini memerlukan :
a. Organisme tersebut sampai dilokasi
b. Organisme tersebut menjadi mantap disana. Kemampuan organisme untuk
sampai pada suatu tempat tergantung pada kemampuan dispersal individu
tersebut dan isolasi yang ada pada daerah tersebut.

2. Modifikasi Tempat

Dari tahap kolonisasi, organisme – organisme yang berdiam di daerah itu akan
mengubah sifat – sifat tempat tersebut. Koloni awal dari suksesi primer pada
daerah terestial biasanya adalah mikroorganisme – mikroorganisme tanah
seperti misalnya lichenes (lumut kerak) yang memperbanyak koloni
permulaan dari bebatuan vulkanik. Organisme ini akan mempengaruhi sifat –
sifat batuan yang didiami.

3. Variabilitas Ruang

Tahap berikutnya yaitu modifikasi ruang merupakan peningkatan variablitas


ruang (spasial) habitat. Contohnya adalah Dryas drummndii adalah tanaman
pembentuk hutan yang terpenting pada suksesi awal di Alaska. Tumbuhan ini
menghasilkan gradien sifat tanah. Bahan organik tanah bervariasi pada bagian
tengah hutan dan pada bagian tepi hutan. Penutupan vegetasi umumnya
berpengaruh pada perbaikan temperatur, cahaya dan evaporasi. Oleh karena
itu, transpirasi hutan akan cenderung menciptakan kelembapan internal yang
tinggi, kehilangan air dari organisme yang ada dihutan mungkin akan
berkurang. Temperatur udara akan lebih rendah dalam tegakan suksesi yang
lebih tua.

Selain itu, Clements (1974) membedakan 6 sub komponen dalam proses


suksesi yaitu :
1. Nudasi : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
2. Migrasi : tersebarnya biji
3. Eksesis : proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi
4. Kompetisi : adanya pergantian spesies
5. Reaksi : perubahan habitat karena aktivitas spesies
6. Klimaks : komunitas stabil
Proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi
pada daerah hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus
tahun. Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
3. Kehadiran pemencar benih.
4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran
biji, sporam dan benih serta curah hujan.
5. Jenis substrat baru yang terbentuk
6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.

Proses Suksesi

2.2.4 Macam-Macam Suksesi

Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam
suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

1. Suksesi Primer

Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang


mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat
baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur
tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan
gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur
tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan
minyak bumi). Terdapat beberapa ciri-ciri dari suksesi Primer, antara lain :
Berkembang pada sustrat baru
Terbentuk vegetasi baru
Ekosistem awal habis total
Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa lumut
kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana.
Lumut kerak yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat anorganik. Zat
anorganik ini memperkaya nutrien pada tanah sederhana sehingga terbentuk
tanah yang lebih kompleks. Benih yang jatuh pada tempat tersebut akan
tumbuh subur. Setelah itu, akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan pepohonan.
Bersamaan dengan itu pula hewan mulai memasuki komunitas yang baru terbentuk.

Proses Suksesi Primer

Hal ini dapat terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan biasanyaselalu diikuti
dengan suksesi komunitas hewan. Secara langsung atau tidak langsung. Hal ini
karena sumber makanan hewan berupa tumbuhan sehingga keberadaan hewan pada
suatu wilayah komunitas tumbuhan akan senantiasa menyesuaikan diri dengan
jenis tumbuhan yang ada. Akhirnya terbentuklah komunitas klimaks atau
ekosistem seimbang yang tahan terhadap perubahan (bersifat
homeostatis). Salah satu contoh suksesi primer yaitu peristiwa meletusnya
gunung Krakatau. Setelah letusan itu, bagian pulau yang tersisa tertutup oleh
batu apung dan abu sampai kedalaman rata – rata 30 m.
Suksesi primer pada Pulau Anak Krakatau

2. Suksesi sekunder

Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak
bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat
kehidupan/substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi
dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.

Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari


peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya
angin topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas
vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan
manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.

Proses suksesi sangat terkait dengan faktor lingkungan, seperti letak lintang,
iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur
komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah
beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap
komunitas rumput, jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah, maka
proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika
berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama
akan terhenti pada hutan hujan tropis.
Suksesi sekunder karena penebangan hutan

2.2.5 Konsep Klimaks

Teori tradisional menyatakan bahwa suksesi ekologi mengarah pada suatu


komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks. Pada klimaks ini mempunyai sifat –
sifat tertentu, dan yang penting adalah :

a. Fase klimaks merupakan sistem yang stabil dalam keseimbangan antara


lingkungan biologi dengan non-biologi.
b. Komposisi jenis pada fase klimaks relatif tetap atau tidak berubah.
c. Pada fase klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dai materi
organik, sehingga tidak ada perubahan yang berarti.
d. Fase klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.

Di dalam kondisi klimaks ini makhluk hidup dapat mengatur dirinya sendiri
dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk
melawan inovasi baru. Di dalam konsep klimaks ini Clements berpendapat :
1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya
punya klimaks yang sama.
2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga
klimaks dengan iklim itu saling berhubungan.
3. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.

Terdapat beberapa jenis klimaks berdasarkan faktor-faktor yang


mempengaruhinya, diantaranya :

1. Klimaks klimatik, klimaks yang dapat dicapai dengan kondisi iklim


tertentu. Karena iklim sendiri menentukan pembentukan klimaks maka dapat
dikatakan bahwa klimaks klimatik dicapai pada saat kondisi fisik di sub
stratum tidak begitu ekstrem untuk mengadakan perubahan terhadap kebiasaan
iklim di suatu wilayah.

2. Klimaks edafik, klimaks yang dimodifikasi begitu besar oleh kondisi


fisik tanah seperti topografi dan kandungan air. Secara relatif vegetasi dapat
mencapai kestabilan lain dari klimatik atau klimaks yang sebenarnya di suatu
wilayah. Hal ini disebabkan adanya tanah habitat yang mempunyai
karakteristik yang tersendiri.

3. Sub klimaks, adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks,


oleh beberapa faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk
penggembalaan hewan, tergenang dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi
dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks yang
sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Komunitas tanaman sub
klimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor
penghalang/penghambat dihilangkan.

4. Disklimaks, gangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang


sebenarnya dan ini menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah
(termodifikasi). Sebagai contoh vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan
berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut.
Odum (1961) mengistilahkan klimaks tersebut dengan pyrix klimaks.
Tumbuh-tumbuhan yang dominan pada pyrix klimaks antara lain : Melastoma
polyanthum, Melaleuca leucadendron dan Macaranga sp.

5. Pra klimaks (pre Klimaks), jika pergantian iklim secara temporer


menghentikan perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang
diharapkan.

Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti klimaks.


Oleh karena terjadi ketidaksepakatan kemudian berkembang tiga teori klimaks
dengan argumentasi masing-masing, yaitu :

1. Teori Monoklimaks

Teori ini dipelopori oleh Clements yang menyatakan bahwa teori klimaks
berkembang dan terjadi hanya satu kali. Hal ini merupakan klimaks klimatik
di suatu wilayah iklim utama.

2. Teori Poliklimaks

Klimaks merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri sehingga


pada suatu habitat dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi selain iklim
yang berbeda.

3. Teori informasi

Teori ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan tengah
antara teori monoklimaks dan teori poliklimaks.
2.2.6 Sere

Suksesi tanaman merupakan perubahan keadaan tanaman. Suksesi yang


menempati habitat utama disebut Sere. Sedangkan variasi yang terjadi
diantaranya disebut Seral. Komunitas yang timbul pada susunan itu
disebut Komunitas Seral. Biasanya komunitas seral itu tidak tampak dengan
jelas, mereka kenal hanya karena beberapa spesies tanaman dominan tumbuh
diantaranya. Tumbuhan pertama yang tumbuh di habitat yang kosong disebut
tanaman Pioner.

Lazimnya suksesi tanaman tidak menunjukkan suatu seri tingkat-tingkat atau


tahap-tahap tetapi terus menerus dan merupakan pergantian yang lambat dan
kompleks. Penempatan individu vegetasi ini individu per individu, dan tidak
merupakan loncatan-loncatan dari suatu komunitas dominan ke komunitas
dominan yang lain. Spesies dominan dari suatu komunitas akan tetap stabil
dalam jangka waktu yang lama. Kemudian akan bercampur dengan vegetasi
baru. Vegetasi baru ini mungkin menggantikan vegetasi yang telah ada tetapi
mungkin juga tidak (bila komunitas yang baru itu tidak menghendaki kondisi
yang diciptakan menjadi dominan terutama dari segi kondisi pencahayaan).

Jika habitat menjadi ekstrem tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya


tanaman-tanaman maka timbul tanaman dari komunitas berikutnya yang
sesuai dengan lingkungan yang baru, kemudian tanaman ini menjadi dominan.
Setelah beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu saat habitat
akan terisi oleh spesies-spesies yang sesuai dan mampu bereproduksi dengan
baik. Sehingga proses ini mencapai Komunitas Klimaks yang matang,
dominan, dapat memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya bila ada
pergantian, maka pergantian itu relatif sangat lambat.

Telah dijelaskan bahwa akhir suksesi adalah terbentuknya suatu komunitas


klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas
klimaks sebagai berikut :

1. Hidrosere

Hidrosere yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air tawar. Tipe suksesi
yang berkembang di daerah (habitat) perairan yang biasanya
disebut Hidrarch. Tipe suksesi ini tidak memerlukan komunitas aquatik untuk
menuju ke perkembangan komunitas daratan. Jika air yang ada itu dalam
jumlah cukup besar dan sangat dalam atau jika air selalu bergerak kuat
(beratus atau bergelombang) atau adanya kekuatan fisik lain, suksesi
menghasilkan suatu komunitas aquatik yang stabil dan sukar mengalami
pergantian. Jadi suksesi ini hanya terjadi jika kolonisasi komunitas tumbuhan
menempati kolam buatan yang kecil dan dangkal, serta diikuti terjadinya erosi
tanah di tepi danau, sehingga batas air akan semakin kecil dan hilang setelah
waktu yang lama. Sebagai pelopor adalah tumbuhan air yang terendam,
kemudian dirusak tumbuhan terapung seperti eceng gondok, kemudian
rumput rawa, rumput daratan, semak dan akhirnya pohon.

Pada kolam, eceng gondok berangsur-angsur akan menutup permukaan air,


kemudian akumulasi seresahnya baru menumpuk di dasar kolam dan lama
kemudian mengubah kolam menjadi rawa dengan jenis tumbuhan baru yang
mematikan jenis tumbuhan sebelumnya. Secara berangsur-angsur kemudian
habitat yang lebih kering dengan aerasi yang lebih baik yang akhirnya akan
terjadi tanah yang cukup matang dan tebal.

2. Halosere

Halosere yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau. Suksesi ini
dimulai pada tanah bergaram atau air asin. Biasanya pada daerah rawa yang
habis terkikis oleh air.

3. Xerosere

Xerosere yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun. Suksesi vegetasi yang
berkembang dalam daerah xerik atau kering, biasanya
disebut xerarch. Ada tiga macam xerosere, yaitu:
Psammosere, suksesi vegetasi yang dimulai pada daerah berpasir.
Lithosere, suksesi vegatasi yang dimulai pada batuan.
Serule, suksesi untuk mikroorganisme (bakteri, fungsi) dalam sisa-sisa
produsen/konsumen.

Suksesi xerik biasanya terjadi pada lahan yang tinggal batuan induknya saja.
Dengan demikian tumbuhan yang mampu hidup disitu harus tumbuhan yang
tahan kering dan mampu hidup di tanah miskin. Tumbuhan yang biasanya
merupakan pioner adalah lumut kerak (Lichenes) dalam bentuk lapisan kerak.
Dalam proses respirasiLichenes akan mengeluarakan CO2 dan akan bereaksi
dengan H2O sehingga menjadi H2CO3. Asam karbonat ini akan bereaksi
dengan bahan-bahan dari batuan induk sehingga melepaskan ikatan partikel
batuan. Partikel batuan yang lepas itu akan bereaksi dengan sisa-sisa Lichenes
yang mengalami pembusukan, mengikat Nitrogenyang terbawa oleh air hujan.
Kondisi seperti itu tidak sesuai lagi bagi lumut kerak sehingga lumut kerak
mati. Setelah itu akan muncul vegetasi jenis lain yaitu Thallus (Thallophyta).
Begitu seterusnya vegetasi pertama akan memberikan pengaruh pada habitat
yang tidak cocok untuk vegetasi kedua.

Urutan-urutan terjadinya proses xerosere :


Lumut kerak lumut kerak berdaun lumut rumput-rumputan
(herbaceus) semak-semak (shrubs) pohon-pohonan.
Tidak semua proses suksesi xerik seperti di atas. Kalau habitat permukaannya
merupakan pasir maka akan dimulai oleh rumput tahan kering, baru kemudian
semak dan pohon-pohonan.

Anda mungkin juga menyukai