Anda di halaman 1dari 110

Laporan Praktikum Biologi Lingkungan

Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 17 September 2021

ACARA 1
Sampling dan Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadrat
dan Pengukuran Faktor Lingkungan

Disusun Oleh:
Nama : Daffa Robbani G. W.
NIM : 114190059
Plug :6
Asisten Plug : 1. Dimas Aulia Fadli
2. Nurul Annisa Puspita Uriss

LABORATORIUM BIOLOGI LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
Halaman Pengesahan

Laporan Praktikum Biologi Lingkungan

ACARA 1
Sampling dan Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadrat
dan Pengukuran Faktor Lingkungan

Disusun Oleh:
Daffa Robbani Geraldino Wahid
(114.190.059)

Disetujui Oleh

Asisten 1 Asisten 2

Dimas Aulia Fadli Nurul Annisa Puspita Uriss


NIM. 114170067 NIM. 114180044
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

ACARA 1
Sampling dan Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadrat
dan Pengukuran Faktor Lingkungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ilmiah
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuhan yang terdiri dari berbagai
spesies yang berada di suatu wilayah dan memiliki pola distribusi tertentu.
Adanya vegetasi di suatu lokasi menyebabkan pengaruh yang baik untuk
keseimbangan ekosistem dalam ruang yang luas. Secara umum fungsi
vegetasi pada ekosistem adalah melakukan pengaturan keseimbangan
karbon dioksida dan oksigen di udara, memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologis tanah, mengatur tata air tanah dan lain-lain. Walaupun secara
garis besar adanya vegetasi pada suatu lokasi memberikan pengaruh baik,
akan tetapi pengaruh yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan struktur
dan komposisi vegetasi yang terdapat di lokasi tersebut. Contohnya
vegetasi pada umumnya akan mengurangi terkikisnya tanah. Besarnya
tanah yang terkikis tersebut tergantung pada struktur dan komposisi
vegetasi yang tumbuh di area tersebut.
Vegetasi yang mengalami perubahan akan membuat suatu dampak
bagi ekosistem sekitarnya. Dampak tersebut diantaranya adalah
terpengaruhnya stabilitas, produktivitas, struktur trofik dan juga
perpindahan komponen ekosistem. Karena hal tersebut maka perlu
dilakukan pemantauan atau monitoring secara berkala terhadap perubahan
struktur serta komposisi vegetasi. Pemantauan ini dilakukan agar dapat
mengetahui keadaan secara umum ekosistem yang terdapat di sekitar.
Terdapat beberapa cara untuk memonitoring atau melakukan pemantauan
terhadap perubahan struktur dan komposisi vegetasi, salah satunya adalah
dilakukannya analisis vegetasi. Dalam menganalisis vegetasi ini dapat
dilakukan dengan berbagai metode atau cara. Diantaranya adalah metode
jalur, metode petak, metode garis berpetak, metode kombinasi, dan metode
kuadrat.
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

B. Permasalahan
1. Spesies apa yang paling mendominasi pada lokasi kajian?
2. Spesies apa yang paling sering ditemukan di tiap titik sampling?
3. Bagaimana struktur, kemelimpahan, nilai penting, dan distribusi di
dalam ekosistem yang dikaji?
4. Bagaimana hubungan keberadaan tumbuhan dengan faktor lingkungan
fisik dan biotik lainnya?
C. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan analisis terhadap komunitas
tumbuhan di suatu habitat yang berada dalam ekosistem tertentu dengan
menggunakan Metode Kuadrat.
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

BAB II
DASAR TEORI
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-
tumbuhan. Diperlukan data-data spesies, diameter dan tinggi untuk analisis
vegetasi, sehingga diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi komunitas tumbuhan, diantaranya indeks nilai penting (Greig-
Smith, 1983 dalam Farhan, 2019). Analisis vegetasi menurut Susanto
(2012) dalam Maridi (2015) merupakan suatu cara mempela-jari susunan
atau komposisi jenis dan ben-tuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi
yang dipelajari dalam analisis vegetasi be-rupa komunitas tumbuhan yang
merupa-kan asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yang
menempati suatu habitat. Hasil analisis vegetasi tumbuhan disajikan secara
deskriptif mengenai komposisi spe-sies dan struktur komunitasnya
(Indriyanto, 2008 dalam Maridi, 2015). Struktur suatu komunitas tidak
hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies tetapi juga oleh jumlah
individu dari setiap spesies organisme (Maridi, 2015). Analisis vegetasi
dilakukan agar dapat mendeskripsikan dan menggali informasi secara tepat
mengenai komunitas tumbuhan yang dikaji, misalnya bagaimana pengaruh
interaksi dengan faktor lingkungan terhadap perkembangan komunitas
tumbuhan dan bagaimana proses suksesi suatu komunitas (Muryani dan
Prasetya, 2021).
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisa vegetasi yakni
dengan menggunakan pengamatan petak contoh yang luasnya diukur
dalam satuan kuadrat. Adapun betuk petak contah bisa berupa persegi
empat, persegi panjang atau lingkaran. Metode ini sangat mudah dan cepat
sehinggga cocok digunakan untuk struktur dan komposisi vegetasi
tumbuhan Sistem Analisis dengan menggunakan metode kuadrat yaitu
Kerapatan ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis
tumbuhan di dalam area tersebut (Ufiza, 2018). Ukuran kuadrat ditentukan
berdasarkan habitus tanaman yaitu: herba (1x1 m2), semak/perdu (2x2
m2), tiang (5x5 m2), dan pohon (10x10 m2) (Hidayat, 2017).
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

Menurut Muryani dan Prasetnya (2021) agar dapat memilih metode


pengambilan sampel secara tepat, sehingga dapat memenuhi asumsi
kebenaran statistik, maka dilakukan desain sampling. Desain sampling
yaitu cara penempatan dan jumlah sampel yang harus diambil. Desain
sampling ditentukan berdasar:
1) Ukuran sampel atau jumlah plot
2) Cara pengambilan sampel
Agar sampling menghasilkan data yang akurat, tahapan berikut ini
harus diikuti sebelum mengambil sampel :
1) Penentuan sampel atau jumlah plot
2) Penentuan unit sampling atau unit eksperimen, dapat berupa :
 Sampling acak sederhana
 Sampling acak berstrata
 Sampling sistematis
 Sampling acak blok
 Sampling dua tingkat
 Sampling dua fase
Pengambilan contoh untuk analisis vegetasi dapat dilakukan
dengan menggunakan metode petak (plot), metode jalur, ataupun metode
kuadrat.
1. Metode Petak (Plot)
Metode petak merupakan prosedur yang paling umum digunakan
untuk pengambilan contoh berbagai tipe organisme termasuk
komunitas tumbuhan. Petak yang digunakan dapat berbentuk segi
empat, persegi, atau lingkaran. Di Samping itu, untuk kepentingan
analisis komunitas tumbuhan dapat digunakan petak tunggal atau
petak ganda.
2. Metode Jalur
Metode jalur merupakan metode yang paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah,
topografi, dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis
kontur (garis tinggi/garis topografi) dan sejajar satu dengan yang
lainnya. Pendekatan, cara itu untuk aplikasi di lapangan misalnya
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

jalur-jalur contoh dibuat tegak lurus garis pantai, memotong sungai,


atau naik/ turun lereng gunung. Jumlah jalur contoh disesuaikan
dengan intensitas samplingnya. Jalur contoh yang berukuran lebar 20
m dapat dibuat dengan intensitas sampling 2%-10% (Indriyanto, 2005
dalam Muryani dan Prasetya, 2021).
3. Metode Garis Berpetak
Metode ini dianggap sebagai modifikasi dari metode petak ganda
atau metode jalur, yaitu dengan cara melompati satu atau lebih petak-
petak dalam jalur, sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak
pada jarak tertentu yang sama. Semua parameter kuantitatif dapat
dihitung menggunakan rumus-rumus seperti yang telah diuraikan di
atas, dan cara penghitungan semua parameter kuantitatif sama dengan
cara pada petak ganda maupun pada cara jalur.
4. Metode Kombinasi
Metode kombinasi yang dimaksudkan adalah kombinasi antara
metode jalur dan garis berpetak. Di dalam metode tersebut, risalah
pohon dilakukan dengan metode jalur, yaitu pada jalur-jalur yang
lebarnya 20 m, sedangkan untuk fase pemudaan (fase poles, sapling,
dan seedling), serta tumbuhan bawah digunakan metode garis
berpetak.
Dalam sampling vegetasi terdapat empat parameter, yaitu (Muryani
dan Prasetya, 2021):
1) Densitas (K)
Densitas adalah cacah individu suatu spesies per satuan luas, yang
dirumuskan sebagai berikut :

Densitas =

Area sampling adalah total luas plot yang disampling. Satuan luas area
dapat berupa m2, km2, atau hektar (ha).
2) Frekuensi (F)
Frekuensi menunjukkan seringnya suatu spesies hadir dalam plot-plot
sampel. Frekuensi dapat dinyatakan dalam pecahan atau persen.

Frekuensi =
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

3) Dominasi (D)
Dominasi suatu spesies dapat dipelajari melalui pengukuran basal area
(luas penampang melintang pohon (batang)) setinggi 135 cm dari
permukaan tanah.

Dominasi =

4) Nilai Penting
INP merupakan parameter terhitung hasil kombinasi nilai relative
setidaknya 2 dari 3 parameter diatas.
INP = Kr+Fr+Dr
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

BAB III
METODE

A. Alat dan Bahan

Gambar 1.1 GPS Gambar 1.2 Soil Tester


(Sumber: Koleksi Pribadi) (Sumber: Laboratorium
Biologi Lingkungan)

Gambar 1.3 pH Meter Gambar 1.4 Meteran


(Sumber: Laboratorium (Sumber: Koleksi Pribadi)
Biologi Lingkungan)

Gambar 1.5 Patok Gambar 1.6 Rafia


(Sumber: Laboratorium (Sumber: Koleksi Pribadi)
Biologi Lingkungan)
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

Gambar 1.7 Tabel Data Gambar 1.8 Plantnet


(Sumber: Koleksi Pribadi) (Sumber: Koleksi Pribadi)

Gambar 1.9 Alat Tulis


(Sumber: Laboratorium
Biologi Lingkungan)
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

B. Cara Kerja

Mengukur plot dengan ukuran 10 m x 10


m untuk pohon, tiang, dan pancang.
Kemudian menentukan plot 1 m x 1 m
untuk semai.

Gambar 1.10 Melakukan


Ploting Area 10 x 10 m
(Sumber: Koleksi Pribadi)

Menandai batas area dengan petak dan


tali rafia.

Gambar 1.11 Menandai Batas


Area
(Sumber: Koleksi Pribadi)

Memploting batas area 1 x 1 m didalam


area 10 x 10 m.

Gambar 1.12 Melakukan


Ploting Area 1 x 1 m
(Sumber: Koleksi Pribadi)
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

Menentukan lokasi menggunakan GPS.

Gambar 1.13 Menentukan


Lokasi GPS
(Sumber: Koleksi Pribadi)

Mengukur keliling batang vegetasi


pohon, tiang, dan pancang, serta
mengidentifikasi jenisnya.

Gambar 1.14 Mengukur


Keliling Batang dan
Mengidentifikasi Jenisnya
(Sumber: Koleksi Pribadi)

Mengamati dan menghitung vegetasi


semai.

Gambar 1.15 Mengamati dan


Menghitung Vegetasi Semai
(Sumber: Koleksi Pribadi)
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

Mengidentifikasi vegetasi semai dengan


aplikasi Plantnet.

Gambar 1.16 Mengidentifikasi


Vegetasi Semai
(Sumber: Koleksi Pribadi)

Mencatat seluruh data yang di dapat di


lapangan.

Gambar 1.17 Mencatat Data


(Sumber: Koleksi Pribadi)
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

C. Foto Lapangan

Gambar 1.18 Foto Panorama Lapangan


(Sumber: Koleksi Pribadi)
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

BAB IV
ISI
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Pohon
Nama
No. Fa Fr (%) Ka Kr (%) Da Dr (%) INP H’
Spesies

Pinus -
1 0,2500 13,3333 0,0038 5,4131 0,000144 4,5598 23,3062
mercusii 0,0862
Polyalthia -
2 0,1250 6,6667 0,0075 10,6838 0,000277 8,7714 26,1219
longifolia 0,0923
Codiaeum -
3 0,1250 6,6667 0,0063 8,9744 0,000261 8,2647 23,9058
variegatum 0,0876
-
4 Perdu 0,1250 6,6667 0,0013 1,8519 0,000061 1,9316 10,4502 0,0508
Mangifera
-
5 indica/
0,3750 20,0000 0,0250 35,6125 0,001173 37,1438 92,7563 0,1576
Mangga
Syzygium -
6 0,3750 20,0000 0,0100 14,2450 0,000489 15,4845 49,7295
polyanthum 0,1294
-
7 Acacia 0,1250 6,6667 0,0050 7,1225 0,000249 7,8847 21,6739 0,0824
Cascabela -
8 0,2500 13,3333 0,0063 8,9744 0,000240 7,5997 29,9074
thevetia 0,0998
Nephelium -
9 0,1250 6,6667 0,0050 7,1225 0,000264 8,3597 22,1489
lappaceum 0,0835
-
Jumlah 1,875 100,000 0,0702 100,0000 0,003158 100,0000 300,0000 0,8696
Keterangan:
Fa = Frekuensi Absolut
Fr = Frekuensi Relatif (%)
Ka = Kerapatan/Densitas Absolut
Kr = Kerapatan/Densitas Relatif (%)
Da = Dominasi Absolut
Dr = Dominasi Relatif (%)
INP = Indeks Nilai Penting (%)
H’ = Indeks Keanekaragaman
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai Indeks Keanekaragaman vegetasi
pohon sebesar 0,8696 yang termasuk klasifikasi H’ <1 yaitu termasuk komunitas
dengan keanekaragaman rendah (komunitas biota bersifat tidak stabil).
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Tiang


Nama
No. Fa Fr (%) Ka Kr (%) Da Dr (%) INP H’
Spesies
Pinus -
1 0,1250 6,2500 0,0025 2,9308 0,000031 2,0091 11,1899
mercusii 0,0533
Codiaeum -
2 0,2500 12,5000 0,0150 17,5850 0,000233 15,1005 45,1855
variegatum 0,1238
-
3 Acacia 0,3750 18,7500 0,0088 10,3165 0,000189 12,2489 41,3154 0,1186
Cascabela -
4 0,1250 6,2500 0,0088 10,3165 0,000189 12,2489 28,8154
thevetia 0,0978
Terminalia -
5 0,2500 12,5000 0,0063 7,3857 0,000065 4,2126 24,0983
catappa 0,0880
Piper -
6 0,1250 6,2500 0,0113 13,2474 0,000207 13,4154 32,9128
nigrum 0,1053
-
7 Perdu 0,3750 18,7500 0,0088 10,3165 0,000163 10,5638 39,6303 0,1161
Polyalthia -
8 0,1250 6,2500 0,0088 10,3165 0,000162 10,4990 27,0655
longifolia 0,0942
Ceiba -
9 0,2500 12,5000 0,0150 17,5850 0,000304 19,7019 49,7869
pentandra 0,1295
-
Jumlah 2,0000 100,0000 0,0853 100,0000 0,001543 100,0000 300,0000 0,9266
Keterangan:
Fa = Frekuensi Absolut
Fr = Frekuensi Relatif (%)
Ka = Kerapatan/Densitas Absolut
Kr = Kerapatan/Densitas Relatif (%)
Da = Dominasi Absolut
Dr = Dominasi Relatif (%)
INP = Indeks Nilai Penting (%)
H’ = Indeks Keanekaragaman
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai Indeks Keanekaragaman vegetasi
tiang sebesar 0,9266 yang termasuk klasifikasi H’ <1 yaitu termasuk komunitas
dengan keanekaragaman rendah (komunitas biota bersifat tidak stabil).
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Pancang


Nama
No Fa Fr (%) Ka Kr (%) Da Dr (%) INP H’
Spesies
1 Polyalthia 0,250 13,3333 0,007 9,9602 0,00003 10,2804 33,5739 -
longifolia 0 5 3 0,106
4
2 Annona 0,250 13,3333 0,012 16,6003 0,00004 13,3965 43,3292 -
muricata 0 5 3 0,121
4
3 Syzygium 0,250 13,3333 0,008 11,6866 0,00005 15,5763 40,5962 -
polyanthum 0 8 0 0,117
5
4 Cascabela 0,125 6,6667 0,003 5,0465 0,00001 3,4268 15,1400 -
thevetia 0 8 1 0,065
5
5 Ceiba 0,250 13,3333 0,010 13,2802 0,00004 14,3302 40,9437 -0,118
pentandra 0 0 6
6 Perdu 0,250 13,3333 0,003 5,0465 0,00002 6,8536 25,2334 -
0 8 2 0,090
4
7 Artocarpus 0,125 6,6667 0,010 13,2802 0,00004 13,7072 33,6541 -
heterophyllu 0 0 4 0,106
s 6
8 Piper nigrum 0,125 6,6667 0,003 5,0465 0,00001 4,0498 15,7630 -
0 8 3 0,067
2
9 Nephelium 0,125 6,6667 0,008 11,6866 0,00003 11,2150 29,5683 -
lappaceum 0 8 6 0,099
2
10 Mangifera 0,125 6,6667 0,006 8,3665 0,00002 7,1651 22,1983 -
indica 0 3 3 0,083
7
Jumlah 1,875 100,000 0,075 100,000 0,00032 100,000 300,000 -
0 0 3 0 1 0 0 0,976
0
Keterangan:
Fa = Frekuensi Absolut
Fr = Frekuensi Relatif (%)
Ka = Kerapatan/Densitas Absolut
Kr = Kerapatan/Densitas Relatif (%)
Da = Dominasi Absolut
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

Dr = Dominasi Relatif (%)


INP = Indeks Nilai Penting (%)
H’ = Indeks Keanekaragaman
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai Indeks Keanekaragaman vegetasi
pancang sebesar 0,9760 yang termasuk klasifikasi H’ <1 yaitu termasuk komunitas
dengan keanekaragaman rendah (komunitas biota bersifat tidak stabil).
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Semai


No. Nama Spesies Fa Fr (%) Ka Kr (%) INP H’
1 Phyllanthus -
0,3750 6,2500 5,2500 2,0418 8,2918
urinaria 0,0415
2 -
0,1250 2,0833 5,3750 2,0904 4,1737
Cyperus papyrus L 0,0209
3 -
0,2500 4,1667 16,7500 6,5143 10,6810
Lemna minor 0,0534
4 Trifolium -
0,2500 4,1667 3,8750 1,5070 5,6737
campestre 0,0284
5 Aquilaria -
0,1250 2,0833 0,6250 0,2431 2,3264
malaccensis 0,0116
6 -
0,3750 6,2500 16,0000 6,2227 12,4727
Asteraceae 0,0624
7 -
0,3750 6,2500 9,3750 3,6461 9,8961
Euphorbia hirta 0,0495
8 -
0,1250 2,0833 4,7500 1,8474 3,9307
Adiantum 0,0197
9 Achyranthes -
0,3750 6,2500 8,3750 3,2572 9,5072
aspera 0,0475
10 Desmodium -
0,5000 8,3333 14,5000 5,6393 13,9726
triflorum 0,0699
11 -
0,3750 6,2500 8,3750 3,2572 9,5072
Laportea 0,0475
12 -
0,1250 2,0833 0,7500 0,2917 2,3750
Paspalum 0,0119
13 Polygala -
0,3750 6,2500 39,3750 15,3136 21,5636
paniculata Linn 0,1078
14 Peperomia -
0,1250 2,0833 6,0000 2,3335 4,4168
pellucida 0,0221
15 Digitaria -
0,2500 4,1667 12,7500 4,9587 9,1254
Sanguinalis 0,0456
16 -
0,1250 2,0833 7,5000 2,9169 5,0002
Hyacinthoides 0,0250
17 -
0,5000 8,3333 34,5000 13,4176 21,7509
Cyperus rotundus 0,1088
18 -
0,2500 4,1667 4,0000 1,5557 5,7224
Acalypha indica 0,0286
19 -
0,2500 4,1667 7,6250 2,9655 7,1322
Ocimum basilicum 0,0357
20 -
0,1250 2,0833 5,7500 2,2363 4,3196
Oldenlandia 0,0216
21 Axonopus -
0,2500 4,1667 5,3750 2,0904 6,2571
compressus 0,0313
22 Chamaecrista -
0,1250 2,0833 8,3750 3,2572 5,3405
fasciculata 0,0267
23 -
0,1250 2,0833 19,6250 7,6325 9,7158
Gaultheria 0,0486
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

-
24 Poaceae
0,1250 2,0833 12,2500 4,7642 6,8475 0,0342
-
6,0000 100,0000 257,1250 100,0000 200,0000
Jumlah 1,3115

Keterangan:
Fa = Frekuensi Absolut
Fr = Frekuensi Relatif (%)
Ka = Kerapatan/Densitas Absolut
Kr = Kerapatan/Densitas Relatif (%)
INP = Indeks Nilai Penting (%)
H’ = Indeks Keanekaragaman
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai Indeks Keanekaragaman vegetasi
semai sebesar 1,3115 yang termasuk klasifikasi H’ 1-3 yaitu termasuk komunitas
dengan keanekaragaman sedang (komunitas biota bersifat moderat).
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

Tabel 4.5 Faktor Lingkungan


Suhu Suhu
Kelembapan pH Tekstur Struktur
No. Stand Udara Tanah
Tanah Tanah Tanah Tanah
(°C) (°C)
1 27,1 26,3 6,3 3 Geluh Granular
Pasiran
2 28,1 27 6,3 2,5 Pasir Granular
Sedang
3 26 27,5 1,7 6,5 Lempung Remah
Pasiran
4 26,4 25 5,7 6,3 Pasir Granular
5 29,3 27,8 5 6 Pasir Granular
Lempungan
6 27,8 26,8 6 3,5 Geluh Granular
Pasiran
7 27 26 4,2 6,3 Geluh Remah
Pasiran
8 27,4 26,5 5 6,4 Geluh Remah
Pasiran
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

B. Pembahasan
Acara pertama Praktikum Biologi Lingkungan membahas tentang
sampling dan analisis vegetasi dengan metode kuadrat dan pengukuran faktor
lingkungan. Tujuan dari praktikum ini adalah melakukan analisis populasi
komunitas dari suatu vegetasi yang ada pada suatu ekosistem tertentu. Dalam
analisis ini digunakan data sekunder yang terdiri dari 4 jenis vegetasi yaitu pohon,
tiang, pancang, dan semai. Percobaan dilakukan terhadap 8 stand atau petak,
dimana setiap stand terdiri dari vegetasi beragam pengelompokan jenis vegetasi
dilakukan berdasarkan parameter diameter batang dan tinggi vegetasinya.
Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa pada lokasi pengamatan
terdapat 9 jenis atau spesies vegetasi pohon yang terdiri dari pinus, glodokan tiang,
puring, perdu, mangga, pohon salam, akasia, ginjem, dan rambutan. Terdapat 9
jenis vegetasi tiang yang terdiri dari pinus, puring, akasia, ginje, ketapang, lada
madagaskar, perdu, glodongan tiang, dan randu. Terdapat 10 jenis vegetasi
pancang yang terdiri dari glodogan tiang, sirsak, pohon salam, ginje, randu, perdu,
nangka, lada madagaskar, rambutan, dan mangga. Serta terdapat 23 jenis vegetasi
pancang yang terdiri dari meniran, papirus alang-alang, rumput bebek, hop tresoil,
garu berduri, asterceae, patikan kebo, paku suplir, jarong, sisik betok, jelatang,
rumput paspalum, balsam, tumpang angin, rumput janji, lonceng biru inggris,
rumput mutiara, rumput teki, akar kucing, kemangi, rumput mutiara, rumput
paitan, kacang patridge, gandapura, dan rumput berbunga.
Hasil perhitungan frekuensi pada setiap vegetasi menunjukkan bahwa pada
vegetasi pohon, spesies yang memiliki nilai frekuensi tertinggi yaitu mangga dan
pohon salam dengan frekuensi relatif 20%. Spesies yang memiliki nilai frekuensi
tertinggi pada vegetasi tiang yaitu akasia dan perdu dengan frekuensi relatif
18,75%. Spesies yang memiliki nilai frekuensi tertinggi pada vegetasi pancang
yaitu glondongan tiang, sirsak, pohon salam, randu, dan perdu dengan frekuensi
relatif 13,3333%. Spesies yang memiliki nilai frekuensi tertinggi pada vegetasi
semai yaitu sisik betok dan rumput teki dengan nilai relatif 8,3333%. Nilai
frekuensi pada tiap spesies vegetasi dapat menjadi gambaran dari dominasi
individu pada suatu jenis vegetasi karena nilai frekuensi merupakan jumlah
kemunculan dari setiap spesies yang dijumpai dari seluruh stand.
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

Hasil perhitungan vegetasi menunjukkan bahwa pada vegetasi pohon,


kerapatan tertinggi terdapat pada spesies mangga dengan kerapatan 35,6125% dan
kerapatan terendah terdapat pada spesies perdu dengan kerapatan 1,8519%. Pada
vegetasi tiang, kerapatan tertinggi terdapat oada spesies purimng dan randu dengan
kerapatan 17,5850% dan kerapatan terendah terdapat pada spesies pinus dengan
kerapatan 2,9308%. Pada vegetasi pancang, kerapatan tertinggi terdapat pada
spesies sirsak dengan kerapatan 16,6003% dan kerapat terendah terdapat pada
spesies ginje, perdu, dan lada madagaskar dengan kerapatan 5,0465%. Serta pada
vegetasi semai diketahui bahwa spesies yang memilki kerapatan tertinggi yaitu
balsam dengan kerapatan 15,3136% dan kerapatan terendah yaitu garu berduri
dengan kerapatan 0,2431%. Nilai kerapatan suatu jenis vegetasi menunjukkan
jumlah individu jenis vegetasi pada suatu luasan tertentu. Semakin tinggi nilai
kerapat vegetasi maka semakin banyak individu jenis atau spesie vegetasi pada
suatu luasan, begitupun sebaliknya.
Untuk mengetahui vegetasi yang mendominasi pada lokasi kajian, dapat
dilihat berdasarkan hasil perhitungan dominasi absokut maupun domnasi relatif.
Nilai dominasi yang ada pada setiap vegetasi baik pohon, tiang, pancang dan semai
bervariasi. Nilai masing-masing jenis atau spesies vegetasi dihitung berdasarkan
besar diameter batang sehingga untuk vegetasi semai tidak dilakukan perhitungan
dominasi. Dominasi tertinggi pada vegetasi pohon yaitu ada pada spesies mangga
dengan nilai dominasi 37,1438% dan terendah pada spesies perdu dengan nilai
dominasi 1,9316%. Dominasi tertinggi pada vegetasai tiang yaitu ada pada spesies
randu dengan nilai dominasi 19,7019% dan terendah pada spesies pinus dengan
nilai dominasi 2,0091%. Serta dominasi tertinggi pada vegetasi pancang yaitu ada
pada spesies pohon salam dengan nilai dominasi 15,5763% dan terendah pada
spesies ginje dengan nilai dominasi 3,4268%.
Indeks Nilai Penting (INP) dari setiap spesies vegetasi akan berbeda-beda
karena INP merupakan hasil penjumlahan dai nilai relatif parameter kerapatan
relatif, frekuensi relatif dan dominasi relatif. Hasil perhitungan INP vegetasi pohon
yang tertinggi yaitu pada spesies mangga dengan INP 92,7563% dan yang terendah
yaitu pada spesies perdu dengan INP 10,4502%. INP vegetasi tiang yang tertinggi
yaitu randu dengan INP 49,7869% dan yang terendah yaitu pada spesies pinus
dengan INP 11,1189%. INP vegetasi pancang yang tertinggi yaitu sirsak dengan
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

INP 43,3292% dan yang terendah yaitu pada spesies ginje dengan INP 15,1400%.
Serta INP vegetasi semai yang tertinggi yaitu rumput teki 21,7509% dan yang
terendah yaitu pada spesies rumput paspalum dengan INP 2,3750%. Semakin
tinggi INP maka semakin tinggi tingkat penguasaan suatu spesies vegetasi terhadap
komunitasnya, begitupun sebaliknya.
Hasil perhitungan INP menjadi dasar untuk menghitung indeks
keanekaragaman (H’). Nilai indeks keanekaragaman pada vegetasi pohon yaitu
0,869600 yang termasuk ke dalam keanekaragaman rendah dengan komunitas
biota tidak stabil. Nilai indeks keanekaragaman vegetasi tiang yaitu 0,9266 yang
termasuk ke dalam keanekaragaman rendah dengan komunitas biota tidak stabil.
Nilai indeks keanekaragaman vegetasi pancang yaitu 0,9760 yang termasuk ke
dalam keanekaragaman rendah dengan komunitas biota tidak stabil. Serta nilai
indeks keanekaragaman vegetasi semai yaitu 1,3115 yaitu termasuk komunitas
dalam keanekaragaman sedang dengan komunitas biota bersifat moderat. Nilai
indeks keanekaragaman dapat menggambarkan distribusi dan komposisi vegetasi.
Semakin rendah nilai indeks keanekaragaman menunjukkan rendahnya tingkat
penyebaran atau distribusi pada komunitas tertentu. Tingkat stabilitas komunitas
menunjukkan kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil
meskipun terdapat gangguan-gangguan terhadap komponen-kompnennya.
Untuk mengetahui hubungan dari keberadaan tumbuhan dengan foator
lingkungan (fisik-kimia) dilakukan terhadap beberapa parameter yaitu suhu udara,
suhu tanah, kelemnbaban tanah, ph tanah, tekstur, dan struktur tanah. Distribusi
vegetasi dari suatu komunitas dibatasi oleh faktir lingkungannya. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan suatu vegetasi untuk beradaptasi terahadap lingkungannya.
Apabila tumbuhan cocok tumbuh pada lingkugannya dengan faktor lingkungan
yang sesuaimaka distribusi tumbuhan akan semakin bagus.
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Vegetasi pohon yang mendominasi adalah spesies mangga, vegetasi tiang
adalah spesies randu, dan vegetasi pancang adalah spesies pohon salam.
2. Spesies yang paling sering muncul adalah spesies mangga (pohon), perdu
(tiang), sirsak (pancang), dan rumput teki (semai).
3. Nilai indeks keanekaragaman dari vegetasi pohon, tiang, dan pancang <1
sehingga masuk ke tingkat keanekaragaman rendah dan distribusi tidak
stabil sedangkan untuk nilai indeks keanekaragaman dari semau masuk ke
range 1-3 sehingga termasuk ke tingkat keanekaragaman sedang dan
distribusi moderat.
4. Kondisi faktor lingkungan akan mempengaruhi keadaan tumbuhan yang
berkaitan dengan kemampuan adaptasi.
B. Saran
Penulisan hasil perhitungan sebaiknya hanya sekali saja agar tidak
terjadi pengulangan. Serta perhitungan secara manual hanya dilakukan pada
beberapa sampel disetiap rumusnya.
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

DAFTAR PUSTAKA

Farhan, Miftahur Rizki dkk. 2019. Analisis Vegetasi di Resort Pattunuang –


Karaenta Taman Nasional Bantimurung Bulusaruang. Makassar:
Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Hidayat, Muslich. 2017. Analisis Vegetasi dan Keanekaragaman Tumbuhan
di Kawasan Manifestasi Geothermal Ie Suum Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal biotik Vol. 5(2) 114-124.
Maridi dkk. 2015. Analisis Vegetasi di Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali. Jurnal Bioedukasi. Vol 8(1) 28-42.
Muryani, Eni dan Prasetya, J.D. 2021. Buku Panduan Praktikum Biologi
Lingkungan. D Y: UPN “V ”Y .
Ufiza, Sari dkk. 2018. Analisis Vegetasi Tumbuhan Dengan Metode Kuadrat
Pada Habitus Herba Di Kawasan Pegunungan Deudap Pulo Nasi Aceh
Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018 209-215.
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2021/2022

LAMPIRAN
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned with CamScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned with CamScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned with CamScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned with CamScanner
Penulis :
Miftahur Rizki Farhan - Sinta Lestari - Hasriaty
Ridhoyatul Adawiyah MK - Muhammad Nasrullah
Nur Asiyah - Adlillah Triastuti
F. Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau


komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
Diperlukan data-data spesies, diameter dan tinggi untuk analisis vegetasi,
sehingga diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
komunitas tumbuhan, diantaranya indeks nilai penting (Greig-Smith, 1983).

Menurut E-Learning (2006), Analisis vegetasi dapat digunakan untuk


mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan untuk mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya
juga mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan
bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan
hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan
vegetasi semak belukar.

Indeks nilai penting ekologi adalah nilai yang menunjukkan tingkat


peranan berbagai jenis tumbuhan pada suatu ekosistem. Nilai penting ini
diperoleh dari jumlah densitas relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif
(Mueller-Dumbois & Ellenberg, 1974). Densitas adalah jumlah individu suatu
spesies per unit area. Dominansi dalam pengertian ekologi vegetasi dapat
merujuk pada: (1) penutupan (cover), (2) basal area (luas penampang
melintang batang), (3) produktivitas dan (4) biomassa (Barbour et al., 1987).
Frekuensi adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya spesies tersebut
dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekuensi dinyatakan dalam
besaran persentase (Kusmana, 1997).

27
Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 5, No. 2, Ed. September 2017, Hal. 114-124

ANALISIS VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DI KAWASAN


MANIFESTASI GEOTERMAL IE SUUM KECAMATAN MESJID RAYA
KABUPATEN ACEH BESAR

Muslich Hidayat
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Email: hidayat.muslich@gmail.com

ABSTRAK
Kawasan manifestasi Geothermal Ie Suum merupakan daerah mata air panas Ie Suum terletak di desa
Ie Suum Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar yang masih menjadi bentang gunung
Seulawah Agam, salah satu gunung vulkanik yang masih aktif di Aceh. Kawasan tersebut memiliki
Suhu dan kadar pH tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang jauh dari daerah
geothermal. Oleh sebab itu, penelitian ini dapat dikaitkan dengan keunikan karakteristik vegetasi
tumbuhan daerah geothermal akan berbeda dengan vegetasi tumbuhan yang ada pada tipe vegetasi
lain. Penelitian ini dilakukan dengan metode transek kuadrat (quadrat transect) dengan menetapkan
lokasi penelitian secara Purposive sampling di bagi menjadi empat titik (stasiun) dengan ukuran
ditentukan berdasarkan habitus tanaman yaitu: herba (1x1 m2), semak/perdu (2x2 m2), tiang (5x5 m2),
dan pohon (10x10 m2). Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara
kuantitaitf dengan menggunakan analisis vegetasi yaitu: kerapatan (Kr), Frekuensi (Fr), Dominansi
(Dr), dan Indeks Keankeragaman (Ĥ). Hasil penelitian ditemukan sebanyak 23 famili yang terdiri dari
34 spesies dengan total jumlah individu sebanyak 534 tersebar pada 4 stasiun pengamatan yang
terbagi kedalam tumbuhan tingkat herba, semak, tiang dan pohon. Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi
tumbuhan daerah gothermal Ie Suum Kecamatan Mejid Raya Kabupaten Aceh Besar pada semua
stasiun didapatkan hasil INP 225,86 %. Nilai ini termasuk dalam kategori tinggi. Adapun spesies
tumbuhan yang memiliki indeks tertinggi dari spesies lainnya Axonopus compressus yaitu 17,02 %,
sementara Indeks Nilai Penting terendah yakni Clidemia hirta dengan nilai sebesar 1,32 %. Tingginya
nilai INP Axonopus compressus dikarenakan spesies ini hidup pada kelembaban tanah yang kering
dan keasaman yang tinggi. Indeks keanekaragaman (Ĥ) tumbuhan daerah geothermal Ies Suum
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar adalah Ĥ = 3,508. Vegetasi tumbuhan pada daerah
geothermal ie suum tergolong kedalam kategori tinggi dikarenakan tumbuhan yang dapat beradaptasi
dengan kondisi fisik-kimia lingkungan yang tinggi.
Kata Kunci: Analisis Vegetasi, Keanekaragman Tumbuhan, Kawasan Manifestasi Geothermal

ABSTRACT
Ie Suum geothermal manifestation area is a hot sering resource in Ie Suum Village at Aceh Besar
regency. Ie Suum hot spring is a stretch of Seulawah Agam mountain and is one of the most active
volcanic mountains in Aceh. This area has higher temperature and soil pH compared to areas far from
geothermal areas. Therefore, this study can be associated with the unique characteristics of vegetation
of geothermal areas will be different from vegetation plants that exist in other vegetation types. This
research was conducted by quadrat transect method by determining the location of the research by
purposive sampling divided into four point (station) with size determined based on plant habitus that
is: herb (1x1 m2), bush / shrub (2x2 m2), pole ( 5x5 m2), and trees (10x10 m2). Data analysis is done
qualitatively and quantitatively. Quantitative analysis of data by using vegetation analysis are: density
(Kr), Frequency (Fr), Dominance (Dr), and Diversity Index (Ĥ). The results of the study found 23
families consisting of 34 species with a total number of individuals as many as 534 scattered in 4
observation stations divided into herbaceous plants, shrubs, poles and trees. Important Value Index
(INP) vegetation in geothermal manifestation area of Ie Suum in all stations was obtained by INP
225,86%. This value belongs to the high category. The species species that have the highest index of
other species Axonopus compressus is 17.02%, while the lowest Importance Value Index is Clidemia
hirta with a value of 1.32%. The high value of INP Axonopus compressus is due to this species living
on dry soil moisture and high acidity. The biodiversity index (Ĥ) of geothermal area of Ies Suum of
Mesjid Raya District of Aceh Besar is Ĥ = 3,508. Vegetation of plants in the geothermal area ie suum
belong to the high category due to plants that can adapt to high environmental physical-chemical
conditions.
Keywords: Vegetation Analysis, Vegetation Diversity Index, Geothermal Manifestation Area

[114]
Analisis Vegetasi dan Keanekaragaman Tumbuhan di Kawasan Manifestasi Geotermal…

PENDAHULUAN
aerah Provinsi Aceh banyak memiliki lingkungannya yaitu suhu tanah, pH tanah, suhu
daerah geothermal (panas bumi) yang udara dan kelembaban udara. Faktor-faktor
merupakan potensi lokal daerah Aceh. lingkungan ini mempengaruhi bentuk khas tipe
Salah satu daerah geothermal yang ada di Aceh vegetasi dan akan berpengaruh terhadap struktur
yaitu daerah geothermal Ie Suum. Daerah dan komposisi vegetasi di kawasan mata air [4].
Geothermal (Panas bumi) adalah daerah yang Berdasarkan keterangan diatas, vegetasi
memiliki sebuah sumber energi panas yang tumbuhan daerah geothermal merupakan vegetasi
terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi [1]. Ie tumbuhan yang memiliki karakteristik berbeda
Suum dikatakan sebagai daerah geothermal dan sangat perlu untuk diketahui mengingat
dibuktikan dengan adanya mata air panas yang vegetasi tumbuhan daerah geothermal merupakan
merupakan manifestasi dari geothermal (panas vegetasi yang menjadi potensi lokal yang ada di
bumi). Aceh.
Daerah mata air panas Ie Suum terletak di
Desa Ie Suum Kecamatan Mesjid Raya METODE PENELITIAN
Kabupaten Aceh Besar. Secara geografis, sumber Tempat dan Waktu Penelitian
mata air panas Ie Suum tersebut yang berada di Penelitian ini mengambil tempat di lokasi
sekitaran pegunungan dan terletak sekitar 17 Km sekitar kawasan manifestasi sumber air panas Ie
kearah utara dan masih menjadi bentang gunung Suum Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Seulawah Agam, salah satu gunung vulkanik yang Besar. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal
masih aktif di Aceh [2]. 16 dan 17 Juli 2016.
Hasil observasi awal yang dilakukan di daerah Data spesies tumbuhan yang terdapat di
geothermal Ie Suum menunjukkan bahwa suhu kawasan manifestasi geotermal Ie Suum
dan kadar pH tanah yang lebih tinggi Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
dibandingkan dengan daerah yang jauh dari diidentifikasi di Laboratorium Unit Botani
daerah geothermal. Oleh sebab itu, dapat Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
dikaitkan dengan keunikan karakteristik vegetasi Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
tumbuhan daerah geothermal akan berbeda Ar-Raniry.
dengan vegetasi tumbuhan yang ada pada tipe Lokasi penelitian analisis vegetasi dan
vegetasi lain. keanekaragaman tumbuhan di kawasan
Hasil penelitian Marlena (2011) manifestasi geotermal Ie Suum Kecamatan Mesjid
menyampaikan bahwa adanya mata air panas Raya Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada
menyebabkan suhu tanah di sekitar kawasan Gambar 1.
telaga air panas akan lebih tinggi. Suhu daerah
geothermal berpengaruh terhadap struktur dan Alat dan Bahan Penelitian
komposisi vegetasi di kawasan telaga air panas. Alat dan bahan yang digunakan dalam
Mengingat secara geologi dan geomorfologi penelitian analisis vegetasi dan keanekaraman
kawasan telaga air panas ini menarik, yang tumbuhan di kawasan manifestasi goethermal
tentunya mempengaruhi struktur dan komposisi dapat dilihat pada Tabel 1.
vegetasi, maka data penyusun vegetasinya perlu
diketahui [3]. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil penelitian Rahmi et.al Penelitian ini dilakukan dengan metode
(2005) menunjukkan bahwa vegetasi khas daerah transek kuadrat (quadrat transect) dengan
vulkanis antara lain Ficus deltoidea Jack dan menetapkan lokasi penelitian secara Purposive
Blechnum sp. Keragaman struktur vegetasi sampling di bagi menjadi empat titik (stasiun)
meningkat seiring berubahnya faktor lingkungan pengamatan yang sudah ditentukan berdasarkan
menjauhi sumber air panas. Pada penelitian ini arah penjuru mata angin. Ukuran kuadrat
juga diperoleh gambaran mengenai hubungan ditentukan berdasarkan habitus tanaman yaitu:
antara struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan herba (1x1 m2), semak/perdu (2x2 m2), tiang (5x5
dengan faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor m2), dan pohon (10x10 m2) [5].

[115]
BIOEDUKASI ISSN: 1693-2654
Volume 8, Nomor 1 Februari 2015
Halaman 28-42

Analisis Struktur Vegetasi di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali

MARIDI 1*, ALANINDRA SAPUTRA 1, PUTRI AGUSTINA 2


1Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir Sutami 36 A, Surakarta, 57126, Indonesia
2 Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura, Surakarta, Jawa Tengah 57102
*email: maridi@staff.uns.ac.id; maridi_uns@yahoo.co.id

Manuscript received: 12 Desember 2014 Revision accepted: 25 Januari 2015

ABSTRACT

Tujuan penelitian ini antara lain: (1) mengetahui struktur dan komposisi vegetasi baik pohon maupun vegetasi penutup
lantai (lower crop community-LCC) di lokasi kajian AMDAL kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali; serta (2)
mengetahui pengaruh indeks nilai penting dan indeks diversitas vegetasi terhadap kondisi lingkungan di sekitar lokasi
kajian AMDAL kecamatan Ampel kabupaten Boyolali. Penelitian dilaksanakan di lokasi kajian AMDAL kecamatan
Ampel kabupaten Boyolali pada bulan Juni sampai Juli 2013. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap antara lain:
(1) survei (pene-litian pendahuluan; (2) penentuan area kajian (unit sampling); (3) pengambilan data lapangan; serta (4)
analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk vegetasi pohon, diperoleh 46 spesies yang termasuk ke dalam
24 famili. Jenis pohon yang pa-ling banyak ditemukan adalah Capsicum frutescens (cabe rawit) yang berjumlah 3655
individu tiap 1600 m2. Kontribusi spesies pohon yang terbesar ditunjukkan oleh indeks nilai penting (INP) tertinggi
adalah Capsicum frutescens. Indeks diversitas/keaneka-ragaman vegetasi pohon di lokasi adalah 0,9864 (rendah). Untuk
vegetasi penutup lantai (LCC) ditemukan 80 spesies yang termasuk 27 famili. Cacah individu terbanyak adalah Wedelia
montana sebanyak 3234608 individu per 400 m2. Indeks diversitas vegetasi LCC adalah 1,144822 (melimpah).

Keywords: struktur vegetasi, LCC, Boyolali, INP

huni suatu wilayah. Vegetasi juga didefi-nisikan sebagai


LATAR BELAKANG keseluruhan tumbuhan dari suatu area yang berfungsi
sebagai area penutup lahan, yang terdiri dari be-berapa
Ekosistem alam merupakan satu ke-satuan habitat alami jenis seperti herba, perdu, pohon, yang hidup bersama-
tempat bernaung-nya seluruh makhluk (manusia, sama pada suatu tempat dan saling berinteraksi antara satu
tumbuhan, dan hewan). Makhluk tersebut masing-masing dengan yang lain, serta lingkungannya dan memberikan
berada dalam suatu komunitas tertentu, dimana mereka kenampakan luar vege-tasi (Agustina, 2008; Maryantika,
saling berinter-aksi satu dengan lainnya. Ekosistem me- 2010; Susanto, 2012).
miliki manfaat yang besar untuk peme-nuhan kebutuhan Vegetasi memegang peran penting pada banyak proses
manusia. pemanfaatan sumber alam di ekosistem tersebut yang berlangsung di ekosistem yang diantaranya
tentu-nya akan menyebabkan terjadinya peru-bahan suatu diungkapkan oleh Smith, et .al (2000) antara lain: (a)
ekosistem, sehingga pada akhirnya akan mengubah penyimpanan dan daur nutrisi; (b) penyim panan karbon;
komunitasnya. Keadaan ini dapat mempengaruhi kemam- (c) purifikasi air; serta (d) keseimbangan dan penyebaran
puan auto-operasi dari sistem dan kese-imbangan struktur
komponen penting penyusun ekosistem seperti detri-vor,
fungsional. Oleh kare-na itu, kesatuan dan keseimbangan
polinator, parasit, dan predator. Pe-rubahan vegetasi
struk-tur fungsional ini harus dipertahankan da-lam setiap
pemanfaatan dan pengelolaan suatu ekosistem. menurut Stirling dan Wilsey (2001) berpengaruh penting
Komunitas tumbuhan pada suatu daerah menurut terha-dap stabilitas, produktivitas, struktur tro-fik, serta
Parejiya et al (2013) me-rupakan fungsi waktu; meskipun perpindahan komponen ekosis-tem. Oleh karena itu,
altitude, kemiringan, latitude, hujan, dan kelem-baban monitoring terhadap perubahan struktur dan komposisi
memegang peran penting dalam pembentukan komunitas vege-tasi harus dilakukan secara berkala agar diketahui
tumbuhan dan komposisinya. Variasi keanekaragaman kondisi umum ekosistem di se-kitarnya. Salah satu cara
spesies di bawah gradien lingkungan me-rupakan topik untuk memantau perubahan struktur dan komposisi vege-
penyelidikan ekologi utama dan dijelaskan sebagai tasi dilakukan melalui analisis vegetasi.
interaksi antara iklim, produktivitas, interaksi biotik, hete- Analisis vegetasi menurut Susanto (2012) merupakan
rogenitas habitat, dan sejarah. Penutupan tumbuhan (plant suatu cara mempela-jari susunan atau komposisi jenis dan
cover) dalam suatu ka-wasan yang terdiri dari beberapa ben-tuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi yang
komuni-tas tumbuhan yang membentuk vegetasi. dipelajari dalam analisis vegetasi be-rupa komunitas
Vegetasi menurut Maarel (2005) merupakan tumbuhan yang merupa-kan asosiasi konkret dari semua
didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Hasil
sekelompok be-sar tumbuhan yang tumbuh dan meng- analisis vegetasi tumbuhan disajikan secara deskriptif
Maridi, Analisis Struktur Vegetasi di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali 29

mengenai komposisi spe-sies dan struktur komunitasnya kabu-paten Boyolali dan menganalisis penga-ruhnya
(Indriyan-to, 2008). Struktur suatu komunitas tidak hanya terhadap kondisi lingkungan seca-ra umum. Parameter
dipengaruhi oleh hubungan antar spesies tetapi juga oleh yang diukur pada penelitian ini adalah jenis dan jumlah in-
jumlah individu dari setiap spesies organisme. dividu spesies tumbuhan baik pohon mau-pun LCC,
Studi kuantitatif vegetasi menurut Win (2011) densitas atau kerapatan tiap jenis, frekuensi hadirnya
memberikan deskripsi tentang vegetasi, prediksi dan individu spesies dalam plot yang diteliti, indeks nilai pen-
klasifikasi polanya serta mengetahui kegunaan dan nilai ting (INP), serta indeks diversitas (keane-karagaman).
dari spesies. Analisis ini mengindikasikan di-versitas
spesies yang menggambarkan dis-tribusi individu spesies METODE
dalam suatu habi-tat.
Struktur komunitas tumbuhan me-miliki sifat kualitatif Deskripsi Lokasi Penelitian
dan kuantitatif se-hingga dalam deskripsi struktur komuni- Penelitian ini dilaksanakan di lokasi kajian AMDAL
tas tumbuhan dapat dilakukan secara kua-litatif dengan kecamatan Ampel ka-bupaten Boyolali. Batas-batas
parameter kualitatif atau secara kuantitatif dengan wilayah kecamatan Ampel yaitu: kabupaten Se-marang
parameter ku-antitatif (Indriyanto, 2008). Namun, per- (Utara dan Selatan), kecamatan Cepogo (Timur), serta
soalan yang sangat penting dalam analisis komunitas kecamatan Selo dan kabupaten Magelang (Barat). Keca-
adalah bagaimana cara men-dapatkan data terutama data matan Ampel terletak pada ketinggian 520-1840 meter
kuantitatif dari semua spesies tumbuhan yang me-nyusun diatas permukaan laut dan memiliki temperatur udara rata-
komunitas, parameter kuantitatif dan kualitatif apa saja rata antara 26°C-30°C. Luas wilayah kecamat-an Ampel
yang diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data agar adalah 9.039,1168 Ha. Ke-camatan Ampel terdiri dari 20
dapat mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat desa yaitu: Urutsewu, Gondangslamet, Ngampon,
komunitas tumbuhan se-cara utuh dan menyeluruh. Ngenden, Selodoko, Candi, Sidomulyo, Ngargosari,
Kabupaten Boyolali merupakan sa-lah satu dari 35 Banyuanyar, Seboto, Tanduk, Gladagsari, Kembang,
kabupaten/kota di propin-si Jawa Tengah. Posisi geografis Candisari, Nga-grong, Ngargoloko, Kaligentong, Ngadi-
wilayah kabupaten Boyolali merupakan kekuatan yang rojo, Sampetan, dan Jlarem. Peta Lokasi Kecamatan
dapat dijadikan sebagai modal pem-bangunan daerah Ampel dapat dilihat pada Gambar 1.
karena berada pada se-gitiga wilayah Yogyakarta-Solo-
Semar-ang (Joglosemar) yang merupakan tiga kota besar
yang utama di wilayah Jawa Tengah-DI Yogyakarta. Hal
itulah yang menjadi dasar pengembangan potensi daerah
kabupaten Boyolali, terutama pada sektor perekonomian
dan industri menjadi sangat besar (BKPM Kabupaten
Boyolali, 2012). Kabupaten Boyolali terdiri dari 19
Kecamatan salah satunya adalah keca-matan Ampel.
Kecamatan Ampel merupakan salah satu wilayah yang
diresmikan sebagai Ka-wasan Industri Tekstil Garmen
oleh Pe-merintah Kabupaten Boyolali. Jaminan rasa aman
dan iklim usaha yang kondusif menjadi salah satu daya
tarik bagi se-jumlah investor untuk menanamkan mo-dal
di Kawasan Industri Ampel. Selain itu, kondisi geografis
juga menjadi per-timbangan utama dipilihnya kecamatan Gambar 1. Wilayah Kecamatan Ampel
Ampel sebagai kawasan industri terutama tekstil (Situs
Resmi Pemerintah Kabu-paten Boyolali, 2012). Alat dan Bahan
Pengembangan kawasan industri Ampel sebagai daerah Beberapa peralatan yang digunakan pada penelitian ini
sentra industri tekstil tentunya harus me-nunggu hasil uji antara lain tali sepan-jang 80 m sebagai alat untuk
kelayakan, kajian AM-DAL, dan Detail Engineering membuat plot (plotting), pasak untuk memperkuat plot
Detail (DE-D). Oleh karena itu, analisis vegetasi di lokasi yang digunakan dalam sampling, her-barium kit untuk
kajian AMDAL Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali menyimpan dan menga-wetkan spesimen yang ditemukan
merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan pada setiap lokasi sampling, rol meter untuk mengukur
sebelum ka-wasan ini dikembangkan lebih lanjut. jarak dan diameter dalam sam-pling pohon, kompas
Tujuan penelitian ini antara lain: (1) mengetahui sebagai penunjuk arah, penggaris untuk pengukuran pan-
struktur dan komposisi vege-tasi pohon yang terdapat di jang atau diameter tumbuhan, log book untuk mencatat
lokasi kajian AMDAL kecamatan Ampel kabupaten segala hal yang teramati di lokasi sampling, kamera
Boyolali; (2) mengetahui struktur dan komposisi vegetasi sebagai alat dokumentasi, serta alat tulis. Peta diper-lukan
penutup lantai (lower crop community-LCC) di lokasi sebagai petunjuk dalam pelaksa-naan survei dan
kajian AMDAL kecamatan Ampel kabupaten Boyolali; pengambilan data.
serta (3) menghitung indeks di-versitas vegetasi pohon
dan LCC di lokasi kajian AMDAL kecamatan Ampel
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan

IDENTITAS PEMILIK

BUKU INI MILIK

NAMA :

NIM :

PLUG/KELOMPOK :

NO HP :

BARANG SIAPA MENEMUKAN BUKU INI, HARAP DIKEMBALIKAN KEPADA


MAHASISWA DENGAN IDENTITAS DI ATAS

i
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan

ACARA 1
Sampling dan Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadrat
dan Pengukuran Faktor Lingkungan

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan analisis terhadap komunitas
tumbuhan di suatu habitat yang berada dalam ekosistem tertentu
dengan menggunakan Metode Kuadrat.

B. ALAT DAN BAHAN


1. GPS
2. Soil tester
3. pH meter/pH indikator
4. Alat ukur (meteran)
5. Patok
6. Rafia/penanda transek
7. Tabel data (disiapkan sendiri oleh praktikan)
8. Buku kunci identifikasi tumbuhan
9. Alat tulis

C. DASAR TEORI

1. Pengantar
Analisis vegetasi dilakukan agar dapat mendeskripsikan dan
menggali informasi secara tepat mengenai komunitas tumbuhan yang
dikaji, misalnya bagaimana pengaruh interaksi dengan faktor
lingkungan terhadap perkembangan komunitas tumbuhan dan
bagaimana proses suksesi suatu komunitas . Tujuan analisis vegetasi
umumnya berkaitan dengan informasi mengenai struktur floristik (yaitu
komposisi spesies) atau struktur tegakan/stand.

1
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan

Untuk dapat mendeskripsi suatu kornunitas tumbuhan,


seringkali diperlukan data masing-masing individu spesies yang hidup
dalam komunitas tersebut. Pengukuran atau perhitungan langsung
(sensus) tidak memungkinkan untuk dilaksanakan, mengingat dalam
penelitian selalu ada keterbatasan waktu dan sumberdaya (misalnya,
tenaga kerja, peralatan, dan biaya).
Oleh karena itu seorang peneliti biasanya hanya meneliti
kurang lebih 1 persen saja dari keseluruhan komunitas yang dikaji.
Inilah yang disebut dengan sampling. Sampling dalam istilah statistik
didefinisikan sebagai pernilihan unit-unit observasi dengan tujuan
untuk memperoleh pengetahuan tentang populasi yang diteliti. Sampel
yang dipilih dengan baik akan mampu mencerminkan karakter populasi
yang diteliti (representatif), sehingga data parameter sampel tersebut
dapat digunakan untuk mengestimasi parameter populasinya dengan
akurat (ekstrapolasi data).
Secara umum, metode sampling dikelompokkan menjadi dua,
yaitu metode dengan plot dan metode tanpa plot (plotless). Dalam
metode dengan plot, vegetasi dicuplik dengan menggunakan suatu
luasan tertentu yang disebut plot. Plot dapat berbentuk bujur sangkar,
persegi panjang, atau lingkaran. Contoh metode ini adalah metode
kuadrat dan metode releve. Sebaliknya, metode tanpa plot tidak
menggunakan plot dalam pencuplikan. Termasuk dalam metode ini
adalah metode titik terpegat dan metode jarak.
Agar dapat memilih metode pengambilan sampel secara tepat,
sehingga dapat memenuhi asumsi kebenaran statistik, maka dilakukan
desain sampling. Desain sampling yaitu cara penempatan dan jumlah
sampel yang harus diambil. Desain sampling ditentukan berdasar:

2
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan

a. Ukuran Sampel (Sample Size) atau Jumlah Plot


Setelah menentukan cara sampling, selanjutnya peneliti
menentukan ukuran sampel yang akan diambil. Yang dimaksud ukuran
sampel atau sample size adalah banyaknya unit sampling yang akan
diambil dari populasi statistik yang dikaji.b. Cara Pengambilan Sampel
Asumsi dasar statistik adalah sampel harus diambil secara
random (acak), yaitu semua bagian populasi harus mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Agar sampling
menghasilkan data yang akurat, tahapan berikut ini harus diikut
sebelum mengambil sampel.

1) Penentuan Populasi Stastistik


Sebelum memulai sampling, terlebih dahulu menentukan
dengan populasi statistik penelitiannya. Salah satu definisi populasi
statistik adalah "keseluruhan elemen-elemen atau kumpulan individu
atau obyek yang akan diambil kesimpulan statistiknya".

2) Penentuan Unit Sampling atau Unit Eksperimen


Dari suatu populasi statistik nantinya akan diambil unit-unit
sampling. Dalam analisis vegetasi, unit sampling ini biasanya berupa
plot. Berikut ini adalah sejumlah cara sampling yang sering diterapkan :
a) Simple random sampling (sampling acak sederhana)
b) Stratified random sampling (sampling acak berstrata)
c) Systematic sampling (sampling sistematik)
d) Block random sampling (sampling acak blok)
e) Two-stage sampling (sampling dua-tingkat)
f) Two-phase sampling (sampling dua-fase)
Pemilihan desain sampling pada akhirnya bergantung pada
tujuan penelitian, kondisi aktual area penelitian, serta keterbatasan
anggaran dan waktu.

3
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan

2. Metode dan Teknik Sampling untuk Analisis Vegetasi


Pengambilan contoh untuk analisis komunitas tumbuhan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode petak (plot), metode jalur,
ataupun metode kuadran.
a. Metode Petak (Plot)
Metode petak merupakan prosedur yang paling umum
digunakan untuk pengambilan contoh berbagai tipe organisme
termasuk komunitas tumbuhan. Petak yang digunakan dapat
berbentuk segi empat, persegi, atau lingkaran. Di Samping itu, untuk
kepentingan analisis komunitas tumbuhan dapat digunakan petak
tunggal atau petak ganda.

1). Petak Tunggal


Di dalam metode petak tunggal hanya dibuat satu petak contoh
dengan ukuran tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan atau suatu
komunitas tumbuhan. Ukuran minimum petak contoh dapat
ditentukan menggunakan kurva spesies area. luas minimum petak
contoh itu ditetapkan dengan dasar bahwa penambahan luas petak
tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih dari 5% (Soegianto,
1994; Kusmana, 1997 dalam Indriyanto, 2005). Pada metode itu tidak
perlu dihitung frekuensi dan frekuensi relatif karena hanya ada satu
petak contoh dalam analisis vegetasinya, sehingga INP diperoleh dari
penjumlahan kerapatan relatif dan penutupan relatif.
Misalnya, kita telah mencoba membuat petak contoh persegi
dengan berbagai ukuran, sehingga diperoleh data seperti yang disajikan
pada Tabel 1.1.

4
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan

tumbuhan bawah menggunakan petak contoh berukuran 1 m x 1 m


atau 2 m x 2 m.

Gambar 1.1. Desain petak-petak contoh dilapangan dengan metode


petak ganda (Soegianto, 1994 dalam Indriyanto 2005)

Pada metode petak ganda semua parameter kuantitatif dapat


dihitung menggunakan rumus-rumus yang akan diuraikan kemudian.

b. Metode Jalur
Metode jalur merupakan metode yang paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah,
topografi, dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis kontur
(garis tinggi/garis topografi) dan sejajar satu dengan yang lainnya.
Pendekatan, cara itu untuk aplikasi di lapangan misalnya jalur-jalur
contoh dibuat tegak lurus garis pantai, memotong sungai, atau naik/
turun lereng gunung. Jumlah jalur contoh disesuaikan dengan
intensitas samplingnya. Jalur contoh yang berukuran lebar 20 m dapat
dibuat dengan intensitas sampling 2%-10% (Soerianegara dan
Indrawan, 1982 dalam Indriyanto, 2005).

6
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan

Bentuk dan ukuran petak-petak pengamatan serta


peletakannya pada setiap garis rintis dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Desain petak-petak contoh di lapangan dengan metode


jalur (Soerianegara dan Indrawan, dalam Indriyanto, 2005)

Keterangan:
Jalur A = lebar 20 m dengan petak-petak berukuran 20m x 20m untuk
pengamatan pohon
Jalur B = lebar 10 m dengan petak-petak berukuran 10 m x 10 m untuk
pengamatan tiang dan pancang
Jalur C = lebar 2 m dengan petak-petak berukuran 2 m x 2 m atau 2 m x 5 m
untuk pengamatan semai/seedling dan tumbuhan bawah/penutup
tanah

c. Metode Garis Berpetak


Metode ini dianggap sebagai modifikasi dari metode petak
ganda atau metode jalur, yaitu dengan cara melompati satu atau lebih
petak-petak dalam jalur, sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-
petak pada jarak tertentu yang sama. Semua parameter kuantitatif
dapat dihitung menggunakan rumus-rumus seperti yang telah
diuraikan di atas, dan cara penghitungan semua parameter kuantitatif
sama dengan cara pada petak ganda maupun pada cara jalur.
Bentuk dan ukuran petak-petak pengamatan serta
peletakannya pada setiap garis rintis dapat dilihat pada Gambar 1.3.
berikut.

7
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan

Gambar 1.3. Desain petak-petak contoh di lapangan dengan metode


garis berpetak (Kusmana, 1997 dalam Indriyanto, 2005)
Keterangan:
Petak A = petak berukuran 20 m x 20 m untuk pengamatan pohon
Petak B = petak berukuran 10 m x 10 m untuk pengamatan tiang
Petak C = petak berukuran 5 m x 5 m untuk pengamatan pancang
Petak D = petak berukuran 2 m x 2 m untuk pengamatan
semai/seedling dan tumbuhan bawah/penutup tanah

d. Metode Kombinasi
Metode kombinasi yang dimaksudkan adalah kombinasi antara
metode jalur dan garis berpetak. Di dalam metode tersebut, risalah
pohon dilakukan dengan metode jalur, yaitu pada jalur-jalur yang
lebarnya 20 m, sedangkan untuk fase pemudaan (fase poles, sapling,
dan seedling), serta tumbuhan bawah digunakan metode garis
berpetak. Untuk lebih jelasnya, bentuk dan ukuran petak-petak
pengamatan, serta peletakannya pada setiap garis rintis dapat dilihat
pada Gambar berikut.

Gambar 1.4. Desain petak contoh di lapangan dengan metode


kombinasi (Kusmana, 1997 dalam Indriyanto, 2005)

8
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan

Ide dasar metode kuadrat sangat sederhana, yaitu mengambil


data vegetasi yang berada dalam plot-plot sebagai unit samplingnya.
Data yang diambil dari plot-plot tersebut adalah data individual
spesies, yang nantinya akan digunakan untuk menghitung parameter
vegetasinya. Hasil perhitungan parameter vegetasi inilah yang berguna
sebagai informasi untuk mendeksripsi komunitas yang dikaji.

4. Perhitungan Parameter Vegetasi


Dalam sampling vegetasi terdapat empat parameter kuantitatif
utama yang dapat dihitung berdasarkan pengukuran data tumbuhan di
lapangan. Parameter tersebut adalah: densitas (kerapatan individu),
frekuensi (kekerapan hadir spesies), dominansi atau cover (penutupan
tumbuhan), dan Indeks Nilai Penting (INP).
a. Densitas
Densitas adalah cacah individu suatu spesies per satuan luas.
Rumus perhitungan densitas adalah sebagai berikut:

Densitas =

Area sampling adalah total luas plot yang disampling. Satuan


luas area dapat berupa m2, km2, atau hektar (ha).

Contoh:
Dilakukan sampling dengan 10 plot yang berukuran 10 x 10 m.
sebanyak 212 individu spesies C ditemukan dalam semua plot, maka
densitas spesies C adalah:
Densitas spesies C =

= 0,212 individu per m2

10
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan

b. Frekuensi
Frekuensi menunjukkan seringnya suatu spesies hadir dalam
plot-plot sampel. Frekuensi dapat dinyatakan baik dalam pecahan
maupun persen. Rumus perhitungan frekuensi adalah sebagai berikut:

Frekuensi =

Contoh:
Pada sampling dengan 10 plot, spesies b dijumpai pada 6 plot.
Maka, frekuensi spesies b adalah:
Frekuensi spesies B = x 100%

= 60 %

c. Dominasi
Dominasi suatu spesies dapat dipelajari melalui pengukuran
basal area (yaitu luas penampang lintang batang pohon) setinggi 135
cm dari permukaan tanah (dbh = diameter at breast height). Dominasi
juga dapat diukur berdasarkan cover atau penutupan tajuk pohon atau
herba. Rumus yang digunakan adalah:

Dominasi =

Contoh:
Dalam 10 plot sampling berukuran 10 x 10m, spesies A
ditemukan berjumlah 6 individu dengan rerata luas basal area 20 cm2.
Dengan demikian dominasi spesies A adalah:
Dominasi spesies A =
= 0,120 cm2/m2

11
Panduan Praktikum Biologi Lingkungan

d. Nilai penting
Nilai penting merupakan suatu parameter terhitung yang
merupakan kombinasi dari nilai relative setidaknya dua dari tiga
parameter terukur diatas. Jadi nilai penting suatu spesies adalah:

Nilai penting = Densitas relatif + Frekuensi relatif + Dominasi relatif


(INP) = (Kr) + (Fr) + (Dr)

Sementara nilai parameter relatif adalah perbandingan antara


nilai parameter suatu spesies dengan nilai total parameter tersebut
untuk seluruh spesies yang ditemukan.
Contohnya:
Densitas relatif spesies A = x 100 %
Besarnya nilai penting total tergantung pada banyaknya
parameter yang dikombinasikan. Jika terdiri dari tiga nilai relatif, maka
nilai totalnya adalah 300. Jika dua maka nilai totalnya adalah 200.

Tabel 1.2. Contoh tabel data hasil perhitungan


No. Spesies Densitas Kr Frekuensi Fr Dominansi Dr INP H’
(/ha) (%) (cm2/ha)
1
2
3
4
5

D. CARA KERJA
Dalam praktikum ini, praktikan akan menerapkan metode
kuadrat untuk mempelajari komunitas tumbuhan bawah pada suatu
area kajian. Tahapan kerjanya adalah sebagai berikut

12
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018 ISBN: 978-602-60401-9-0

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN DENGAN METODE KUADRAT PADA


HABITUS HERBA DI KAWASAN PEGUNUNGAN
DEUDAP PULO NASI ACEH BESAR

Sari Ufiza1) Salmiati2) dan Hafidz Ramadhan2)


1,2,3)
Program Studi Pendidikan Biologi FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Email: hafizdramadhan007@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian tentang Analisis Vegetasi Tumbuhan dengan Metode Kuadrat pada Habitus Herba di
Kawasan Pergunungan Deudap Pulo Nasi Aceh Besar telah dilakukan pada hari Sabtu, 13 April
2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui vegetasi herba yang ada di kawasan pergunung
desa Deudap Pulo Nasi, Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi dengan menggunakan metode Kuadat dengan menggunakan petak
contoh persegi empat. Ukuran petak contoh yang digunakan untuk tumbuhan herba 1 x 1 m2
dengan 15 plot pengambilan sampel. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa vegetasi tumbuhan
herba di kawasan pergunungan Desa Deudap (Pulo Nasi terdiri dari 23 spesies dari 13 famili.
Tumbuhan herba yang dominan di jumpai adalah Cyperus rotundus.

Kata Kunci: Analisis Vegetasi, Herba, Metode Kuadrat

PENDAHULUAN
ulau Nasi adalah sebuah pulau yang tumbuhan penyusun hutan yang memiliki
terletak disebelah timur laut Pulau ukuran jauh lebih kecil dari semak atau pohon,
Sumatra dan disebelah barat pulau memiliki batang yang basah dan tidak berkayu.
Weh. Terletak ditengah-tengah antara ujung Vegetasi adalah kumpulan dari beberapa
barat Pulau Sumatra dengan pulau Breuh. jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup secara
Berdasarkan titik koordinat pulau ini berada di bersama-sama pada satu tempat dan terjadinya
koordinat 5°37′0″LU,95°7′0″BT. interaksi antar penyusun komponen, baik antara
Pulau Nasi terdiri dari lima desa, salah tumbuh-tumbuhan maupun hewan-hewan yang
satu desanya yaitu Desa Deudap. Desa Deudap hidup di lingkungan tersebut. Adapun vegetasi
memiliki wilayah pergunungan, yang mana yang dimaksud disini adalah vegetasi dari
berdasarkan kasat mata masih tampak asli dan tumbuhan herba. Analisis vegetasi merupakan
alami dengan jenis pergunungan yang heterogen cara untuk mengetahui seberapa besar sebaran
yaitu pergunungan yang ditumbuhi berbagai spesies dalam suatu area melalui
beranekaragam jenis tumbuhan. Kawasan pengamatan langsung. Analisis vegetasi yang
pergunungan yang terletak di Desa Deudap dilakukan dengan menggunakan metode
tersebut belum pernah diketahui kajiannya kuandrat.
hingga saat ini. Sehingga dibutuhkan usaha- Metode kuadrat adalah salah satu metode
usaha konservasi dan pelestarian sumber daya analisa vegetasi yakni dengan menggunakan
hayati perlu dan mendesak untuk segera pengamatan petak contoh yang luasnya diukur
dalam satuan kuadrat. Adapun betuk petak
dilakukan.
contah bisa berupa persegi empat, persegi
Salah satu jenis tumbuhan yang terdapat di
panjang atau lingkaran. Metode ini sangat
kawasan pergunungan ini adalah tumbuhan mudah dan cepat sehinggga cocok digunakan
herba. Herba merupakan salah satu jenis untuk struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan

209
Sari Ufiza dkk.

Sistem Analisis dengan menggunakan metode sebanyak 3 petakan (plot). Penentuan awal
kuadrat yaitu Kerapatan ditentukan berdasarkan peletakkan petak contoh dilakukan secara acak.
jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan Dalam setiap petak contoh dicatat semua jumlah
di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan individu yang termasuk tumbuhan tingkat tiang
berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh lalu dicatat dihitung jumlah jenisnya, difoto dan
populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi diambil sampelnya untuk pembuatan herbarium.
ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis Setelah semua data terkumpul, dilanjutkan
tumbuhan yang dijumpai dalam sejumlah area dengan menganalisis data yaitu dengan mencari:
sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total kerapatan mutlak (Km) frekwensi mutlak (Fm)
area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam dan khusus untuk pohon dilakukan analisis
persen (%). dominasi mutlak (Dm). kerapatan adalah jumlah
Rumusan masalah dari latar belakang individu sejumlah setiap spesies yang dijumpai
diatas adalah bagiamana analisis vegetasi herba dari seluruh petak contoh yang dibuat.
yang ada dikawasan pergunung Desa Deudap Untuk mendapatkan nilai struktur dan
Pulo Nasi, Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten komposisi tumbuhan herba dan anakan maka
Aceh Besar. Adapun tujuan penelitian ini adalah digunakan rumus-rumus sebagai berikut:
untuk mengetahui vegetasi herba yang ada di
kawasan pergunung Desa Deudap Pulo Nasi, Kerapatan Mutlak (KM)
Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar.

METODE PENELITIAN Kerapatan Relatif (KR)


Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan Di Hutan Desa
Frekuensi Mutlak(FM)
Deudap (Pulo Nasi), Kecamatan Pulo Aceh,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh pada hari
Sabtu, 13 April 2017.
Fekuensi Relatif (FR)
Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan Bahan yang digunakan selama
penelitian adalah 1). Tali rafia untuk Indeks Nilai Penting (INP)
menentukan luas petak; 2). Patok untuk tanda Indeks nilai penting merupakan parameter
pembatas setiap petak contoh; 3). Alat tulis, kuantitatif yang dipakai untuk menyatakan
penggaris, penghapus; 4). Perlengkapan untuk tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-
pembuatan herbarium; 5). Kamera digital untuk spesies dalam komunitas tumbuhan.
mengambil gambar setiap sampel; 6).Gunting Indeks nilai penting (INP) diperoleh dari
tumbuhan untuk mengambil sampel; 7). penjumlahan densitas relatif (DR) dan
Kantung plastik untuk mengumpulkan hasil Frekuensi Relatif (FR).
pengambilan sampel dari lapangan; 8). Buku
identifikasi; 9). Suatu tipe komunitas tumbuhan HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan di
tertentu sebagai objek praktikum; 10). Alcohol kawasan pergunungan Desa Deudap, Pulo Nasi,
70%; 11). Kertas Koran; 12). Kertas lebel; 13). Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar,
Lembaran data untuk proses pengumpulan data. Provinsi Aceh ditemukan 23 spesies tumbuhan
Metode Penelitian tumbuhan herba dari 13 famili yaitu
Penelitian ini menggunakan metode Cyperaceae, Poaceae, polypodiaceae,
Convolvulaceae, Nyctaginaceae, Urticaceae,
kuadrat dengan menggunakan petak contoh Asteraceae, Graminae, Araceae, Piperaceae,
persegi empat. Ukuran petak contoh yang Rubiaceae, Amaranthaceae, dan Basellaceae.
digunakan untuk tumbuhan tingkat tiang 1 x 1 Adapun daftar Jenis Tumbuhan Herba di
m2. Jumlah petak contoh yang digunakan Kawasan Pergunungan Desa Deudap dapat
dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:
210

Anda mungkin juga menyukai