Anda di halaman 1dari 2

Dasar Teori Alelopati

Alelopat merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh suatu tanaman yang dapat
mengganggu tanaman disekitarnya, sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat (Fitter, 1991).. Menurut Djafarrudin (2004), alelopati adalah interaksi
biokimia antara mikroorganisme atau tanaman baik yang bersifat positif maupun negatif.
Senyawa-senyawa alelopati dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan, misalnya pada
daun, akar, batang, rhizoma, bunga, buah, dan biji). Senyawa-senyawa tersebut dapat terlepas
dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara, yaitu melalui penguapan, eksudat akar,
pencucian dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati (Rohman, 2001).
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi dua
golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman lain sebagai berikut
(Indriyanto, 2006) :
1. Autotoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan
atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain yang sama jenisnya.
Contoh tumbuhan yang autotoxic yaitu mangium, akasia, dan sengon buto.
2. Antitoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan
atau menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda jenisnya. Contoh tumbuhan
yang antitoxic yaitu pinus, ilalang, johar, agatis, mangga, mimba, dan jati.
Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan menurut Susilowati (2013) antara
lain:
1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara, yaitu dengan
menurunkan kecepatan penyerapan ion oleh tumbuhan.
2. Beberapa alelopati menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
3. Beberapa alelopati dapat menghambat pertumbuhan, yaitu dengan mempengaruhi
perbesaran sel tumbuhan.
4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.
5. Senyawa alelopati memberika pengaruh menghambat sintesis protein.
6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada
sel tumbuhan.
Pengaruh alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
Wedusan (Ageratum conyzoides L) merupakan tumbuhan semusim yang tumbuh
tegak tetapi pada bagian bawah berbaring, mempunyai tinggi sekitar 10-20 cm dan
bercabang. Batangnya bulat, berambut jarang, jika menyentuh tanah akan keluar akar.
Daunnya bertangkai dan letaknya berhadapan silang. Masing-masing helai daun berbentuk
bulat telur dengan pangkal membulat, ujung daun runcing, bagian tepinya bergerigi dengan
panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm (Steenis, 1975). Ageratum conyzoides Linn. merupakan
salah satu gulma yang dapat menekan pertumbuhan tanaman lain. A.conyzoides sering kali
populasinya lebih dominan dibandingkan gulma lainnya dalam suatu lahan. A.conyzoides
diduga kuat mempunyai alelopati, keadaan di mana suatu gulma atau bahan tanaman

mengeluarkan eksudat kimia yang dapat menekan pertumbuhan tanaman/tumbuhan lainnya.


kemampuan daun A. conyzoides sebagai alelopati diidentifikasikan karena adanya 3 phenolic
acid yaitu gallic acid, comalid acid, dan protocatechuic acid, yang dapat menghambat
beberapa gulma pada tanaman padi. (Sukman & Yakup, 1991).
Daftar rujukan untuk dasar teori ini:
Djafaruddin. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
Fitter. A.H. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Rohman, Fathur. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Steenis, V.1975. Flora. Jakarta : Pradya Paramita.
Sukman, Y & Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali.
Susilowati, A. 2013. Alelopati. Jambi: Universitas Jambi.

Anda mungkin juga menyukai