Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

Dampak Alelopati Ekstrak Daun Alang-Alang (Imperata Cylindrica)


Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Kacang Panjang
(Vigna Cylindrica L)

Oleh

Kelompok 1

1. Seliyani (14222161)
2. Selviana Darmayanti (14222162)
3. Sely Marselina (14222163)
4. Septi Herfina M (14222164)
5. Siti Fatimah (14222165)

Dosen Pembimbing
Riri Novita Sunarti, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH

PALEMBANG

2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya hingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Penulis tahu, bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan dari sisi isi pembahasan, penulisan kalimat dan sebagainya, beranjak
dari kesadaran itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sebagai penambahan pengetahuan bagi penulis dalam menyusun
laporan di lain waktu.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada ibu
Riri Novita Sunarti, M.Pd, selaku dosen pembimbing dalam mata kulia ekologi
tumbuhan ini, yang telah memberikan pembimbingan terhadap penyelesaian
laporan ini.

Palembang, Desember 2016

Penulis,,

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alelopati merupakan suatu istilah yang telah lama dikenal dan pertama
kali digunakan oleh Hans Molisch tahu n 1937 (dalam junaedi et al, 2006)
berasal dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Menurut Molisch,
alelopati meliputi interaksi biokimia secara timbal balik, merupakan senyawa
yang bersifat menghambat maupun memacu antara semua jenis tumbuhan
termasuk mikroorganisme. Pada tahun 1974, rice memberikan batasan
alelopati sebagai keadaan yang merugikan yang dialami tumbuhan akibat
tumbuhan lain, melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan ke
lingkunganya. Pada tahun 1984, Rice melaporkan bahwa senyawa organik
yang yang bersifat menghambat pada suatu tingkat konsentrasi, ternyata dapat
memberikan rangsangan pada tingkat konsentrasi lain. Di alam terdapat dua
jenis alelopati yaitu alelopati yang sebenarnya merupakan senyawakimia yang
dilepas ke lingkungan sekitarnya dalam bentuk senyawa aslinya. Sedangkan
alelopati fungsional merupakan senyawa kimia yang dilepas ke lingkungan
sekitarnya, kemudian bersifat meracun setelah mengalami perubahan yang
disebabkan oleh mikroba tanah. Jenis alelopati tersebut memiliki kemampuan
untuk menghambat kehidupan tumbuhan yang lainnya mulai dari sedia benih
sampai tumbuhan dewasa (Campbell, 2004).
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi
antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui
senyawa kimia. Sedangkan menurut Rohman dan I wayan Sumberartha (2001)
alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang
menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain
yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan
oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari
suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan,
dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia
tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dapat dibagi
menjadi dua golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau
tanaman lain, yaitu autotoxin, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu
tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya
sendiri atau individu lain yang sama jenisnya dan antitoxic, yaitu zat kimia
bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau
menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda jenisnya (Indrianto
2006).
Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah
material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut
sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri barang kali telah
berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan
ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah apakah
beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya
yang tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap kompetisi untuk
cahaya, air dan hara. Itulah sebabnya mengapa kita perlu mempelajari
pengaruh alelopati ini terhadap tumbuhan lain (Irwan, 1992).
Untuk melihat lebih lanjut dan langsung mengamati perngaruh allelopati
dari alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap pertumbuhan kacang panjang
(Vigna cylindrica L) maka dilakukan suatu percobaan. Dimana dari jenis
tumbuhan alang-alang (Imperata cylindrica) akan dibuatkan suatu ekstrak
yang kemudian didalamnya akan dimasukkan jenis biji tanaman. Dan dalam
percobaan ini jenis biji yang akan digunakan yaitu biji kacang panjang

B. Tujuan
Tujuan praktikum pada percobaan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh ekstrak daun alang-alang terhadap pertumbuhan kacang panjang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Alelopati
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi
antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui
senyawa kimia. Pendapat lain mengungkapkan bahwa alelopati merupakan
suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia
dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing
dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini diartikan sebagai pengaruh negatif dari
suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan,
dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia
tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan (Indriyanto, 1999).
Menurut Ranto ada beberapa pengaruh alelopati bagi tumbuhan yaitu:
1. Menghambat penyerapan hara oleh akar tanaman
2. Menghambat pembelahan sel
3. Menghambat pertumbuhan tanaman
4. Menghambat aktivitas fotosintesis
5. Memacu atau menghambat respirasi
6. Menurunkan permeabilitas membran
7. Menghambat aktivitas enzim
8. Menghambat fiksasi N dan nitrifikasi

Sedangkan menurut Irwan (1992), Alelopati merupakan interaksi antar


populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi
tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans)
jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang
bersifat toksik. Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia
antar tumbuhan, antar mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan
mikroorganisme.
Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan
pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang
dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang
berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia
bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun
tidak terhadap organisme lain.
Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai
organisme sasaran melalui berbagai cara yaitu :
1. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.
Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui
penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya
termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh
tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula
masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
2. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar
tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam
benzoat, sinamat, dan fenolat. Lantana atau Saliara Akar dan tunas
tanaman ini dapat mengurangi perkecambahan gulma anggur dan gulma
lainnya.
3. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian
tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau
tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat
beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di
bawah naungan tumbuhan ini.
Tumbuhan yang bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan
bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih
terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Anonim, tanpa tahun).
Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh
tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam
tumbuhan alelopat, saat kemunculan saat kemunculan tumbuhan
alelopati, lama keberadaan tumbuhan alelopati, habitus tumbuhan
alelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan alelopati, dan jalur fotosintesis
tumbuhan alelopati (Surasana, 1990).

B. Alang-alang (Imperata cylindrica)


Alang-alang merupakan gulma tahunan yang keberadaannya sangat tidak
dikehendaki oleh kaum petani khususnya. Tumbuhan ini banyak terdapat di
lahan pertanian di daerah tropis dan subtropis. Alang-alang dapat
menghasilkan hormon alelopati, yaitu zat yang dapat mematikan tumbuhan
lain. Akibat pada suatu lahan dapat terjadi monokultur, dan yang ada hanya
alang-alang. Dengan mengacu pada kemampuan alelopati untuk mematikan
tumbuhan lain, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati
yang terdapat pada rimpang alang-alang terhadap pertumbuhan gulma teki
(Cyperus rotundus) (Iswandi, 2012).
Alang-alang tumbuh berumpun, tunas batang (yang membawa bunga)
tidak akan tumbuh memanjang hingga menjelang berbunga. Bagian pangkal
tunas batang terdisri dari beberaoa ruas pendek, sedangkan tunas yang
membawa bunga beruas panjang dan terdiri dari satu sampai tiga ruas, tumbuh
vertikal dan terbungkus didalam upih daun. Batang yang membawa bunga
dapat mencapai 20-230cm. Bagian batang diatas tanah berwarna keunguan
(Surasana, 1990).
Manfaat alang-alang Menurut Hembing (2008), khasiat akar alang-alang
sangat banyak sebagai obat untuk berbagai gangguan kesehatan, seperti: batu
ginjal, infeksi ginjal, kencing batu, batu empedu, buang air kecil tidak lancar
atau terus-menerus, air kemih mengandung darah, prostat, keputihan, batuk
rejan, batuk darah, mimisan, pendarahan pada wanita, demam, campak, radang
hati, hepatitis, tekanan darah tinggi, urat saraf melemah, asma, radang paru-
paru, jantung koroner, gangguan pencernaan, diare, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Yahaya (2010), menunjukkan bahwa ekstrak daun
alang-alang mengandung tanin, saponin, flavonoid, terpenoid, alkaloid, fenol
dan cardiac glycosides. Kandungan senyawa fitokimia tersebut dalam farmasi
dapat digunakan sebagai obat untuk diare, sakit kepala, penyakit kulit, saluran
usus. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai pestisida, insektisida dan
herbisida dalam pertanian.

C. Kacang Panjang
Kacang panjang merupakan tanaman penghasil protein dalam budidaya
tanaman kacang panjang biasanya tumbuh bersama-sama dengan berbagai
jenis tumbuhan lain (Gulma) yang dapat melepaskan senyawa endogen
alelopati untuk menekan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Oleh karena itu dianggap perlu untuk dilakukan suatu kajian melalui
penelitian untuk mengetahui pengaruh alelopati yang berasal dari ekstrak
alang-alang terhadap tanaman kacang panjang dan pertumbuhan vegetatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati dari ekstrak
alang-alang terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang
panjang (Indriyanto, 2006).

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum ini berlangsung selama 3 minggu dengan melakukan
penyiraman menggunakan ekstrak daun alang-alang dilakukan setiap hari
sebanyak 3 kali pengulangan dalam 7 perlakuan, yang dilakasanakan di
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

B. Alat Dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah blender,
corong penyaring ekstrak daun alang-alang, botol plastik untuk
menampung hasil ekstrak, mistar, ember plastik, gunting, papan data, alat
tulis, polibek dan camera untuk documentasi.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ekstrak
daun alang-alang, dan benih kacang panjang.

C. Cara kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Membuat ekstrak dari daun alang-alang dengan cara di blender sampai
halus
3. Ambil ekstraknya, kemudian gunakan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%,
50%, dan 100%.
4. Masukan ekstrak alang-alang ke dalam botol dan beri tanda konsentrasinya
agar tidak tertukar saat proses pengulangan dalam penyiraman ekstraks
5. Isi tanah ke dalam polibag
6. Masukakan benih kacang panjang ke dalam polibag yang telah terisi tanah
7. Setelah itu lakukan penyiraman menggunakan ekstrak daun alang-alang
sebanyak 3 kali pengulangan .
8. Penyiraman dilakukan setiap hari selama 3 minggu, pengukuran dilakukan
5 hari sekali, yaitu pada hari ke 5, 10, 15, dan 20 lakukan selama 3
minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1 hasil pengamatan pertumbuhan kacang panjang yang telah diberi
ekstrak daun alang-alang pada hari ke 5-20
No Konsentrasi Jumlah daun (helai) Tinggi batang (cm)
Hari Hari
5 10 15 20 5 10 15 20
1. 10% 2 4 5 7 3,3 6,7 11,1 15

2. 20% 2 4 5 7 3 6,3 10,3 15,6


3. 30% 2 4 5 7 2,3 5,3 7,8 14,3

4. 40% 2 2 4 6 2 4,5 6,1 12,3

5. 50% 2 4 5 5 1,5 3,8 4,7 7,8

6. 100% 2 4 5 5 1,1 1,9 2,5 4,8

7. Aquades 2 5 5 7 2,8 6,3 10 14,9

Tabel 2. Hasil analisis sidik ragam Panjang Batang (Vigna


Cylindrica L)
SK DB F miring F tabel
Kadar 6 1,222* 0,334
Galat 21
Umum 27
*artinya berpengaruh nyata

Tabel 3. hasil analisis sidik ragam pengaruh ekstrak alang-


alang terhadap jumlah daun (Vigna Cylindrica L)
SK DB F miring F tabel
Kadar 6 0,211 0,969
Galat 21
Umum 27
Tidak berpengaruh nyata
Pembahasan
Berdasarkan tabel di atas dapat di bahas hasil pengamatan pada hari ke
lima pada konsentrasi 10% benih kacang panjang yang telah disiram ekstrak
alang-alang sebanyak 3 kali pengulangan, kacang panjang tersebut tumbuh
dengan jumlah daun sebanyak dua helai dan tinggi batangnya 3,3 cm. Dan di
hari ke 10 pada konsentrasi 10% jumlah daunnya bertambah menjadi 4 helai,
dan tinggi batangnya 6,7 cm. dihari ke 15 jumlah daun bertambah 1 menjadi 5
helai dengan tinggi batang 11,1 cm. sedangkan dihari ke dua puluh jumlah
daun 7 dan tinggi batangnya 15 cm.
Pada konsentrasi 20% di hari kelima pertumbuhan kacang panjang jumlah
daunnya 2 helai dan tinggi batangnya 3 cm, di hari ke 10 jumlah daunnya 4
helai dan tinggi batangnya 6,3 cm. lalu pada hari ke 15 jumlah daun 5 helai
dan tinggi batangnya 10,3 cm, sedangkan pada hari ke 20 jumlah daunnya 7
helai dengan tinggi batangnya 15,6 cm.
Pada konsentrasi 30% di hari kelima pertumbuhan tanaman kacang
panjang yang disiram dengan ekstrak alang-alangang sebanyak 3 kali
pengulangan jumlah daunnya 2 helai dan tinggi batangnya 2,3 cm. pada hari
ke 10 jumlah daunnya 4 dan tinggi batang 5,3 cm. di hari ke 15 junlah daun 5
helai dan tinggi batangnya 7,8 cm. sedangkan di hari ke 20 jumlah daunnya 7
dan tinggi batangnya 14,3 cm.
Pada konsentrasi 40% jumlah daun kacang panjang di hari ke 5 jumlah
daunnya sebanyak 2 helai dan tinggi batangnya 2 cm. dihari ke 10 jumlah
daunnnya 2 dan tinggi batangnya 4,5 cm. penyiraman dihari ke 15 jumalah
daunnya 4 helai dan tinggi batangnya 6,1 cm. dan di hari ke 20 jumlah
daunnya 6 sedangkan tinggi batangnya 12,3 cm.
Pada konsentrasi 50% di hari ke 5 tanaman kacang panjang jumlah
daunnya tumbuh 2 helai dan tinggi batangnya 1,5 cm, sedangkan di hari ke 10
jumlah daunnya 4 dan tinggi batangnya 3,8 cm. di hari ke 15 jumlah daunnya
5 helai dan tinggi batangnya 4,7 cm. sedangkan di hari ke 20 jumlah daunnya
5 helai dan tinggi batangnya 7,8 cm.
Pada konsetrasi 100% dihari kelima jumlah daunnya 2 helai dan tinngi
batang 1,1cm kemudian dihari kesepuluh jumlah daunnya 4 helai dan tinngi
batangnya 1,9cm lalu dihari 15 jumlah daunnya 5 helai dan tinggi batang
2,5cm kemudian dihari ke-20 jumlah daunnya 5 helai dan tinggi batangnya
4,8cm
Sedangkan pada larutan aquades dihari ke-5 jumlah daunnya 2 dengan
tinggi batang 2,8cm sedangkan dihari ke-10 jumlah daunnya 5 dan tinngi
batangnya 6,3cm, dihari ke-15 jumlah daunnya 5 helai dan tinggi batangnya
10cm, sedangkan dihari ke-20 jumlah daunnnya 7 helai dan tinngi batang
14,9cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak daun alang-alang
berpengaruh terhadap pertumbuhan awal tanaman kacang panjang. Hal ini
dikarenakan daun alang-alang yang dipakai sudah sebagian besar telah
berumur tua, sehingga diduga mempunyai kandungan alelopati sangat tinggi.
Pengaruh alelopati terhadap tanaman dapat bersifat merugikan maupun
menguntungkan. Pengaruh yang bersifat merugikan dapat berupa hambatan
atau kerusakan yang ditimbulkan oleh adanya senyawa kimiawi yang dilepas.
Sedangkan pengaruh menguntungkan dapat berupa perbaikan terhadap
pertumbuhan maupun produksi suatu tanaman.
Pengaruh alelopati mulai terlihat jelas pengaruhnya terhadap tanaman
kacang panjang setelah dilakukan pengulangan penyiraman ektrak alang-alang
pada hari ke dua setelah penanaman. Hal itu membuktikan bahwa semakin
banyak ekstrak atau alelopati maka pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tananaman kacang panjang semakin besar dari segi negatif. Setelah minggu-
minggu berikutnya sudah mulai terlihat sebagian tanaman kacang panjang
dengan pertumbuhan bagian daun dan tinggi batang.
Selain percepatan pada pertumbuhan kacang panjang, ekstrak alelopati
juga memberikan keuntungan bagi tanaman kacang panjang yaitu tidak ada
ada satupun tanaman lain yang tumbuh disekitar seperti gulma, maupun
rumput teki. Sehingga tidak ada tanaman pengganggu dan tidak ada kompetisi
antar vegetasi.
Setelah di bahas pada tabel di atas, dengan kata lain ekstrak alang-alang
berpengaruh pada pertumbuhan batang tanaman kacang panjang, tetapi ekstrak
alang-alang tidak berpengaruh terhadap jumlah daun hal ini dikarenakan
ekstrak alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kacang panjang. Tumbuha kacang panjang tersebut mengalami
ketehambatan untuk tumbuh dan berkembang pada jumlah daun yang dapat
dilihat dari tabel uji sidik ragam Anova. Alelopati dapat menghambat
penyerapan hara, pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis,
respirasi, sintesis protein, menurunkan daya permeabilitas dan menghambat
aktivitas enzim. Adapun pengaruh alelopati pada tanaman menurut Wiboyo
(2011), yaitu menhambat penyerapan hara dengan menurunkan kecepatan
penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, menghambat pembelahan sel-sel akar
tumbuhan, mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi
akar, menghambat sintesis protein, menurunkan daya permeabilitas dan
menghambat aktivitas enzim.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi
antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui
senyawa kimia. Alelopati dibuat dari bagian tumbuhan alang-alang (Imperata
cylindrica) yaitu daunnya yang dibuat ekstrak memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang panjang. Di lihat dari awal
menyiraman ekstrak alang-alang belum terdapat pengaruhnya terhadap
tanaman tapi setelah dilakukan pengulangan ektrak alang-alang pada minggu
pertama hari ke lima setelah penanaman baru terlihat pengaruhnya pada
tanaman kacang panjang yaitu kacang panjang tumbuh tinggi dan berdaun
banyak, oleh karena itu alelopati dapat dikatakan sebagai penghambat
pertumbuhan tanaman disekita karena tidak ada komponen vegetasi lain yang
tumbuh disekitar tanaman kacang panjang sehingga tidak ada gulma yang
mengganggu.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, 2004. Biologi Jilid 3, Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga

Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Irwan, Zoeraini, 1992. Prinsip-Prinsip dan Organisasi Ekosistem, Komunitas dan


Lingkungan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Iswandi, 2012. Ekologi dan Ilmu lingkungan. Padang: UNP Press

Ranto, 2000. Organisasi Ekosistem. Bandung: FMIFA ITB

Surasana, Ede. 1990. Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA ITB

Yahaya, 2013. Ekologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai