Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Cacing
ini merupakan yang paling sederhana diantara semua hewan simetris bilateral.
Platyhelminthes memiliki tubuh padat, lunak, dan epidermis bersilia. Cacing pipih
merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata).
Sebagian besar cacing pipih, seperti cacing isap dan cacing pita adalah parasit.
Namun, banyak yang hidup bebas yang habitatnya di air tawar dan air laut,
khususnya di pantai berbatu dan terumbu (Jasin, 1992).
Filum ini terdiri atas 9000 spesies. Pemberian nama pada organisme ini
adalah sangat cepat. Sejumlah besar hewan ini berbentuk hampir menyerupai pita.
Hewan ini simetris bilateral dengan sisi kiri dan kanan, permukaan dorsal dan
ventral dan juga anterior dan posterior. Cacing parasit ini mempunyai lapisan
kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap
yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum
mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem
pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas,
yaitu Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda (Lahay, 2009).
Dari uraian diatas maka dimakalah ini akan dibahas tentang pengertian.
Sistem reproduksi, kalsifikasi dan peranan Platyhelminthes

B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Platyhelminthes
2. Untuk mengetahui Sistem Reproduksi Platyhelminthes
3. Untuk mengetahui klasifikasi Platyhelminthes
4. Untuk mengetahui peranan Platyhelminthes bagi Kehidupan

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Filum Platyhelminthes


Nama Platyhelminthes pertama kali ditemukan oleh Gegenbaur (1859).
Filum Platyhelminthes terdiri dari tiga kelas, yaitu : Kelas Turbellaria, Kelas
Treamtoda, dan Kelas Cestoda. Kebanyakan para ahli zoology berpendapat
bahwa Platyhelminthes berasal dari Coelenterata (Muhammad, 2012).
Platyhelminthes besal dari bahasa yunani yaitu platy yang berarti pipih
dan helminth yang berarti cacing, dengan demikian Platyhelminthes secara
keseluruhan dapat dapat diartikan sebagai cacing pipih. Hewan-hewan yang
termasuk kedalam filum ini sudah memiliki alat-alat yang sederhana, seperti
faring yang bersifat muscular, alat-alat pengeluaran (oragan ekskretorius) alat-
alat kelamin (organ genetalis) dan lain-lain, namun demikian Paltyhelminthes
memiliki sistem gastrovasikuler seperti yang terdapat pada coelontereta dengan
hanya memiliki satu muara, yaitu mulut yang sekaligus sebagai anus
(Muhammad, 2012).
Tubuh Platyhelminthes terdiri dari tiga lapisan jaringan, oleh karena itu
hewan-hewan yang terdapat dalam filum ini juga di kelompokan sebagai hewan
triploblastik, ketiga jaringan yang terdapat pada Platyhelminthes yaitu
ektodermis (lapisan luar), mesodermis (lapisan tengah) dan endodermis (lapisan
dalam). Pada cacing pipih (Platyhelminthes) mulai terlihat sefalisasi
(cephalisasi) yaitu adanya pemusatan sel-sel saraf dibangun di depan (anterior)
tubuhnya, planaria merupakan contoh yang sangat baik karena sel-sel sarafnya
terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion kepala atau otak primitive. Dari
ganglion kepala terdapat dua talisaraf yang memanjang kebelakang tubuhnya
membentuk seperti tangga, karena itu disebut saraf tangga tali (Muhammad,
2012).

2
B. Karakteristik Umum
Platyhelminthes adalah Filum terdiri dari sekitar 13,000 species, terbagi
menjadi tiga kelas; dua yang bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan
kerabatnya dikelompokkan sebagai kelas Turbellaria. Cacing hati adalah parasit
eksternal atau internal dari Kelas Trematoda. Cacing pita adalah parasit internal
dari kelas Cestoda. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau,laut,
atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Platyhelminthes yang hidup
bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab, sedangkan
Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada
siput air, sapi, babi, atau manusia (Muhammad, 2012).
Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh
Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-
3 cm),Bipalium yang hidup di balik lumut lembab (panjang mencapai 60
cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita (Muhammad, 2012).

C. Ciri-Ciri Platyhelminthes
Menurut Rusyana (2016), Platyhelminthes memiliki ciri- ciri yaitu sebagai berikut :
1. Tubuhnya berbentuk pipih dengan beberapa bentuk seperti pita, keadaan
tubuhnya lunak dan tidak memiliki segmen-segmen (berbuku-buku)
2. Tidak memiliki sistem peredaran darah
3. Sistem ekresinya dibangun oleh sel-sel berbulu getar yang disebut sel api
(selenosit) dengan saluran-saluranekresinya.
4. Memiliki kulit luar yang lunak, bersilia atau tertutup oleh lapisan kutikula yang
dilengkapi dengan alat penghisap.
5. Sisitem saraf terdiri atas ganglion otak dengan saraf-saraf tepi
6. Reproduksinya berlangsung secara generatif, testis damn ovarium terdapat
bersama-sama dalam satu individu.
7. Umumnya ditemukan sebagai parasit yang hidup bebas, turbellaria yang hidup
sebagai tidak berparasit.

3
D. Reproduksi Platyhelminthes Aseksual (Vegetatif)Dan Seksual (Generatif)
Reproduksi Platyhelminthes dapat terjadi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan cara fertilisasi di dalam tubuh
Platyhelminthes. Fertilisasi dapat dilakukan oleh sendiri atau dua individu.
Sedangkan Reproduksi asaeksual dilakukan dengan cara Fragmentasi
setelah membelah dimana bagian potongan tubuh tersebut mengalami regenerasi
dan tumbuh menjadi individu baru.

(Gambar 4. Reproduksi Aseksual )

E. Klasifikasi Pada Platyhelminthes


Menurut Ramadhani (2013), Pada Coelenterata dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu
: Hydrozoa, Scyphozoa, Anthozoa dan Cubuzoa.berikut adalah penjelasannya:
1. Kelas Turbellaria ( cacing berambut getar)
Hewan dari kelas Turbellaria memiliki tubuh bentuk tongkat atau
bentuk rabdit (Yunani: rabdit yaitu tongkat). Hewan ini biasanya hidup di
air tawar yang jernih, air laut atau tempat lembab dan jarang sebagai parasit.
Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap, Hewan ini mempunyai
kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong
tubuhnya. Hewan yang termasuk kedalam kelas ini meiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Pada saat dewasa memiliki rambut getar (bersilia)

4
b. Sistem reproduksinya hermafrodit.
c. Tubuhnya memiliki daya regenerasi yang baik, yaitu memiliki
kemampuan memperbaiki tubuh yang rusak.
d. Memiliki bintik mata yang hanya bias membedakan yang gelap dan
yang terang.
e. Hidup bebas diair tawar, atau laut, terkadang ditemukan dalam tanah
yang basah. Contoh spesies Tulbelaria yaitu palnaria (Dugesia tigrina)
yang dapat ditemukan dikolam atau disungai, biasanya melekat pada
batu atau daun-daun yang terendam air. Panjang tubuh planaria kira-
kira 2 cm, mempunyai parenkim yang di dalamnya terdapat saluran
pencernaan, alat-alat reproduksi, sistem ekresi dan ssstem saraf, pada
parenkim itu terdapat pula lapisan-lapisan otot yang berguna untuk
mengadakan gerak. Selain dengan otot, gerak adapat pula dilakukan
dengan silia yang terdapat permukaan tubuhnya..
Saluran pencernaan hanya memiliki satu muara keluar
mulutnya yang terdapat agak kebelakang dari pertengahan tubuh,
saluran pencernaan memiliki satu cabang yang menuju kearah anterior
(depan) dan dua cabang kearah posterior (belakang) masing-masing
cabang bercabang-cabang lagi sehingga dapat mengisi sebagian besar
tubuh hewan, Sistem ekresi terdiri sel-sel api yang tersebar didalam
parenkim, sel-sel api ini akan berhubungan dengan saluran-saluran
yang akhirnya akan bermuara keluar tubuh melalui sederetan pori,
masing-masing sel api berongga, mempunyai sekelompok rambut-
rambut getar oleh sebab itu cacing tullbelaria juga disebut cacing
berambut getar, gerakan Rambut getar ini mendoriong cairan masuk
kedalam saluran ekresi itu,
Sistem saraf terdiri dari sel-sel dan serabut sarafnya
membentuk semacam jala tali saraf-saraf ini di bagian anterior
mempunyai lagi dan membentuk ganglion otak dan dan dianggap
sebagai otaknya Palnaria bersifat hemaprodit, pada planaria terdapat
beberapa alat-alat tambahan selain berkembang biak secara generatif,

5
hewan ini mempunyai daya regenerasi yang amat besar, jika tubuh
seekor planaria di potong menjadi dua, masing-masing akan
berkembang menjadi hewan lagi, potongan yang tidak mempunyai
ekor akan membentuk ekor, sedangkan yang tidak berkepala akan
membentuk kepala.

(Gambar 1. (a)Planaria dan (b) gambar anatomi dan morfologi


planaria )

2. Kelas Trematoda
Trematoda merupakan Hewan yang memiliki tubuh yang diliputi
kutikula dan tak bersilia. Pada ujung anterior terdapat mulut dengan alat
penghisap yang dilengkapi kait. Tubuh dengan panjang lebih kurang 2,5
cm dan lebar 1cm serta simetrisbilateral. Trematoda termasuk hewan
hemafrodit, dan sebagai parasit pada Vertebrata baik berupa ektoparasit
(pada ikan) maupun sebagai endoparasit. Contoh hewan Trematoda
adalah cacing hati atau Fasciola hepatica (parasit pada hati domba),
Fasciola gigantica (parasit pada hati sapi) dan cacing hati parasit pada
manusia (Chlonorchis sinensis) serta Schistosoma japonicum (cacing
darah). Dan hidup sebagai parasit yang mempunyai daur hidup yang
rumit, permukaan tubuhnya tidak tertutup oleh silia, pada umumnya
trematoda mempunyai alat penghisap atau lebih sering disebut cacing
isap, hewan yang termasuk kedalam trematoda memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:

6
a. memiliki bentuk tubuh seperti daun dan tidak bersilia
b. memiliki alat hisap satu atau dua buah
c. hidup sebagai parasit dan memiliki satu atau dua inang perantara
(hospes)
d. pada umumnya terdapat hermaprodit, tetapi bebearapa juga bersifat
gonokharis.
Contoh Trematoda yang paling dikenal adalah fasciola hepatica
atau cacing hati, panjang tubuhnya antara 2 sampai dengan 5 cm,
sedangkan lebarnya sekitat 1 cm, hidupnya terdapat di dalam hati ternak,
beberapa sifatnya mirip-mirip dengan sifat planaria, misalnya
menyangkut simetri bilateral, sel-sel api dan sistem saraf, mempunyai
dua buah alat penghisap, yang satu mengelilingi mulut dan yang satu lagi
pada permukaan ventral, tidak terlalu jauh dibelakang mulut.
Saluran pencernaan di mulai dari mulut yang terdapat pada ujung
depan dan dikelilingi oleh alat-alat penghisap dimulut, dalam tubuh
saluran hewan ini menjadi pembuluh yang kemudian dillanjutkan dengan
usus yang terdiri dari dua cabang, masing-masing cabang-cabang dapat
bercabang-cabang yang lebih banyak.
Reproduksi pada fasciola hepatica sangat istiumewa, daur
hidupnya menempuh jalan yang berliku-liku, fasciola hepatica ini bersifat
hermafrodit dan hidup sebagai parasit dalam hati hewan.
Dari setiap individu fasciola hepatica dapat di hasilkan ratusan ribu
telur, telur ini melalui saluran empedu hewan yang inangya masuk
kedalam usus, kemudian bersama-sama dengan tinja keluar ke dalam
bebas, telur ferfil yang dapat mencapai tempat basah menetas menjadi
larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium dapat masuk kedalm
tubuh keong, karena akan mati jika tidak masuk kedalam tubuhnya,
biasanya mirasidium bias hidup dalam bebas kurang lebih delapan jam,
bila m,irasidium dapat masuk kedalam tubuh keong, dalam waktu kira-
kira dua minggu maka larva itu akan berubah menjadi agak bulat, dsebut
sporosista.

7
Sporosista akhirnya pecah dengan menghasilkan beberapa larva
kedua yang masing-masing disebut redia, redia masuk kedalam tubuh
keong dan menghasilkan “anak” yang berupa redia pula untuk satu
generasi atau lebih, dan akhirnya dihasilkan larva ketiga yang disebut
sekaria, sekaria mempunyai ekor dan berbentuk seperti berudu, lalu
meninggalkan tubuh keong, lalu tidak lama berenang dengan ekornya
dan kemudian berubah menjadi sista, sista ini dapat bertahan lama, jika
sista termakan oleh ternak maka kulit sista itu akan larut dan munclah
cacing hati yang akan menuju kehati, kemudian menjadi dewasa disana,

(Gambar 2. fasciola hepatica)

3. Kelas Cestoda (cacing pita)


Cestoda ini dapat mempunyai tubuh yang amat panjang, bahkan
lebih panjang daripada usus hewan vertebrata yang ditempatinya, karena
bentuknya pipih seperti pita maka cacing ini dikenal dengan cacing
pita,tubuhnya terdiri dari segmen-segmen yang masing-masinmg disebut
proglottid , kepala disebut skolek dan memiliki alat isap (sucker)yang
memiliki kait (restulum) yang terbuat dari kitin, pembuatan segmen
(segmentasi) pada cacing pita disebut strobilasi. Sebagai contoh : Taenia
solium (cacing pita pada manusia) Menyebabkan taeniasis pada skoleknya
terdapat kait-kait proglotid yang matang menjadi alat reproduksinya
menjadi hospes perantara pada babi. Siklus hidupnya: Proglottid yang

8
sudah matang ( terdapat pada feses) bila tertelan oleh babi menjadi embrio
heksakan, menembus usus dan melepaskan kait-kaitnya selanjutnya
menjadi larva sistiterkus ( dalam otot lurik babi) dan tertelan oleh manusia
dan menjadi cacing dewasa.

G. Peran Platyhelminthes Pada Kehidupan Manusia


Menurut Kastawi (2003), Platyhelminthes memiliki peran bagi kehidupan yaitu
sebagai berikut :

1. Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain.


2. Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia yaitu berikut
cacingnya :
a. Schistosoma sp, dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang
ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut
berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ
seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia.Kerusakan
tersebut disebabkan perkembangbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh.
b. Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia
dan hewan mamalia lainnya, spesies ini dapat menghisap darah manusia.
c. Paragonimus sp, parasit pada paru-paru manusia. dapat menyebabkan
gejala gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis,
dahak/sputum becampur darah yang berwarna coklat (ada telur cacing).
d. Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran pencernaan. Terjadinya radang di
daerah gigitan, menyebabkan hipersekresi dari lapisan mukosa usus

9
sehingga menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai akibatnya
adalah ulserasi, haemoragik dan absces pada dinding usus. Terjadi gejala
diaree kronis.
e. Taeniasis, penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp. Cacing ini menghisap
sari-sari makanan di usus manusia.
f. Fascioliasis, disebabkan oleh Fasciola hepatica. Merupakan penyakit
parasit yang menyerang semua jenis ternak. Hewan terserang ditandai
dengan nafsu makan turun, kurus, selaput lendir mata pucat dan diare.

10
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan yang diatas dapat disimpulkan bahwa filum Platyhelminthes
merupakan filum yang secara keseluruhan dapat dapat diartikan sebagai cacing
pipih. Hewan-hewan yang termasuk kedalam filum ini sudah memiliki alat-alat
yang sederhana, seperti faring yang bersifat muscular, alat-alat pengeluaran (oragan
ekskretorius) alat-alat kelamin (organ genetalis) dan lain-lain, namun demikian
Paltyhelminthes memiliki sistem gastrovasikuler seperti yang terdapat pada
coelontereta dengan hanya memiliki satu muara, yaitu mulut yang sekaligus
sebagai anus. Karakteristik Platyhelminthes yaitu Tubuhnya berbentuk pipih
dengan beberapa bentuk seperti pita, keadaan tubuhnya lunak dan tidak memiliki
segmen-segmen (berbuku-buku), Tidak memiliki sistem peredaran darah dan
Sistem ekresinya dibangun oleh sel-sel berbulu getar yang disebut sel api
(selenosit) dengan saluran-saluranekresinya.
Dan perannya Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain
Serta cacing hati maupun cacing pita merupakan suatu parasit pada manusia. Dan
memilik Klasifikasi yaitu Kelas Turbellaria, Kelas Treamtoda, dan Kelas Cestoda.
Kebanyakan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.

Jasin.1992.Zoologi Invertebrata. jakarta:Erlangga.

Kastawi.2003.Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta.


Lahay, Jutje dkk. 2009. Zoologi Invertebrata .Makassar : Universitas Negeri Makassar.\

Lumowa, Sonja. 2014. Zoologi Invertebrata.Yogyakarta : Puri Arsita

Rusyana, Adun. 2016. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Ciamis: Alfabeta.

12

Anda mungkin juga menyukai