Anda di halaman 1dari 12

ACARA I

POTENSIAL OSMOTIK SEL


(Potensial Air Jaringan dan Plasmolisis Sel)
A. TUJUAN
1. Mengetahui nilai PA umbi kentang
2. Menemukan fakta tentang gejala plasmolisis
3. Menujukkan faktor tentang penyebab plasmolisis
4. Mendeskripsikan peristiwa plasmolisis
5. Menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara
cairan selnya dengan larutan di lingkungannya
B. TINJAUAN PUSTKA
Air merupakan komponen penting pada sistem kehidupan. Pada sel tanaman yang
sedang tumbuh 80-90% nya adalah air. Pergerakan air dari tanah-tumbuhan-atmosfer
berlangsung menggunakan energi bebas yang berarti air bergerak dari potensial tinggi
(tanah) ke potensial rendah (atmosfer). Gaya utama pergerakan air dari tanah melalui
tubuh tumbuhan menuju atmosfer adalah perbedaan konsentrasi air, tekanan hidrolistik
dan potensial air. Potensial air berhubungan dengan arah pergerakan air, yaitu pergerakan
dari potensial air tinggi ke rendah. (Mastuti, 2016)
Potensial air (w1 dibaca psi) adalah perbedaan energi bebas molekul air pada suatu
larutan dengan energi bebas molekul air pada air murni pada suhu dan tekanan yang
sama. Potensial air murni nilainya 0 (nol). Potensial air merupakan suatu ukuran untuk
mengetahui status energi air. Potensial air dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
potensial tekanan, potensial solut/osmotik, potensial matriks dan potensial gravitasi
(Mastuti, 2016). Sel-sel tumbuhan yang mengalami stres air, potensial air (0) akan
bergerak ke arah lebih negatif (lebih rendah), karena potensial air adalah fungsi
kandungan air. (Naiola, 2005)
Osmosis merupakan proses perpindahan molekul-molekul pelarut (air) dari
konsentrasi pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut yang lebih rendah melalui membran
diferensial permeabel. Osmosis dikenal juga sebagai difusi dengan kategori khusus.
Adapun yang dimaksud air dalam proses osmosis tersebut adalah air dalam keadaan
bebas yang tidak terikat dengan jenis molekul-molekul seperti gula, protein atau larutan
yang lain. (Sudjadi, 2007, cit Arita et al, 2013)
Plasmolisis adalah contoh kasus transportasi sel secara osmosis. Semakin besar
terjadinya osmosis maka semakin besar juga tekanan osmosisnya. Proses osmosis akan
berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang
disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. (Campbell dan Reece, 2008: 320)
Tekanan osmosis cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan yang
mempunyai tekanan osmosis sama dengan cairan tersebut. Dengan menggunakan cara ini
bisa mengambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel. Dalam keadaan
insipien plasmolisis tekanan osmosis cairan sel adalah sama dengan tekanan osmosis
larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisis dapat dilihat dibawah
mikroskop sebagai suatu percobaan. (Lakitan, 2004)
Menurut (Tjitrosomo et al, 1985, cit Zakaria dan Fitriani, 2006), tekanan osmosis
tidak hanya menghambat masuknya air ke dalam suatu sel, bahkan sel akan kehilangan
air jika potensial air larutan lebih rendah. Jika kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volume isi sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya, membran
sitoplasma terlepas dari dinding sel. Keadaan ini dinamakan plasmolisis.
Sedangkan menurut (Dwijoseputro, 1983, cit Zakaria dan Fitriani, 2006), proses
plasmolisis dapat terjadi jika defisit tekanan difusi di dalam suatu sel lebih rendah dari
pada defisit tekanan difusi larutan yang ada di sekitar sel, sehingga air akan
meninggalkan sel sampai defisit tekanan difusi di dalam dan luar sel sama besar.
Protoplasma akan kehilangan air itu menyusut volumenya dan akhirnya dapat terlepas
dari dinding sel.
C. METODOLOGI
a. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau tajam (cutter), pisau silet,
alumunium foil, tabung reaksi, rak tabung reaksi, erlenmeyer, pinset, penggaris,
gelas ukur, gelas beker, batang pengaduk, pipet ukur, pipet pump, kaca preparat
dan mikroskop.
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah umbi kentang, larutan sukrosa 1
M, 36 gr gula pasir, air dan daun Rhoeo discolor.
c. Cara Kerja
Pertama-tama, praktikan membuat larutan sukrosa 1 M terlebih dahulu yaitu
dengan cara gula pasir ditimbang terlebih dahulu seberat 36 gr menggunakan
neraca analitik. Lalu, masukkan ke dalam gelas beker yang berisi 100 ml air dan
diaduk sampai homogen.
1. Potensial Air Jaringan
Pertama, praktikan melakukan pengenceran seri larutan sukrosa 30 ml yang
sudah disiapkan sebelumnya dengan seri pengenceran 0,0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6
M; 0,8 M; 1,0 M; 1,2 M; 1,4 M; 1,6 M dan 1,8M. Pengenceran seri dilakukan
dengan menggunakan persamaan m1v1 = m2v2 (m = molalitas dan v = volume).
Kedua, silinder umbi kentang dipotong dengan ukuran 3 x 0,5 x 0,5.
Pemotongan umbi kentang dilakukan dengan cepat untuk memperkecil
terjadinya penguapan dari permukaan silinder kentang. Kemudian, potongan
silinder umbi kentang dimasukkan ke dalam seri larutan sukrosa 30 ml di
dalam erlenmeyer. Erlenmeyer ditutup rapat menggunakan alumunium foil dan
didiamkan selama 40 menit. Setelah 40 menit, umbi kentang diambil dan
diukur kembali menggunakan penggaris. Hasil pengukuran dicatat dan
dimasukkan ke dalam tabel. Lalu, rata-rata panjang silinder umbi kentang
dihitung dan dibuat grafik hubungan antara ukuran panjang umbi (sumbu Y)
dengan konsentrasi larutan sukrosa (sumbu X).
2. Plasmolisis Sel
Pertama, praktikan melakukan pengenceran seri larutan sukrosa 10 ml yang
sudah disiapkan sebelumnya dengan seri pengenceran 0 M; 0,14 M; 0,16 M;
0,18 M; 0,20 M; 0,22 M; 0,24 M; 0,26 M dan 0,28 M. Pengenceran seri
dilakukan dengan menggunakan persamaan m1v1 = m2v2 (m = molalitas dan v =
volume). Kedua, praktikan membuat beberapa sayatan tipis pada permukaan
epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang berwarna merah menggunakan
pisau silet. Kemudian, sayatan tipis daun Rhoeo discolor diletakkan di atas
kaca preparat dan diamati di mikroskop apakah tersusun dari sel utuh yang
mengandung pigmen merah anthosianin di dalam cairan selnya. Lalu, jumlah
sel utuh pada sayatan daun tersebut dihitung. Selanjutnya, sayatan-sayatan dari
daun Rhoeo discolor dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan
sukrosa hasil pengenceran seri dan didiamkan selama 30 menit. Setelah 30
menit, sayatan tersebut diamati kembali di mikroskop. Kemudian, sel yang
terplasmolisis dan sel yang tidak terplasmolisis dihitung dan hasilnya dicatat.
Selanjutnya, sel yang mengalami plasmolisis pada beberapa potensial osmotik
larutan sukrosa dihitung presentasenya dan dibuat grafiknya dengan potensial
osmotik sebagai absis dan presentase sel yang mengalami plasmolisis sebagai
ordinat.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
1. Potensial Air Jaringan
Pengamatan bobot potongan kentang sebelum dan sesudah perlakuan

Molaritas Berat (gram) Volume (cm3)


No.
Larutan (ml) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 0,0 M 1,375 1,643 0,75 0,75
2. 0,2 M 1,553 1,394 0,75 0,75
3. 0,4 M 0,915 0,921 0,75 0,448
4. 0,6 M 0,675 0,634 0,75 0,75
5. 0,8 M 0,934 0,701 0,75 0,62
6. 1,0 M 0,848 0,540 0,75 0,60

2. Plasmolisis Sel cm3

Larutan (ml) Jumlah Presentase


Jumlah
Potensial rata-rata sel yang
rata-rata sel
No. Moralitas Molalitas Osmotik yang mengalami
utuh mula-
(M) (m) Larutan (bar) mengalami plasmolisis
mula
plasmolisis (%)
1. 0,28 0,28 - 6,9804 357,5 334 93,42
2. 0,26 0,26 - 6,4818 254 224 88,18
3. 0,24 0,24 - 5,9832 323,5 253,5 78,36
4. 0,22 0,22 - 5,4846 126 110 87,30
5. 0,20 0,20 - 4,986 130 130 100
6. 0,18 0,18 - 4,4487 92,5 92,5 100
7. 0,16 0,16 - 3,9888 105 105 100
8. 0,14 0,14 - 3,4902 88 87 98,86
9. 0 0 0 86,5 40 46,24
(Perhitungan dari data plasmolisis sel terlampir)
b. Pembahasan
Pada praktikum I, praktikan melakukan percobaan pada umbi kentang untuk
mengetahui daya serap umbi kentang dengan melakukan perendaman pada larutan
sukrosa yang sudah dilakukan seri pengenceran selama 40 menit. Berdasarkan hasil
pengamatan, terjadi perubahan dimensi umbi kentang selama perendaman. Perubahan
yang terjadi didasarkan pada bobot berat dan volume (ukuran panjang, lebar dan tinggi).
Hal tersebut ditunjukan oleh grafik pada Gambar.1 dan Gambar.2.

Gambar.1. Grafik hubungan antara berat (gram) umbi kentang dengan konsentrasi
larutan sukrosa
Pada Gambar.1 perendaman umbi kentang dalam larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0,0 M mengalami penambahan bobot seberat 0,268 gr (dari berat 1,375 gr
menjadi 1,643 gr). Hal tersebut dikarenakan larutan pada konsentrasi tersebut merupakan
air murni tanpa penambahan larutan sukrosa. Sehingga air akan membentuk lingkungan
isotonik baik di dalam umbi kentang maupun di luar lingkungannya (larutannya),
akibatnya air akan masuk ke dalam umbi kentang dan terjadi penambahan bobot pada
umbi kentang.
Berbeda halnya dengan perendaman umbi kentang dalam larutan dengan
konsentrasi 1,0 M. Pada perendaman tersebut terjadi penurunan bobot pada umbi
kentang. Pada umbi tersebut terjadi pengerutan dimensi, dimana bobot umbi menjadi
lebih kecil setelah dilakukan perendaman. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
konsentrasi, yang mana konsentrasi larutan sukrosa lebih pekat dibandingkan konsentrasi
air di dalam umbi kentang. Sehingga air dalam umbi kentang akan bergerak ke larutan
sukrosa yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi yang menyebabkan perubahan
dimensi cenderung mengecil.
Perendaman umbi kentang di dalam larutan sukrosa menyebabkan terjadinya
peristiwa osmosis, dikarenakan tekanan osmotik dalam umbi kentang kurang dari tekanan
osmotik di larutan sukrosa. Adanya perpindahan air dari umbi kentang ke larutan sukrosa
terjadi karena umbi kentang hipotonik terhadap larutan sukrosa, sehingga umbi kentang
kekurangan air dan akibatnya terjadi plasmolisis yang mengakibatkan penurunan tekanan
turgor. Ketika tekanan turgor menurun akibatnya umbi kentang menjadi empuk dan
lembek, sehingga terjadi penurunan bobot umbi karenaa adanya perpindahan air dari sel-
sel umbi ke larutan. Sehingga semakin hipertonik larutannya, maka semakin empuk dan
lembek umbi kentang tersebut serta semakin banyak penurunan bobotnya. Oleh karena
itu, konsentrasi terlarut dalam suatu larutan merupakan faktor utama yang menentukan
terjadinya osmosis.

Gambar.2. Grafik hubungan antara volume (cm3) umbi kentang dengan konsentrasi
larutan sukrosa
Sedangkan pada Gambar.2 merupakan grafik terhadap perubahan volume pada
umbi kentang setelah perendaman. Perubahan volume yang paling besar terjadi pada
perendaman umbi kentang dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,4 M. Sama seperti
punurunan bobot, penurunan volume tersebut diakibatkan karena kehilangan air pada
umbi kentang. Sedangkan, pada perendaman umbi kentang dalam konsentrasi 0,2 M dan
0,6 M tidak terjadi penurun volume. Hal ini bisa disebabkan pada bentuk, ukuran dan
ketebalan potongan umbi kentang yang tidak sesuai. Karena bentuk, ukuran dan potongan
umbi kentang berpengaruh terhadap kehilangan air. Koefisien distribusi air akan menurun
dengan meningkatnya luas permukaan umbi kentang, sehingga proses adsorpsi pun akan
memerlukan waktu yang lama.
Pada praktikum II, praktikan melakukan percobaan pada daun Rhoeo discolor,
untuk mengetahui terjadinya plasmolisis sel. Percobaan tersebut dilakukan dengan
membandingkan sel pada daun Rhoeo discolor sebelum dan sesudah dilakukan
perendaman pada larutan sukrosa selama 30 menit, apakah sel tersebut terplasmolisis atau
tidak. Hal tersebut ditunjukan oleh grafik pada Gambar.3

Gambar.3. grafik presentase sel yang mengalami plasmolisis


Pada grafik tersebut, diketahui bahwa persentase sel yang mengalami plasmolisis
yang paling kecil terjadi pada perendaman dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi 0
M, yaitu dengan persentase 46,24%. Dari hasil pengamatan, pada larutan dengan
konsentrasi 0 M yang merupakan air murni (tanpa penambahan bahan lain) pada sayatan
daun Rhoeo discolor terjadi sedikit perubahan pada selnya. Sel pada sayatan daun Rhoeo
discolor ini mengalami sedikit plasmolisis. Tetapi warna merah pada sayatan daun
tersebut merata pada permukaan selnya. Hal ini terjadi karena air membentuk
lingkungan isotonik baik di dalam maupun di luar sel, sehingga bentuk sel normal. Hal
tersebut terlihat pada hasil pengamatan bahwa bagian-bagian sel berbentuk rongga segi
enam dengan sitoplasma berwarna ungu memenuhi dinding sel, seperti yang ditunjukan
pada Gambar.4.

Gambar.4. Sayatan daun Rhoeo discolor yang mengalami sedikit plasmolisis


Sel pada perendaman dengan konsentrasi 0 M ini juga termasuk pada plasmolisis
batas. Ini terlihat pada grafik yang ditunjukan oleh Gambar.3. Plasmolisis batas
merupakan peristiwa terlepasnya membran plasma dari dinding sel dalam lingkungan
yang isotonik, yaitu pada lingkungan yang seimbang dimana air yang masuk ke dalam sel
sama dengan air yang keluar dari sel.
Sedangkan sel yang mengalami plasmolisis dengan persentase 100% terjadi pada
perendaman dalam konsentrasi 0,16 M, 0,18 M dan 0,20 M. Pada pengamatan di
mikroskop setelah dilakukan perendaman pada sel daun Rhoeo discolor mengalami
perubahan, dimana pigmen anthosianin yang berada dalam sel menjadi berkurang
dibandingkan dengan sel sebelum diberi larutan sukrosa. Hal ini disebabkan karena
perbedaan konsentrasi antara cairan di dalam sel dengan cairan diluar sel. Larutan
sukrosa merupakan larutan hipertonik yang memiliki potensial air tinggi, sedangkan daun
Rhoeo discolor merupakan larutan hipotonik yang memiliki potensial air rendah.
Sehingga air yang berada di dalam sel akan keluar. Kehilangan air yang lebih banyak
akan menyebabkan plasmolisis yang berarti tekanan terus berkurang, sehingga terjadi
sampai di titik dimana membran sel akan terlepas dari dinding sel karena proses
eksoosmosis.
Perendaman sayatan daun Rhoeo discolor pada larutan sukrosa menyebabkan sel
berwarna ungu terlihat lebih sedikit. Hal ini terjadi karena pada saat sayatan daun Rhoeo
discolor ditempatkan pada larutan yang hipertonik, maka air akan keluar dari dalam sel
sehingga membran sitoplasma akan mengkerut dan menyebabkan pigmen anthosianin di
dalam sel tidak terlihat dengan jelas. Maka dari percobaan tersebut dapat dikatakan
bahwa semakin rendah konsentrasi suatu bahan dari lingkungan lainnya (larutan sukrosa),
semakin mudah sel tersebut berplasmolisis. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar.5.

a. sel tidak terplasmolisis b. sel terplasmolisis


Gambar.5. Perbedaan sayatan daun Rhoeo discolor sebelum dan sesudah dilakukan
perendaman
Adapun sel yang tidak terplasmolisis disebabkan karena
Faktor yang mempengaruhi nilai potensial osmotik dalam sel daun Rhoeo
discolor (sel tumbuhan) diantaranya yaitu tekanan, larutan dalam sel dan adanya partikel-
partikel bahan terlarut di dalamnya. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan
yang diberikan semakin besar. Sedangkan pada partikel-partikel terlarut ketika
konsentrasinya tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pada
percobaan umbi kentang bertujuan untuk mengetahui potensial air di dalam jaringan.
Penurun bobot serta volume pada umbi disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi
larutan. Dimana larutan sukrosa memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan cairan dalam umbi kentang, sehingga menyebabkan terjadinya osmosis. Dari hasil
pengamatan penurunan bobot yang besar pada umbi kentang terjadi pada perendaman
dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi 1,0 M dan penurunan volume yang paling
besar terjadi pada perendaman dengan konsentrasi 0,4 M.
Sedangkan pada percobaan daun Rhoeo discolor bertujuan untuk mengetahui
terjadinya plasmolisis pada sel akibat perendaman pada larutan sukrosa. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya plasmolisis diantarnya yaitu ketika bahan ditempatkan pada
lingkungan hipertonik yang menyebabkan terjadinya osmosis, tekanan serta perbedaan
konsentrasi. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa sayatan daun Rhoeo discolor yang
100 % meengalami plasmolisis terjadi pada perendaman larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0,16 M, 0,18 M dan 0,20 M. Adapun sel yang mengalami plasmolisis batas
terjadi pada perendaman dengan konsentrasi 0 M.

DAFTAR PUSTAKA
Arlita, M, A., Waluyo, S dan Warji. (2013). Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap
Penyerapan Larutan Gula pada Bengkoang (Pachyrrhizus erosus). Jurnal Teknik
Pertanian Lampung, Vol. 2, No. 1, 85-94. Universitas Lampung.
Campbell, N, A dan Reece, J, B. (2008). Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, B. (2004). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mastuti, R. (2016). Keseimbangan Air pada Tumbuhan. Fakultas MIPA. Universitas
Brawijaya.
Naiola, B, P. (2005). Akumulasi Solut dan Regulasi Osmotik dalam Sel Tumbuhan pada
Konsentrasi Air. Vol. 7, No. 6. Balai Penelitian Botani. Pusat Penelitian Biologi-
LIPI.
Rachmaniah, O., Elfera, Y, R dan Danang, H, W. (2010). Algae Spirulina Sp. Oil
Extraction Methode Using The Osmotic and Percolation and The Effect on
Extractable Components. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 4, No. 2. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Surabaya.
Zakaria, S dan Fitriani, C, M. (2006). Hubungan Antara Dua Metode Sortasi dengan
Viabilitas dan Vigor Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Serta Aplikasinya
untuk Pendugaan Ketahanan Salinitas. J. Floratek, 2, 1-11. Universitas Syiah Kuala.
Banda Aceh.
Lampiran
Membuat larutan sukrosa 1 M dari 36 gr gula pasir sebanyak 30 ml

Membuat seri pengenceran dari larutan sukrosa 1 M sebanyak 10 ml

Plasmolisis Sel
Menghitung molalitas larutan:
Diketahui volume larutan sukrosa 10 ml = 0,01 L

= m V x massa jenis ()
V 1 x 0,01 L = 0,01 kg

M = Jumlah mol terlarut m = Jumlah mol terlarut


V pelarut kg pelarut

1. 0,28 = X m = 0,0028 = 0,28


0,01 0,01
X = 0,01 x 0,28 = 0,0028

2. 0,26 = X m = 0,0026 = 0,26


0,01 0,01
X = 0,01 x 0,26 = 0,0026

3. 0,24 = X m = 0,0024 = 0,24


0,01 0,01
X = 0,01 x 0,24 = 0,0024

4. 0,22 = X m = 0,0022 = 0,22


0,01 0,01
X = 0,01 x 0,22 = 0,0022

5. 0,20 = X m = 0,002 = 0,20


0,01 0,01
X = 0,01 x 0,20 = 0,002

6. 0,18 = X m = 0,0018 = 0,18


0,01 0,01
X = 0,01 x 0,18 = 0,0018

7. 0,16 = X m = 0,0016 = 0,16


0,01 0,01
X = 0,01 x 0,16 = 0,0016
8. 0,14 = X m = 0,0014 = 0,14
0,01 0,01
X = 0,01 x 0,14 = 0,0014
9. 0 = X m= 0 =0
0,01 0,01
X = 0,01 x 0 = 0

Menghitung potensial osmotik larutan:


-miRT
1. - 0,28 x 1 x 0,0831 x 300 = - 6,9804
2. - 0,26 x 1 x 0,0831 x 300 = - 6,4818
3. - 0,24 x 1 x 0,0831 x 300 = - 5,9832
4. - 0,22 x 1 x 0,0831 x 300 = - 5,4846
5. - 0,20 x 1 x 0,0831 x 300 = - 4,986
6. - 0,18 x 1 x 0,0831 x 300 = - 4,4874
7. - 0,16 x 1 x 0,0831 x 300 = - 3,9888
8. - 0,14 x 1 x 0,0831 x 300 = - 3,4902
9. - 0 x 1 x 0,0831 x 300 = 0
Menghitung presentase sel yang mengalami plasmolisis:
Jumlah sel yang terplasmolisis x 100%
Jumlah sel utuh mula-mula

1. 334 x 100% = 93,42% 6. 92,5 x 100% = 100%


357,5 92,5

2. 224 x 100% = 88,18% 7. 105 x 100% = 100%


254 105

3. 253,5 x 100% = 78,36% 8. 87 x 100% = 98,86%


323,5 88

4. 110 x 100% = 87,30% 9. 40 x 100% = 46,24%


126 86,5

5. 130 x 100% = 100%


130

Anda mungkin juga menyukai