Gambar.1. Grafik hubungan antara berat (gram) umbi kentang dengan konsentrasi
larutan sukrosa
Pada Gambar.1 perendaman umbi kentang dalam larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0,0 M mengalami penambahan bobot seberat 0,268 gr (dari berat 1,375 gr
menjadi 1,643 gr). Hal tersebut dikarenakan larutan pada konsentrasi tersebut merupakan
air murni tanpa penambahan larutan sukrosa. Sehingga air akan membentuk lingkungan
isotonik baik di dalam umbi kentang maupun di luar lingkungannya (larutannya),
akibatnya air akan masuk ke dalam umbi kentang dan terjadi penambahan bobot pada
umbi kentang.
Berbeda halnya dengan perendaman umbi kentang dalam larutan dengan
konsentrasi 1,0 M. Pada perendaman tersebut terjadi penurunan bobot pada umbi
kentang. Pada umbi tersebut terjadi pengerutan dimensi, dimana bobot umbi menjadi
lebih kecil setelah dilakukan perendaman. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
konsentrasi, yang mana konsentrasi larutan sukrosa lebih pekat dibandingkan konsentrasi
air di dalam umbi kentang. Sehingga air dalam umbi kentang akan bergerak ke larutan
sukrosa yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi yang menyebabkan perubahan
dimensi cenderung mengecil.
Perendaman umbi kentang di dalam larutan sukrosa menyebabkan terjadinya
peristiwa osmosis, dikarenakan tekanan osmotik dalam umbi kentang kurang dari tekanan
osmotik di larutan sukrosa. Adanya perpindahan air dari umbi kentang ke larutan sukrosa
terjadi karena umbi kentang hipotonik terhadap larutan sukrosa, sehingga umbi kentang
kekurangan air dan akibatnya terjadi plasmolisis yang mengakibatkan penurunan tekanan
turgor. Ketika tekanan turgor menurun akibatnya umbi kentang menjadi empuk dan
lembek, sehingga terjadi penurunan bobot umbi karenaa adanya perpindahan air dari sel-
sel umbi ke larutan. Sehingga semakin hipertonik larutannya, maka semakin empuk dan
lembek umbi kentang tersebut serta semakin banyak penurunan bobotnya. Oleh karena
itu, konsentrasi terlarut dalam suatu larutan merupakan faktor utama yang menentukan
terjadinya osmosis.
Gambar.2. Grafik hubungan antara volume (cm3) umbi kentang dengan konsentrasi
larutan sukrosa
Sedangkan pada Gambar.2 merupakan grafik terhadap perubahan volume pada
umbi kentang setelah perendaman. Perubahan volume yang paling besar terjadi pada
perendaman umbi kentang dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,4 M. Sama seperti
punurunan bobot, penurunan volume tersebut diakibatkan karena kehilangan air pada
umbi kentang. Sedangkan, pada perendaman umbi kentang dalam konsentrasi 0,2 M dan
0,6 M tidak terjadi penurun volume. Hal ini bisa disebabkan pada bentuk, ukuran dan
ketebalan potongan umbi kentang yang tidak sesuai. Karena bentuk, ukuran dan potongan
umbi kentang berpengaruh terhadap kehilangan air. Koefisien distribusi air akan menurun
dengan meningkatnya luas permukaan umbi kentang, sehingga proses adsorpsi pun akan
memerlukan waktu yang lama.
Pada praktikum II, praktikan melakukan percobaan pada daun Rhoeo discolor,
untuk mengetahui terjadinya plasmolisis sel. Percobaan tersebut dilakukan dengan
membandingkan sel pada daun Rhoeo discolor sebelum dan sesudah dilakukan
perendaman pada larutan sukrosa selama 30 menit, apakah sel tersebut terplasmolisis atau
tidak. Hal tersebut ditunjukan oleh grafik pada Gambar.3
DAFTAR PUSTAKA
Arlita, M, A., Waluyo, S dan Warji. (2013). Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap
Penyerapan Larutan Gula pada Bengkoang (Pachyrrhizus erosus). Jurnal Teknik
Pertanian Lampung, Vol. 2, No. 1, 85-94. Universitas Lampung.
Campbell, N, A dan Reece, J, B. (2008). Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, B. (2004). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mastuti, R. (2016). Keseimbangan Air pada Tumbuhan. Fakultas MIPA. Universitas
Brawijaya.
Naiola, B, P. (2005). Akumulasi Solut dan Regulasi Osmotik dalam Sel Tumbuhan pada
Konsentrasi Air. Vol. 7, No. 6. Balai Penelitian Botani. Pusat Penelitian Biologi-
LIPI.
Rachmaniah, O., Elfera, Y, R dan Danang, H, W. (2010). Algae Spirulina Sp. Oil
Extraction Methode Using The Osmotic and Percolation and The Effect on
Extractable Components. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 4, No. 2. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Surabaya.
Zakaria, S dan Fitriani, C, M. (2006). Hubungan Antara Dua Metode Sortasi dengan
Viabilitas dan Vigor Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Serta Aplikasinya
untuk Pendugaan Ketahanan Salinitas. J. Floratek, 2, 1-11. Universitas Syiah Kuala.
Banda Aceh.
Lampiran
Membuat larutan sukrosa 1 M dari 36 gr gula pasir sebanyak 30 ml
Plasmolisis Sel
Menghitung molalitas larutan:
Diketahui volume larutan sukrosa 10 ml = 0,01 L
= m V x massa jenis ()
V 1 x 0,01 L = 0,01 kg