Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DIFUSI DAN OSMOSIS


(Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel)
Rhoe discolor

Disusun oleh:
RYSA TITANIKA WATI
16030204031
Pendidikan Biologi A
2016

Universitas Negeri Surabaya


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Prodi S1 Pendidikan Biologi
2018
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis?
2. Pada konsentrasi larutan sukrosa berapakah yang dapat menyebabkan sel epidermis
Rhoe discolor mengalami plasmolisis sebesar 50%?
3. Berapakah tekanan osmosis cairan sel epidermis Rhoe discolor tersebut?

B. Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang
terplasmolisis
2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel
mengalami plasmolisis
3. Menghitung tekanan osmosis sel cairan sel dengan metoda plasmolisis

C. Hipotesis
1. Semakin besar konsentrasi larutan sukrosa maka semakin banyak pula sel yang
terplasmolisis
2. Konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M yang menyebabkan 50% jumlah sel yang
terplasmolisis
3. Tekanan osmosis sel cairan dengan menggunakan rumus:

D. Kajian Pustaka
Difusi adalah gerakan molekul dari konsentrasi lebih tinggi ke konsentrasi lebih
rendah, yaitu penururnan gradien konsentrasi sampai mencapai keseimbangan dan
penyebaranya seimbang. Osmosis adalah gerakan air melintasi membran yang
permeabilitasnya berbeda disebabkan karena perbedaan konsentrasi (Fida;2007).
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992). Menurut
Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto
ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika
potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial
larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air.
Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan
menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk
oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini
dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan
sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin
banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari
proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-
sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi
udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-
biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula
dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang menembus lubang-lubang kecil
pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana
diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk
dengan mudah (Salisbury, 1995).
Dalam proses osmosis terdapat beberapa komponen penting yaitu Potensial Air (PA)
dan Potensial Tekanan (PT), selain itu terdapat pula komponen lain yang juga penting
yaitu Potensial Osmotik (PO). Hubungan antara nilai Potensial Air (PA), Potensial
Tekanan (PT) dan Potensial Osmotik (PO) adalah :
PA = PO + PT
Jika konsentrasi antara lingkungan di dalam sel dan di luar sel telah mencapai
keseimbangan maka sudah tidak ada lagi potensial tekanan yang terjadi. Oleh karena itu
persaman diatas menjadi :
PA = PO
Keterangan :
PA = Potensial Air
PO = Potensial Osmotik
Untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan sel salah satunya dapat digunakan
dengan metode plasmolisis. Metode ini ditempuh dengan cara menentukan pada
konsentrasi sukrosa berapa jumlah sel yang mengalami plasmolisis 50%. Pada kondisi
tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel.
Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terpasmolisis diketahui, maka nilai
tekanan osmosis dapat ditentukan dengan menggunakan rumus;
TO Sel = 22,4 . M . T
273
Keterangan :
TO = Tekanan Osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)

E. Variabel Penelitian
1. Variabel Kontrol :
- Jenis sel sama,yaitu sel daun Rhoe discolor
- Jumlah sayatan daun Rhoe discolor
- Perbesaran mikroskop (..)
- Waktu peredaman sayatan daun dalam larutan sukrosa 30 menit
- Volume larutan 5ml
2. Variabel Manipulasi :
- Konsentrasi larutan sukrosa
3. Variabel Respon :
- Jumlah sel daun Rhoe discolor yang terlihat.
- Jumlah sel daun Rhoe discolor yang terplasmolisis.
- Jumlah prosentase sel daun Rhoe discolor yang terplasmolisis.
- TO
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Kontrol :
- Orientasi sayatan pada daun Rhoe discolor
- Volume larutan 5ml
- Waktu peredaman selama 30 m3nit
2. Variabel Manipulasi :
- Konsentrasi larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M; 0,26 M; 0,22 M; 0,18 M;
0,16 M dan 0,14 M
3. Variabel Respon :
- Sel yang terplasmolisis sempurna dan yang terplasmolisis 50%

G. Alat dan Bahan


1. Daun Rhoe discolor
2. larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M; 0,26 M; 0,22 M; 0,18 M; 0,16 M dan 0,14
M
3. Mikroskop
4. Gelas cup 8 buah
5. Penutup cup
6. Pisau silet
7. Gelas beaker 100 ml
8. Pipet

H. Rancangan Percobaan
1. Membuat larutan sukrosa dari konsentrasi yang terbesar yaitu 0,28 M, dengan
menimbang sebanyak 95,76 gram kristal sukrosa dan melarutkannya dalam aquades
sehingga volumenya menjadi 1 liter. Sedangkan untuk membuat konsentrasi larutan
yang rendah, dapat digunakan rumus;
V1M1 = V2M2
Keterangan :
V1 = Volume awal
M1 = Konsentrasi awal
V2 = Volume akhir
M2 = Konsentrasi akhir
2. Menyiapkan 8 buah kaca arloji dan isi masing-masing dengan 5 ml larutan sukrosa
yang telah disediakan dan beri label pada masing-masing kaca arloji berdasarkan
konsentrasi larutan.
3. Mengambil daun Rhoe discolor kemudian menyayat selapis sel epidermis yang
berwarna dengan menggunakan pisau silet.
4. Merendam sayatan-sayatan epidermis tersebut pada kaca arloji yang sudah berisi
larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu. Setiap konsentrasi diisi dengan jumlah
sayatan yang sama dengan mencatat waktu peredaman.
5. Menghitung jumlah seluruh sel pada satu lapang pandang, jumlah sel yang
terplasmolisis dan prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel
seluruhnya.

I. Langkah Kerja

95,76 gram Kristal Sukrosa


 Dilarutkan ke dalam aquades sehingga volume
menjadi 1 liter.

Larutan Sukrosa 0,28 M


Alur kegiatan seperti diatas dilakukan kembali untuk membuat larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M dan 0,14 M.

Daun Rhoe discolor 8 Buah Cup


 Lapisan daun
yang berwarna  Masing-masing
ungu disayat diberi larutan
tipis sukrosa sebanyak 5
ml

 Meredam sayatan kedalam cup yang berisi


larutan sukrosa, tunggu sampai 30 menit
 Ambil sayatan kemudian amati
menggunakan mikroskop
 Menghitung jumlah seluruh sel pada satu
lapang pandang, jumlah sel yang
terplasmolisis dan prosentase sel yang
terplasmolisis.

J. Rancangan Tabel Pengamatan

Konsentrasi (M) Jumlah Sel Jumlah Sel Prosentase Sel yang


Seluruhnya Terplasmolisis Terplasmolisis
78 8
0,14 M 40 38 27,72 %
80 9
48 12
0,16 M 50 50 47,64%
55 11
80 55
0,18 M 50 41 66,8 %
60 31
49 27
0,20 M 67 55 74,37 %
32 28
51 45
0,22 M 67 48 78,72 %
23 18
83 72
0,24 M 64 44 79,46 %
77 62
55 41
0,26 M 13 13 81,38 %
18 16
0,28 M 34 21 83,53 %
52 44
41 41

Tabel. Pengaruh konsentrasi sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis.

Grafik. Prosentase sel yang terplasmolisis.

K. Rencana Analisis Data


Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat dianalisa sebagai berikut:
1. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,28 M, sel epidermis daun Rhoe discolor pada satu
lapang pandang terlihat sebanyak 34, 52 dan 41 sel dengan rata-rata 42,3 , sel yang
mengalami plasmolisis sebanyak 21, 44 dan 41 dengan rata-rata 35,3 dan dengan
prosentase sel terplasmolisis sebesar 83,53%.
2. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,26 M, sel epidermis daun Rhoe discolor pada satu
lapang pandang terlihat sebanyak 55, 13 dan 18 sel dengan rata-rata 28,67 , sel yang
mengalami plasmolisis sebanyak 41, 13 dan 16 sel dengan rata-rata 23,3 dan
prosentase sel terplasmolisis sebesar 81,38%.

3. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M, sel epidermis daun Rhoe discolor pada satu
lapang pandang terlihat sebanyak 83, 64 dan 77 sel dengan rata-rata 74,67 , sel yang
mengalami plasmolisis sebanyak 72, 44 dan 62 sel dengan rata-rata 59,3 dan
prosentase sel terplasmolisis sebesar 79,46%.

4. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,22 M, sel epidermis daun Rhoe discolor pada satu
lapang pandang terlihat sebanyak 51, 67 dan 23 sel dengan rata-rata 47 , sel yang
mengalami plasmolisis sebanyak 45, 48 dan 18 sel dengan rata-rata 37 dan prosentase
sel terplasmolisis sebesar 78,72%.
5. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M, sel epidermis daun Rhoe discolor pada satu
lapang pandang terlihat sebanyak 49, 67 dan 32 sel dengan rata-rata 49,3 , sel yang
mengalami plasmolisis sebanyak 27, 55 dan 28 sel dengan rata-rata 36,67 dan
prosentase sel terplasmolisis sebesar 74,73%.

6. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,18 M, sel epidermis daun Rhoe discolor pada satu
lapang pandang terlihat sebanyak 80, 50 dan 60 sel dengan rata-rata 63,3 , sel yang
mengalami plasmolisis sebanyak 55, 41 dan 31 sel dengan rata-rata 42,3 dan
prosentase sel terplasmolisis sebesar 66,8%.

7. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M, sel epidermis daun Rhoe discolor pada satu
lapang pandang terlihat sebanyak 48, 50 dan 55 sel dengan rata-rata 51 , sel yang
mengalami plasmolisis sebanyak 12, 50 dan 11 sel dengan rata-rata 24,3 dan
prosentase sel terplasmolisis sebesar 47,64%.

8. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M, sel epidermis daun Rhoe discolor pada satu
lapang pandang terlihat sebanyak 78, 40 dan 80 sel dengan rata-rata 66 , sel yang
mengalami plasmolisis sebanyak 8, 38 dan 9 sel dengan rata-rata 18,3 dan prosentase
sel terplasmolisis sebesar 27,72%.

Berdasarkan grafik diatas maka dapat diketahui bahwa terdapat konsentrasi larutan
sukrosa yang menyebabkan 50% sel daun Rhoe discolor terplasmolisis, yaitu pada
konsentrasi sukrosa 0,164 M dengan presentase 50 %.

Diskusi
Sel-sel daun Rhoedis color mengalami plasmolisis dikarenakan terdapat perbedaan
potensial air di dalam sel dengan di luar sel. Potensial air yang berada di dalam sel lebih
besar daripada potensial air di luar sel. Karena potensial air berbanding lurus dengan
potensial osmosis, maka potensial osmosis yang berada di dalam sel juga lebih besar
daripada potensial osmosis yang berada di luar sel. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
perpindahan molekul air di dalam sel menuju ke luar sel, dimana molekul air berpindah
dari sel epidermis sel daun Rhoe discolor menuju ke larutan sukrosa, sehingga
menyebabkan protoplas sel sel daun Rhoe discolor kehilangan air, dan sel menjadi
mengerut sehingga protoplas terlepas dari dinding sel.

L. Hasil Analisis Data


Berdasarkan analisa data pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa besarnya
konsentrasi larutan sukrosa mempengaruhi banyaknya jumlah dan presentase sel sel daun
Rhoe discolor yang terplasmolisis. Hal tersebut dikarenakan akibat dari perbedaan
potensial air di dalam sel dengan di luar sel. Potensial air yang berada di dalam sel lebih
besar daripada potensial air di luar sel. Karena potensial air berbanding lurus dengan
potensial osmosis, maka potensial osmosis yang berada di dalam sel juga lebih besar
daripada potensial osmosis yang berada di luar sel. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
perpindahan molekul air di dalam sel menuju ke luar sel, dimana molekul air berpindah
dari sel epidermis sel daun Rhoe discolor menuju ke larutan sukrosa, sehingga
menyebabkan protoplas sel sel daun Rhoe discolor kehilangan air, dan sel menjadi
mengerut sehingga protoplas terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini disebut dengan
plasmolisis.
Pada grafik diatas, menggambarkan bahwa konsentrasi larutan sukrosa berbanding
lurus dengan presentase sel epidermis umbi lapis bawang merah yang terplasmolisis. Hal
ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka semakin banyak pula sel
yang mengalami osmosis, sehingga presentase sel yang terplasmolisis juga semakin
tinggi.
Selain komponen diatas, komponen lain yang berperan didalam proses osmosis
adalah tekanan yang terjadi karena difusi molekul air, atau disebut dengan tekanan
osmosis. Nilai tekanan osmosis dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi larutan yang
menyebabkan 50% sel mengalami plasmolisis. Keadaan dimana 50% sel terplasmolisis
dan 50% sel tidak terplasmolisis disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis ini terjadi
apabila sel berada dalam tanpa tekanan sehingga konsentrasi yang dimiliki cairan sel
sama dengan konsentrasi larutan yang menyebabkan plasmolisis insipien. Nilai potensial
osmosis sel dapat diketahui dengan menghitung nilai potensial osmosis larutan sukrosa
yang isotonik terhadap cairan sel. Pada praktikum ini, plasmolisis insipien terjadi pada
konsentrasi 0,164 M dengan tekanan -4,010 atm.

M. Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:
1. Konsentrasi larutan sukrosa dapat mempengaruhi prosentase sel yang terplasmolisis.
Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka semakin tinggi sel pada buah apel
yang terplasmolisis dan begitu juga sebaliknya.
2. Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel yang mengalami
plasmolisis adalah konsentrasi 0,164 M, yang didapatkan dari rata-rata konsentrasi
larutan sukrosa yang menyebabkan presentase jumlah sel terplasmolisis sebesar 50%.
3. Untuk menghitung tekanan osmosis sel cairan menggunakan rumus berikut;

TO Sel = 22,4 . M . T
273
= 22,4 . 0,164 (25+273)
273
= 1.094,7
273
= - 4,010
PO = - TO
PO = 4,010.

N. Daftar Pustaka
1. Anonim. 2013. Osmosis. http://id.wikipedia.org/wiki/Osmosis. Diakses pada tanggal
12 Februari 2018.
2. Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya Press.
3. Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
4. Sasmitahardja, Dradjat, dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Depdikbud.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai