Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

POTENSIAL OSMOTIK DAN PLASMOLIS

Dosen Pengampu :

Rahmawati, SP.MP.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

AHMAD DHANI (A43222023)

KHOIRUL HUDA (A43222162)

KRISTINA PUTRI Y (A43221863)

MAHZAR NUR A (A43221834)

GOLONGAN C

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lebih dari 90% tubuh tumbuhan berupa air. Air ini berpartisipasi baik secara
langsung maupun tidak langsung pada semua reaksi metabolik. Molekul air satu dengan yang
lainnya saling berasosiasi (kohesi) dan melekat pada permukaan berbagai jenis benda
(adhesi). Adanya kohesi dan adhesi ini membuat air bergerak naik dari akar tanaman menuju
tajuk. Pada tubuh tumbuhan zat zat dapat berdistribusi kedalam tubuh melalui 3 cara yaitu:
difusi, osmosis dan imbibisi. Pergerakan bahan ke dalam tumbuhan dari sekelilingnya
dilakukan terutama melalui difusi, Misalnya adalah karbondioksida dan oksigen dari atmosfer
berdifusi ke dalam tumbuhan melalui stomata, kemudian air serta garam garam mineral juga
memasuki tubuh tumbuhan dengan jalan difusi. Osmosis dipandang sebagai tipe difusi
khusus yang melibatkan pergerakan air melalui membran semi permeable dari daerah
konsentrasi air tinggi ke daerah konsentrasi air rendah. Adanya peristiwa osmosis inilah yang
menyebabkan terjadinya plasmolisis pada sel tumbuhan.

Potensial osmotik adalah perbedaan potensial elektrokimia antara dua larutan dengan
konsentrasi zat terlarut yang berbeda yang dipisahkan oleh membran semipermeabel. Ini
terjadi karena molekul-molekul zat terlarut bergerak dari daerah dengan konsentrasi yang
lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah, sehingga menghasilkan
perbedaan tekanan osmotik antara dua larutan tersebut. Sementara itu, plasmolisis terjadi
ketika sel tumbuhan kehilangan air dan menyebabkan sel tersebut menyusut atau mengerut.
Ini terjadi ketika sel tumbuhan ditempatkan di dalam larutan yang memiliki konsentrasi zat
terlarut yang lebih tinggi dari sitoplasma sel. Hal ini mengakibatkan air keluar dari sel,
sehingga menyebabkan sitoplasma terpisah dari dinding sel, dan sel menjadi mengerut.

1.2 Tujuan

Mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menjelaskan tentang gejala plasmolisis serta faktor penyebabnya


2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan peristiwa plasmolisis;
3. Mahasiswa mampu menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial
osmotik antara cairan sel dengan larutan di lingkungannya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola. Plasmolisis terjadi bila jaringan ditempatkan
pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial osmotic lebih tinggi. Dalam keadaan
tersebut, air sel akan terdorong untuk berdifusi ke luar sel menembus membran (osmosis)
(Salisbury dan Ross. 1995).

Jika sel ditempatkan dalam larutan yang memiliki potensial yang lebih tinggi dari
pada sel, maka akan ada pergerakan air ke dalam sel. Namun, jika keadaan di sekitarnya lebih
rendah potensial daripada di dalam sel, akan terjadi pergerakan air keluar dari sel. Jika situasi
terakhir ini berlanjut. membran plasma dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, suatu
kondisi yang dikenal sebagai 3 plasmolisis. Dengan masalah dan kesalahan. konsentrasi
larutan dapat ditemukan yang hanya menghasilkan plasmolisis. dan ini dikenal sebagai
"plasmolisis yang baru " (Ismail, 2017)

Contoh plasmolisis pada tanaman adalah pemupukan dengan konsentrasi yang terlalu
tinggi. Pada peristiwa ini, plasma (cairan) sel keluar dari sel akibat larutan diluar sel (larutan
pupuk) lebih pekat dibandingkan cairan sel. Tanaman akan terlihat mengering seperti
terbakar, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian tanaman. Dengan demikian
pupuk akan memberikan pengaruh yang baik bagi tanaman apabila diberikan pada
konsentrasi yang tepat (Sutardi, 2009)

Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar tetap menempel
pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma
dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis
insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlah selnya mengalami plamolisis (-50%). Hal
ini terjadi karena tekanan di dalam sel 0. Potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis
insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan
tercapai (Ismail dan Hartono, 2014).

Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel,
larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan
meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap
potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin
turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel- partikel terlarut semakin tinggi maka nilai
potensial osmotiknya semakin rendah. Potensial air murni pada tekanan atmosfer dan suhu
yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air pada
tekanan atmosfer bernilai negatif (Salisbury dan Ross, 1995).

Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut) dan
potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung
memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel.
Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang
terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain: tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang
larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar.
Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai
potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel
terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and
Anderson, 1952).
BAB 3

METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat


Pada praktikum kali ini
Waktu : Hari selasa, 28 Februari 2023 jam 08.00 – 10.00
Tempat : Laboratorium Tanaman Politeknik Negeri Jember

3.2 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan:

1. Mikroskop
2. Object glass
3. Silet
4. Cawan petri
5. Pinset
6. Kaca preparat

Bahan yang digunakan:

1. Sukrosa/Gula
2. Aquadest
3. Daun Rhoe discolor (nanas kerang)
4. kertas saring
5. Tisu
3.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan larutan sukrose dengan konsentrasi 0%, 10 %, 20 %, 30%;
2. Menyiapkan cawan petri dan isi dengan larutan sukrose dengan macam –
macam konsentrasi sebanyak 20 ml;
3. Buatlah sayatan sayatan dengan menggunakan silet dibagian permukaan
bawah Rhoe discolor (nanas kerrang) setipis mungkin;
4. Masukkan sayatan sayatan tersebut kedalam cawan petri yang telah berisi
larutan sukrose ( dengan 4 percobaan masing – masing cawan petri) selama 10
menit;
5. Setelah 10 menit, ambil sayatan dan letakkan pada gelas obyek, amati dengan
menggunakan mikroskop;
6. Hitung sel yang terplasmolisis dan sel yang tidak terplasmolisis pada masing –
masing percobaan;
7. Catat hasil pengamatan (% sel yang terplasmolisis) dan buat grafik yang
menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dengan tingkat
plasmolisis yang terjadi.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

% yang % yang tidak keterangan


Gambar sel Konsentrasi
terplasmolisis terplasmolisis

0% 0,67 % 0,32% 10 menit

10% 0,32 % 0,65% 10 menit

20% 0,33% 0,66% 10 menit

30% 0,25% 0,74% 10 menit

4.2 Pembahasan

Dalam percobaan kali ini yang bahan yang digunakan adalah sayatan
epidermis daun rhoe discolor dan larutran sukrosa yang konsentrasinya 0%,
10%,20%, dan 30% direndam dalam 20ml sukrosa dengan masing – masing
konsenteasi yang direndam selama 10 menit.

Setelah sel di diamkan selama 10 menit , del tersebut diamati menggunakan


mikroskop , sel tersebut terlihat dengan jelas mana yang terplasmolisis dan yang tidak
terplasmolisis.

Sel yang terplasmolisis dengan 4 percobaan yang berbeda konsentrasi


( 0,67% , 0,32%, 0,33% ,dan 0,25%). Sedangkan yang tidak terplasmolisis (0,32% ,
0,65%, 0,66%, dan 0,74%). Plasmolisis terjadi karena berada pada lingkungan yang
hipertonik sehingga protoplasma berosmosis keluar sel, jika keadaan ini dibiarkan
terus menerus maka protolema tidak akan mempertahankan bentuknya dan terlepas
dari dinding sel. Protolema yang terlepas akan membentuk cembung dan jika
konsentrasi berlebih akan merusak protolema sehingga bentuknya menjadi tidak
beraturan. Dan sel yang tidak terplasmolisis ini terjadi karena konsentrasi belum
memenuhi standar konsentrasi untuk berplasmolisis dan perbedaan konsentrasi larutan
juga berpengaruh dengan terplasmolisisnya sel.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Peristiwa plasmolisis merupakan peristiwa terlepasnya membran sel dari


dinding sel karena kehilangan air, disebabkan adanya osmosis karena sel berada di
lingkungan yang hipertonik. Hubungan plasmolisis dengan potensial osmotic antara
cairan sel dengan larutan di lingkungannya adalah bahwa sel berada dilingkungan
hipertonik yang menyebabkan cairan dalam sel berosmosis keluar dari sel sehingga
potensial osmosis semakin besar dan mengakibatkan sel terplasmolisis.

Sel yang terplasmolisis ditemukan pada sayatan epidermis permukaan bawah


daun rhoe discolor yang menunjukkna hilangnya sebagian atau seluruhnya warna
ungu yang ada didalam sel. Sedangkan yang tidak terplasmolisis warna pada Sebagian
atau seluruh sel masih berwarna ungu.

5.2 Saran

Saran pada praktikum kali ini yaitu penjelasan sebelum memulai praktikum
mudah dipahami tetapi dosen diharapkan tetap mendampingi mahasiswa saat
berjalannya praktikum agar mahasiswa tidak kesulitan saat kurang paham saat
melakukan praktek.
DAFTAR PUSTAKA

Ismail dan Abd Muis. 2017. Penuntun Praktikum Fisiologi TumbuhaN Jurusan Biologi
Universitas Negeri Makassar: Makassar.

Ismail dan Hartono. 2014. Fisiologi Tumbuhan Bagian I. Jurusan Biologi Universitas Negeri
Makassar: Makassar

Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. New York: D Van Nostrand
Company Inc

Salisbury Frank B & Ress Cleen W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Institut Teknologi
Bandung: Bandung

Sutardi. 2009. Respon Bibit Kakao Pada Bagian Pangkal, Tengah Dan Pucuk Terhadap
Pemupukan Majemuk. Jurnal Agrovigor. ISSN 1979 577.Vol.2.No.2 Hal: 106

Anda mungkin juga menyukai