Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

POTENSIAL OSMOTIK DAN PLASMOLISIS

Disusun oleh:
Roni Ardyantoro

13308141044

Briliana Suryani K.

13308141056

Wulan Novitasari

13308141062

Salma Nadiyah

13308144013

Biologi E

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Topik
Potensial Osmotik dan Plasmolisis
B. Latar Belakang
Untuk memenuhi kebutuhan materi dan mempertahankan keseimbangan
fisiologi di dalam tubuhnya , tumbuhan melakukan banyak aktivitas di antaranya
adalah absorbsi (penyerapan), transportasi (pengangkutan) atau Translokasi
(pemindahan) dan transpirasi (pelepasan air melalui stomata). Pada tumbuhan darat
penyerapan gas-gas (O2dan CO2) lebih banyak melalui daun sedangkan ion-ion dalam
larutan tanah melalui akar. Pada tumbuhan air hampir seluruh permukaan tubuhnya
dapat melakukan penyerapan air beserta gas-gas dan ion-ion yang terlarut di
dalamnya. Penyerapan tersebut melalui membran plasma.
Membran plasma adalah tepi kehidupan, perbatasan yang memisahkan sel
hidup dari lingkungan sekelilingnya. Lapisan ini mengontrol lalu lintas keluar masuk
sel yang diselubungi. Seperti semua membran biologis, membran plasma
menunjukkan permeabilitas selektif (selective permeability) artinya memungkinkan
beberapa zat untuk menembus membran tersebut secara mudah daripada zat-zat lain.
Kemampuan sel untuk membeda bedakan pertukaran zat kimianya dengan lingkungan
bersifat fudamental bagi kehidupan dan selektivitas tersebut dimungkinkan oleh
membran plasma dan molekul-molekul komponennya. Dengan adanya membran
plasma maka penyerapan air tanah pada tumbuhan dapat terjadi.
Jika terdapat sel yang berisi air direndam di dalam larutan dengan konsentrasi
zat terlarut lebih tinggi dari sel tersebut (hipertonis) dan terbatas oleh membran
plasma. Maka air bergerak dari daerah yang berpotensial tinggi ke rendah sehingga
akan ada proses air yang berdifusi keluar sel air. Kondisi tersebut akan membuat sel
tersebut kehilangan air sehingga membran plasma mengerut dan terlepas dari dinding
sel. Proses lepasnya membran plasma dari dinding sel karena dehidrasi disebut
plasmolisis. Bila jaringan ditempatkan pada larutan hipotonis sampai isotonis, maka
sel-sel jaringan tidak akan mengalami plasmolisis. Sebagai perkiraan terdekat,
potensial osmotik jaringan ditaksir eqivalen dengan potensial osmotik suatu larutan
yang telah menimbulkan plasmolisis sebesair 50% yang disebut incipient plasmolysis.
Dari pernyataan diatas kami melakukan percobaan plasmolisis serta hubungannya
dengan status potensial osmotik antara cairan sel dengan larutan di lingkungannya.

C. Tujuan
1. Menemukan fakta tentang gejala plasmolisis.
2. Menunjukkan faktor penyebab plasmolisis.
3. Mendeskripsikan peristiwa plasmolisis
4. Menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara
cairan selnya dengan larutan di lingkungannya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam proses osmosis, disamping komponen potensial air (PA) dan potensial
tekanan (PT), komponen lain yang juga penting adalah potensial osmotik (PO). Potens
osmotik dari suatu larutan lebih menyatakan status larutan, dan status larutan dapat
menyatakan konsentrasi, satuan tekanan atau satuan energi. (Sasmitamihardja, 1996 : 54)
PA = PO + PT
Faktor faktor yang mempengaruhi potensial osmotik :
1. Konsentrasi, meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurukan nilai
potensial osmotiknya
2. Ionisasi molekul zat terlarut, Potensial osmotik suatu larutan tidak ditentukan
oleh macamnya zat, tetapi ditentukan oleh jumlah partikel yang terdapat di dalam
larutan tersebut.
3. Hidrasi molekul zat terlarut
Air hidrasi adalah air yang berasosiasi dengan partikel zat terlarut
4. Suhu, potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya
suhu
5. Imbibisi
Imbibisi adalh peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat zat yang hidrofilik,
seperti protein, pati, selulosa yang menyebabkan zat zat tersebut dapat
mengembang setelah menyerap air tadi.
(Sasmitamihardja, 1996 : 55-59)
Plasmolisis adalah perisiwa lepasnya plasmalemma atau membran plasma dari
dinding sel karena dehidrasi (sel kehilangan air). Peristiwa ini terjadi bila jaringan
ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial osmotik lebih tinggi.
(Suyitno, 2014 : 11)
Plasmolisis merupakaan keadaan membran dari sitoplasma akan terlepas dari dinding
sel. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat permiabelnya.
Permiabel dinding sel terhadap terhadap gula diperlihatkan oleh sel sel yang terplasmolisis.
Plasmolisis adalah contoh kasus trasportasi sel secara osmosis. Osmosis pada hakikatnya

adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa difusi air melalui selaput
permiabel secara diferensial dari suatu tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang
berkonsentrasi rendah. Tekana yang terjadi karena difusi disebut tekanan osmosis. Makin
besar terjadiinya osmosis maka semakin besar juga tekanan osmosisnya. Proses osmosis akan
berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan
oleh pebedaan konsentrasi (Campbell, 2008:320).
Plasmolisis adalah peritstiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membrane
pellasma dari dinsing sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan
garam lebih dari 1%). (Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai
unit terkecil kehidupan, terjaid sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini
menjelaskan bahwa sel dinamis denga lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar
maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengnan mengatur
tekanan agar terjadi perbedan tekanan sehinggga materi dari luar bias masuk. (Buana dkk,
2011:5)
Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel tumbuhan dileteakkan
pada larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu.
Kehilangan air lebih banyak lagi meenyebabkan terjadinya plasmolisis, dimana tekanan harus
berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel,
sehingga dapat terjadi cytorhysis contohnya dinding sel. (Buana dkk, 2011:5)
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plamolisis dapat dibalikkan jika sel
diletakkan di larutan hipotonik ( Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi di alam.
Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan
bersalnitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis (Buana dkk, 20011:5)

BAB 3
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Mikroskop
2. Gelas benda & penutup
3. Botol vial
4. Larutan sukrosa
5. Daun Rhoe discolor
6. Silet
B. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Biokimia, FMIPA, UNY pada hari Selasa, 23
September 2014 pukul 07.00-08.40 WIB.
C. Prosedur Percobaan
1. Siapkan 7 botol vial yang berisi larutan sukrosa 0,14 M, 0,16 M, 0,18 M, 0,20 M, 0,22
M, 0,24 M dan 0,26 M masing-masing 10 ml.
2. Buatlah beberapa sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoe discolor.
3. Setelah itu amatilah di mikroskop. Untuk pengamatan ini, letakkanlah sayatan pada
gelas benda dan tetesi dengan setetes larutan sukrosa, biarkan selama 20-30 menit.
4. Hitunglah sel yang terplasmolisis dan sel yang tidak terplasmolisis pada ke 6 variasi
larutan sukrosa dalam satu bidan pandang saja.
5. Tuangkan data yang diperoleh dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara
konsentrasi larutan sukrosa dengan tingkat plasmolisis yang terjadi.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel persentase sel epidermis daun terplasmolisis dan tak terplasmolisis
Perlakuan
Sukrosa
0,14 M (kel.1)
0,14 M (kel.8)
0,16 M (kel.2)
0,18 M (kel.3)
0,20 M (kel.4)

Keadaan sel dalam satu bidang pandang


Terplasmolsis (%)
Tak Terplasmolisis (%)
0
53,33
3,53
0
26,67

100
46,67
96,47
100
73,33

Ket.
Perbesaran 100x
Perbesaran 100x
Perbesaran 100x
Perbesaran 150x
Perbesaran 100x

0,22 M (kel.5)
0
100
Perbesaran 150x
0,24 M (kel.6)
83,3
16,7
Perbesaran 100x
0,26 M (kel.7)
34,29
65,71
Perbesaran 100x
2. Tabel Potensial Osmotik (PO) beberapa molaritas larutan sukrosa yang digunakan
dalam praktikum pada suhu 20 derajat C menurut A. Urspung dan G. Blum
Molaritas

PO (Potensial

Molaritas

PO (Potensial

Osmotik)
0,14
0,16
0,18
0,20
B. Pembahasan
Plasmolisis terjadi

-3,70
-4,20
-4,50
-5,00

Osmotik)
0,22
0,24
0,26

-5,60
-6,40
-7,00

jika sel ditempatkan dalam larutan dengan konsentrasi tinggi atau

hipertonis terhadap sel, maka air akan keluar dari vakuola sehingga membran sitoplasma
akan mengkerut dan terlepas dari dinding sel. Pada praktikum ini digunakan larutan sukrosa
sebagai larutan hipertonis terhadap sel dengan berbagai konsentrasi yaitu0,14 M, 0,16 M,
0,18 M, 0,20 M, 0,22 M, 0,24 M dan 0,26 M. Tujuan digunakan berbagai konsentrasi yaitu
supaya dapat mengetahui hubungan antara tingkat plasmolisis dengan konsentrasi larutan
sukrosanya. Sedangkan tujuan digunakannya epidermis bawah daun Rhoe discolor yang
memiliki warna ungu, dimaksudkan untuk mempermudah proses pengamatan.
Perlakuan
Sukrosa
0,14 M (kel.1)
0,14 M (kel.8)

Keadaan sel dalam satu bidang pandang


Terplasmolsis (%)
Tak Terplasmolisis (%)
0
53,33

100
46,67

Ket.
Perbesaran 100x
Perbesaran 100x

Pada percobaan kelompok 1 dan 8 yaitu menetesi daun Rhoe discolor dengan larutan
sukrosa 0,14 M. Percobaan kelompok 1 tidak menunjukkan adanya plasmolisis, sedangkan
kelompok 2 dengan konsentrasi yang sama terjadi plasmolisis sebesar 53,33 %. Hal ini
dimungkinkan karena adanya beberapa kesalahan dalam praktikum diantaranya kurang
telitinya praktikan dalam mengamati perubahan di mikroskop, kurang lamanya waktu
perendaman daun Rhoe discolor, sehingga tidak terjadi plasmolisis.
Perlakuan

Keadaan sel dalam satu bidang pandang


Terplasmolsis (%)
Tak Terplasmolisis (%)

Ket.

Sukrosa
0,16 M (kel.2)
3,53
96,47
Perbesaran 100x
Pada percobaan kelompok 2 yaitu menetesi daun Rhoe discolor dengan larutan sukrosa
0,16 M. Dari semua sel yang diamati yaitu sebanyak 85 sel, yang terplasmolisis ada 3 sel,
sehingga terjadi plasmolysis sebesar 3,53%.

Perlakuan

Keadaan sel dalam satu bidang pandang


Terplasmolsis (%)
Tak Terplasmolisis (%)

Ket.

Sukrosa
0,18 M (kel.3)
0
100
Perbesaran 150x
Pada percobaan kelompok 3 yaitu menetesi daun Rhoe discolor dengan larutan sukrosa
0,18 M. Dari semua sel yang diamati yaitu sebanyak 53 sel, tidak ada yang terplasmolisis.
Sebenarnya terjadi perubahan warna yaitu sedikit memudar pada 33 sel, namun hal tersebut
belum dikategorikan terjadi plasmolysis, karena warna hanya memudar. Sehingga tidak
terjadi plasmolysis.
Perlakuan

Keadaan sel dalam satu bidang pandang


Terplasmolsis (%)
Tak Terplasmolisis (%)

Ket.

Sukrosa
0,20 M (kel.4)
26,67
73,33
Perbesaran 100x
Pada percobaan kelompok 4 yaitu menetesi daun Rhoe discolor dengan larutan sukrosa
0,20 M. Dari semua sel yang diamati yaitu sebanyak 30 sel, yang terplasmolisis ada 8 sel,
sehingga terjadi plasmolysis sebesar 26,67%.
Perlakuan

Keadaan sel dalam satu bidang pandang


Terplasmolsis (%)
Tak Terplasmolisis (%)

Ket.

Sukrosa
0,22 M (kel.5)
0
100
Perbesaran 150x
Pada percobaan kelompok 5 yaitu menetesi daun Rhoe discolor dengan larutan sukrosa
0,22 M. Dari semua sel yang diamati yaitu sebanyak 20 sel, tidak ada yang terplasmolisis.
Perlakuan

Keadaan sel dalam satu bidang pandang


Terplasmolsis (%)
Tak Terplasmolisis (%)

Ket.

Sukrosa
0,24 M (kel.6)
83,3
16,7
Perbesaran 100x
Pada percobaan kelompok 6 yaitu menetesi daun Rhoe discolor dengan larutan sukrosa
0,24 M. Dari semua sel yang diamati yaitu sebanyak 6 sel, yang terplasmolisis ada 5 sel,
sehingga terjadi plasmolysis sebesar 83,3%.
Perlakuan

Keadaan sel dalam satu bidang pandang


Terplasmolsis (%)
Tak Terplasmolisis (%)

Ket.

Sukrosa
0,26 M (kel.7)
34,29
65,71
Perbesaran 100x
Pada percobaan kelompok 7 yaitu menetesi daun Rhoe discolor dengan larutan sukrosa
0,26 M. Dari semua sel yang diamati, yang terplasmolisis sebesar 34,29%.

120
100
80
60
40
20

Terplasmolisis
Tak Terplasmolisis

Berikut Grafik persentase sel epidermis daun Rhoe discolor terplasmolisis dan tak
terplasmolisis pada ke tujuh macam konsentrasi larutan sukrosa yang berbeda. Dilihat dari
grafik diketahui hasilnya berupa garis naik-turun, bukan garis lurus. Seharusnya terdapat
hubungan antara banyaknya konsentrasi dengan terjadinya plasmolysis. Menurut teori
semakin tinggi konsentrasi di luar sel maka sel yang terplasmolisis akan bertambah banyak.
Hal ini terjadi karena pada saat sel ditempatkan pada larutan hipertonis, maka air keluar dari
vakuola sehingga membran sitoplasma akan mengkerut begitu juga sitoplasma, dan secara
otomatis akan menciutkan ukuran vakuola. Sehingga pigmen antosianin di dalam vakuola
tidak terlalu jelas terlihat. Saat sitoplasma mengkerut, klorplas yang tersebar di dalam
sitoplasma akan merapat sehingga bisa terlihat lebih jelas. Jadi seharusnya pada grafik sel
yang terplasmolisis dihasilkan data berupa garis lurus yang naik dari kiri ke kanan,
menujukkan bahwa sel yang terplasmolisis semakin banyak pada konsentrasi yang semakin
meningkat. Sedangkan pada grafik sel yang tak terplasmolisis dihasilkan data berupa garis
lurus yang turun dari kiri ke kanan menujukkan bahwa sel yang tak terplasmolisis semakin
sedikit pada konsentrasi yang semakin meningkat.
C.

Tugas Pengembangan
1. Dapatkah penaksiran potensial air jaringan didasarkan pada potensial air larutan
perendam yang belum menimbulkan plasmolisis?
Jawaban:
Iya, karena salah satu cara untuk mengukur potensial air jaringan tumbuhan, dapat
dilakukan dengan merendamnya dalam suatu larutan perendam yang telah diketahui
potensial airnya. Berdasarkan pada ada tidaknya perubahan potensial air pada larutan
perendam, akan dapat diketahui potensial air jaringan.

2. Apa maksud penggunaan epidermis bagian bawah daun Rhoe discolor untuk
percobaan plasmolysis?
Jawaban:
Karena jaringan epidermis bawah daun Rhoeo discolor di bawah mikroskop teramati
sel-sel epidermis, stomata dengan sel penutup dan sel tetangga terlihat dengan jelas
dibandingkan epidermis di permukaan atas daun.
3. Mengapa potensial osmotic taksiran berdasar potensial osmotic larutan perendam
penyebab keadaan incipient plasmolysis selalu lebih rendah dari harga potensial
osmotik epidermis yang sebenarnya?
Jawaban:
Karena harga potensial osmotik epidermis yang sebenarnya menyatakan status larutan
dalam satuan konsentrasi, berapapun besarnya tekanan yang diberikan tidak akan
mengubah konsentrasinya, sehingga harga potensial osmotiknya akan tetap.
Sedangkan harga potensial jaringan osmotic yang ditentukan oleh larutan
perendamnya akan memiliki konsentrasi yang sama dengan larutan perendam
tersebut.

BAB 5
PENUTUP
1. Plasmolis pada daun Rhoe discolor ditandai dengan pemudaran warna antosianin ungu pada
bagian permukaan bawah daun atau daun menjadi transparan.
2. Faktor yang menyababkan plasmolisis adalah karena sel kehilangan air atau dehidrasi sel.
3. Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran plasma dari dinding sel karena
dehidrasi atau sel kehilangan air. Peristiwa plasmolisis terjadi bila jaringan ditempatkan pada
larutan yang hipertonis atau memiiki potensial osmotik lebih tinggi. Dalam keadaan tersebut,
air sel akan terdorong untuk berdifusi keluar sel menembus membran.
4. Semakin tinggi potensial osmotik lingkungan maka semakin tinggi tingkat plasmolisis.

DAFTAR PUSTAKA

Buana, eqi, dkk.2011. Struktur dan inti sel Rhoeo discolor saat normal dan
Plasmolisis.Regina:Bogor
Campbell. 2008. Biologi Jilid I Edisi VIII. Jakarta : Erlangga.
Sasmitamihardja, drajat & Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB
Suyitno,.2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta. FMIPA UNY

Lampiran

Gambar 1. Daun Rhoe discolor

Gambar 2. Membuat sayatan dari daun


Rhoe discolor

Gambar 3. Mengamati sayatan daun Rhoe discolor pada mikroskop

Gambar 4. Hasil awal pengamatan daun


Rhoe discolor pukul 8:11:54 AM

Gambar 5. Hasil awal pengamatan daun


Rhoe discolor pukul 8:26:08 AM

Gambar 6. Hasil awal pengamatan daun


Rhoe discolor pukul 8:36:32 AM

Gambar 7. Hasil awal pengamatan daun


Rhoe discolor pukul 8:39:46 AM

Anda mungkin juga menyukai