Anda di halaman 1dari 140

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN

Disusun Oleh :
Nama

: Roni Ardyantoro

NIM

: 13308141044

Kelas

: Biologi E

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARYA

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN

Yogyakarta, 21 Mei 2015


Anggota Kelompok :

NAMA

NIM

Roni Ardyantoro

13308141044

Bima Gana Pradana

13308141047

TANDA TANGAN

Diserahkan pada tanggal 21 Mei 2015

Mengetahui:
Dosen Pembimbing

(.......................................................)

PRAKATA
Puji syuku kita panjantkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT yang telah
memberikan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan laporan ini, semoga dengan dibuatnya
laporan ini, ilmu, pengetahuan, wawasan kita akan bertambah.
Tidak lupa penulis berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantu,
membimbing, dan memberi kesempatan. Terima kasih kepada orang tua yang telah mendukung,
menyemangati, dan kepada teman-teman yang telah ikut membantu. Bila ada sesuatu
kekurangan, penulis memohon maaf, kritik & saran sangat lah berguna untuk penulis, dengan
senang hati, akan penulis terima.
Semoga laporan ini akan memberikan inspirasi dan membuat perubahan, aamiin.

Sleman, 21 Mei 2015

Penulis

DARTAR ISI
SAMPUL..........................................................................................................................................
PENGESAHAN...............................................................................................................................
PRAKATA.......................................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
KEGIATAN 1
-

STRUKTUR ANATOMI JANTUNG MAMALIA........................................................


MENGHITUNG DENYUT NADI DAN CARDIAC OUTPUT...................................

KEGIATAN 2 PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT..


KEGIATAN 3 MENGHITUNG SEL DARAH MERAH..............................................................
KEGIATAN 4 MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH.................................................................
KEGIATAN 5 MENGUKUR TEKANAN DARAH SISTOL DAN DIASTOL............................
KEGIATAN 6 MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (HB).....................................................
KEGIATAN 7
-

UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM ABO................................................


WAKTU KOAGULASI DARAH.................................................................................

KEGIATAN 8
-

STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI GINJAL ...........................................


PEMERIKSAAN WARNA, KEJERNIHAN DAN PH URINE .................................

KEGIATAN 9
-

PEMERIKSAAN PROTEIN URIN ............................................................................


PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN...........................................................................

KEGIATAN 10 PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH..............


KEGIATAN 11 MEREKAM GERAKAN MATA SAAT MEMBACA......................................
KEGIATAN 12 MENGUKUR UDARA RESPIRASI..................................................................

KEGIATAN 1
SISTEM KARDIOVASKULER; MENGAMATI STRUKTUR ANATOMI JANTUNG
MAMALIA
A. Tujuan Praktikum:
Mengamati stuktur mikroskopis anatomi jantung mamalia (kambing).
B. Dasar Teori

Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses


pengangkutan berbagai substansi menuju sel-sel tubuh dan sel-sel tubuh. Sistem ini
terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari
arteri yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju
jantung. Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan
basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri.
Berat jantung kira-kira 300 gram. Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar
gumpalan tangan seorang laki-laki dewasa. Jantung terletak di dalam rongga thoracic, di
balik tulang dada/sternum. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.
Jantung mammalian termasuk tipe jantung berbilik, yang mempunyai empat ruang yaitu
atrium dekster, atrium sinister, ventrikel dekster, dan ventrikel sinister. Maring-masing
ruang dipisahkan oleh septum. Antara atrium dekster dan sinister dipisahkan oleh septum
interatrioler. Antara ventrikel dekster dan sinister dipisahkan oleh septum interventrikuler.
Sebagai pemompa darah, jantung memiliki katup (valvula) yang berfungsi menjaga
tekanan dan menjaga agar darah tidak mengalir kembali ke tempat semula. Di dalam
jantung terdapat empat valvula yaitu valvula bicuspidalis (mitralis) yang terdapat diantara
atrium sinister dan ventrikel sinister, valvula tricuspidalis yang terdapat diantara atrium
dekster dan ventrikel sinister, valvula semilunaris aortae yang terdapat diantara ventrikel
sinister dan aorta, dan valvula semilunaris pulmoner yang terdapat diantara ventrikel

dekster dan arteri pulmonalis. Tiap katup mempunyai penutup yang disebut leaflets atau
cusps. Katup mitral mempunyai 2 buah leaflets , yang lainnya memiliki 3 buah leaflets.
Ventrikel merupakan bagian jantung yang memiliki kemampuan memompa darah,
sedangkan atrium sebagai penerima darah. Oleh karena fungsi tersebut, maka secara
struktural otot ventrikel jantung lebih tebal (kuat) dibanding otot atrium. Begitu juga otot
pada ventrikel dekster dan sinisterpun berbeda karena tugasnya yang berbeda. Ventrikel
sinister memiliki otot lebih tebal dibanding yang ventrikel dekster karena berfungsi
memompa darah keseluruh tubuh, sedangkan ventrikel dekster berfungsi memompa
darah ke paru-paru. Namun demikian, ventrikel dekster memiliki ruangan yang lebih
besar dibanding ventrikel sinister. Jantung mammalia dibungkus oleh membran rangkap
yang disebut kantung pericardial. Lapisan luar dari kantung merupakan membran fibrosa
yang melekat pada mediastinum. Perlekatan ini membuat jantung tetap berada pada
posisi yang tepat didalam rongga dada. Pericardium dapat dibedakan menjadi
pericardium parietalis yang terletak disebelah luar dan pericardium visceralis disebelah
dalam. Dinding jantung sendiri terdiri atas tiga lapis, yaitu epicardium (lapisan luar),
myocardium (lapisan tengah), dan endokardium (lapisan paling dalam).
Epicardium atau disebut perikardium visceralis merupakan bagian jantung yang
paling luar tersusun atas jaringan ikat serosa. Myocardium merupakan bagian jantung
yang berotot tersusun atas otot jantung (myocard). Myocardium terdiri atas tiga jenis
serabut otot. Pertama, serabut otot kontraktil, yaitu myocardium berukuran sedang yang
merupakan bagian terbesar dari dinding jantung (kurang lebih 99% ). Serabut otot
jantung jenis ini dikhususkan untuk kontraksi jantung. Sebab kemampuan kontraksinya
sangat besar. Kedua, serabut myocardium yang menyusun nodus sinoatrial (nodus SA)
dan nodus atrioventrikular (nodus AV). Serabut myocardium jenis ini berukuran lebih
kecil dari serabut myocardium kontraktil, dengan kemampuan kontraksi dan kemampuan
konduksi yang lemah, namun memiliki sifat autoritmik yaitu mampu membangkitkan
potensi aksinya secara ritmik tanpa stimulasi saraf sama sekali. Ketiga, serabut
myocardium yang ukurannya paling besar, terdapat pada endocardium ventrikuler.
Serabut

myocardium jenis ini kemampuan kontraksinya lemah namun memiliki

kemampuan konduksi cepat, yang merupakan sistem untuk menyebarkan eksitasi


keseluruh ventrikel jantung.

Myocardium jenis ini merupakan myocardium yang

menyusun berkas His dan sarabut purkinye. Endocardium merupakan lapisan jantung
paling dalam merupakan lapisan endotel yang berlanjut ke pembuluh darah arteri dan
vena.
6

Pericardium visceralis yang melekat pada permukaan luar jantung (epicardium)


merupakan membrane serosa yang menghasilkan cairan pericardial untuk mengisi
kantung pericardial. Cairan pericardial berfungsi sebagai pelumas untuk melindungi
membrane pericardial yang saling bergesekan satu sama lain pada setiap denyutan
jantung.
Vena cava superior dan inverior mengalirkan darah ke dalam atrium kanan.
Lubang dari vena cava inverior dijaga oleh katup semiluner eustachiuis. Arteri
pulmonalis membawa darah keluar dari ventrikel kanan ke paru-paru. Vena pulmonalis
membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri, aorta membawa darah keluar dari ventrikel
kiri.
Arteri coronaria kanan dan kiri pertama-tama meninggalkan aorta kemudian
bercabang menjadi arteri yang lebih kecil. Arteri-arteri kecil ini mengitari jantung dan
mengantarkan darah ke semua bagian jantung. Darah yang kembali dari jantung
dikumpulkan oleh sinus coronaria dan langsung kembali ke dalam atrium kanan.
Pembuluh darah utama yang menuju jantung adalah dua buah venae cava, empat
vena pulmonalis, dan yang keluar dari jantung adalah sebuah truncus arteri pulmonalis,
dan sebuah aorta. Vena cava superior berfungsi membawa darah deoxygenated (kurang
oksigen) dari lengan dan kepala menuju ke atrium kanan, sedangkan vena cava inferior
berfungsi membawa darah deoxygenated (kurang oksigen) dari badan dan kaki menuju
ke atrium kanan. Pada atrium kiri bermuatan 4 buah vena pulmonalis yang berfungsi
membawa darah oxygenated (kaya oksigen) dari paru - paru lewat menuju ke ventrikel
kiri kemudian ke aorta, dan selanjutnya ke arcus (lengkung) aorta dan seluruh tubuh.
Arteri coronaria berperan mensuplai kebutuhan zat - zat yang diperlukan oleh otot
jantung.
C. Alat dan Bahan:
1. Skalpel
2. Pinset
3. Klem
4. Penusuk
5. Gunting
6. Bak parafin
D. Cara kerja
1. Menyiapkan jantung kambing ang akan diamati pada bak paraffin
2. Sebelum dilkukan pengirisan, terlebih dahilu mengamati bagian-bagian jantung
secara seksama dari bagian luar terlebih dahulu
3. Melakukan pengirisan melalui bagian median jantung kemudian mengamati bagianbagian dalamya.
7

4. Mengamati perbedan struktur otot atrium dan ventrikel, dinding arteri dan vena,
vulvula bikuspidalis dan trikuspidalis.
5. Menggmbar struktur anaomi jantung.
E. Hasil

F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk Mengamati stuktur mikroskopis anatomi jantung
mamalia (kambing). Alat yang digunakan Skalpel,Pinset, Klem, Penusuk, Gunting, Bak
parafin dengan bahan jantung kambing.
Hasil praktikum ini telah diamati Aorta, atrium kiri, vena kanan, ventrikel kanan,
ventrikel kiri, mustilus pulpularis,apeks, sekat antara ventrikel, ventrikel dan atrium
kanan.
Jantung merupakan oergan berotot yang mempunyai empat ruangan di dalamnya,
bntuk dan ukurannya kurang lebih seperti kepalan tinju kita. Terletak pada rongga
mediastinum, kira-kira duapertiganya pada sebelah kiri garis tengah tubuh dan
spertiganya di sebelah kanan. Batas bawahanya yang membentuk ujung tumpul dikenal
dengan sebutan apex, terletak di atas diafragma, dengan ujung kea rah kiri. Kinerja
jantung dikendalaikan oleh otot jantung, artinya dalam tiap detak jantung memompa
darah dilakukan dengan keadaan otomatis atau taksadar. Beberbeda dengan saat kita
mengerakan tangan kita untuk meraih sesuatu.
Menarik sekali bagi kita, yang mengatas namakan sebagai ilmuan atau pelajar
untuk mempelajari jantung secara anatomis dengan dikorelasikan berdasarkan fungsi.
Jantung adalah organ vital yang berfungsi sebagai pusat terminal sirkulasi sumber-suber
nutrisi yang dibutuhkan oleh tiap sel dalam tubuh kita. Jadi jantung memiliki peran yang
sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu organisme.
8

Mamlia pada khususnya memiliki trasportasi tertutup, artinya dalam peredaran


sumber nutrisi dilakukan secara tertutup oleh saluran yang panjang dan rumit. Yang
semuanya terhubung secara sistemis dan canggih ke jantung. Jadi dapat kita bayangkan
bahayanya bila terjadi kerusakan pada organ ini.
Jantung memiliki komponen structural. Tersusun atas berbagai macam bagian dan
akan kita bahas pada paragraph ini dan selanjutnya berdasarkan pengamatan dalam
praktikum ini.
Dinding jantung, dinding jantung tersusun atas tiga lapisan jaringan, bagian
terbesar dinding ini terutama dari otot yang dikenal sebagai otot jantung atau
myocardium. Pembungkus myocardium pada sisi luar dan melekat padanya adalah
pericardium visceral atau epicardium, sedangkan yang membatasi sis dalam dinding
myocardium adalah lapisan lembut endotial yang disebut endocardium. Pada permukaan
dalamnya myocardium menonjol ke dalam bentukan seperti bukit, yaitu, musculus
papillaris.
Rongga dalam jantung. Bagian dalam jantung dibagi menjadi empat ruang, dua di
atas dan sua lainnya di bawah. Ruang atas disebut atrium atau serambi, ruang baah
disebut ventrikel atau bilik
Lubang-lubang dan katup. Katup jantung adalah alat meanik yang memungkinkan
jantung memompa darah dalam satu arah saja. Ada empat perangkat katup yang penting
untuk kenormalan fungsi jantung. Dua di antaranya ada dalam jantung disebut vulvula
cuspidalis, menjaga lubang antara serambi dengan bilik. Dua lainnya disebut vulvula
seminularis, terletak di bagian dalam arteri pulmonalis dan aota besar, yang berturut-turut
muncul dari ventriculus kanan dan kiri.
G. Kesimpulan
Hasil praktikum ini telah diamati Aorta, atrium kiri, vena kanan, ventrikel kanan,
ventrikel kiri, mustilus pulpularis,apeks, sekat antara ventrikel, ventrikel dan atrium
kanan.
Daftar Pustaka
Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar.
Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY.
Soewolo, M. Pd., dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UNM.
Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud.
Syamsiar Nangsari, Nyayu. 1988. Pengantar Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud
PPLPTK Jakarta.

KEGIATAN 1
SISTEM KARDIOVASKULER: MENGHITUNG DENYUT NADI DAN CARDIAC OUTPUT
A. Tujuan Praktikum:
1. Mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis
2. Menghitung cardiac output (CO)
B. Dasar Teori
Jantung berkontraksi dan berelaksasi dalam suatu siklus ritmis. Ketika berkontraksi,
jantung memompa darah; ketika berelaksasi, ruang-ruang jantung terisi dengan darah. Satu
rangkaian pemompaan dan pengisian jantung yang lengkap disebut siklus jantung (cardiac
cycle). Fase kontraksi dari siklus ini disebut sistol. Dan fase relaksasi disebut diastol. Volume
darah yang dipompa oleh setiap ventrikel per menit disebut keluaran jantung (cardiac
output). Ada dua faktor yang menentukan keluaran jantung ; laju kontraksi atau laju detak
jantung (heart rate, jumlah detak jantung per menit) dan volume darah terpompa (stroke
volume). Volume darah yang dipompa oleh ventrikel dalam satu kontraksi. Volume darah
terpompa rata-rata pada manusia adalah sekitar 70 mL mengalikan volume darah terpompa
ini dengan laju detak jantung saat istirahat, yaitu 72 detak per menit, menghasilkan keluaran
jantung sebesar 5 L/menit kira-kira setara dengan volume total darah di dalam tubuh
manusia. Selama aktivitas berat, keluaran jantung meningkat hingga lima kali lipat.
(Campbell.2010.:61)
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang

Bayi baru lahir : 140 kali per menit


Di bawah 1 bulan : 110 kali per

menit
1-6 bulan : 130 kali per menit
6-12 bulan : 115 kali per menit
1-2 tahun : 110 kali per menit
2-6 tahun : 105 kali per menit

6-10 tahun : 95 kali per menit


10-14 tahun : 82 kali per menit
14-18 tahun : 82 kali per menit
Di atas 18 tahun : 60-100 kali per

menit
Usia lanjut : 60-70 kali per menit

Denyut nadi (pulsus) dapat dirasakan melalui pembuluh darah superfisisal

seperti; arteri radialais. Pulsus merupakan manifestasi kontraksi jantung. Efek windkessel
yaitu aorta akan mengembang, ventrikel berkontraksi sehingga darah dari ventrikel dapat
tertampung dalam aorta dan diteruskan arteri. Aorta mempunyai daya komplias
(peregangan.) yang sangat tinggi. Frekuensi denyut jantung (heart rate), yaitu banyak denyut
jantung permenit. Sroke volume (SV) Yaitu volume satu kali pompa akhir diastole dikurangi
volume akhir sistol. Volume akhir diastole tergantung: regangan (komplians), tekanan
10

mendorong (filling preasure) vena cava. Cardiac output adala jumlah jantung yang dipompa
dalam satu menit. Cardiac outpur merupakan hasil kali SV dengan frekuensi denyu jantung
permenit. SV rata-rata untuk orang dewasa adalah 70 ml. starling law yaitu makin tinggi
regangan pada jantung maka makin kuat kontraksinya. (nurcahyo & harjana.2013:6)

C. Alat dan Bahan:


1. Jam (stopwatch)
2. Tallyconter

D. Cara kerja
Langkah Pertama
1. Menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan
sedikit menekan, kemudian sedikit mengurangi tekanan ersebut sampai terasakan
denyutan nadi
2. Menghitung banyak denyutan dalam 15 detik
3. Kemudian hasil denyutan dikalikan dengan 4 untuk mendapatkan hasil jumlah
denyutan jantung permnit (heart rate = HR)
Langkah Kedua
Melakukan aktifitas olahraga ringan kurang lebih 10 menit.
Melakukan penghitungan kembali denyutan nadi selama 15 detik
Kemudian menghitung denyutan permenit jantung setelah dikalikan 4.
Membandingkan hasil pengukuran pertama dengan data hasil pengukuran kedua,

1.
2.
3.
4.

dengan menggunakan uji t.

Langkah ketiga

1. Menghitung Cardiac output.

E. Hasil

Perempuan

Na

Sebelum
Kegiatan

Setelah
Kegiatan
C
a
r
d
i
a
c
O
u
t
u
t
11

(
m
l
/
m
e
n
i
t
)

He

Sis

6
5
8
0

7
5
6
0

6
8
6
0

8
5
8
0

7
8
0

Yur

As

Ins

12

Nu

Vel

6
6
0
0

5
6
7
0

6
1
6
0

5
6
7
0

1
0
6

Di

Bri

Tri

13

4
0

Nu

Is

Wu

8
4
0
0

9
5
2
0

6
3
0
0

5
4
6
0

5
6
0
0

1
0
1
5

Asi

De

Int

14

Ha

Riz

9
8
0
0

9
7
3
0

1
0
9
2
0

8
6
8
0

6
5
8
0

He

Yu

15


En

6
0
9
0

6
3
0
0

8
6
8
0

1
0
3
6
0

H.

Ulf

Sal

Total
Rata-rata

16

1
9
4
6

Laki-laki

9
0
7
7
8
7
,
6

Sebelum
Kegiatan

O
u
t
u
t

Bi

Ja

Setelah
Kegiatan
C
a
r
d
i
a
c

17

(
m
l
/
m
e
n
i
t
)
8
4
0
0
4
9
7
0
8
4
0


To

Af

Irf

Total
Rata-rata

F. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis

dan menghitung Cardiac Output (CO). Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
antara lain stopwatch dan tally counter, sedangkan cara kerja dalam praktikum ini yaitu dengan
menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan sedikit menekan
hingga merasakan denyut nadi. Kemuadian menghitung banyaknya denyutan dalam semenit

(heart rate, HR). Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 10 menit dan menghitung
kembali banyaknya denyutan dalam semenit seperti pada kegiatan pertama. Setelah itu
menghitung Cardiac Output (CO) dengan menggunakan rumus :

Cardiac Output (CO) = HR x SV


Percobaan sebelum kegiatan pada praktikan didapatkan 87 denyut per

menit kemudian melakukan perhitungan 6090 mL/menit. Selanjutnya praktikan


melakukan kegiatan berupa lari selama 5 menit kemudian di hitung di dapat
denyutan 120 per menit dengan nilai Cardiac Output (CO) 8400 mL/menit . Dari
18

0
8
1
2
0
7
2
8
0
6
9
5
0
1
0
4
3
0
5
4
5
5
0
7
7
9
2
,
8
6

hasil tersebut menunjukkan denyut nadi praktikan masih dalam kategori normal
walaupun diatas rata-rata laki-laki. Sedangkan pada teman kelompok praktikum
yaitu bima dalam perhitungan denyut sebelum kegiatan 54 denyutan per menit
kemudian melakukan perhitungan cardiac output 3780 Selanjutnya praktikan
melakukan kegiatan berupa lari selama 5 menit kemudian di hitung di dapat
denyutan 71 per menit kemudian melakukan perhitungan cardiac output 4970.
Dari hasil tersebut nampak denyut nadi bima di bawah rata-rata laki laki.
Kemudian denyut nadi bima juga di bawah normal.
Pada hasil data kelas biologi E di bagi dua kelompok. Kelompok laki-laki 7 orang

dan kelompok perempuan 25 orang. Pada kelompok perempuan, rata-rata banyaknya denyut
nadi yaitu 82,16 denyutan per menit. dengan rata-rata cardiac output (CO) yaitu 5748. Denyut
nadi terendah pada kelompok perempuan sebelum dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari
briliana dan diva yaitu 57 dan 60 . Sedangkan, denyut nadi tertinggi diperoleh oleh wida, ismi
dan rizki yaitu 104. Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 5 menit berlari-lari atau
menuruni tangga. Selanjutnya menghitung kembali banyaknya denyut nadi dan cardiac output
(CO) seperti pada kegiatan pertama. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata banyak denyut nadi pada
kelompok perempuan setelah melakukan kegiatan berolahraga yaitu 113,44 dengan jumlah

cardiac output (CO) yaitu 7787,6. Denyut nadi terendah pada kelompok perempuan setelah
dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari syifa sebesar 78 . Sedangkan, denyut nadi tertinggi
diperoleh dari Rizky yaitu 156.
Dari kelompok laki-laki rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 76,7 dengan rata-rata

cardiac output (CO) sebanyak 5370. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah bima 54 dan
denyut nadi tertinggi diperoleh irfan sebanyak 117. Kemudian hasil setelah melakukan kegiatan
berolahraga, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 109,28 dengan cardiac output (CO) sebanyak
7792,86. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah oleh bima yaitu 71 dan denyut nadi
tertinggi dipereh irfan sebanyak 149.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jika tubuh melakukan aktivitas yang ringan
atau kondisi istirahat denyut nadi lebih rendah di bandingkan dengan saat melakukan aktivitas
yang lebih berat. Hal ini dikarenakan kerja jantung meningkat dalam memompa darah guna
memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh. Dengan kata lain, semakin lama dan keras kegiatankegiatan kita maka semakin banyak denyut nadi ditimbulkan.

G. Kesimpulan

19

1. Hasil pengukuran Denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis praktikan 87 per menit
sebelum kegiatan dan 120 setelah kegiatan dengan kecenderungan meningkat jika
aktivitas meningka..
Rata-rata kelompok laki-laki 76,7 denyutan per menit sebelum kegiatan dan 109,28

setelah kegiatan. dengan kecenderungan meningkat jika aktivitas meningkat.


Rata-rata kelompok perempuan 82,16 denyutan per menit sebelum kegiatan dan 113,44
setelah kegiatan. dengan kecenderungan meningkat jika aktivitas meningkat
2. Hasil perhitungan cardiac output (CO) praktikan 6090 mL/menit sebelum kegiatan
dan 8400 mL/menit.
Hasil perhitungan cardiac output (CO) kelompok laki-laki 5370 mL/menit
sebelum kegiatan dan 7792,86 setelah kegiatan
Hasil perhitungan cardiac output (CO) kelompok perempuan 5748 mL/menit
sebelum kegiatan dan 7787,6
Dari hasil tersebut terjadi peningkatan seiring dengan semakin beratnya aktivitas
dan denyut nadi

Daftar Pustaka
Campbell, Neil A et al. 2010. Biologi jilid 3 edisi ke 8. Jakarta : Erlangga
Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan
Dasar. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY.

20

KEGIATAN 2
PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT
A. Tujuan Praktikum:
1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai tekanan larutan
2. Mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan
B. Dasar Teori

Pada hewan multiseluler, sel-sel yang menyususn organisme berada dalam suatu

lingkungan yang disebut dengan lingkungan interna. Claude Bernand menamakan


lingkungan interna dengan meliu interuer. Lingkungan interna tersebut tidak lain adalah
ruang antar sel. Ruang antar sel bukan ,merupakan ruangan kosong, melainkan ruangan
yang dipenuhi dengan cairan, demikian juga ruangan dalam sel (sitoplasma)

Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat di dalam tubuh,

dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa
metabolisme yang dibuang oleh sel. Selain cairan tubuh juga memberi suasana sel,
sebagai contoh kehangatan, kekentalan, dan keasaman yang dipengaruhi oleh faktorfaktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh.
Zat-zat yang diperlukan oleh tubuh antara ain;
1.
2.
3.
4.

Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh
Makanan dalam bentuksari-sari makanan
Vitamin
Mineral sebagai katalisator enzimatis
21

5. Air sebagai pelarut dan media proses kimia dalam sel


Zat-zat yang dikeluarkan oleh sel antara lain:
1. Karbondioksida dari proses pembakaran
2. Protein dan hasil sintesis dari ribosom
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi cairan intraseluler antara lain:
1. Suhu
2. Derajat keasaman
3. Kekentalan cairan, cairan yang memiliki tekanan atau konsentrasi yang sama dengan
cairan dalam sel dinamakan isotonis, lebih tinggi daripada dalam sel dinamakan
hipertonis, lebih rendah daripada dalam sel dinamakan hipotonis. Cairan yang
mengalami hipertonis akan menarik air secara osmosis dari dalam sitoplasma
eritrosit ke luar sehingga eritrosit kan mengalami penyusutan dan membrane selnya
tampak berkerut-kerut atau yang disebut dengan krenasi. Sebaliknya cairan hipotonis
akan menarik air dari luar sel masuk ke dalam sitoplasma sehingga menyebabkan sel
eritrosit akan mengembang yang kemudian pecah atau hemolisi.
Membrane sel merupakan selaput yang teramat istimewanya. Sesuai dengan teori
mosaik; membrane sel tersusun atas lipid bilayer dan terdapat protein integral, saluransaluran, bersifat semipermiabel. Ibaratnya berperan sebagai pintu gerbang seluler.
Membrane sel adalah selaput yang membatasi sel dengan lingkungannya dan berfungsi
sebagai pelindung, penyaring, dan pengatur masuk keluarnya zat-zat dari luar sel ke
dalam sel.dan keluarnya zat-zat dari dalam sel keluar sel. mekanisme pengangkutan zatzat yang dari luar sel ke dalam sel melalui mebran sel. Zat-zat yang di dapat dari
pernafasan, makan, dan minum diangkut melalui sirkulasi darah kemudian melalui
kapiler pindah ke cairan interseluler selanjutnya pindah ke sitoplasma.
Cairan darah merupakan sarana untuk transport makanan maupun sisa-sisa metabolisme,
membawa nutrisi (komponen makanan) mulai dari proses absorbsi dan mendistribusikannya
sampai tingkat intraseluler di mana nutrisi akan mengalami proses metabolisme. Hasil proses
metabolismenya akan didistribusikan ke seluruh tubuh dan ekskresinya akan dikeluarkan dari
tubuh. Distribusi cairan tubuh dibedakan menjadi cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Cairan
intrasel adalah cairan yang berada dalam sel yang merupakan jumlah cairan terbanyak, 70 % dari
jumlah total air dalam tubuh. Sedangkan cairan ekstrasel adalah cairan yang berada di luar sel,
jumlahnya 30 % dari cairan seluruh tubuh.

22

Osmosis memainkan peranan yang sangat penting salah satunya pada membran sel darah
merah saat mengalami peristiwa hemolisis dan krenasi. Kerusakan membran eritrosit dapat
disebabkan oleh penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah. Apabila medium di
sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis), medium tersebut
(plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel
dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang
ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah.
Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat
masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya
eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit
menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel selektif, yang berarti dapat
ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain.
Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis terhadap
isi sel eritrosit. Peristiwa sebaliknya dari hemolisis adalah krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya
membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit
dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit.
Membran sel eritrosit seperti halnya membran sel lainnya tersusun atas lipid bilayer dan
bersifat semipermeabel. Membran sel yaitu selaput yang membatasi sel dengan lingkungan
disekitarnya (melieu interieur) dan berfungsi sebagai pelindung, penyaring dan pengatur kelurmasuknya zat-zat dari luar ke dalam maupun sebaliknya. Pada kondisi cairan hipertonis, maka air
akan berpindah dari dalam eritrosit sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan (krenasi).
Sebaliknya pada kondisi hipotonis, maka air akan masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit akan
mengalami pengembungan yang selanjutnya akan pecah (lisis). Zat-zat yang didapat dari hasil
metabolisme diangkut melalui sirkulasi darah kemudian melalui kapiler pindah ke ruang antar sel
(intercelluler space) selanjunya berpindah ke sitoplasma melalui membran sel.

C. Alat dan Bahan:


1. Tabung reaksi 5 buah dengan raknya
2. Mikroskop
3. Kaca benda degan cekungan dan gelas penutup
4. Pipet
5. Garam fisiologis 3%, 2%, 1%, 0,9%, 0,7%, 0,5%, 0,3%, 0,1%
6. Aquades
7. Vaselin alburn
8. Antikogulan
9. Darah naracoba.
23


D. Cara kerja
1. Mengambil darah naracoba
2. Meneteskan pada kaca benda, kemudian menambahkan garam fisiologis yang telah
disediakan secara bertahap dan berurutan. Kemudian meneteskan aquades.
3. Mengamati melalui mikroskop untuk mengetahui waktu terjadinya hemolisis pada
eritrosit.

E. Hasil

No

ma

He

13

,9%

sti

Sis

00

14

63

ka

94

10

57

riska

10

300

ni

21

iwi

27

ani

18

lla

20

va

19

li

20

10

da

18

11

Is

16

12

mi

12

13

ulan

Na
3

>3

11

Yu

As

Ins
Ts
Ve
Di

Bri
Wi
Nu

10
20
16
16
15
11
17

Waktu krenasi /detik


0
0
0

,3 %

,1%
2

>

40

300
2

53
2

,5%

>

59

05

04

05

40

33

64

1
1

,7%

1
24

14

yifa

15

sy

16

malia

Int

17

an

Ha

18

na

Ri

56

19

zky

He

20

rvina

Yu

21

niar

En

58

22

dah

Ka

38

23

rtini

24

fa

25

ma

26

As
De
A

Ul

Sal

43
71
-

13
50

42
80

80

68

20

18

21

23

54

74

67

66

01

26

13

63

42

58

12

05

03

88

70

12

00

04

4
1

18

05

84
1

Ro

ni

Bi

14

16

27

ma

Ja

56

70

28

ka

80

29

ni

48

30

is

31

31

rizal

36

To
Ar
Af
Irf

17

64
47
20
31

1
8

25

32

an
Jumlah

23

26

55

20

19

24

11

15

Rata-rata

67

66

82

13

18

Stndar

67

86

deviasi

F. Pembahasan

Praktikum bertujuan untuk mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit

pada berbagai konsentrasi larutan dan mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai
konsentrasi larutan. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu mikroskop, sampel
darah naracoba, blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol, object glass, dan larutan NaCl
dengan berbagai konsentrasi. Pertama-tama praktikan mensterilkan ujung jari tengah atau jari
manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian
menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Meneteskan darah
pada object glass yang telah diberi garam fisiologis setelah itu mengamati menggunakan
mikroskop dan mencatat waktu hemolisis eritrosit.

Pada pengamatan nampak terjadi pembesaran sel darah kemudian sel tersebut
pecah. Hal tersebut karena masuknya cairan dari luar sel ke dalam sel sehingga menjadi
membesar, kemudian pecah karena terlalu banyak cairan masuk. Peristiwa ini karena larutan
hipotonis yang diberikan berupa garam fisiologis dengan berbagai konsentrasi. Pada praktikan
hasil awal NaCl 3% menunjukkan waktu 170 detik kemudian NaCl 1% waktu 70 detik, NaCl
0,9% waktu 75 detik, NaCl 0,7% waktu 79 detik, dan NaCl 0,5% waktu 112 detik. Hasil tersebut
menunjukkan adanya pola dimana semakin rendah kadar garam fisiologis semakin lama
hemolisis. Pada praktikan dengan kadar tertinggi garam fisiologis NaCl 3% menunjukkan waktu
yang lama. Hal tersebut mungkin di karenakan kesalahan praktikan dalam pengamatan atau
rusaknya bahan.

Pada teman kelompok praktikan yaitu bima sama-sama menunjukkan peristiwa


hemolisis. Pada NaCl 3% waktu 149 detik kemudian NaCl 1% waktu 169 detik, NaCl 0,9%
waktu 99 detik, NaCl 0,7% waktu 96 detik, dan NaCl 0,5% waktu 95 detik. Hasi tersebut
merupakan anomali karena sangat berbeda dengan teori dan sangat berbeda dengan hasil rata-rata
kelas. Hal tersebut mungkin karena kesalahan praktikan dalam pengamatan.

Pada data kelas rata-rata hasil awal NaCl 3% menunjukkan waktu 64,41 detik
kemudian NaCl 1% waktu 55,28 detik, NaCl 0,9% waktu 67,26 detik, NaCl 0,7% waktu 66,21
detik, dan NaCl 0,5% waktu 82,9 detik, NaCl 0,3% waktu 138,87 detik dan NaCl 0,1% waktu
189,5 detik. Rata-rata tersebut menunjukkan semakin kecik kadar garam fisiologis maka semakin
26

lama terjadinya hemolisis. Data kelas tersebut dikatakan tidak stabil karena ada anomali yang
terjadi, jika dianalisis anomali terjadi karena ada beberapa anggota kelas yang terjadi anomali
dengan waktu hemolisis sangat lama sekali sehingga mempengaruhi rata-rata kelas. Terjadinya
anomali tersebut bisa disebabkan oleh kesalahan praktikan, atau kerusakan larutan fisiologis, atau
ketidak sterilan alat atau faktor lainnya.

G. Kesimpulan
1. Waktu hemolisis praktikan NaCl 3% 170 detik, NaCl 1% waktu 70 detik, NaCl 0,9%
waktu 75 detik, NaCl 0,7% waktu 79 detik, dan NaCl 0,5% waktu 112 detik
Waktu hemolisis data kelas rata-rata NaCl 3% 64,41 detik, NaCl 1% waktu 55,28 detik,
NaCl 0,9% waktu 67,26 detik, NaCl 0,7% waktu 66,21 detik, dan NaCl 0,5% waktu 82,9
detik, NaCl 0,3% waktu 138,87 detik dan NaCl 0,1% waktu 189,5 detik.
2. Dapat diketahui bahwa semakin tinggi persentase konsentrasi larutan garam fisiologis maka
semakin cepat terjadi hemolisis.

DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.

Soedjono, Basoeki.1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

27

KEGIATAN 3

MENGHITUNG SEL DARAH MERAH

A. Tujuan Praktikum:
Menghitung sel darah merah
B. Dasar Teori

Darah pada semua hewan vertebrata tersusun atas plasma, sel darah merah
(SDM), sel darah putih (SDP), keping-keping darah (trombosit). Plasma berfungsi sebagai
medium cair yang di dalamnya terlarut protein (albumin, fibrinogen, dan globulin)
sehingga disebut protein plasma. Selain itu, juga terlarut nutrien lainnya (glukosa, asam
lemak, dan kolesterol), vitamin, mineral, garam anorganik terutama sodium klorida
(NaCl), limbah metabolisme dan gas.
Eritrosit pada manusia berbentuk diskus bikonkav, diameternya 6-9 m, bagian
tengah memiliki ketebalan 1 m, bagian tepi mamiliki ketebalan 2 - 2.5 m dan tidak
memiliki inti. Membran eritrosit tersusun atas fosfolipid (lipid bilayer) layaknya membran
sel lainnya. Sitoplasma tersusun atas hemoglobin (Hb) sekitar 34%, tidak terdapat
mitokondria, lisosom, ribosom, retikulum endoplasma, dan badan Golgi. Sehingga
metabolisme sangat terbatas dengan menggunakan enzim-enzim metabolisme yang telah
ada. Kation yang terdapat dalam sitoplasma eritrosit antara lain yaitu K+, Na+, Ca 2+, Mg2+
dan anion dalam bentuk Cl-, HCO3-, Hb, fosfat anorganik dan 2,3-DPG.
Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metaloprotein kompleks
yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan
tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan
kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara
mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa
beberapa produk buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir

28

keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah.
Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa
oksigen di jaringan otot.
Keutuhan bentuk eritrosit sangat tergantung pada tekanan osmosis medium
sekitarnya. Pada kondisi hipotonik akan mengalami pembengkakan kemudian ruptur
(hemolisis). Hemolisis pada kondisi isotonik terjadi karena agen-agen yang merusak
permukaan, seperti sabun, deterjen atau klorofom. Sitoskeleton berfungsi untuk mengatur
bentuk membran eritrosit sehingga bentuknya fleksibel. Krenasi jika berada pada
lingkungan (larutan) yang hipertonis.
Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000 - 6.000.000
sel per mm3 (pada laki-laki) dan 4.000.000 - 5.500.000 sel per mm3 (pada perempuan).
Polisitemia (polycythemia) adalah suatu kondisi jumlah eritrosit meningkat sangat nyata di
dalam sirkulasi. Anemia adalah kondisi kemampuan tubuh mengangkut oksigen berkurang
karena berkurangnya jumlah SDM atau Hb. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah eritrosit yaitu :
1. Fisiologis karena adaptasi terhadap lingkungan lokal, misalnya adaptasi pada tempat
tinggi (pegunungan), maka jumlah SDM dapat mencapai 8 juta sel per mm 3, hal ini
disebut physiological polycythemia.
2. Patologis karena adanya tumor pada sumsum tulang, maka jumlah SDM dapat
mencapai 1011 juta sel per mm3, hal ini disebut polycythemia vera.
Umur (lifespan) eritrosit dalam sirkulasi berkisar antara 120 hari pada laki-laki
dan 100 hari pada perempuan. Setelah melampaui batas tersebut, eritrosit akan kehilangan
kemampuan metabolisme yang kemudia akan dihancurkan oleh limfa, hati, sumsum tulang
dan sel retikuloendothelial. Sebagian besar komponennya akan dimanfaatkan kembali
seperi Fe dari heme dan asam amino dari globin.
C. Alat dan Bahan:
1. Toma hemasitometer
2. Pipet khusus bertanda 101
3. Blood lancet steril
4. Etil alcohol
5. Kapas
6. Larutan garam fisiologis
7. Larutan hayem

D. Cara kerja
29

1.
2.
3.
4.

Menyeterilkan ujung jari dengan alcohol


Menusuk ujung jari dengan blood lancet steril sehingga darah keluar
Menyiapkan pipet khusus untuk penghitungan sel darahmerah dengan tanda 101.
Mengambil darah langsung dari darah naracoba dengan pipet khusus sampai
melebihi tanda 0,5, kemudian bersihkan ujungnya dengan tissue sehingga bersih dan

darah tepat pada batas 0,5


5. Kemudian dengan segera menghisap darah beserta larutan hayem sampai tanda 101.
6. Menyiapkan bilik hitung.
7. Meneteskan cairan darah yan telah bercampur dengan larutan hayem pada bilik
hitung.
8. Memeriksa dengan perbesaran lemah dan mencari kotak tengah dari bilik hitung.
9. Kemudian memperbesar kemampuan mikroskop sampai perbesaran 10x10 dan alat
penghitung hand tally counter
10. Untuk menghemat waktu biasanya dari 25 kotak kecil hanya dipilih lima kotak
sebagai sempel. Kotak tersebut dapat dipilih secara random atau dipilih pada bagian
atas kanan, atas kiri atas, bawah kanan, bawah kiri dan tengah.
11. Setelah diketahui jumlah SDM kemudian mesukan ke dalam rumus berikut untuk
mengetahui jumlah SDM permm3
Jumlah SDM/mm-SDM yang dihitung x 10 x 5 x 200
Ketrangan:
Angka 10 berasal dari dalamnya pipet 0,1 mm dijadikan 1 mm (10 kali)
Angka 5 berasal dari 1/5 dari 1 mm3 (25 kotak)
Angka 200 berasal dari pengenceran 200 kali (0,5 menjadi 101)

E. Hasil
Perempuan

Nama

Jumlah
Sel
Darah
Merah
sdm/
mm3
2.400.00
0

Hesti
Lokaningrum

Siska
Lipdyaningsih

5.100.00
0

Yuriska Fitri
Dyah U

4.800.00
0

Insiwi

4.260.00
30

Purwianshari

Nur Tsani
Rahmawati

3.700.00
0

Asni Nurhayati

2.360.00
0

Vella Liani

5.350.00
0

Diva Aprilia

6.690.00
0

Tri Widayanti

4.580.00
0

Nur Khotimah

4.500.00
0

Ismi
Nurhidayah

3.810.00
0

Wulan Novita
Sari

7.660.00
0

Asyifatul
Madinah

6.770.00
0

Desy Normalia

7.370.00
0

Intan Ayu P.

5.560.00
0

Amalia Ala

3.750.00
0

Hana
Widiyanti

3.400.00
0

Rizky
Wulandari

3.600.00
0
31

Hervina Surya
Kartika

5.340.00
0

Yuniar Kurnia
Widasari

4.670.00
0

Endah Ratna

4.160.00
0

Hani Kartini

4.630.00
0

Ulfa

5.040.00
0

Salma

3.720.00
0

113.220
.000

4.717.5
00

1.380.7
91,361

Total
Rata-rata
Standar deviasi

Laki-laki

Nama

Jumlah
Sel
Darah
Merah
sdm/
mm3
5.710.00
0

Roni
Ardyantoro

Bima Ghana P.

4.270.00
0

Jaka Fitrianta

5.040.00
0

32

Tonny Haryo
W.

4.660.00
0

Aris Setianto
W.

4.660.00
0

Afrizal Haris

3.680.00
0

Irfan Hanis P.

4.480.00
0

32.500.
000

4.642.8
57,143

631.102
,5877

Total
Rata-rata
Standar deviasi

F. Pembahasan

Praktikum topik Sel Darah Merah bertujuan untuk mengetahaui jumlah sel darah

merah (erytrosit). Alat dan bahan yang digunakan yaitu blood lancet steril (disposable),
alkohol, kapas dan larutan Hayem. Langkah kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan ujung jari
tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering.
Kemudian Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar.
Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya
dengan kapas. Kemudian menghisap larutan Hayem sampai tanda 101, lalu dikocok secara
perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan
menghitung jumlah SDM dengan mikroskop pada kotak bagian tengah kemudian dilanjutkan
pada kotak yang berada di kiri atas, kiri bawah, kanan awah, dan kanan atas .

Hasil perhitungan Sel darah merah pada praktikan yaitu 5.710.000 sel per mm3.
hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal dan sesuai
dengan teori. Pada pelaksanaan Praktikan mengalami kesalahan dalam pengambilan darah yang
seharusnya 0,5 menjadi 1 sehingga saat perhitungan harusnya dikalikan 200 menjadi dikalikan
100. Namun menurut pembimbing itu sudah benar dalam perhitungan.

Hasil perhitungan Sel darah merah pada teman kelompok praktikan yaitu bima
4.270.000 sel per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi
rentang di bawah normal. Hal tersebut mungkin di pengaruhi oleh faktor fisiologis dari Bima

33

Hasil perhitungan Sel darah merah pada kelas di kelompokkan menjadi 2 yaitu

kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah merah
4.642.857,143 sel per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam
kondisi rentang normal. Dengan tertinggi saya 5.710.000 sel per mm3 dan terendah afrizal

3.680.000 per mm3 . adanya variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing
orang disisi lain masih ada kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat.

Hasil perhitungan Sel darah merah pada perempuan sel darah merah rata-rata
4.717.500 sel per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi
rentang normal. Dengan tertinggi wulan 7.660.000 sel per mm3 dan terendah hesti 2.400.000

per mm3 . adanya variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing orang disisi
lain masih ada kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat.

Jika di bandingkan hasil laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan


dimana rata-rata sel darah merah dihitung 4.717.500 sel per mm3 untuk perempuan dan
4.642.857,143 sel per mm3 untuk laki-laki. Hal tersebut menunjukkan Sel darah putih di

kelas Biologi E perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki dimana pada teori rentang lakilaki lebih tinggi dari pada perempuan walaupun keduanya masih masuk kategori rentang
normal. Perbedaan hasil tersebut mungkin karena adanya faktor fisiologis dari asingmasing individu.
Kekurangan jumlah SDM menyebabkan penyakit anemia, yaitu berkurangnya
kemampuan darah mengangkut oksigen karena kurangnya jumlah SDM. Sedagkan
polisistemia adalah kondisi dimana jumlah SDM meningkat secara nyata atau dalam kata
lain jumlah SDM yang melampui standar. Dari data diatas, diketahui bahwa 8 orang
perempuan dan 2 laki-laki diduga menderita anemia dan 4 orang perempuan diduga
menderita polisitemia dari total 31 orang yang melakukan penghitungan SDM.
G. Kesimpulan

Hasil perhitungan Sel darah merah pada praktikan yaitu 5.710.000 sel per mm3.

hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal.

Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah merah 4.642.857,143 sel per mm3.
hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal

Hasil perhitungan Sel darah merah pada perempuan rata-rata 4.717.500 sel per

mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal

Daftar Pustaka

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.


Yogyakarta : FMTPA UNY.
34

35

KEGIATAN 4
MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH

A. Tujuan Praktikum:
Menghitung sel darah putih (SDP)
B. Dasar Teori

Sel darah putih (SDP) atau leukosit berasal dari myeloblast (stem cell).
Pembentukan SDP di dalam sumsum tulang, kecuali limfosit yakni di kelenjar thymus dan
bursa ekuivalen. Jumlah leukosit pada orang dewasa normal berkisar 5.000 - 9.000/mm 3.
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini
sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan
sebagian lagidi jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini
diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Kebanyakan sel
darah putih ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan
serius (Guyton, 1997). Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari
infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Jumlah sel darah putih lebih
sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700.

36

lain-lain . Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/mm 3. Jumlah
leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000/mm 3. Setelah itu
jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar
antara 4.500-11.000/mm3. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar
antara 5.000-9.0004/mm3. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik
yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/mm3.
Penyakit yang disebabkan akibat kelebihan sel darah putih yaitu leukemia atau
kanker darah yang merupakan sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai
oleh perbanyakan secara tak normal dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan
jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal
atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah
perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses
pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Pada leukemia, sel darah
putih membelah diri tidak terkendali dan sel darah muda yang normalnya hanya hidup di
sumsum tulang dapat keluar dan bertahan hidup.
Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada
kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan
keamanan tubuh.
Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena
kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih.
Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis
Jenis-jenis SDP berdasarkan bentuk intinya dapat dibedakan menjadi granulosit
dan agranulosit. Granulosit karena mamiliki granula di dalam sitoplasmanya. Granulosit
dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1. Neutrofil (62%), memiliki granula yang berukuran kecil dan berwarna merah muda
serta dapat meningkat jumlahnya pada infeksi akibat bakteri.
2. Eosinofil (2,3%), memiliki granula berwarna kemerahan dan jumlahnya dapat
meningkat pada infeksi parasit.
3. Basofil (0,4%), memiliki granulosa berwarna ungu dan biru dan jumlahnya dapat
meningkat pada reaksi alergi.
Agranulosit karena tidak memiliki granulosa di dalam sitoplasmanya. Agranulosit
dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Monosit (5,3%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, motil, bercat biru dan
37

berfungsi sebagai fagosit.


2. Limfosit (30%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, nonmotil, berbentuk bulat,
bercat biru, dan berfungsi memproduksi antibodi.
Sel-sel darah putih merupakan suatu komponen dalam mekanisme pertahanan
tubuh yang penting. Sebagian besar darinya melakukan fagositosis, suatu proses inegasi
dan digesi (memasukan dan mencerna makanan) mikroorganisme dan partikel asing
lainnya. Netrofil dan monosit paling giat berfagositosis sedangkan eosinofil hanya sedang
saja. Semua leukosit adalah sel motil, suatu sifat yang memungkinkannya menerobos
kapiler darah melalui ruang interseluler dinding kapiler darah dan migrasi gerakan
amuboid kearah luka karena ertikel menyerbu jaringan. Netrofil dan limfosit sengat motil,
sementara eunosofil sangat lamban. Lekosit melindungi tubuh terhadap penyakit. Netrofil
dan monosit menghancurkan bakteri dengan memakannya. Bakteri yang dimakan dicerna
oleh enzim yang dikeluarkan lekosit. Lekosit terus melakukakan ingesi partikel sampai
mereka terbunuh sehingga terkumpul hasil pemecahnnya. Netrofil mampu memakan 5
sampai 35 bakteri, monosit mampu memangsa sebanyak 100 bakteri sebelum
kematiannya.
Setelah bakteri dihancurkan, jaringan akan diganti. Beberapa jaringan mempunyai
kemampuan regenerasi dengan perbanyakan sel-sel yang bertetangga. Kemampuan
tersebut
pada jaringan kcil atau terbatas sekali dan digantikan oleh jaringan ikat yang
mensekresikan serabut-serabut untuk membentuk jaringan parut. (Basoeki, 1988)
C. Alat dan Bahan:
alat
1. Pipet khusus bertanda 11
2. Bilik hitung

Bahan

1. Blood lancet steril\kapas alcohol


2. Reagent turk

D. Cara kerja
1. Menstrerilkan ujng jari dengan kapas alcohol
2. Menusuk ujung jari dengan blood lancet steril samai darah keluar
3. Mengambil darah denganpipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan
ujung dengan kertas tissue. Setelah itu hisap reagent truk sampai tanda 11, kemudian
lakukan pengocokan perlahan sampai merata.
4. Menyiapkan bilik hitung seperti pada perhitungan sel darah merah
38

5. Menteskan cairan dalam pipet lewat tepi sampai merata dan menghitung di bagian
atas kiri, atas kanan, bawah kiri dan bawah kanan.
6. Menjumlah SDP yang terhitung.
masukan dalam rumus berikut untuk mengetahui jumlah SDP sesungguhnya:
Jumlah SDP/mm = (ax20x10)/4
Atau jumlah SDP/mm : bx 20x10
Keterangan:
Jumah SDP (a)
Jumlah rata-rata kotak (b)
Angka 20 berasal dari pengenceran 0,5 menjadi 11 (20 kali)
Angka 10 berasal dari kedalaman parit 0,1 mm (menjadi 1 mm)
Angka 4 berasal dari kotakan (mestinya hanya 1 kamar)

E. Hasil

Perempuan

Nama

Umu

( Tah

Jumlah SDP ( SDP /


mm3 )

un )

Lokani

Hesti

Fitri

2150

8100

3050

1350

2350

19

U.
Asni
Nurhay

18

ningsih
Yuriska
Dyah

5600

20

ngrum
Siska
Lipdya

19

ati
Insiwi
Purwia

20

nshari
Nur

19

Tsani
Rahma
39

wati
Vella

Liani
Diva

Aprilia

Widaya

nti
Nur

11

Khotim

ah
Ismi

12

Nurhid

ayah
Wulan

13

Novitas

ari
Asifatu

14

l
Madina

Normal

ia
Intan

16

Ayu

Pratiwi
Amalia

Ala
Hana

17

18

6000

6500

3000

3050

6550

3600

4950

3750

4900

6100

3300

1550

19

19

19

19

19

20

h
Desy

15

19

K
Tri

10

19

Afifah
Brilian
Suryani

20

19

20

21

Widiya
40

19

nti
Rizky

Wuland

a Surya

Kartika
Yuniar

21

Kurnia

W.
Endah

22

Ratna

Sari
Ulfa

23

Wahyu

24

25

6250

6200

19

19

20

13050

500

900

19

h
Hanika
rtini

20

di
Salma
Nadiya

Nur

4250

19

ari
Hervin

20

13550

20

Hanafi

Total
Rata-rata
Standar deviasi

106600
4264
3496,085

Laki-laki

Nama

No

Roni

1.

Ardyantoro

Bima Gana

2.

Pradana

Jaka Fitriyanta

3.

Tonny Haryo

Umur
( Tahun )
1

Jumlah SDP ( SDP /


mm3 )

4500

9
2

1200

0
2

3000

0
2

3050
41

4.

Wibisono

Aris Setiyanto

5.

Wibowo

6.

7.

Afrizal

Haris
Irfan
Hanis
Prasetya

Total
Rata-rata
Standar deviasi

0
2

3150

0
2

5800

9050

2
1

29750
4250
2550,163

F. Pembahasan

Praktikum Sel darah putih ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sel darah putih

(SDP). Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipet khusus bertanda 11, bilik hitung, blood

lancet steril (disposable), kapas, dan alkohol. Prosedur kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan
ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga
mengering. Kemudian menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah
keluar. Setelah itu mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian
membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap reagen Turk sampai tanda 101, lalu
dikocok secara perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga
merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak kanan atas, kanan bawah, kiri
atas dan kiri bawah.

Hasil perhitungan Sel darah putih pada praktikan yaitu 4500 per mm3. hasil
tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang dibawah normal sekitar
5000-9000 per mm3 walaupun diatas rata-rata kelas. Hasil tersebut tidak sesuai mungkin karena
kesalahan praktikan dalam praktikum atau karena kurang steril karena biasanya jika cek di tempat
lain selalu normal. Hasil perhitungan Sel darah putih pada teman kelompok praktikan yaitu bima
1200 per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah putih dalam kondisi rentang di
bawah normal dan kategori jauh dari normal. Hal tersebut mungkin di pengaruhi oleh faktor
fisiologis dari Bima atau karena kesalahan dalam praktikum dan ketidak sterilan alat yang
digunakan.

Hasil perhitungan Sel darah putih pada kelas di kelompokkan menjadi 2 yaitu

kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah putih
4250 per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah putih dalam kondisi rentang di
bawah normal. Dengan tertinggi irfan 9050 per mm3 dan terendah bima 1200 per mm3 .

adanya variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing orang disisi lain masih
ada kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat serta sterilan alat. Hasil rata42

rata kelompok laki-laki sel darah putih 4250 per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel
Darah putih dalam kondisi rentang di bawah normal. Dengan tertinggi irfan 9050 per mm3 dan

terendah bima 1200 per mm3 . adanya variasi tersebut tergantung dari fisiologis masingmasing orang disisi lain masih ada kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan
alat serta sterilan alat.

Hasil perhitungan Sel darah putih pada perempuan sel darah putih rata-rata 4264
per mm3. hasil tersebut menunjukkan kandungan sel Darah Putih dalam kondisi rentang dibawah
normal. Dengan tertinggi hani 13550 per mm3 dan terendah ulfa 500 per mm3 . adanya

variasi tersebut tergantung dari fisiologis masing-masing orang disisi lain masih ada
kemungkinan dari kesalahan orang dan penggunaan alat serta sterilan alat.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata bernilai berbeda dengan teori


dan di bawah rata-rata teori. Dari praktikan menduga ada kesalahan oleh individu atau
ketidak jelian india sehingga data di duga tidak valid.

G. Kesimpulan

Hasil perhitungan Sel darah putih pada praktikan yaitu 4500 per mm3. hasil tersebut

menunjukkan kandungan sel Darah Putih dalam kondisi rentang tidak normal.
Hasil rata-rata kelompok laki-laki sel darah putih 120 per mm3. hasil tersebut

menunjukkan kandungan sel Darah pitis dalam kondisi rentang normal


Hasil perhitungan Sel darah putih pada perempuan rata-rata 4.717.500 sel per mm3. hasil
tersebut menunjukkan kandungan sel Darah merah dalam kondisi rentang normal

Daftar Pustaka

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta :
EGC.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.


Yogyakarta : FMIPA UNY.

Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan

43

KEGIATAN 5

MENGUKUR TEKANAN DARAH SISTOL DAN DIASTOL

A. Tujuan Praktikum:
Megukur tekanan darah sistol dan diastole
B. Dasar Teori

Tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap

satuan luas dinding pembuluh darah yang hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air
raksa. Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di dalam
tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam
arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang
menetap. Tekanan darah diatur melalui beberapa mekanisme fisiologis untuk menjamin
aliran darah ke jaringan yang memadai. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung
(cardiac output, CO) dan resistensi pembuluh darah terhadap darah. Curah jantung
adalah volume darah yang dipompa melalui jantung per menit, yaitu isi sekuncup (stroke
volume, SV) x laju denyut jantung (heart rate, HR). Resistensi diproduksi terutama di
arteriol dan dikenal sebagai resistensi vaskular sistemik.

Jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta, sehingga


tekanan rata-rata di aorta menjadi tinggi, rata-rata sekitar 100 mmHg. Demikian juga,
karena pemompaan oleh jantung bersifat pulsatil, sebagai akibat pengosongan ritmik
ventrikel kiri, tekanan arteri berganti-ganti antara nilai tekanan sistolik 120 mmHg dan
nilai tekanan diastolik 80 mmHg. Pada orang dewasa sehat, tekanan pada puncak setiap
pulsasi, yang disebut tekanan sistolik, adalah sekitar 120 mmHg. Pada titik terendah
setiap pulsasi, yang disebut tekanan diastolik, nilainya sekitar 80 mmHg. Perbedaan nilai
antara kedua tekanan ini sekitar 40 mmHg, yang disebut tekanan nadi. Dua faktor utama
44

yang memengaruhi tekanan nadi : (1) curah isi sekuncup dari jantung, dan (2) komplians
(distensibilitas total) dari percabangan arteri. Tekanan nadi pada orang lanjut usia
kadang-kadang meningkat sampai dua kali nilai normal, karena arteri menjadi lebih kaku
akibat arteriosklerosis dan karenanya, arteri relatif tidak lentur.

Ketika menghitung denyut anda dengan cara menempatkan jari anda pada
pergelangan tangan, anda sesungguhnya dapat merasakan arteri mengembang pada setiap
denyutan. Sebagian penyebab lonjakan tekanan tersebut adalah sempitnya lubang
pembukaan arteriola yang menghalangi keluarnya darah dari arteri. Dengan demikian,
ketika jantung berkontraksi, darah memasuki arteri lebih cepat dibandingkan
kecepatannya meninggalkan arteri, dan pembuluh tersebut akan meregang akibat tekanan
tersebut. Dinding pembuluh arteri akan mengecil selama tekanan diastole, tetapi jantung
berkontraksi kembali ke dalam arteriola untuk memulihkan tekanan dalam arteri secara
sempurna. Hambatan yang diberikan oleh arteriola disebut sebagai resistensi peripheral.
Sebagai konsekuensi dari kerja arteri elastis melawan resistensi peripheral, maka masih
ada tekanan darah, bahkan selama disatol sekalipun, yang mengalirkan darah ke dalam
arterial dan kapilr secara kontinu.

Tekanan darah ditentukan sebagian oleh curah jantung dan sebagian oleh
derajat resistensi peripheral tehadap aliran darah dalam arteriola, yang merupakan
penyempitan pada sistem sirkulasi. Kontraksi otot polos dalam dinding arteriola akan
menyempitkan pembuluh yang sangat kecil itu, yang meningkatkan resistensi, dan
dengan demikian meningkatkan tekanan darah di daerah hulu arteri. Ketika otot polos
berileksasi, arteriola bedilatasi, darah yang melalui arteriola meningkat, dan tekanan
dalam arteri akan menurun. Impuls saraf, hormone, dan sinyal-sinyal lain mengontrol
otot dinding arteriola tersebut. Cekaman, baik secara fisik maupun emosional, dapat
meningkatkan tekanan darah dengan cara memicu respons saraf dan hormone yang akan
menyempitkan pembuluh darah.

Ketika darah mencapai vena, tekanannya tidak dapat dipengaruhi oleh


jantung. Hal itu tejadi karena darah banyak mengalami resistensi ketika melewati jutaan
arteriola dan kapiler yang sangat kecil sehingga daya pompa jantung tidak mampu lagi
mendorong darah dalam vena. Kemudian, bagaimana darah dapat kembali ke dalam
jantung, khususnya ketika ia harus bergerak dari tungkai yang paling bawah melawan
gravitasi. Kontraksi otot polos dalam dinding venula dan vena memerikan sebagian
kontribusi terhadap pergerakan darah. Akan tetapi yang lebih penting lagi, aktivitas otot
rangka selama olahraga akan merasa darah melalui vena. Selain itu, ketika menghirup
45

udara, perubahan tekanan dalam rongga dada menyebabkan vena cava dan vena besar
lainnya yang terletak di dekat jantung membesar dan terisi penuh dengan darah.
C. Alat dan Bahan:
1. Tensimeter dengan sabuk tekannya.
2. Stetoskop

D. Cara kerja
1. Melilitakan sabuk pengaman yang telah dilengkapi pompa dan spygomomanometer
pada lengan atas tepatnya di sendi siku.
2. Meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan tepat di atas arteri radialis
selanjutnya menyimak suara denyut jantung.
3. Memompa sabuk pengaman sampai tidak terdengar detak jantung. Kemudian
kendorkan sekrup pengatur sehingga udara keluar dan memantau suara jantung
dengan seksama.
4. Melakukan kegiatan itu berulang dengan posisi yang berbeda
5. Melakukan aktivitas yang lebih berat(lari).
6. Mengukur ulang tekanan darah sistol dan diastole setelah aktivitas dan mencatatnya
E. Hasil

Perempuan

Na

He

Sis

Yur

As

Ins

Sebelu
m
kegiata
n
Tekana
n
systole/
diastole
(mmHg
)
110/70

Setelah
kegiata
n
Tekana
n
systole/
diastole
(mmHg
)

120/60

90/50

90/60

110/70

100/60

100/61

120/80

130/11
0

90/55

46


Nu

Vel

Di

Bri

Tri

Nu

Is

Wu

Asi

De

Int

Ha

Riz

He

Yu

93/72

100/79

100/50

105/60

110/60

110/70

100/70

110/60

110/70

130/70

110/70

130/70

100/50

120/60

100/70

110/80

100/60

110/70

110/80

120/90

100/80

110/90

110/80

130/80

110/70

140/80

90/60

110/80

110/80

120/10
0

90/60

120/70

100/70

120/80

47

En

H.

Ulf

Sal

100/80

110/90

100/70

120/80

100/80

120/80

Laki-laki

N
a
m
a

R
o
n
i

A
.
B
i
m
a

Sebelu
m
kegiat
an
Tekana
n
systole
/diasto
le
(mmH
g)
120/70

130/90

120/90

140/10
0

122/84

130/85

Setelah
kegiata
n
Tekana
n
systole/
diastole
(mmHg
)

G
.

P
.
J
a
k
a

F
48

.
T
o
n
n
y

124/80

130/85

100/60

120/90

90/60

110/70

120/80

120/90

H
.

W
.
A
r
i
s
S
.
A
f
r
i
z
a
l
H
.
I
r
f
a
n

H
.
P
.

F. Pembahasan

Tujuan praktikum ini adalah mengukur tekanan darah sistol dan diastol.

Alat dan bahan yang digunakan adalah tensimeter dan stetopkop. Mula-mula Melilitakan
sabuk pengaman yang telah dilengkapi pompa dan spygomomanometer pada lengan atas
tepatnya di sendi siku. Kemudian Meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan
tepat di atas arteri radialis selanjutnya menyimak suara denyut jantung. Selanjutnya
49

Memompa sabuk pengaman sampai tidak terdengar detak jantung. Kemudian kendorkan
sekrup pengatur sehingga udara keluar dan memantau suara jantung dengan seksama.
Kemudian mencatat saat bersuara=sistol dan saat hilang suara=diastol.

Pada

praktikan sebelum kegiatan didapatkan hasil pengukuran 120/70 dimana masih dalam
kisaran normal pada rentang 120/80. Saat dioji coba dengan melakukan aktivitas berat
seperti berlari selama beberapa menit kami menguji nilai sitol dan diastol. Setelah
kegiatan pengukuran pada praktikan 130/90. Hasil tersebut juga masih termasuk normal.
Sedangkan teman satu kelompok yaitu bima sebelum kegiatan 120/90 dimana masih
dalam kisaran normal pada rentang 120/80 kemudian Saat dioji coba dengan melakukan
aktivitas berat seperti berlari selama beberapa menit kami menguji nilai sitol dan diastol.
Setelah kegiatan pengukuran pada praktikan 140/100. Hasil tersebut juga masih termasuk
normal.

Pada

data

kelas nampak rata-rata masih pada dalam kategori normal walaupun mayoritas dibawah
120/80 sebelum kegiatan dan meningkat saat setelah kegiatan. Peningkatan tersebut
sesuai dengan aktivitas yang meningkat sehingga memerlukan energi dan oksigen leboh
sehingga mempercepat tekanan darah. Ada yang masuk kategori di bawah normal yaitu
siska dengam 90/50 yang biasa disebut darah rendah.

Jantung

memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta, sehingga tekanan rata-rata di aorta
menjadi tinggi, rata-rata sekitar 100 mmHg. Demikian juga, karena pemompaan oleh
jantung bersifat pulsatil, sebagai akibat pengosongan ritmik ventrikel kiri, tekanan arteri
berganti-ganti antara nilai tekanan sistolik 120 mmHg dan nilai tekanan diastolik 80
mmHg. Pada orang dewasa sehat, tekanan pada puncak setiap pulsasi, yang disebut
tekanan sistolik, adalah sekitar 120 mmHg. Pada titik terendah setiap pulsasi, yang
disebut tekanan diastolik, nilainya sekitar 80 mmHg. Perbedaan nilai antara kedua
tekanan ini sekitar 40 mmHg, yang disebut tekanan nadi.

G. Kesimpulan
Hasil pengukuran praktikan sebelum kegiatan adalah 120/70 dan setelah kegiatan
130/90 sehingga masuk dalam kategori normal
H. Daftar Pustaka

Guyton AC, Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Rachman LY,
et al, editor. Jakarta: EGC Medical Publisher; 2007.

50

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.

51

KEGIATAN 6

MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (Hb)

A. Tujuan Praktikum:
Mengukur kadar hemoglobin (HB) darah
B. Dasar Teori

Erythrocyte merupakan salah satu sel tubuh manusia yang tidak memiliki inti
(nonnucleated cells), tetapi sitoplasma memiliki protein yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen yang disebut hemoglobin. Kadar hemoglobin merupakan salah satu
indikator apakah manusia menderita anemia atau tidak. Kadar Hb pada kondisi normal
tergantung dari usia masing-masing individu. Kadar hemoglobin dalam darah sangat
tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang, antara lain yaitu :
Hemoglobin merupakan molekul bulat dengan diameter 5.5 nm yang ditemukan
pada sel darah merah, dengan fungsi utamanya untuk mentranspor oksigen dari paru-paru
ke setiap jaringan dalam tubuh. Molekul Hb A (hemoglobin manusia dewasa, A = adult)
berisi dua rantai a (masing-masing 141 residu) dan dua rantai b (masing-masing 146
residu). Molekul Hb A umumnya tersusun sebagai a2b2. Kapasitas hemoglobin untuk
mengikat oksigen bergantung pada keberadaan gugus prostetik yang disebut heme. Gugus
heme yang menyebabkan darah berwarna merah. Gugus heme terdiri dari komponen
anorganik dan pusat atom besi.
Hemoglobin (Hb) tersusun atas protein globin dan ferroproto-porfirin (heme)
yang berikatan non-kovalen. Setiap molekul Hb memiliki 4 atom Fe yang terdapat pada
heme, dan setiap atom Fe dapat mengikat oksigen secara reversibel, dengan demikian
setiap molekul Hb teroksigenasi atau disebut HbO2 (oksiHb) mengandung 4 mol oksigen.
Hb juga dapat berikatan dengan CO2 pada gugus asam aminonya membentuk karbamino
52

Hb (HbCO2), juga dengan NO membentuk HbNO. Peroksid, ferrisianid dan kuinon dapat
mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga terbentuk metHb yang tidak mampu mengikat
O2maupun CO2. MetHb dapat direduksi menjadi Hb oleh dithionit (Na2S2O4). MetHb
dapat bereaksi dengan anion OH- pada H+ basa/alkalis dan Cl" pada pH asam.
Hb + HCl => Globin-HCl + Ferroproto-porfirin

Hb A (dewasa) terdiri atas rantai alfa (a) dan beta (P) dengan ikatan non-kovalen.
Tiap rantai mempunyai 80 lebih asam amino dan setiap sub-unit terdiri atas 7 segmen helik
yang ditandai A-H. Sifat unik Hb adalah kemampuannya berikatan secara reversibel
dengan oksigen dengan membentuk kompleks oksigen yang stabil tanpa terjadi oksidasi
Fe2+ menjadi Fe3+. Hal ini karena adanya sifat hidrofilik kantung heme.

C. Alat dan Bahan:


Alat
1. Hemeglobinometer sahli
2. Alquist chat
3. Photometer leica
Bahan
1. Blood lancet steril
2. Pipet khusus dengan selat karet
3. Aquadest
4. Larutan HCL 0,1 N

D. Cara kerja
1. Mensterilkan ujung jari tengah atau manis naracoba dengan olkohol
2. Menusuk ujung jari naracoba dengan blood lancet steril sehinga darah keluar dan
meneteteskan pada masing-masing bulatan satu tetes darah pada kaca obyek yang
telah disiapkan
3. Mengisi tabung berskala dari hemometer sahli dengan larutan HCL sampai tanda
angka 2
4. Menghisap darah langsung dari probundus dengan menggunakan pipet khusus
sampai tanda garis pada pipet
5. Kemudian membersihkan ujung pipet dengan kertas tisu dan meniup darah yang
terdapat dalam pipet tersebut ke dalam tabung yang berisi HCL 0,1 N
6. Kemudian menghisap lagi cairan tersebut dan meniup lagi sampai 3 kali agar darah
dari larutan bercampur rata
7. Membiarkannya selama lebih dari 2 menit
8. Kemudian menambahkan tetes demi tetes aquades sambil diaduk dengan pengaduk
khusus sampai warnanya sesuai dengan tabung standar dari hemometer sahli
53

9. Kemudian mengamati dan mencatat angka pada tabung berskala yang menunjukan
kadar Hb dalam g/100 ml darah.
E. Hasil
Tabel . Data Hasil pengukuran Hb

Perempuan

Nama

Umu

( Tah

Jumlah Hb ( g / dl )

un )

Lokani

Fitri

Tsani

wati
Vella

Liani
Diva

10,8

10,6

12,2

10,2

19

20

nshari
Nur
Rahma

11,2

19

ati
Insiwi
Purwia

18

U.
Asni
Nurhay

14

20

ningsih
Yuriska
Dyah

ngrum
Siska
Lipdya

Hesti

19

19

Aprilia

19

Afifah
Brilian

19

9,8

10,8

9,8

a
54

Suryani

K
Tri

10

Widaya

nti
Nur

11

Khotim

ah
Ismi

12

Nurhid

Novitas

ari
Asifatu

14

l
Madina

Normal

ia
Intan

16

Ayu

Pratiwi
Amalia

Ala
Hana

17

18

Widiya

nti
Rizky

19

Wuland

ari
Hervin

20

13

8,1

10,8

8,4

10

19

20

20

19

20

10

19

19

h
Desy

15

10

19

ayah
Wulan

13

21

12,2

11,4

9,4

19

a Surya

19

Kartika
Yuniar

19

55

21

Kurnia

W.
Endah

22

Ratna

Sari
Ulfa

23

Nur

Wahyu

24

25

20

10

9,5

10,6

20

di
Salma

Nadiya

19

h
Hanika

rtini

11,2

20

Hanafi

261
10,44
1,432073

Total
Rata-rata
Standar deviasi

Laki-laki

Nama

No

Roni

Umur

Jumlah Hb (g/dl )

( Tahun )
1

1.

Ardyantoro

Bima Gana

9
2

2.

Pradana

Jaka Fitriyanta

0
2

0
2

10

0
2

13

0
2

9,3

9,4

3.

4.

Wibisono

Aris Setiyanto

5.

Wibowo

6.

7.

Tonny Haryo

Afrizal

Haris
Irfan
Hanis
Prasetya

11,2

2
1

56

Total
Rata-rata
Standar deviasi

69,9
9,98
1,6476

F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kadar Hemoglobin dalam darah merah.
Kadar hemoglobin merupakan salah satu indikator apakah manusia menderita anemia
atau tidak. Kadar Hb pada kondisi normal tergantung dari usia asing-masing individu.
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah
ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran
secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas
standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk
menghitung indeks eritrosi. Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah. Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah memerlukan alat dan
bahan yaitu hemoglobinometer Sahli, blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol,
aquadest, dan larutan HCl 0,1 N.
langkah kerja yang dilakukan dalam kegiatan pengukuran kadar hemoglobin
pertama-tama mensterilkan ujung jari manis atau jari tengah dengan kapas yang telah
ditetesi alkohol. Kemudian menusuk ujung jari dengan blood lancet steril (disposable)
sehingga darah keluar. Lalu menghisap darah menggunakan pipet khusus yang telah
disediakan hingga tanda garis pada pipet. Setelah itu, memasukkan darah kedalam tabung
dan menambahkan larutan HCl 0,1 N kemudian dikocok hingga merata. Kemudian
menambahkan tetes demi tetes aquadest sambil terus diaduk hingga warnanya sesuai
dengan warna larutan standar pada Hemoglobinometer Sahli. Langkah terakhir, mencatat
angka pada tabung berskala yang menujukkan kadar Hb dalam gr/100 mL darah atau
gr/dl.
Pada praktikan didapatkan jumlah HB 9 g/dl dimana masih dalam kondisi normal
pada rentang 8-12 g/dl. kemudian pada teman sekelompok yaitu bima didapatkan kadar
HB 8 g/dl dimana masih dalam kondisi normal pada rentang 8-12 g/dl. Mayoritas data
kelas mendapatkan hasil normal pada rentang 8-12 g/dl dengan rata rata pada laki-laki 9,98
g/dl dan pada perempuan 10,44 g/dl. Terdapat anggota kelas yang memiliki data diatas
normal seperti hesti 14 g/dl dan aris 13 g/dl. Walaupun diatas normal namun tidak
mempengaruhi tubuh berbeda saat di bawah kondisi normal yang dikategorikan anemia.
Terjadinya hasil yang berbeda mungkin dikarenakan faktor internal atau eksternal setiap
57

individu.
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam
diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang
ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan
mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin
ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya
kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam
keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk
mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor
lingkungan.

G. Kesimpulan

Hasil pengukuran pada praktikan didapatkan jumlah HB 9 g/dl dimana

masih dalam kondisi normal pada rentang 8-12 g/dl. Mayoritas data kelas mendapatkan
hasil normal pada rentang 8-12 g/dl dengan rata rata pada laki-laki 9,98 g/dl dan pada
perempuan 10,44 g/dl
H. Daftar Pustaka

Guyton AC, Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Rachman LY,
et al, editor. Jakarta: EGC Medical Publisher; 2007.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.

KEGIATAN 7

UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM ABO

A. Tujuan Praktikum:
1. Menentukan golongan darah dengan sistem ABO
B. Dasar Teori

58


Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan
tingkat tinggi) yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh.
Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga
diedarkan melalui darah.
Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen A, B dan H/O.
Golongan darah A jika mempunyai aglutinogen (antigen) A dan aglutinin beta (B).
Golongan darah B jika mempunyai aglutinogen (antigen) B dan aglutini alfa (a). Golongan
darah AB jika mempunyai aglutinogen A dan B serta tidak memiliki aglutinin. Golongan
darah O jika tidak mempunyai aglutinogen dan aglutinin.
Aglutinin dalam plasma merupakan gamma globulin seperti halnya dengan
antibodi lainya yang dihasilkan oleh sel-sel sama yang menghasilkan antibodi setiap
antigenya. Antigen A dan B dalam jumlah sedikit maasuk ke dalama tubuh melalui
makanan, bakteri, atau dengan cara lain. Zat ini mengawali pembentukan aglutinin anti A
dan aglutinin anti B. Bayi baru lahir mempunyai aglutinin sedikit, hal ini menunjukan
bahwa pembentukan aglutinin terjadi setelah lahir.
Selain itu, masih terdapat sistem penggolongan darah lainnya yaitu Lewis.
Antigen Lewis yaitu Le-a, Le-P yang terdapat di dalam plasma darah. MN grup
berdasarkan adanya protein glikoporin. Glikoporon A untuk golongan M dan glikoporin B
59

untuk golongan N. Demikian juga golongan Rh+ dan Rh-.


Golongan darah A, B, AB dan O mempunyai arti sangat penting dalam transfusi
darah kerena adanya interaksi antigen-antibodi dari pemberi darah (donor) dengan
penerima darah (resipien) yang dapat menimbulkan penggumpalan (aglutinasi).
Penggumpalan terjadi bila antigen A bertemu dengan anti-A dan antigen B bertemu dengan
anti-B.
Kedua antigen yang telah diuraikan di atas diwariskan oleh satu seri alel. Alel itu
diberi simbol I (berasal dari kata Isoaglutinin, suatu protein yang terdapat pada permukaan
sel eritrosit). Orang yang membentuk antigen-A mempunyai alel IA, yang mampu
membentuk antigen-B mempunyai alel IB, sedangkan yang tidak mampu membentuk
antigen sama sekali mempunyai alel resesif ii.
1. Golongan darah A mempunyai antigen A, alel IA, genotip IAIA atau IAi
2. Golongan darah B mempunyai antigen B, alel IB, genotip IBIB atau IBi
3. Golongan darah AB mempunyai antigen A dan B, alel IA dan IB, genotip IAIB
4. Golongan darah O tidak mempunyai antigen A dan B, alel i, genotip ii

C. Alat dan Bahan:


1. Blood lancet steril
2. Kapas alcohol
3. Obyek gelas 2 buah
4. Tusuk gigi beberapa batang
5. Serum anti-A dan serum anti-B
6. Larutan garam fisiologis

D. Cara kerja
1. Menyiapkan obyek gelas dan membersihkannya, kemudian memberi tanda lingkaran
sebanyak 3 buah dengan spidol
2. Meyetrilkan ujung jari manis atau ujung jari tengah dengan kapas alcohol
3. Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar dan
menetesken darah pada masing-masing lingkaran pada kaca obyek.
4. Menguji tetes darah pertama dengan serum anti A, kedua dengan garam fisiologis,
dan yang ketiga dengan serum anti-B kemudan aduk degan tusuk gigi. Kemudian
mengamati pada masing-masing tetes darah pada tiap lingkaran, apakah terjadi
aglutinasi atau tidak, dan menentukan apakah jenis golongan darah naracoba
tersebut.
E. Hasil

60

Nama

Golo
ngan
dara
h

Dyah U.
Asni

Nurhayati
Bima

ti
Vella

Liani
Diva

AB

Hesti
Lokaning

rum
Siska
Lipdyani

ngsih
Roni
Ardyanto

ro
Yuriska
Fitri

Gana

Pradana
Insiwi
Purwians

hari
Nur Tsani
Rahmawa

Aprilia

Afifah
Briliana
Suryani
K

61

Jaka

Fitriyanta
Tri

i
Nur

Khotimah
Ismi

i
Asifatul

AB

Madinah
Tonny

Wibisono
Desy

Normalia
Intan Ayu

Pratiwi
Amalia

Ala
Hana

Widiyanti
Rizky

Widayant

Nurhiday

ah
Wulan
Novitasar

Haryo

Wulandar

i
Hervina
Surya

Kartika
Yuniar
Kurnia
W.

62

Sari
Ulfa Nur

Wahyudi
Aris

Endah
Ratna

Setiyanto

Wibowo
Salma

Nadiyah
Afrizal

Haris
Irfan

Hanis
Prasetya
Kartini

Persentase

Golongan darah A=

4
X 100 =12,5
32

Golongan darah B=

15
X 100 =46,875
32

Golongan darah AB=

2
X 100 =6,25
32

Golongan darah O=

11
X 100 =34,375
32

F. Pembahasan

Jika antigen-A bertemu dengan anti-A, demikian juga antigen-B bertemu

dengan anti- B, maka darah akan menggumpal dan terjadi hemolisis atau pemecahan sel
darah merah. Sehingga dalam melakukan tranfusi darah baik donor maupun resipien
harus diperiksa terlebih dahulu golongan darahnya berdasarkan penggolongan darah
ABO. Proses penggumpalan yaitu sebagai berikut, aglutinin melekatkan dirinya pada
darah karena aglutinin bivalen. Satu aglutinin pada saat yang sama dapat mengikat dua
sel darah merah sehingga menyebabkan sel melekat satu sama lain dan menggumpal.

Pada praktikan saat darah di beri anti B menggumpal sedangkan diberikan


anti A tidak menggumpal sehingga praktikan memiliki golongan darah B dengan gen I B/IB
atau IB/IO sedangkan teman kelompok yaitu bima saat darah di beri anti B tidak
63

menggumpal dan diberikan anti A tidak menggumpal sehingga bima memiliki golongan
darah O dengan gen IO/IO.

Dari hasil percobaan diperoleh sebanyak 4 orang atau 12,5% % memiliki


golongan darah A. 15 orang atau 46,875 % memiliki golongan darah B, 11 orang atau
34,375 % memiliki golongan darah O, dan 2 orang atau 6,25 % memiliki golongan darah
AB.

Golongan darah lebih ditentukan oleh faktor genetis oleh karena itu salah

satu manfaat tes golongan darah yaitu menentukan hubungan keluarga, dan tranfusi
darah. Dalam trafusi darah dari satu orang ke orang lain, darah donor dengan darah
penerima dalam keadaan normal. Klasifikasi golongan darah tergantung pada ada atau
tidaknya kedua aglutinogen.

G. Kesimpulan
Golongan darah praktikan B
Persentase kelas
4
X 100 =12,5
Golongan darah A=
32

Golongan darah B=

15
X 100 =46,875
32

Golongan darah AB=

2
X 100 =6,25
32

Golongan darah O=

11
X 100 =34,375
32

H. Daftar Pustaka

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta : FMIPA UNY.

Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

64

KEGIATAN 7

WAKTU KOAGULASI DARAH

A. Tujuan Praktikum:
Menentukan waktu koagulasi darah
B. Dasar Teori
Salah satu komponen darah yaitu trombosit atau keping-keping darah yang
memiliki peran dalam proses koagulasi darah. Proses koagulasi darah dimaksudkan agar
apabila terjadi kerusakan pembuluh darah, maka tidak terjadi kehilangan darah. Pada
kondisi tertentu seperti hemofilia, dapat terjadi kelainan atau gangguan koagulasi darah
sehingga darah sukar membeku dan akibatnya tubuh dapat kehilangan darah.
Trombosit berasal dari sistem sel di sumsum tulang yang disebut sebagai
megakarosit kemudian berkembang menjadi trombosit. Karakteristik trombosit antara lain
yaitu berukuran kecil, mudah pecah dan berjumlah 250.000.
Teori koagulasi darah menurut Morowitz (1904) yaitu pada peristiwa pendarahan,
maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan
tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan protrombin menjadi
trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan fibrinogen menjadi benangbenang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak. Protrombin adalah senyawa
globulin yang larut dan dihasilkan di hati dengan bantuan vitamin K, perubahan
protrombin yang belum aktif menjadi trombin yang aktif dapat dipercepat oleh ion kalsium
(Ca). Fibrinogen adalah protein yang larut dalam plasma darah.
Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau
robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi
pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan
melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang
menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan. Pada hemostasis terjadi
vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran darah di sebelah
distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama
yaitu :
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit
akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh trombin
yang terbentuk dalam kaskade peristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh
ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan
65

berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan


agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun trombos.
2. Pembentukan jaring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk
sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin.
Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik,
misalnya fibrinogen, protrombin, proconvertin dan lain-laindan ekstrinsik darah, misalnya
tromboplastin jaringan, tromboplastin pembuluh, luka, permukaan kasar/halus, suhu
lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulas dan lain-lain. Permukaan kasar, suhu
lingkungan panas, dan pengadukan mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan
halus, suhu lingkungan dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara
itu antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan proses
koagulasi.

C. Alat dan Bahan:


1. Blood lancet steril
2. Kapas alcohol
3. Obyek gelas
4. Tusuk gigi / Jarum pentul
5. Stopwatch

D. Cara kerja
1. Mensterilkan kulit ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol, biarkan
sampai mengering
2. Menusuk ujung jari tengah atau jari manis naracoba dengan menggunakan blood
lancet steril sehingga darah keluar.
3. Meneteskan satu tetes darah pada kaca obyek yang telah di persiapkan di atas,
kemudian setiap 30 detik lakukan tusukan dengan menggunakan jarum pentuk/tusuk
gigi pada tetes darah tadi.
4. Mengamati adanya benang-benang fibrin, jika ada mencatat waktunya.
E. Hasil

Nama

Wakt
u
koagu
lasi

66

Hesti

Lokaning

Detik

rum
Siska

Ke 9
30

Lipdyani

Detik

ngsih
Roni

Ke 11
30

Ardyanto

Detik

ro
Yuriska

Ke 2
30

Fitri

Detik

Dyah U.
Asni

Ke 8
30

Nurhayati

30

Bima

Detik

Ke 4
30

Gana

Detik

Pradana
Insiwi

Ke 2
30

Purwians

Detik

hari
Nur Tsani

Ke 3
30

Rahmawa

Detik

ti
Vella

Ke 6
30

Liani

Detik

Diva

Ke 2
30

Aprilia

Detik

Afifah
Briliana

Ke 2
30

Suryani

Detik

K
Jaka

Ke 2
30

Fitriyanta

Detik
Ke 1
67

Tri

Widayant

Detik

i
Nur

Ke 11
30

Khotimah

Detik

Ismi

Ke 8
30

Nurhiday

Detik

ah
Wulan

Ke 10
30

Novitasar

Detik

i
Asifatul

Ke 5
30

Madinah

30

Tonny

Detik

Ke 9
30

Haryo

Detik

Wibisono
Desy

Ke 1
30

Normalia

Detik

Intan Ayu

Ke 9
30

Pratiwi

Detik

Amalia

Ke 3
30

Ala

Detik

Hana

Ke 2
30

Widiyanti

Detik

Rizky

Ke 5
30

Wulandar

Detik

i
Hervina

Ke 1
30

Surya

Detik

Kartika

Ke 1
68

Yuniar

Kurnia

Detik

W.
Endah

Ke 8
30

Ratna

Detik

Sari
Ulfa Nur

Ke 3
30

Wahyudi

Detik

Aris

Ke 4
30

Setiyanto

Detik

Wibowo
Salma

Ke 1
30

Nadiyah

30

Afrizal

Detik

Ke 4
30

Haris

Detik

Irfan

Ke 84
30

Hanis

Detik

Prasetya
Kartini

Ke 66
30

Detik
Ke 10

F. Pembahasan

Praktikum uji koagulasi darah bertujuan untuk menentukan waktu

koagulasi darah dengan sistem ABO. Alat dan bahan yang digunakan yaitu blood
lancet steril (disposable), kapas, alkohol, object glass, tusuk gigi,. Langkah kerja yang
dilakukan antara lain mensterilkan ujung jari tengan atau jari manis dengan kapas yang
telah ditetesi alkohol, biarkan hingga kering. Kemudian menusuk ujung jari dengan blood
lancet steril (disposable) sehingga darah keluar dan meneteskan pada object glass.
Kemudian mengamati setiap 30 detik hingga diketahui waktu koagulasinya.

Pada praktikan waktu koagulasi 54 detik sehingga masuk dalam 30 detik


kedua sedangkan teman kelompok yaitu bima waktu koagulasi 49 detik sehingga masuk
pada 30 detik kedua. Pada data kelas ada berbagai macam variasi dimana ada individu
69

yang waktu menggumpal lebih dari 30 detik kesepuluh dan ada yang 30 detik pertama.
Perbedaan ini dikarenakan faktor fisiologis individu itu sendiri dan dikarenakan kurang
paham penggumpalan yang dimaksud itu seperti apa.
pada peristiwa pendarahan, maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan
trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca
mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi
perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang
rusak. Hal tersebut di tandai dengan koagulasi darah.
Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik,
misalnya fibrinogen, protrombin, proconvertin dan lain-laindan ekstrinsik darah, misalnya
tromboplastin jaringan, tromboplastin pembuluh, luka, permukaan kasar/halus, suhu
lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulas dan lain-lain. Permukaan kasar, suhu
lingkungan panas, dan pengadukan mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan
halus, suhu lingkungan dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara
itu antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan proses
koagulasi.

G. Kesimpulan
Waktu koagulasi darah praktikan 54 detik sehingga masuk dalam 30 detik kedua.
modus waktu koagulasi di kelas Biologi E pada 30 detik kedua
H. Daftar Pustaka

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.


Yogyakarta : FMIPA UNY.

Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

70

KEGIATAN 8

STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI GINJAL

A. Tujuan Praktikum:
Mengamati struktur anatomi makroskopis ginjal mamalia
B. Dasar Teori

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum

pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal
seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus
hepatis dexter yang besar.

71

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,

terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di
bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks
yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu


masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk
corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis
minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit

fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Fungsi ginjal adalah
a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.

C. Alat dan Bahan:


1. Bak parafin
2. Scalpel
3. Pinset
4. Klem
5. Penusuk
6. Gunting
7. Ginjal kambing

D. Cara kerja
1. Mengamati struktur ginjal bagian luar dengan seksama, kemudian membelah ginjal
-

dan mengamati bagian-bagian ginjal sebagai berikut:


Arteri renalis
Vena renalis
Ureter
Pelvis renalis
Kapsula ginjal
Calyx mayor
Caylix minor
Papilia renalis
72

Piramida renalis
Koreks
medulla

E. Hasil

F. Pembahasan

Tujuan dari praktikum ini yaitu mengamati struktur morfologi dan

anatomi ginjal. Alat dan bahan yaitu ginjal, Bak paraffin, Scalpel, Pinset, Klem, Penusuk,

73

Gunting. Praktikum ini dilakukan dengan langkah Mengamati struktur ginjal bagian luar
dengan seksama, kemudian membelah ginjal dan mengamati bagian-bagian ginja.

Pada pengamatan tampak ginjal berwarna coklat pada lapisan luar, putih
pada pelvis renalis dan merah pada bagian dalam. Pada pengamatan praktikan dapat
mengidentifikasi piramida renalis, pelvis renalis, korteks renalis, calyx minor, calyx
mayor, medula renalis, Ginjal menyerupai biji kacang panjang, dengan ukuran
panjangnya 6-7 cm, lebar 3-4 cm, dan tebal 1 cm. biasanya ginjal bagian kiri lebih
besar dari pada bagian kanan.

Bila dibuat irisan kolonal pada ginjal, Nampak ada dua macam subtansi
yang menyusun bagian interiornya, yaitu cortex renalis, dan satu bagian dalam medulla
renalis. Medulla renalis dipisahkan menjadi 12 atau lebih pyramid renalis. Dasar pramid
menghadap kortex, dan ujungnya atau paipi liae renalis menghadap ke pusat ginjal.
Pyramid-piramid mempunyai garis-garis yang Nampak kotras dengan tkstur halus
subtansi kortikalnya. Koreks meanjut kea rah dalam di antara setiap dua piramida, yang
membentuk coluna renalis.

G. Kesimpulan
Pada pengamatan praktikan dapat mengidentifikasi piramida renalis, pelvis
renalis, korteks renalis, calyx minor, calyx mayor, medula renalis

H. Daftar Pustaka

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta:
EGC

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.


Yogyakarta : FMIPA UNY.

Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:


EGC

74

KEGIATAN 8

PEMERIKSAAN WARNA, KEJERNIHAN DAN PH URINE

A. Tujuan Praktikum:
Mengamati warna, kejernihan, derajat keasaman (pH) urine.
B. Dasar Teori

Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena sistem
tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap ketidak seimbangan
cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sistem
ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya mempunyai kemiripan fungsional.
Secara umum, sistem eksresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi
cairan tubuh dan penyulingan (reabsopsi) larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu.
Proses ekskresi melalui ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme dan menjaga agar jumlah air dan ion yang masuk seimbang dengan yang
keluar. Kondisi ini penting agar suasana malieu interieur tetap sesuai untuk kelangsungan
proses fisiologis di dalam sel atau yang disebut homeotasis (steady internal state).
75

Ekskresi oleh ginjal memiliki peranan :


1. Memelihara keseimbangan air.
2. Memelihara keseimbangan elektrolit Na+, K+, Mg2+, Cl- dan Ca2+. Ion Na+, Cl- dan
HCO3" merupakan ion ekstraseluler, sedangkan K+ dan Mg2+ merupakan ion intraseluler.
3. Memelihara pH darah.
4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh, seperti :

Urea (CO(NH)2) berasal dari katabolisme asam amino pada proses


glukoneogenesis menjadi senyawa bukan nitrogen dan senyawa nitrogen.
Senyawa nitrogen kemudian diubah menjadi amonia (bersifat toksik) oleh
enzim deaminase. Selanjutnya di sel hati, amonia melalui siklus ornitin akan
dikombinasikan dengan karbondioksida menjadi urea (tidak bersifat toksik)
dan kemudian dikeluarkan lewat ginjal.

Asam urat berasal dari nitrogen asam nukleat purine dan pirimidin.
Kelebihan asam urat akan ditimbun pada persendian dan dapat menimbulkan
nyeri sendi (gout).

Kreatinin berasal dari kreatin fosfat (sumber energi) yang banyak terdapat
dalam otot. Pemecahan kreatin akan menghasilkan kreatinin, terutama
ditemukan pada kondisi puasa. Normal pH urine sedikit asam yaitu sekitar
4,5 - 7,5. Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam
dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Seorang vegetarian urinennya

sedikit alkali
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)
2.
3.
4.
5.
6.

cairan dan faktor lainnya.


Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
Berat jenis 1,015-1,020.
Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet

(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).


Komposisi air kemih, terdiri dari:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
3.
4.
5.
6.

kreatinin.
Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
Pagmen (bilirubin dan urobilin).
Toksin.
Hormon.
76

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.

Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:


1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan

kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian

besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari latih. Sistem
saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna,
sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis:
impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi
MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
.Ciri-Ciri Urin Normal
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

C. Alat dan Bahan:


1. Gelas Beker
2. Urine naracoba
3. pH stik

D. Cara kerja
1. Menyiapkan urine naracoba.
2. Mengamati dan mencatat warna serta kejernihan urin tersebut.
3. Melakukan pengujian dengan pH stik dan mencatatnya.
E. Hasil

1.

Nama

Hesti
Lokan
ingru
m

w
a
r
n
a
K
u
n
i
n

Indikator

ke

Je

77

2.

Siska
Lipdy
anings
ih

3.

Yurisk
a Fitri

4.

Tri
Widay
anti

5.

Nur
Khoti
mah

6.

Ismi
Nurhi

g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
t
u
a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u

Je

jer

jer

jer

jer

6
78

dayah

7.

Asni
Nurha
yati

8.

Insiwi
Purwi
anshar
i

9.

Nur
Tsani
R

10.

Vella
Liyani

11.

Diva
Aprili
a

n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
p
e
k
at
K
u
n
i
n
g
K
u
n
i
n
g
p
e
k
at
K
u
n
i
n
g
(
+
)
K
u
n

jer

jer

79

12.

Brilia
na
Surya
ni K

13.

Wulan
N

14.

Asifat
ul M

15.

Desy
N

i
n
g
(
+
+
+
)
K
u
n
i
n
g
(
+
+
+
)
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
t
u

jer

5,

Je

5,

80

16.

Intan
ayu P

17.

Amali
a Ala

18.

Hana
Widiy
anti

19.

Rizky
Wulan
dari

20.

Hervi
na
Surya

a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n

Je

Je

Je

81

21.

Endah
Ratna

22.

Yuniar
Kurni
a

23.

Hanik
artini
Hanaf
i

24.

Ulfa
Nur
Wahy
udi

25.

Salma
Nadiy
ah

g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
k
u
n
i
n

jer

jer

jer

jer

jer

82

26.

Tonny
Haryo
W

27.

Bima
Gana
Prada
na

28.

Roni
Ardya
ntoro

29.

Afriza
l
Haris

30.

Aris
Setiya
nto

g
K
u
n
i
n
g
k
e
r
u
h
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
K
u
n
i
n
g
m
u
d
a
k
u
n
i
n
g
K
u
n
i
n
g
je
r

jer

jer

Je

Je

83

n
i
h
31.
Irfan
K

Hanis
u
Je
7
n
i
n
g
je
r
n
i
h
32.
Jaka
K

Fitriya
u
jer
7
nta
n
i
n
g
je
r
n
i
h
Warna kuning keruh/pekat/tua =
5/32= 15,625%
Warna kuning muda/kuning =
27/32= 84,375%
pH sekitar 5 = 3/32 X 100% = 9,375%
pH 6
= 15/32 X 100% =46,875%
pH 7
= 14/32 X 100% =43,75%
F. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk mengamati warna, kejernihan dan derajat


keasaman (pH) urine. Alat dan bahan yang digunakan antara lain tabung reaksi, sampel
urine dan pH stick. Prosedur kerja yang dilakukan antara lain untuk menentukan warna
urine, memasukkan 10 mL urine ke dalam tabung reaksi kemudian mengamati dengan
cara menerawang tabung yang berisi urine tersebut selanjutnya menyatakan warna urine
tersebut dalam tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning kemerahan, merah,
coklat kehijauan dan putih seperti susu. Untuk menentukan kejernihan urine sama dengan
saat pemeriksaan warna urine namun dinyatakan dalam jernih, agak keruh, keruh dan
sangat keruh. Untuk menentukan pH urine dilakukan dengan mencelupkan pH stick
kemudian mencocokkan dengan gambar yang ada pada kotak pH stick.

84

Pada praktikan urine berwarna kuning muda dan jernih serta pH 6 yang

sedikit asam jika di impretasikan dikatakan tidak dehidrasi dan kesehatan organ dalam
dalam kondisi baik. Sedangkan teman satu kelompok yaitu bima urine berwarna kuning
muda dan jernih serta pH 7 yang netral jika di impretasikan dikatakan tidak dehidrasi
dan kesehatan organ dalam dalam kondisi baik.

Hasil yang diperoleh yaitu untuk pemeriksaan warna urine dari 32 orang,
diketahui bahwa 84,375 % memiliki urine yang berwarna kuning sehingga kemungkinan
kondisi kesehatan organ dalam satu kelas baik dan 15,625 % memiliki urine yang
berwarna kuning keruh/pekat/tua sehingga masih masuk dalam kondisi kesehatan organ
dalam baik. Untuk pemeriksaan kejernihan urine, hasil yang diperoleh yaitu bahwa
84,375 % memiliki urine yang berwarna jernih sehingga bisa dikatakan tidak dehidrasi
dan 15,625 % memiliki urine yang berwarna kuning keruh sehingga sedikit dehidrasi dan
perlu minum. Sedangkan hasil pemeriksaan pH urine diketahui bahwa untuk pH dengan
rentang 5-5,99 sebesar 9,375 %, pH 6 sebesar 46,875 % dan pH 7 sebesar 43,75%. Dari
hasil diatas dapat diketahui bahwa urine yang dijadikan sampel dikategorikan normal dan
tidak dalam keadaan terganggu.

G. Kesimpulan

Hasil pengamatan praktikan urine berwarna kuning muda dan jernih serta
pH 6 yang sedikit asam jika di impretasikan dikatakan tidak dehidrasi dan kesehatan
organ dalam dalam kondisi baik.
H. Daftar Pustaka

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid
Tiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.


Yogyakarta : FMTPA UNY

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi UntukParamedis. Jakarta: PT


Gramedia.

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Malang Press.

85

KEGIATAN 9

PEMERIKSAAN PROTEIN URIN

A. Tujuan Praktikum:
Melakukan pemeriksaan adanya kandungan protein dalam urine
B. Dasar Teori
Proses pembentukan urine meliputi filtrasi gromeruler, reabsopsi tubuler dan
sekresi tubuler.
1. Filtrasi Glomeruler

Glomerulus berfungsi sebagai saringan darah (filtrasi darah). Filtrasi

merupakan perpindahan cairan dari glomerulus ke tubulus melewati membran filtrasi


yang terdiri atas 3 lapisan yaitu sel endothel glomerulus, membrana basalis dan epitel
kapsula Bowman. Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara kapiler
glomerulus dengan tubulus, tekanan glomerulus 70 mmHg, tekanan tubuler 25 mmHg,
jadi tekanan dorong sekitar 45 mmHg yang menyebabkan terjadinya filtrasi glomeruler.

Membran filtrasi bersifat semipermeabel artinya hanya zat-zat tertentu

saja yang dapat melaluinya, misalnya air dan glukosa. Filtrasi menghasilkan ultrfiltrat
(cairan glomerulus) yang mengandung air, garam anorganik, glukosa, asam amino,
urea, asam urat, dan kreatin. Faktor Negatif faktor yang mempengaruhi kecepatan
filtrasi antara lain :

Tekanan hidrostatik glomerulus

Tekanan hidrostatik kapsula Bowman

Tekanan osmotik protein plasma


Peningkatan permeabilitas membran
filtrasi

Penurunan luas membran filtrasi

2. Reabsopsi Tubuler

Merupakan perpindahan cairan dari tubulus renalis ke kapiler peritubuler.

Proses reabsopsi bersifat selektif tergantung kebutuhan tubuh pada senyawa yang
terdapat dalam ultrafiltrat. Glukosa direabsopsi secara sempurna pada kondisi normal,
kecuali pada kondisi diabetes mellitus sehingga kemampuan reabsopsi glukosa
melampaui ambang batas maksimal sehingga glukosa dijumpai dalam urine. Proses
reabsopsi air pada TCP secara osmosis, sedangkan di TCD secara fakultatif artinya
tergantung kebutuhan. Dari sekitar 120 mL/menit air yang difiltrasi sekitar 119
86

mL/menit direabsopsi lagi, jadi hanya 1 mL/menit atau 1.500 mL/hari.

Reabsopsi air di TCD dipengaruhi oleh ADH (antidiuretic hormone) yang

berpengaruh menghambat reabsopsi air sehingga jumlah urine menjadi lebih banyak
(diabetes insipidus). Pada TCP terjadi proses reabsopsi NaCl dengan cara transpor aktif.
Reabsopsi garamNegatifgaram berperan mempertahankan keimbangan elektrolit.
Reabsopsi glukosa, ion Na dan ion Cl dilakukan dengan cara transpor aktif dan pasif.
Material seperti glukosa, sodium, dan kalsium disebut high treshold sebab direabsopsi
secara sempurna, sedangkan material seperti urea dan asam urat disebut low
tresholdkarena direabsopsi kurang sempurna.
3. Sekresi Tubuler

Sekresi subtansi ke tubulus dilakukan secara transpor aktif. Kelebihan

asam atau basa akan dikurangi dengan sekresi tubuler. Obat-obatan seperti penisilinn
disamping difiltrasi juga disekresikan.

Zat-zat abnormal yang ditemukan dalam urine dan merupakan indikator

adanya kelainan fungsi ginjal yaitu :


a. Glukosa (diabetes mellitus).
b. Benda keton (ketosis).
c. Albumin (nephritis).
d. Sel darah merah (nephritis).
e. Urine pada kondisi tertentu juga mengandung senyawa-senyawa lain misalnya obat,
hormon (hCG) dan lain-lain.
4. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai

terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah
96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu
yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil
pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak
berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna
empedu, dan asam urat

Aldosteron dihasilkan oleh korteks kelenjar adrenal berfungsi menstimuli

reabsopsi ion sedium dan ion klorid oleh tubulus ginjal dan eliminasi (pengeluaran) ion
potasium. Renin yang dihasilkan oleh sel arteriol ginjal sebagai akibat turunnya intake
(pemasukan) ion sedium, akan mengubah angiotensinogen (dihasilkan oleh sel hepar)

87

menjadi angiotensin yang berperan merangsang sekresi aldosteron, yang kemudian


meningkatkan reabsopsi sodium. Air 80% direabsopsi secara osmosis terjadi didalam
TCD dan TC yang dikontrol oleh ADH dari pituitaria posterior.

Kadar glukosa darah merupakan salah satu indikator parameter fungsi

fisiologis hewan maupun manusia yang jumlahnya pada kondisi normal berkisar antara
70 mg/dL. Pada kondisi tertentu jumlah glukosa darah mengalami peningkatan
sehingga dalam urine ditemukan glukosa karena telah melebihi ambang batas
(treshold). Adanya glukosa dalam urine dapat diketahui dengan uji Fehling. Prinsip uji
Fehling adalah sifat mereduksi glukosa terhadap kuprioksida (CuSO4) sehingga
terbentuk endapan berwarna merah bata (merah kekuningan). Hal itu menunjukkan
bahwa seseorang mengalami gangguan pemeliharaan homeostasis kadar glukosa darah.

C. Alat dan Bahan:


1. Urine naracoba
2. Tabung reaksi
3. Pipet posteur urine pembanding
4. Reagent Robert.
5. Asam sulfosalisilat
6. Gelas Beker

D. Cara kerja
Uji Robert
1. Memasukan urine naracoba 2 ml ke dalam tabung reaksi kemudian menambahkan
ragent Robert 2 ml dengan menggunakan pipet ke dalam tabung melewati dinding
tabung secara perlahan-lahan
2. Gunakan latar belakang hitam kemudian mengamati apa yang terjadi dan
dibandingkan dengan urine probindus
3. Jika trdapa cincin putih pada batas urin dan reagent maka reaksi positif, artinya
dalam urine terdapat protein

Uji sulfosalisilat

1. Memasukkan 3 mL urine ke dalam tabung reaksi.


2. Meneteskan 3-5 tetes asam sulfosalisilat 20% ke dalam tabung reaksi yang berisi
urine.
3. Mengamati apakan terjadi kekeruhan pada larutaan di dalam tabung reaksi.

E. Hasil
88

Nam
a

Hesti
Lokan
ingru
m
Siska
Lipdy
aning
sih
Asni
Nurha
yati
Insiwi
Purwi
ansha
ri
Nur
Tsani
R

Vella
Liani
Diva
Aprili
a
Brilia
na
Surya
ni K
Jaka
Fitriya
nta
Yurisk
a Fitri
DU
Tri
Widay
anti
Nur
Khoti
mah
Ismi
Nur
Hiday
ah

Uji Protein
Uji Asam
Sulfosali
silat

Negatif

Negatif

Negatif

Positif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

89

Wula
n
Novit
asari
Asifat
ul
Madin
ah
Desy
Norm
alia
Amali
a A'la
Hana
Widiy
anti
Intan
Ayu
Pratiw
i
Enda
h
Ratna
sari
Yuniar
Kurni
aW
Hani
Kartin
i
Ulfa
Nur
Wahy
udi
Salm
a
Nadiy
ah
Afrizal
Haris
Irfan
Hanis
P
Rizky
Wula
ndari
Hervi
na
Surya
K

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

N
90

F. Pembahasan

Roni
Ardiy
antor
o
Bima
Gana
Prada
na
Aris
Setiy
anto
Tonny
Haryo

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan adanya kandungan

protein dalam urine. Alat dan bahan yang digunakan yaitu sample urine, tabung reaksi,
reagen Robert, pipet pasteur, asam sulfosalisilat, dan rak tabung reaksi. Sedangkan
prosedur yang dilakukan antara lain, untuk uji Robert yaitu memasukkan 2 mL urine ke
dalam tabung reaksi kemudian menambahkan 2 mL reagen Robert dengan pipet melewati
dinding tabung secara perlahan kemudian engamati dengan menerawang apakah
terbentuk cincin putih pada batas antara urine dengan reagen Robert. Untuk uji
sulfosalisilat yaitu memasukkan 3 mL urine ke dalam tabung reaksi kemudian
meneteskan 3-5 tetes asam sulfosalisilat 20% ke dalam tabung reaksi yang berisi urine
selanjutnya mengamati apakan terjadi kekeruhan pada larutaan di dalam tabung reaksi.

Hasil praktikan dan teman kelompok yaitu bima sama-sama negatif


adanya protein jika di uji dengan uji robert dan uji asam sulfosalisilat . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa urine dari praktikan adalah normal. Sehingga disimpulkan pula
bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.

Pada data kelas hasil semua praktikan hampir semua negatif adanya
protein jika di uji dengan uji robert dan uji asam sulfosalisilat. Hanya pada insiwi pada
uji asam sulfosalisat menunjukkan hasil yang positif sehingga terindikasi adanya protein
dari urin. Sehingga dapat disimpulkan secara umum kelas biologi E urine adalah normal.
Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai
dengan fungsinya.

G. Kesimpulan
Pemeriksaan adanya kandungan protein bernilai negatif adanya protein jika di uji
dengan uji robert dan uji asam sulfosalisilat . Sehingga dapat disimpulkan bahwa
91

urine dari praktikan adalah normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal

dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.


Pada data kelas hampir semua individu di Periksa kandungan protein bernilai
negatif adanya protein jika di uji dengan uji robert dan uji asam sulfosalisilat .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa urine dari praktikan adalah normal. Sehingga
disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai
dengan fungsinya.

H. Daftar Pustaka

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid
Tiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.


Yogyakarta : FMTPA UNY

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi UntukParamedis. Jakarta: PT


Gramedia.

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Malang Press.

92

KEGIATAN 9

PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN

A. Tujuan Praktikum:
Melakukan pemeriksaan adanya kandungan glukosa dalam urine
B. Dasar Teori
Proses pembentukan urine meliputi filtrasi gromeruler, reabsopsi tubuler dan
sekresi tubuler.
5. Filtrasi Glomeruler

Glomerulus berfungsi sebagai saringan darah (filtrasi darah). Filtrasi

merupakan perpindahan cairan dari glomerulus ke tubulus melewati membran filtrasi


yang terdiri atas 3 lapisan yaitu sel endothel glomerulus, membrana basalis dan epitel
kapsula Bowman. Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara kapiler
glomerulus dengan tubulus, tekanan glomerulus 70 mmHg, tekanan tubuler 25 mmHg,
jadi tekanan dorong sekitar 45 mmHg yang menyebabkan terjadinya filtrasi glomeruler.

Membran filtrasi bersifat semipermeabel artinya hanya zat-zat tertentu

saja yang dapat melaluinya, misalnya air dan glukosa. Filtrasi menghasilkan ultrfiltrat
(cairan glomerulus) yang mengandung air, garam anorganik, glukosa, asam amino,
urea, asam urat, dan kreatin. FaktorNegatiffaktor yang mempengaruhi kecepatan filtrasi
antara lain :

Tekanan hidrostatik glomerulus

Tekanan hidrostatik kapsula Bowman

Tekanan osmotik protein plasma


Peningkatan permeabilitas membran
filtrasi

Penurunan luas membran filtrasi

6. Reabsopsi Tubuler

Merupakan perpindahan cairan dari tubulus renalis ke kapiler peritubuler.

Proses reabsopsi bersifat selektif tergantung kebutuhan tubuh pada senyawa yang
terdapat dalam ultrafiltrat. Glukosa direabsopsi secara sempurna pada kondisi normal,
kecuali pada kondisi diabetes mellitus sehingga kemampuan reabsopsi glukosa
melampaui ambang batas maksimal sehingga glukosa dijumpai dalam urine. Proses
reabsopsi air pada TCP secara osmosis, sedangkan di TCD secara fakultatif artinya
tergantung kebutuhan. Dari sekitar 120 mL/menit air yang difiltrasi sekitar 119
93

mL/menit direabsopsi lagi, jadi hanya 1 mL/menit atau 1.500 mL/hari.

Reabsopsi air di TCD dipengaruhi oleh ADH (antidiuretic hormone) yang

berpengaruh menghambat reabsopsi air sehingga jumlah urine menjadi lebih banyak
(diabetes insipidus). Pada TCP terjadi proses reabsopsi NaCl dengan cara transpor aktif.
Reabsopsi garamNegatifgaram berperan mempertahankan keimbangan elektrolit.
Reabsopsi glukosa, ion Na dan ion Cl dilakukan dengan cara transpor aktif dan pasif.
Material seperti glukosa, sodium, dan kalsium disebut high treshold sebab direabsopsi
secara sempurna, sedangkan material seperti urea dan asam urat disebut low
tresholdkarena direabsopsi kurang sempurna.
7. Sekresi Tubuler

Sekresi subtansi ke tubulus dilakukan secara transpor aktif. Kelebihan

asam atau basa akan dikurangi dengan sekresi tubuler. Obat-obatan seperti penisilinn
disamping difiltrasi juga disekresikan.

Zat-zat abnormal yang ditemukan dalam urine dan merupakan indikator

adanya kelainan fungsi ginjal yaitu :


f. Glukosa (diabetes mellitus).
g. Benda keton (ketosis).
h. Albumin (nephritis).
i. Sel darah merah (nephritis).
j. Urine pada kondisi tertentu juga mengandung senyawa-senyawa lain misalnya obat,
hormon (hCG) dan lain-lain.
8. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai

terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah
96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu
yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil
pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak
berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna
empedu, dan asam urat

Aldosteron dihasilkan oleh korteks kelenjar adrenal berfungsi menstimuli

reabsopsi ion sedium dan ion klorid oleh tubulus ginjal dan eliminasi (pengeluaran) ion
potasium. Renin yang dihasilkan oleh sel arteriol ginjal sebagai akibat turunnya intake
(pemasukan) ion sedium, akan mengubah angiotensinogen (dihasilkan oleh sel hepar)

94

menjadi angiotensin yang berperan merangsang sekresi aldosteron, yang kemudian


meningkatkan reabsopsi sodium. Air 80% direabsopsi secara osmosis terjadi didalam
TCD dan TC yang dikontrol oleh ADH dari pituitaria posterior.

Kadar glukosa darah merupakan salah satu indikator parameter fungsi

fisiologis hewan maupun manusia yang jumlahnya pada kondisi normal berkisar antara
70 mg/dL. Pada kondisi tertentu jumlah glukosa darah mengalami peningkatan
sehingga dalam urine ditemukan glukosa karena telah melebihi ambang batas
(treshold). Adanya glukosa dalam urine dapat diketahui dengan uji Fehling. Prinsip uji
Fehling adalah sifat mereduksi glukosa terhadap kuprioksida (CuSO4) sehingga
terbentuk endapan berwarna merah bata (merah kekuningan). Hal itu menunjukkan
bahwa seseorang mengalami gangguan pemeliharaan homeostasis kadar glukosa darah.
C. Alat dan Bahan:
1. Gelas beker
2. Tabung reaksi 2 bua
3. Lampu spirtus
4. Penjepit tabung reaksi
5. Rak tabung reaksi
6. Reagent fehling

D. Cara kerja
1. Mempersiapkan reagen fehling
2. Memasukan ke dalam tabung reaksi urine 2,5 ml kemudian tambahkan dengan
fehling 2,5 ml
3. Menggunakan penjepit tabung dan memanaskan tabung reaksi di atas api lampu
spiertus sampai mendidih
4. Jika terjadi endapan merah bata, atau warna larutan berubah menjadi kuning
kemerahan, maka reaksi positif berarti dalam urin erdapat glukosa.

E. Hasil

Nam
a

Hesti
Lokan
ingru
m

Uji Protein
Uji Asam
Sulfosali
silat

Negatif

N
95

Siska
Lipdy
aning
sih
Asni
Nurha
yati
Insiwi
Purwi
ansha
ri
Nur
Tsani
R
Vella
Liani
Diva
Aprili
a
Brilia
na
Surya
ni K
Jaka
Fitriya
nta
Yurisk
a Fitri
DU
Tri
Widay
anti
Nur
Khoti
mah
Ismi
Nur
Hiday
ah
Wula
n
Novit
asari
Asifat
ul
Madin
ah
Desy
Norm
alia

Negatif

Negatif

Positif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

96

Amali
a A'la
Hana
Widiy
anti
Intan
Ayu
Pratiw
i
Enda
h
Ratna
sari
Yuniar
Kurni
aW
Hani
Kartin
i
Ulfa
Nur
Wahy
udi
Salm
a
Nadiy
ah
Afrizal
Haris
Irfan
Hanis
P
Rizky
Wula
ndari
Hervi
na
Surya
K
Roni
Ardiy
antor
o
Bima
Gana
Prada
na
Aris
Setiy
anto

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

N
97

F. Pembahasan

Tonny
Haryo

Negatif

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan adanya glukosa

dalam urine. Alat dan bahan yang digunakan yaitu sample urine, tabung reaksi, reagen
Fehling, pipet pasteur, lampu spiritus, penjepit tabung reaksi, dan rak tabung reaksi.
Sedangkan prosedur yang dilakukan antara lain, Untuk uji Fehling yaitu memasukkan 2
mL urine ke dalam tabung reaksi kemudian menanbahkan 2 mL reagen Fehling kemudian
emanaskan tabung reaksi dengan lampu spiritus hingga mendidih, selanjutnya mengamati
apakah terbentuk endapan merah bata/latutan berwarna merah kekuningan.

Setelah melakukan uji diatas, baik urin praktikan maupun urin teman satu
kelompok yaitu bima diketahui bahwa hasilnya adalah negatif adanya glukosa. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa urine kami adalah normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa
kerja ginjal dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.

Pada data kelas hasil semua praktikan negatif adanya glukosa jika di uji
dengan uji fehling.. Sehingga dapat disimpulkan seluruh individu kelas biologi E urine
adalah normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine
berjalan sesuai dengan fungsinya.

G. Kesimpulan
Pemeriksaan adanya kandungan protein bernilai negatif adanya glukosa jika di uji
dengan uji fehling. Sehingga dapat disimpulkan bahwa urine dari praktikan adalah
normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal dalam pembentukan urine

berjalan sesuai dengan fungsinya.


Pada data kelas semua individu di Periksa kandungan protein bernilai negatif
adanya glukosa jika di uji dengan uji fehling. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
urine dari praktikan adalah normal. Sehingga disimpulkan pula bahwa kerja ginjal
dalam pembentukan urine berjalan sesuai dengan fungsinya.

H. Daftar Pustaka

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid
Tiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.


Yogyakarta : FMTPA UNY

98

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi UntukParamedis. Jakarta: PT


Gramedia.

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Malang Press.

I.

99

KEGIATAN 10

PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH

A. Tujuan Praktikum:
Melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan mengamati pengaruh suhu
lingkungan terhadap suhu tubuh manusia.
B. Dasar Teori
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada
suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan
sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan
badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan
berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah
hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya.
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi
atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara
radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara
elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya.
Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang
berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya
tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan
panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan
perbedaan suhu.
Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju
konveksi kehilangan panas karena evaporasi. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi
terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan
burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang
terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada
lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya.
Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam
sarangnya.
Organisme berdarah panas (homeoterm) memiliki organ pengatur suhu tubuh
yaitu hipothalamus agar suhu tubuh tetap pada kondisi optimal. Pengaturan suhu tubuh
(thermoregulasi) bertujuan agar panas yang dihasilkan dari berbagai proses metabolisme
dan yang diperoleh dari lingkungan sekitar harus seimbang dengan banyaknya panas yang
100

dikeluarkan oleh tubuh.


Proses regulasi atau pengaturan panas tubuh yang paling banyak berperan adalah
sel-sel saraf hipothalamus yang peka terhadap perubahan suhu tubuh terutama suhu darah.
Bila Hypotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu
tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan
aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit
mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap
dipertahankan normal. Namun sebaliknya, Hypotalamus bagian depan merupakan pusat
pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila Hypotalamus bagian depan
menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh, maka pengeluaran panas
ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan menambah produksi keringat.
Mekanisme regulasi panas tersebut berlangsung secara cepat karena melibatkan
sistem saraf dan hormon sehingga disebut neuro-endokrin. Regulasi panas tubuh
menggunakan sistem feedback (umpan balik negatif) artinya apabila panas tubuh melebihi
suhu optimal, maka hipothalamus akan berusaha menurunkan ke suhu optimal dan
sebaliknya.
Suhu tubuh manusia diatur oleh sistem thermostat di dalam otak yang membantu
suhu tubuh yang konstan antara 36,5oC dan 37,5oC. Suhu tubuh normal manusia akan
bervariasi dalam sehari. Seperti ketika tidur, maka suhu tubuh kita akan lebih rendah
dibanding saat kita sedang bangun atau dalam aktivitas. Dan pengukuran yang diambil
dengan berlainan posisi tubuh juga akan memberikan hasil yang berbeda. Pemeriksaan
suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat
dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa
tempat yaitu ketiak, mulut, dan anus. Pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut)
normal sekitar 37oC, sedang diantara lengan (ketiak) sekitar 36,5oC sedang di rectum
(anus) sekitar 37,5oC
Makanan yang masuk ke dalam tubuh memengaruhi proses metabolisme sel
tubuh. Proses tersebut bisa berlangsung cepat jika makanan yang masuk tergolong
merangsang. Misalnya, makanan pedas atau makanan bersuhu tinggi. Jika proses
metabolisme sel tubuh berlangsung cepat, suhu tubuh meningkat. Sitokin (salah satu
protein) pun terpicu muncul. Salah satu bahan yang tergolong sitokin adalah kalikrein.
Bahan itu berpengaruh terhadap pelebaran pembuluh darah yang menuju kelenjar keringat
di kulit. Dampaknya, keringat pun mengucur keluar. Keringat merupakan mekanisme

101

tubuh untuk mendinginkan diri. Ketika kita melepaskan cairan melalui pori-pori tubuh,
maka cairan itu akan menguap. Keseluruhan proses itu menurunkan suhu tubuh.
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi
empat yaitu :
1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36C
2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5C
3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40C
4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40C
C. Alat dan Bahan:
1. Katak
2. Praktikan/manusia
3. Termometer batang
4. Air dingin
5. Air hangat
6. Pengukur waktu
D. Cara kerja
1. Meletakkan termometer tersebut ke dalam mulut katak selama kurang lebih 5 menit,
kemudian mengamati skalanya dan mencatat suhunya.
2. Setelah itu memasukkan katak ke dalam tabung Erlenmeyer 1 Liter yang telah diisi
air dingin volumenya, juga mengamati perubahan suhu setelah selama lima menit
di rendam
3. Mengulangi dengan cara sama tetapi air dingin diganti dengan air hangat, mengamati
dan mencatat suhunya.
4. Membandingkan adanya perbedaan suhu katak sebelum dan sesudah perlakuan.
E. Hasil

manusia

n
a
m
a
w
i
d
a

Suhu
biasa

Suhu
dingin

Suhu
panas

35C
(perlaku
an 100C)

N
u
r

36,9C
(perlaku
an 100C)

I
s

35,8
C
(perla
kuan
310C)
36,7
C
(perla
kuan
310C)
36,3
C

36,3C
(perlaku

36,5
C
(perla
kuan
420C)
36,9
C
(perla
kuan
420C)
36,4
C

102

m
i

A
s
n
i

I
n
s
i
w
i
T
s
a
n
i
R
i
z
k
y
V
i
n
a
I
n
t
a
n
A
m
a
l
i
a
H
a
n
a
S
y
i
f
a
D
e

(perla
kuan
310C)
36,5
C

an 100C)

(perla
kuan
420C)
36,6
C
(perla
kuan
500C)
36,7
C
(perla
kuan
500C)

36,6C
(perlaku
an 40C)

36,7
C

36,7C
(perlaku
an 40C)

36,3
C

36,9C
(perlaku
an 40C)

36,3
C

37C

36,4
C

37,1C

37,1
C

37,3
C

36,7C

37,3
C

37C

36,7C

36,8
C

36,9
C

36,5C

36,8
C

36,2
C

36,1C

36,5
C

36,2
C

36,1C

36,4
C

36,9
C
(perla
kuan
500C)
37C

103

s
y
W
u
l
a
n
b
i
m
a
D
i
v
a
V
e
l
l
a
B
r
i
l
l
E
n
d
a
h
Y
u
n
i
a
r
S
a
l
m
a
U
l
f
a
R
o
n
i
H

36,6
C

36,1C

36,9
C

34C
(perla
kuan
300C)
36,6
C

33C
(perlaku
an 60C)

35,8C

35C
(perla
kuan
450C)
36,9
C

36,4
C

36,1C

36,4
C

37,1
C

36,9C

37,0
C

37C

36,70C
(perlaku
an es
batu)

370C
(perla
kuan
420C)

36,3
C

36,30C
(perlaku
an es
batu)

36,30C
(perla
kuan
42 0C)

36,2
C

36,60C
(perlaku
an es
batu)

36,20C
(perla
kuan
42 0C)

36,8
C

36,3
C

36,40C

36,80C
(perlaku
an es
batu)
36,40C
(perlaku
an es
batu)
36,90C

36,70C
(perla
kuan
42 0C)
36,30C
(perla
kuan
42 0C)
36,10C

104

e
s
t
i
S
i
s
k
a
Y
u
r
i
s
k
a
t
o
n
n
y
a
f
r
i
z
a
l
k
a
r
t
i
n
i
i
r
f
a
n
j
a
k
a
a
r
i
s

(perlaku
an 40C)

(perla
kuan
500C)

36,20C

36,80C
(perlaku
an 40C)

360C
(perla
kuan
500C)

36,30C

36,90C
(perlaku
an 40C)

360C
(perla
kuan
500C)

350C

370C
(perlaku
an 40C)

30,60C
(perla
kuan
500C)

370C

36,50C

3,80C

35,50C

350C

36,90C

C
(perla
kuan
0
C)

C
(perlaku
an 0C)

C
(perlaku
an 0C)

C
(perla
kuan
0
C)
0
C
(perla
kuan
0
C)

C
(perlaku
an 0C)

C
(perla
kuan
0
C)
C
(perla
kuan
0
C)
0
C
(perla
kuan
0
C)

105

Kodok

n
a
m
a
w
i
d
a
N
u
r
I
s
m
i
A
s
n
i
I
n
s
i
w
i
T
s
a
n
i
R
i
z
k
y
V
i
n
a
I
n
t
a
n
A
m
a

Suhu
biasa

32C
(perla
kuan
310C)

Suhu
dingin

27C
(perlaku
an 100C)

17C
(perlaku
an 40C)

26C

28C

32,4C

29C

16C

Suhu
panas

34C
(perla
kuan
420C)

36C
(perla
kuan
500C)

36,9
C

35C

106

l
i
a
H
a
n
a
S
y
i
f
a
D
e
s
y
W
u
l
a
n
b
i
m
a
D
i
v
a
V
e
l
l
a
B
r
i
l
l
E
n
d
a
h
Y
u
n
i
a
r

34,9
C
(perla
kuan
350C)

35,3C
(perlaku
an 180C)

10C
(perlaku
an 80C)

39,5
C
(perla
kuan
370C)

40C
(perla
kuan
350C)

29C
(perla
kuan
300C)

31C

29C

33C

36,8
C

230C
(perlaku
an 150C)

360C
(perla
kuan
430C)

107

a
l
m
a
U
l
f
a
R
o
n
i
H
e
s
t
i
S
i
s
k
a
Y
u
r
i
s
k
a
t
o
n
n
y
a
f
r
i
z
a
l
k
a
r
t
i
n
i
i
r

31,50C
(perlaku
an 40C)

35,80C
(perla
kuan
500C)

28,70C

300C

200C

360C

C
(perla

C
(perlaku

C
(perla

108

f
a
n
j
a
k
a
a
r
i
s

an 0C)

kuan
0
C)

C
(perla
kuan
0
C)
0
C
(perla
kuan
0
C)

kuan
0
C)

C
(perlaku
an 0C)

C
(perlaku
an 0C)

C
(perla
kuan
0
C)
0
C
(perla
kuan
0
C)

F. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pengukuran suhu tubuh

homeoterm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh. Alat dan
bahan yang digunakan antara lain naracoba, katak, termometer batang, air dingin, air
hangat, dan stopwatch. Prosedur yang dilakukan yaitu meletakkan termometer ke dalam
mulut katak selama 5 menit, kemudian mengamati skalanya dan mencatatnya kemudian
memasukkan katak ke dalam tabung Erlemeyer 1 L yang telah terisi air dingin %
volumenya kemudian mengamati suhu tubuhnya setelah 5 menit direndam, hal yang
sama dilakukan menggunakan air hangat.

Prosedur yang dilakukan pada manusia yaitu memanaskan air dan


menyiapkan air dingin, serta air suhu ruangan. Mula mula di beri air suhu ruangan di
dalam plastik ke leher selama 5 menit kemudian di ukur suhunya, kemudian
melakukannya dengan air panas dan air dingin

Hasil yang diperoleh yaitu suhu awal katak yang diperoleh rata-rata
sekitar 29oC, setelah perlakuan dengan air dingin rata-rata 23,7oC dan setelah perlakuan
dengan air hangat suhunya rata-rata 34.8 oC. Katak merupakan hewan yang berdarah
dingin, yaitu organisme yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu di lingkungan
sekitarnya. Apabila suhu lingkungan rendah maka suhu tubuhnya akan turun, begitu pula
sebaliknya jika suhu lingkungan tinggi maka suhu tubuhnya akan naik.

Pada saat tubuh praktikan (Roni) diperlakukan sama dengan yang


diperlakukan pada katak, namum pada tubuh praktikan tidak terdapat perubahan yang
signifikan baik sebelum maupun sesudah diberi perlakuan. Suhu awal praktikan 36,3C,
kemudian 36,4C (perlakuan es batu) dan suhu panas 36,3C (perlakuan 42 C). Jika di
beri air dingin suhu praktikan sedikit naik sedangkan jika di beri air panas suhu
praktikkan sedikit turun

109

Pada data kelas juga suhu tubuh seluruh praktikan dipertahankan pada

suhu optimal yaitu

36-37 oC. Jika di beri air dingin suhu praktikan sedikit naik

sedangkan jika di beri air panas suhu praktikkan sedikit turun. Hal ini dikarenakan
manusia termasuk berdarah panas karena mampu menghasilkan panas atau suhu
tubuhnya tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Panas pada tubuh manusia terutama
dihasilkan dari proses metabolisme atau pembakaran zat-zat makanan.

G. Kesimpulan

Suhu awal praktikan 36,3C, kemudian 36,4C (perlakuan es batu) dan


suhu panas 36,3C (perlakuan 42 C). Jika di beri air dingin suhu praktikan sedikit naik
sedangkan jika di beri air panas suhu praktikkan sedikit turun. dikarenakan manusia
termasuk berdarah panas karena mampu menghasilkan panas atau suhu tubuhnya tidak
dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

suhu awal katak yang diperoleh rata-rata sekitar 29 oC, setelah perlakuan
dengan air dingin rata-rata 23,7oC dan setelah perlakuan dengan air hangat suhunya ratarata 34.8 oC. Katak merupakan hewan yang berdarah dingin. Apabila suhu lingkungan
rendah maka suhu tubuhnya akan turun, begitu pula sebaliknya

H. Daftar Pustaka

Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. New York: Comstock
Publishing.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.


Yogyakarta : FMIPA UNY.

Pearce, Evelyn C. 1990. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT


Gramedia.

110

KEGIATAN 11

MEREKAM GERAKAN MATA SAAT MEMBACA

A. Tujuan Praktikum:
Merekam reflex gerakan mata saat membaca dengan menggunakan alat perekam
elektro-okulograph (EOG)
B. Dasar Teori
Mata sebagai indra penglihatan dapat bergerak ke segala arah dalam orbitnya
untuk memperluas medan penglihatannya. Gerakan mata tersebut sering dikenal
dengan gerakan mata berputar. Namun dalam praktek gerakan mata tersebut
dibagi dalam gerakan mata horizontal dan vertical. Dalam keadaan normal kedua
bola mata selalu bergerak searah atau disebut dengan gerakan konyugatif. Oleh
karena itu, untuk merekam gerakan bola mata cukup dilakukan perekaman satu
bola mata saja. Penempatan elektroda pada perekam untuk merekam gerakan bola
mata horizontal, pada kedua canthus temporal, sedangkan untuk gerakan vertical

di atas dan di bawah mata.


Gerakan bola mata dapat direkam karena bola mata merupakan dipol
listrik yang dapat bergerak. Hal ini disebabkan antara kornea dan retina terdapat
beda potensial yang tetap; kornea bermuatan positif terhadap retina, dan beda
potensial ini akan tetap berada biarpun mata dikeluarkan dari kantung mata.
Berbeda dengan EKG, karena beda p[otensial ini bukan suatu fenomena
elektrofisiologik yang berkala,. Beda poensial ini akan hilang bilaman retina

rusak.
Reflex merupakan stimulus respon yang dapat terjadi tanpa disadari.
Lengkung reflex merupakan unit tersederhana dari system nervosum. Lengkung
reflex terdiri atas beberapa komponen yaitu; reseptor, neuron sensoris, neuron
motoris, dan efektor. Jenis dan macam reseoptr syaraf banyak sekali, sebagai

contoh; npada kulit, panas dingin, sentuh, nyeri.


Berdasarkan banyakanya sambungan neuron, maka dapat dibedakan
menjadi neuron monosinaptik, disinaptik, dan polisinaptik. Monosinaptik jika
memipiki satu neuron sambungan disinaptik bila memiliki dua sambungan

neuron, polisinaptik jika memiliki banyak sambunagan neuron.


Dengan menempatkan dua elektroda pada garis yang tegak lurus pada
sumber kornea retina, maka potensial kornea retina ini akan mengalami fluktuasi
retiana, yang berbeda polaritasnya akan mendekati atau menjauhi elektroda

tersebut sesuai dengan gerakan mata. fluktuasi potensial yang timbul pada ikedua

elektroda tersebut dapat direkam secara


elektrofisiologik. Hingga dikatakan bahwa elektro okulagik ialah: merubah
kualitas gerakan bola mata menjadi kuantitas beda potensial yang direkam pada
kiirdinar cartisian.

C. Alat dan Bahan:


1. Elektro okulograph
2. Elektroda perekam
3. Gel elektroda
4. Kapas alcohol
5. bandul
6. Teks bacaan dalam bahasa Indonesia dan bahasa ingris.

D. Cara kerja
1. Mengatur kepekaan rekam EOG 0,15 mV/cm
2. Merekam kecepatan rekam 25 mm/detik
3. Mengatur frekuensi rekam 0-30 Hz
4. Membersihkan kulit di canthus leteralis mata dengan kapas alcohol untuk
menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu sensitifitas rekam sebelum
elektroda perekamdipasang.
Kemudian oleskan pasta perekam untuk mempermudah hantaran listrik
Memasang elektroda pada canthus lateralis mata kanan, kiri dan dahi atas.
Probandus bersiap untuk mebaca
Menganalisis hasil rekaman gerakan mata saat membaca.

E. Hasil
5.
6.
7.
8.

Na

Bahasa Indonesia

Bahasa Inggris

He

II

II

II

III

IV

VI

VI

Ro

7,

II

II

III

IV

VI

VI

II

7,

IV

Sis

x

I

6
7
7

II

III

VI

VI

II

III

II

II

II

11

II

IV

44

VI

Yu

II

II

II

III

IV

As

VI

VI

VI

6,

II

III

Bi

II

Ins

II

III

IV

VI

VI

II

IV

7,

II

II

VI

8,

II

VI

Nu

II

III

IV

VI

VI

6,

II

II

II

III

II

IV

Ve

VI

VI

9,

II

II

II

III

IV


Di

Br

VI

VI

I
II

II

II

III

IV

Su

VI

VI

II

III

IV

Ja

II

II

VI

VI

II

III

IV

II

II


Tri

VI

VI

8,

II

Nu

III

IV

II

II

VI

VI

Is

III

IV

II

II

1
5

VI

VI

7,

II

6,

II

III

II

II

VI

II

II

IV

VI

As

II

IV

VI

6,

III

VI

5,

II

III

To

IV

II

II

VI

VI

8,

De

II

II

IV

VI

II

III

Int

II

III

VI

IV

II

II


VI

II

II

8,

II

IV

VI

VI

III

VI

II

III

Ha

IV

II

VI

II

VI

II

II

9,

II

III

IV

Ri

He

VI

VI

II

II

III

IV

II

VI

VI

II

IV

Yu

VI

VI

II

En

II

II

IV

III

III

II

II


VI

VI

5,

II

II

III

IV

Ul

VI

VI

II

8,

II

III

IV

Ar

VI

VI

II

IV

Sa

VI

II

II

8,

III

II

II

VI

II

II

II

III

IV

Af

VI

VI

II

9,

III

II

II


Irf

IV

VI

VI

Stand
ar

devia

Standa
r

deviasi

si

F. Pembahasan

Pada praktikum ini bertujuan untuk merekam gerak reflek mata disaat

membaca. Diharapkan data yang diperoleh dapat mengambarkan korelasi antara


reflex mata terhadap prestasi yang diraih oleh naracoba. Alat dan bahan Elektro
okulograph, Elektroda perekam, Gel elektroda, Kapas alcohol, bandul, Teks
bacaan dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris. Hipotesis lahir berdasarkan
asumsi bahwa adanya sinkronasi pemahaman dan konsentrasi yang dapat direkam
melalui aktifitas reflek mata saat membaca. Prosedurnya

yaitu

Mengatur

kepekaan rekam EOG 0,15 mV/cm kemudian Merekam kecepatan rekam 25


mm/detik dan Mengatur frekuensi rekam 0-30 Hz, kemudian praktikan
Membersihkan kulit di canthus leteralis mata dengan kapas alcohol untuk
menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu sensitifitas rekam sebelum
elektroda perekam dipasang. Selanjutnya mengoleskan pasta perekam untuk
mempermudah hantaran listrik dan Memasang elektroda pada canthus lateralis
mata kanan, kiri dan dahi atas. Kemudian Probandus bersiap untuk mebaca dan

terakhir Menganalisis hasil rekaman gerakan mata saat membaca.


Hasil praktikan pada teks bahasa Indonesia rata-rata fiksasi membaca per
baris 7,29 dan durasi waktu per baris 1,93 detik. sedangkan pada teks bahasa

inggris rata-rata fiksasi membaca per baris 9,6 dan durasi waktu per baris 2,42
detik. ini menunjukkan perbedaan hasil antara teks Indonesia dan teks Inggris

Pada data kelas juga memiliki perbedaan antara teks Indonesia dan Teks
Inggris. Adanya perbedaan kecepatan membaca antar teks Indonesia dengan teks Inggris.
Rekam yang diperoleh dari hasil membaca menunjukan bahwa kecepatan membaca pada
teks Indonesia rerata lebih cepat dibandingkan dengan teks Inggris. Hal ini bias ditafsiri
bahwa dalam pembacaan teks inggris memiliki tingkat kesulitan yang tinggi di karenakan
praktikan asing membacanya dan perlu melakukan pengamatan dan fokus yang lebih.

G. Kesimpulan
Hasil Merekam reflex gerakan mata saat membaca dengan menggunakan alat
perekam elektro-okulograph (EOG) pada teks bahasa Indonesia rata-rata fiksasi
membaca per baris 7,29 dan durasi waktu per baris 1,93 detik. sedangkan pada
teks bahasa inggris rata-rata fiksasi membaca per baris 9,6 dan durasi waktu per
baris 2,42 detik Rekam yang diperoleh dari hasil membaca menunjukan bahwa
kecepatan membaca pada teks Indonesia rerata lebih cepat dibandingkan dengan
teks Inggris. Hal ini bias ditafsiri bahwa dalam pembacaan teks inggris memiliki
tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

H. Daftar Pustaka

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.


Yogyakarta : FMIPA UNY.

KEGIATAN 12

MENGUKUR UDARA RESPIRASI

A. Tujuan Praktikum:
1. Mengetahui pengaruh ukuran tubuh terhadap laju respirasi hewan.
2. Mengetahui pengaruh luas permukaan tubuh terhadap laju respirasi hewan
B. Dasar Teori

Setiap organisme multiseluler memiliki sistem respirasi yang berperan


mendapatkan dan mensuplai kebutuhan oksigen untuk aktivitas seluler dan melepaskan
karbondioksida untuk kelangsungan kehidupannya. Sistem pernafasan vertebrata tersusun
atas saluran pernafasan dan paru-paru sebagai tempat pertukaran udara pernafasan. Pada
ikan pertukaran udara terjadi pada insang dan trakea pada serangga.

Semua makhluk hidup melakukan pernafasan (respirasi) untuk memenuhi


kebutuhan oksigen dan membuang karbondioksida. Oksigen digunakan untuk
pembakaran (oksidasi) zat- zat makanan terutama glukosa menjadi sumber energi, air,
karbondioksida dan panas.

Volume paru-paru manusia sangat terbatas sehingga hanya dapat


menghirup udara sebatas kapasitas paru-paru. Volume paru-paru setiap manusia berbedabeda sesuai dengan ukuran paru- paru, kekuatan, dan cara bernapasnya. Jika kita
bernapas secara normal, maka udara yang kita hirup dan dihembuskan ada sebanyak 0,5
liter. Volume udara sebanyak itu disebut udara pernapasan atau udara tidal.

Jika setelah bernapas normal, maka udara dari luar masih dapat kita hirup
sedalam- dalamnya masuk ke paru-paru, udara demikian disebut udara komplementer.
Volume udara komplementer ada sebanyak 1,5 liter. Begitu juga bila setelah bernapas
normal ternyata kita masih dapat mengeluarkan udara dari dalam paru-paru dengan cara
mengembuskan napas sekuat-kuatnya, maka udara yang dikeluarkan itu disebut udara
suplementer. Volume udara suplementer ada sebanyak 1 liter.

Pada saat kita mengembuskan napas sekuat-kuatnya, di dalam paru-paru


tetap masih ada udara sebanyak 1 liter. Udara demikian disebut udara sisa atau udara
residu. Jika kita bernapas sedalam-dalamnya dan mengembuskan sekuat-kuatnya, maka
volume udara yang masuk dan keluar adasebanyak 3,5 sampai 4 liter. Volume udara
sebanyak itu disebut kapasitas vital paru- paru. Kapasitas vital paru-paru meliputi udara
pernapasan, udara komplementer, dan ada udara suplementer. Daya tamping maksimal
paru-paru (kapisitas total paru-paru) ada sebanyak lebih kurang 5 liter. Kapasitas total
paru-paru meliputi kapasitas vital paru-paru ditambah dengan udara residu.

Insecta (serangga) bernafas dengan menggunakan tabung udara yang

disebut trakea. melalui lubang-lubang kecil pada eksoskeleton yang disebut stigma atau
spirakel. Stigma dilengkapi dengan bulu-bulu untuk menyaring debu. Stigma dapat
terbuka dan tertutup karena adanya katup-katup yang diatur oleh otot. Tabung trakea
bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang terkecil berujung buntu dan berukuran 0,1
nanometer. Cabang ini disebut trakeolus; beisi udara dan cairan. Oksigen larut dalam
cairan ini kemudian berdifusi ke dalam sel-sel di dekatnya. Jadi, pada insect, oksigen
tidak diedarkan melalui darah, tetapi melalui trakea. Pada belalang misalnya, keluar
masuknya udara ke dalam trakea diatur oleh kontraksi otot perut. Ketika otot kendur,
volume perut normal dan udara masuk. Ketika otot berkontraksi sehingga udara keluar.
Udara masuk melalui empat pasang sigma depan dan keluar melalui enam pasang stigma
abdomen. Dengan demikian, udara yang miskin oksigen tidak akan bercampur dengan
udara kaya karbondioksida yang masuk.
C. Alat dan Bahan:
1. Respirometer dengan selangnya.
2. Pipet pasteur dan penggaris
3. Butiran KOH
4. Vaselin
5. Larutan eosin
6. Serangga capung dan ngengat

D. Cara kerja
1. Menimbang hewan
2. Dalam botol respirometer ditaruh 3 butir KOH dan pada lubang selangnya ditetesi
larutan eosin
3. Memasukkan hewan ke dalam respirometer
4. Membubuhkan vaselin pada batas antara sumbat botol dengan selang sehingga udara
tidak dapat keluar.
5. Mencatat waktu laju respirasi serta skala pada penggaris dari awal sampai eosin tidak
bergerak
6. Mengonversikan panjang dan diameter selang menjadi volume udara.

E. Hasil

0,

Wa
ktu

7
me
nit

0,

0,

0,

0,

0,

0,

0,

0,

0,

22
det
ik
2
me
nit
1
me
nit
29
det
ik
1
me
nit
48
det
ik
3
me
nit
43
det
ik
7
me
nit
43
det
ik
02
me
nit
15
det
ik
03
me
nit
15
me
nit
06
det
ik
19
me
nit

0,

0,

0,

0,

0,

0,

0,

0,

0,

0,

0,

40
det
ik
70
det
ik
2
me
nit
3
det
ik
15
me
nit
9
det
ik
6
me
nit
6
me
nit
3
det
ik
40
me
nit
70
me
nit
4
me
nit
2
me
nit
30
det
ik
4
me
nit
48
det
ik

0,

0,

F. Pembahasan

0,

1
me
nit
44
det
ik
5
me
nit
3
det
ik
7
me
nit
45
det
ik

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran tubuh

terhadap laju respirasi hewan dan mengetahui pengaruh luas permukaan tubuh terhadap
laju respirasi hewan. Alat dan bahan yang digunakan antara lain yaitu respirometer, pipet
pasteur, penggaris, butiran KOH, vaselin, larutan eosin dan belalang. Prosedur yang
dilakukan yaitu menimbang belalang terlebih dahulu sebelum melakukan percobaan
kemudian memasukkan belalang ke dalam respirometer. Memasukkan 3 butir KOH ke
dalam respirometer dan meleletkan vaselin pada sumbat antara botol dengan selang
selanjutnya eneteskan larutan eosin pada lubang selangnya. Langkah terakhir mencatat
skala pada selang dari awal hingga larutan eosin berhenti bergetak.

Hasil percobaan kelompok praktikan dengan dua serangga yaitu capung


massa 0,1995 gram dengan laju respirasi 4 menit 49 detik dan ngengat dengan massa
0,0947 gram dengan laju respirasi 1 menit 44 detik. hasil tersebut menunjukkan ukuran
tubuh mempengaruhi laju respirasi hewan.

Pada data kelas juga memiliki kesamaan dimana serangga yang memiliki
berat tubuh lebih besar memliki waktu respirasi yang lebih cepat. Hal ini dikarena ukuran
tubuh sangat menentukan laju respirasi suatu organisme. Karena organisme yang lebih
besar cenderung membutuhkan oksigen lebih besar daripada organisme yang lebih kecil,
karena kebutuhan untuk bergerak yang juga besar.
Selain ukuran tubuh yang lebih besar, organisme besar juga memiliki organ
pernapasan dengan volume yang besar pula. Sehingga apabila diletakkan pada

ruang yang yang dihambat dan udah tidak bisa masuk, maka organisme besar
tersebut akan lebih cepat mati karena udara yang dibutuhkannya sangat besar
sedangkan stok udara yang ada sangat terbatas.

G. Kesimpulan
1. capung massa 0,1995 gram dengan laju respirasi 4 menit 49 detik dan ngengat dengan
massa 0,0947 gram dengan laju respirasi 1 menit 44 detik. hasil tersebut
menunjukkan ukuran tubuh mempengaruhi laju respirasi hewan.
2. Luas permukaan tubuh mempengaruhi laju respirasi hewan.

H. Daftar Pustaka

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. PetunjukPraktikum Fisiologi Hewan.


Yogyakarta : FMTPA UNY.

Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Wulangi, S. Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta :


Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai