Anda di halaman 1dari 29

BAB III

SISTEM KARDIOVASKULER

Sistem kardiovaskuler merupakan salah satu sistem vital dalam pengorganisasian


tubuh manusia secara fisiologis. Kardiovaskuler memiliki fungsi utama untuk
memertahankan sirkulasi darah guna menyuplai oksigen bagi sel di seluruh tubuh sehingga
sel dapat melakukan proses metabolisme dengan baik dan menghasilkan energi untuk proses
kerja sistem tubuh.

Prinsip Dasar Sistem Kardiovaskuler


Sistem kardiovaskuler pada prinsipnya terdiri dari jantung, pembuluh darah dan
saluran limfe. Sistem ini berfungsi untuk mengangkut oksigen, nutrisi dan zat-zat lain untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh serta membawa bahan-bahan hasil akhir metabolisme untuk
dikeluarkan dari tubuh.
Jantung terletak pada mediastinum, yaitu kompartemen pada bagian tengah rongga
thoraks diantara dua rongga paru. Mediastinum merupakan struktur yang dinamis, lunak yang
digerakkan oleh struktur - struktur yang terdapat didalamnya (jantung) dan mengelilinginya
(diafragma dan gerakan lain pada pernafasan) serta efek gravitasi dan posisi tubuh (gambar
1.1).

Gambar 1.1 Rongga mediastinum


(Sumber : https://ctsurgerypatients.org/lung-esophageal-and-other-chest-diseases/
mediastinal-tumors)
Struktur Jantung
Ukuran jantung sekitar sedikit lebih besar dari satu kepalan tangan dengan berat
berada pada rentang 7 - 15 ons (200-425 gram). Dalam setiap harinya jantung mampu
memompa sampai dengan 100.000 kali dan dapat memompa darah sampai dengan 7.571 liter.
Posisi jantung berada di belakang sternum pada rongga mediastinum, diantara costae kedua
dan keenam. Pada jantung sebelah kanan menerima darah yang tidak teroksigenasi dari vena
cava superior dan vena cava inferior kemudian mengalirkannya ke pulmonal untuk proses
oksigenasi. Sedangkan bagian kiri jantung menerima dari teroksigenasi dari paru melalui
vena pulmonalis untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh melalui aorta.

Perikardium
Perikardium adalah lapisan pembungkus jantung yang tersusun oleh membrane
fibroserosa dan permukaan pembuluh darah besarnya. Perikardium tersusun oleh dua lapisan
yaitu pericardium fibrosa yang merupakan lapisan bagian luar yang keras serta pericardium
serosa yang merupakan lapisan bagian dalam. Perikardium serosa juga mempunyai dua
lapisan yaitu pericardium parietal dan pericardium visceral.
Perikardium parietal merupakan permukaan bagian dalam pericardium fibrosa.
Sedangkan pericardium visceral melekat pada permukaan jantung. Ruang yang berada
diantara perikardium parietal dengan pericardium visceral disebut dengan ruang pericardium.
Dalam kondisi normal, ruang tersebut berisi cairan yang berfungsi untuk memudahkan bagi
jantung untuk bergerak dan berdenyut tanpa adanya hambatan (gambar 1.2).

Gambar 1.2. Perikardium


(Sumber: http://www.sridianti.com/apa-fungsi-perikardium.html)
Dinding dan Ruangan Jantung
Dinding jantung tersusun oleh tiga lapisan yaitu lapisan bagian luar yang disebut
epikardium, lapisan bagian tengah yang disebut miokardium serta lapisan bagian dalam yang
disebut endokardium (gambar 1.3). Epikardium merupakan lapisan bagian luar yang
terbentuk dari lapisan visceral pericardium serosa. Miokardium merupakan lapisan yang
terdiri dari otot jantung.
Endokardium merupakan lapisan bagian dalam yang tipis tersusun dari jaringan ikat
subendotelial yang juga menutupi katup jantung.

Gambar 1.3. Lapisan dinding Jantung


(Sumber: https://www.studyblue.com/notes/note/n/cardio/deck/5611496)

Sedangkan ruangan jantung terdiri dari dua bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri.
Masing-masing bagian mempunyai satu atrium dan satu ventrikel sehingga di dalam jantung
terdapat empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri.
Antara atrium dengan ventrikel terdapat lubang atrioventrikular dan pada setiap lubang
tersebut terdapat katup.
Atrium merupakan rongga penerima yang akan memompa darah ke dalam ventrikel.
Atrium kanan mendapatkan darah yang berasal dari vena cava superior dan vena cava
inferior, atrium kiri mendapatkan darah dari vena pulmonalis. Ventrikel merupakan rongga
penerima darah dari atrium melalui sebuah katup. Ventrikel kanan akan mendapatkan darah
dari atrium kanan untuk selanjutnya dipompa ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
Sedangkan ventrikel kiri mendapatkan darah dari atrium kiri untuk selanjutnya akan
memompa darah ke seluruh tubuh melalui katup aorta. Otot jantung (miokardium) pada
bagian ventrikel lebih tebal dibandingkan dengan bagian atrium dan otot ventrikel kiri lebih
tebal dibandingkan dengan otot ventrikel kanan. Hal ini karena otot ventrikel kiri mempunyai
tugas untuk menghasilkan tekanan yang lebih besar daripada otot bagian lainnya. Ventrikel
kiri bertugas untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Diantara atrium dengan ventrikel terdapat katup yang memisahkannya. Katup ini
disebut dengan katup atriovebtrikular yang berfungsi untuk menjaga aliran darah agar
berjalan searah dari atrium ke ventrikel dan menghindarkan aliran darah balik dari ventrikel
ke atrium. Katup atrioventrikularis ini dibagi menjadi dua yaitu katup trikuspidalis dan katup
bikuspidalis (katup mital). Katup trikuspidalis merupakan katup yang mempunyai tiga daun
yang memisahkan atrium kanan dengan ventrikel kanan. Sedangkan katup bikuspidalis (katup
mitral) merupakan katup dengan dua daun yang memisahkan atrium kiri dengan ventrikel
kiri. Selain katup atrioventrikularis, terdapat katup semilunaris yang terdiri dari dua katup
yaitu katup pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal berfungsi mencegah aliran balik dari
arteri pulmonalis ke ventrikel kanan. Sedangkan katup aorta berfungsi mencegah aliran balik
dari aorta ke ventrikel kiri (gambar 1.4).

Gambar 1.4. Ruangan dan Katup Jantung


(Sumber:http://www.webmd.com/heart/picture-of-
the-heart#1)

Di dalam dinding ventrikel terdapat juga berkas - berkas otot yang tebal dinamakan
dengan otot-otot papillaris. Di bawah dari otot-otot papillaris terdapat benang benang tendon
tipis yang disebut dengan korda tendinea dan berfungsi untuk menghindarkan kelopak katup
terdorong masuk ke dalam atrium saat ventrikel berkontraksi.
Terdapat juga pembuluh darah yang tersambung langsung dengan jantung. Di sebelah
kanan jantung terdapat vena cava superior dan vena cava inferior yang akan mengalirkan
darahnya masuk ke dalam atrium kanan. Selanjutnya terdapat juga arteri pulmonalis. Arteri
ini berfungsi untuk membawa darah keluar dari ventrikel kanan untuk masuk ke dalam paru-
paru. Sedangkan yang membawa aliran darah dari paru-paru untuk masuk ke jantung lagi
yaitu ke dalam atrium kiri disebut dengan vena pulmonalis. Pembuluh darah berikutnya yaitu
aorta yang berfungsi membawa darah keluar dari ventrikel kiri.

Bunyi Jantung
Di dalam jantung terdengar dua macam bunyi/suara. Bunyi ini berasal dari katup
katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama disebabkan oleh menutupnya katup
atrioventrikular dan kontraksi ventrikel. Sedangkan bunyi kedua merupakan bunyi akibat
menutupnya katup semilunaris sesudah kontraksi ventrikel.

Siklus Jantung
Tugas utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh. Di dalam jantung
terdapat berbagai aktivitas yang berhubungan dengan peredaran darah, hal ini disebut dengan
siklus jantung. Gerakan jantung merupakan akibat dari kontraksi atrium dan ventrikel.
Gerakan jantung ini terdiri dari dua jenis yaitu sistole dan diastole. Sistole merupakan
kontraksi yang bersamaan dari kedua atrium atau kedua ventikrel. Sedangkan diastole
merupakan fase relaksasi dari atrium maupun ventrikel. Melalui fase sistole dan diastole
inilah jantung akan terus berdenyut selama hidupnya.
Kontraksi dari kedua atrium membutuhkan waktu yang lebih pendek daripada
kontraksi pada kedua ventrikel. Pada ventrikel, selain kontraksi berlangsung lebih lama,
kekuatan yang dihasilkan juga lebih tinggi daripada atrium utamanya pada ventrikel kiri.
Ventrikel kiri bertugas untuk mendorong darah ke seluruh tubuh dan mempertahankan
tekanan darah arteri sistemik. Sedangkan ventrikel kanan juga memompa volume darah yang
sama, namun tekanannya jauh lebih rendah dari ventrikel kiri karena hanya mendorong darah
ke dalam paru-paru.

Pembuluh Darah
Dalam sistem vaskular, terdapat lima jenis pembuluh darah berbeda yang akan
berperan, yaitu arteri, vena, arteriol, venula dan kapiler. Lapisan dinding pembuluh darah
kecuali kapiler mempunyai tiga lapisan, yaitu :
1. Tunika intima
Merupakan lapisan pembuluh darah bagian dalam
2. Tunika media
Merupakan lapisan pembuluh darah bagian tengah
3. Tunika adventisia
Merupakan lapisan pembuluh darah bagian luar

Gambar 1.8. Struktur Lapisan Pembuluh Darah Menuju Jantung Arteri Vena
(Sumber:http://studylib.net/doc/8117336/anatomy-review--blood-vessel-structure-
and-function)

Arteri mempunyai struktur dinding otot yang lebih tebal daripada vena. Hal ini
bertujuan untuk mengakomodasi fungsi dari arteri untuk mengalirkan darah pada kecepatan
dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya vena mempunyai struktur dinding otot yang lebih tipis.
Akan tetapi vena mempunyai diameter yang lebih besar daripada arteri karena tekanan darah
yang mengalir balik dari vena ke jantung lebih rendah. Selain itu pada vena mempunyai
katup yang bertujuan untuk mencegah aliran darah balik.
Arteriol mempunyai dinding yang lebih tipis daripada arteri, berfungsi untuk
mengatur aliran darah ke kapiler dengan cara konstriksi dan dilatasi. Sedangkan venula
mempunyai dinding yang lebih tipis daripada arteriol, berfungsi untuk mengumpulkan darah
dari kapiler. Secara lebih jelas arteri bertugas untuk membawa darah dari jantung, vena
bertugas untuk membawa darah ke jantung sedangkan kapiler sebagai penghubung antara
arteri dan vena yang merupakan jalan lalu lintas untuk distribusi zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh serta zat-zat yang harus dibuang oleh tubuh. Selain itu di dalam kapiler inilah terjadi
pertukaran gas dalam cairan ekstraseluler atau interstitiil.
Denyut nadi merupakan gelombang yang teraba pada arteri akibat darah dipompa
keluar jantung. Denyut arteri mudah teraba dan terasa di tempat yang melintasi sebuah tulang
yang terletak dekat dengan permukaan, misalnya arteri radialis, arteri temporalis maupun
arteri dorsalis pedis. Selain itu juga terdapat arteri arteri besar yang mudah untuk diraba yaitu
arteri karotis, arteri brakhialis dan arteri femoralis.
Saluran limfe juga merupakan bagian dari sistem kardiovaskuler, berfungsi untuk
mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali ke dalam darah limfenya yang
dikeluarkan melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan.

Sirkulasi Darah
Jantung merupakan organ utama sirkulasi darah. Terdapat dua macam sirkulasi yang
terjadi yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal.
1. Sirkulasi sistemik
Sirkulasi sistemik dimulai dari aliran darah dari ventrikel kiri melalui arteri, arteriol,
dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena.
2. Sirkulasi pulmonal
Sirkulasi pulmonal dimulai dari aliran darah dari ventrikel kanan masuk ke dalam
Paru- paru selanjutnya dari paru-paru masuk ke dalam atrium kiri.

Gambar1.9. Sirkulasi Darah Dalam Jantung


(Sumber: http://www.texasheart.org/HIC/Anatomy/conduct.cfm)
Darah tidak teroksigenasi yang berasal dari vena cava superior dan vena cava inferior
akan masuk ke dalam atrium kanan. Darah dari atrium kanan melewati katup trikuspidalis
akan masuk ke dalam ventrikel kanan. Selanjutnya ventrikel kanan akan memompa darah ke
paru-paru melalui katup pulmonal menuju arteri pulmonalis. Selanjutnya darah di paru-paru
akan mengalami proses oksigenasi.
Setelah proses oksigenasi di paru-paru terjadi, darah akan dialirkan ke vena
pulmonalis menuju ke atrium kiri. Darah teroksigenasi ini selanjutnya melalui katup
bikuspidalis akan tertampung ke dalam ventrikel kiri. Kemudian ventrikel kiri akan
memompa darah ke seluruh tubuh melalui katup aorta.
Tiga arteri besar yang merupakan percabangan dari aorta akan mengalirkan darah
sesuai dengan percabangannya. Arteri karotis komunis kiri akan mengalirkan darah ke bagian
otak. Arteri subklavia kiri akan mengalirkan darah ke bagian ekstremitas atas dan arteri
inominata akan mengalirkan darah ke daerah thoraks.
Sedangkan cabang dari aorta desenden akan mengalirkan darah ke bagian abdomen.
Aorta desenden ini di selanjutnya akan bercabang menjadi arteri iliaka yang kemudian
bercabang lagi menjadi arteri femoralis untuk menyuplai darah ke bagian ekstremitas bawah.
Cabang dari arteri besar ini akan membentuk ranting menjadi arteri yang lebih kecil
lagi sampai menjadi arteriol. Arteri - arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang
menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah mempertahankan
tekanan darah arteri dengan jalan mengubah-ubah ukuran saluran mengatur aliran darah
dalam kapiler. Dinding kapiler mempunyai struktur yang tipis sehingga memudahkan untuk
terjadinya pertukaran zat antara plasma dan jaringan interstitiil.
Selanjutnya kapiler kapiler ini bergabung membentuk pembuluh darah yang lebih
besar yang disebut dengan venul. Darah dari venul kemudian akan bergabung menuju vena
untuk selanjutnya menghantarkan darah ke dua batang vena besar yaitu vena cava superior
dan vena cava inferior untuk kembali ke jantung. Vena cava superior mengumpulkan darah
dari kepala dan ekstremitas atas. Sedangkan vena cava inferior mengumpulkan darah dari
thoraks, abdomen dan ekstremitas bawah.
Anatomi Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh darah (Tortora & Derrickson,
2009). Jantung adalah organ berotot yang terletak di dada yang memompa darah ke seluruh
tubuh. Jantung dibagi menjadi empat bilik: atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan
ventrikel kiri. Atrium kanan adalah ruang yang menerima darah terdeoksigenasi dari tubuh
melalui vena cava superior dan inferior. Darah kemudian mengalir ke ventrikel kanan melalui
katup trikuspid. Ventrikel kanan memompa darah terdeoksigenasi ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis. Atrium kiri adalah ruang yang menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui
vena paru-paru. Darah kemudian mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral. Ventrikel
kiri memompa darah beroksigen ke dalam tubuh melalui aorta, arteri utama tubuh.

Gambar 2.1 Anatomi Jantung berdasarkan Potongan Sagital dan


Medial(Sherwood, 2012)

Gambar 2.2 Katup Jantung (Sherwood,


2012)
Dinding ventrikel lebih tebal daripada dinding atrium, karena ventrikel harus memompa
darah pada tekanan yang lebih tinggi untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ventrikel
kiri memiliki dinding paling tebal, karena harus memompa darah ke seluruh tubuh,
sedangkan ventrikel kanan hanya memompa darah ke paru-paru. Jantung juga memiliki
empat katup yang mencegah darah mengalir kembali ke ruang yang baru saja
ditinggalkannya: katup trikuspid antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup mitral antara
atrium kiri dan ventrikel kiri, katup paru antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dan
katup aorta antara ventrikel kiri dan aorta. Katup ini membuka dan menutup dengan kontraksi
dan relaksasi jantung dan membuat suara 'lub-dub' yang dapat didengar menggunakan
stetoskop.

Gambar 2.3 Perikardium dan Lapisan


Jantung(Tortora & Derrickson,
2009)

Jantung juga dikelilingi oleh perikardium, kantung berlapis ganda yang menutupi
jantung dan akar pembuluh darah besar. Perikardium mengandung sejumlah kecil cairan
perikardial yang melumasi jantung dan membantu mengurangi gesekan antara jantung dan
perikardium. Jantung juga disuplai oleh arteri koroner yang membawa darah kaya oksigen ke
otot jantung. Arteri koroner dibagi menjadi dua cabang utama: arteri koroner kiri dan arteri
koroner kanan. Arteri koroner kiri memasok darah ke ventrikel kiri, sedangkan arteri koroner
kanan memasok darah ke ventrikel kanan dan simpul sinoatrial (SA), alat pacu jantung
alami(Guyton & Hall, 2006). Memahami anatomi jantung sangat penting untuk memahami
fungsi dan gangguan sistem kardiovaskular.
Gambar 2.4 Vaskularisasi Koroner
Jantung (Tortora & Derrickson,
2009)

Fisiologi Sistem Kardiovaskuler


Siklus Jantung
Siklus jantung adalah urutan peristiwa yang terjadi selama satu kontraksi dan
relaksasi jantung. Siklus jantung dapat dibagi menjadi dua fase: sistol, dimana jantung
berkontraksi dan memompa darah keluar ke tubuh, dan diastol, dimana jantung rileks dan
terisi darah. Fase sistolik dimulai dengan kontraksi atrium, yang menyebabkan darah
dipompa ke ventrikel. Ini dikenal sebagai sistol atrium. Kontraksi ventrikel, yang dikenal
sebagai sistol ventrikel, kemudian mengikuti. Selama sistol ventrikel, ventrikel berkontraksi
dengan kuat, mengeluarkan darah keluar dari jantung dan masuk ke aorta dan arteri
pulmonalis. Ini dikenal sebagai fase ejeksi siklus jantung. Fase sistolik berakhir dengan
penutupan katup aorta dan paru.
Fase diastolik dimulai dengan relaksasi ventrikel, yang dikenal sebagai diastol
ventrikel. Selama fase ini, ventrikel terisi dengan darah yang telah kembali ke jantung dari
tubuh dan paru-paru. Ini dikenal sebagai fase pengisian siklus jantung. Relaksasi atrium, yang
dikenal sebagai diastol atrium, kemudian mengikuti. Fase diastolik berakhir dengan
penutupan katup mitral dan trikuspid. Durasi fase sistolik lebih lama dari fase diastolik, ini
karena ventrikel membutuhkan lebih banyak waktu untuk berkontraksi dan memompa darah
keluar dari jantung daripada atrium yang perlu rileks dan terisi dengan darah. Durasi fase
sistolik biasanya antara 130 dan 220 milidetik, sedangkan durasi fase diastolik biasanya
antara 300 dan 400 milidetik (Guyton & Hall, 2011).
Gambar 2.5 Siklus Jantung (Sherwood, 2012)
Siklus jantung terkait erat dengan curah jantung yang merupakan jumlah darah yang
dipompa jantung per menit. Curah jantung adalah produk dari denyut jantung dan volume
stroke (jumlah darah yang dikeluarkan oleh setiap ventrikel per detak). Oleh karena itu,
perubahan denyut jantung atau volume stroke dapat mempengaruhi curah jantung dan dengan
demikian sirkulasi ke seluruh tubuh. Kesimpulannya, siklus jantung adalah urutan peristiwa
yang terjadi selama satu kontraksi dan relaksasi jantung. Ini dibagi menjadi dua fase, sistol
dan diastol, dan diatur oleh aktivitas listrik jantung. Memahami mekanisme dan pengaturan
siklus jantung sangat penting untuk memahami fungsi dan gangguan sistem kardiovaskular.

Denyut Jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70x/menit. Denyutan jantung ini dikontrol sendiri
oleh jantung melalui mekanisme regulasi nodus SA, nodus AV, dan sistem purkinje. Dalam
keadaaan normal regulasi denyut jantung dipengaruhi oleh saraf simpatis dan saraf
parasimpatis melalui sistem saraf otonom. Mekanisme yang terjadi adalah stimulasi saraf
simpatis akan meningkatkan denyut jantung sedangkan stimulasi saraf parampatis akan
menghambat peningkatan denyut jantung melalui saraf vagu (Muttaqin, 2009).

Konduksi/Elektrofisiologi Jantung
Elektrofisiologi jantung merupakan aktivitas listrik jantung dan hubungannya dengan
fungsi mekanis otot jantung. Aktivitas listrik jantung berperan atas kontraksi otot jantung
yang terkoordinasi dan membentuk irama jantung. Aktivitas listrik jantung dimulai di nodus
sinoatrial (SA) atau dikenal juga dengan SA node, yang terletak di atrium kanan. SA node
menghasilkan aktivitas pacu jantung alami. Impuls listrik yang dihasilkan kemudian
ditransmisikan di sepanjang atrium sehingga menyebabkan atrium berkontraksi dan
memompa darah masuk ke ventrikel. Impuls kemudian mencapai nodus atrioventrikular (AV)
atau AV node, yang terletak di septum interatrial.
Pada AV node terjadi penundaan impuls selama sepersekian detik sebelum
mentransmisikannya ke bundel His dan Purkinje. Impuls kemudian menyebar dengan cepat di
seluruh miokardium ventrikel, menyebabkan ventrikel berkontraksi dan memompa darah
keluar dari jantung menuju ke tubuh dan paru-paru (Jalife & Stevenson, 2021).

Gambaran aktivitas elektrofisiologi jantung dapat terlihat dari hasil pemeriksaan


elektrokardiogram (EKG), sekaligus sebagai diagnostik adanya aritmia jantung atau evaluasi
terapi terhadap aktivitas listrik jantung (Epstein et al., 2008).

Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya hidrostatik darah terhadap dinding endotel arteri sebagai
akibat dari dorongan kontraksi jantung (Lewis et al., 2014) dan oleh karena itu dapat
memberikan gambaran tekanan di dalam arteri sepanjang sirkulasi sistemik (Sibernagl &
Despopoulos, 2009). Sehingga tekanan darah akan lebih akurat jika digambarkan melalui
tekanan arteri rata-rata atau mean arterial pressure (MAP). Aliran darah dalam sistem
sirkulasi terjadi karena adanya gradien atau perbedaan tekanan yang dapat dipengaruhi oleh
jumlah atau volume darah yang dipompa oleh jantung atau curah jantung (cardiac output/CO)
dan juga resistensi vaskular perifer (systemic vascular resistance/SVR) (Sherwood, 2012)
(Persamaan 2.1). Hal ini didasari oleh Hukum Ohm (Hutomo et al., 2021).

MAP CO x SVR
Persamaan 2.1 Hubungan linier antara rerata tekanan arteri,
curah jantung, dan resistensi vaskuler
sistemik/perifer
CO = SV x HR
Persamaan 2.2 Hubungan linier antara curah jantung, isi sekuncup, dan denyut
jantung
Mekanisme regulasi tekanan darah dipengaruhi oleh fungsi curah jantung dan tahanan
pembuluh darah sistemik. CO merupakan jumlah darah yang mengalir dalam sirkulasi
sistemik dan pulmonal tiap menit. CO juga menggambarkan isi sekuncup (stroke volume/SV)
dan denyut jantung (heart rate/HR) (Persamaan 2.2). SV adalah jumlah darah yang dipompa
keluar dari jantung tiap kali denyutan dan diperkirakan sekitar 70 mL sedangkan HR
adalah jumlah denyutan jantung selama satu menit. SVR adalah gaya yang berlawanan dengan
gaya aliran darah di dalam pembuluh darah yang ditentukan oleh besar diameter dari
pembuluh darah (terutama arteri kecil dan arteriol), viskositas darah, dan panjang pembuluh
darah (umumnya berkaitan dengan bentuk dan luas penampang tubuh).
Tekanan darah tertinggi berada di aorta selama fase sistolik jantung atau disebut juga
sebagai nilai tekanan darah sistolik, sedangkan tekanan darah diastolik merupakan tekanan
darah terendah yang terjadi saat relaksasi isovolumetrik saat katup aorta menutup (Sibernagl
& Despopoulos, 2009). Perbedaan atau selisih antara tekanan darah sistolik dan diastolik
disebut tekanan nadi (DeWit et al., 2017) yang merefleksikan isi sekuncup jantung atau
stroke volume (SV) dan kompliansi atau aksesibilitas arteri (arterial compliance) (Sibernagl
& Despopoulos, 2009).
Arterial compliance merupakan perbandingan antara perbedaan volume darah dan
perbedaan tekanan intravaskuler. Ketika compliance arteri berkurang dengan SV yang
konstan maka tekanan darah sistolik akan mengalami peningkatan yang lebih tinggi
dibandingkan tekanan darah diastolik sehingga tekanan nadi akan menjadi meningkat. Oleh
karena itu, penurunan elastisitas dinding arteri akan menyebabkan peningkatan tekanan
darah.
Regulasi tekanan darah merupakan proses yang kompleks dan memiliki waktu kerja
pendek dan panjang. Proses yang terjadi lebih cepat biasanya dimediasi oleh sistem saraf
simpatis dan endotelium pembuluh darah. Sedangkan pengaturan melalui hormonal dan renal
dapat berlangsung dalam jangka waktu hari hingga minggu. Peningkatan kerja sistem saraf
simpatis dapat menyebabkan peningkatan HR, kontraktilitas jantung, vasokonstriksi
pembuluh darah perifer yang dapat meningkatkan tahanan perifer, dan pelepasan renin yang
dapat meningkatkan volume darah melalui kerja aldosteron pada tubulus ginjal (Lewis et al.,
2017).
Regulasi tekanan darah diatur melalui tiga mekanisme (Ignatavicius et al., 2018),
yaitu aktivasi atau inhibisi pada sistem saraf otonom, aktivasi sistem Renin-Angiotensin-
Aldosteron (RAA) oleh ginjal, dan pelepasan hormon adrenal pada sistem endokrin.

Sistem Saraf Otonom


Regulasi yang menyeimbangkan aktivitas sistem saraf simpatis dan parasimpatis
sebagai saraf otonom, bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah sistolik yang adekuat.
Mekanisme tersebut merupakan respon dari impuls yang dikirimkan oleh reseptor sensoris
seperti baroreseptor dan kemoreseptor (Ignatavicius et al., 2018) yang kemudian diproses
pada pusat kardiovaskuler di medula oblongata (Sherwood, 2012; Silverthorn et al., 2010;
Tortora & Derrickson, 2009).
Baroreseptor terletak pada badan karotis yang berfungsi untuk memantau tekanan
darah yang bersirkulasi ke otak dan pada arkus aorta yang memantau tekanan darah pada
sirkulasi sistemik. Pengiriman impuls dari baroreseptor memiliki irama (tone) tertentu yang
dapat meningkat (lebih cepat dalam satuan waktu) atau menurun (lebih lambat). Perubahan
irama impuls ini terjadi karena peregangan dinding vaskuler karotis dan aorta akibat
peningkatan tekanan darah.
Impuls dari arkus aorta dibawa oleh saraf aferen yang merupakan cabang dari saraf
vagus (X) sedangkan impuls dari badan karotis dibawa oleh cabang dari saraf glosofaringeal
(IX) (Tortora & Derrickson, 2009).

Gambar 2.8 Regulasi Tekanan Darah melalui Sistem RAA (Sherwood, 2012)
Sistem Hormonal
Selain aldosteron, norepinefrin (NE), dan epinefrin (E), hormonal yang mempengaruhi
tekanan darah adalah antidiuretic hormone (ADH) atau dikenal juga sebagai vasopresin, dan
atrial natriuretic peptide (ANP) atau dikenal sebagai endothelin. Stimulasi sekresi vasopresin
oleh hipofisis posterior disebabkan oleh tinggi atau rendahnya tekanan osmotik di dalam
darah (Tortora & Derrickson, 2009).
Vasopressin bekerja melalui restriksi air selama proses pembentukan urin dan juga
memiliki efek vasokonstriksi. ANP dilepaskan oleh sel pada atrium jantung ketika dinding
jantung mengalami peregangan akibat peningkatan volume darah (Sherwood, 2012).
Pelepasan ANP menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan meningkatkan pelepasan garam dan
air ke dalam urin sehingga menurunkan volume darah.

Fisiologi Jantung
Fungsi jantung adalah memompa darah ke paru dan seluruh tubuh untuk memberikan
sari-sari makanan dan O₂hingga sel terjadi metabolism. Pembuluh arteri dan vena berfungsi
sebagai pipa yaitu bertugas menyalurkan darah dari jantung keseluruh jaringan tubuh,
perbedaan mendasar pada arteri dan vena terdapat pada susunan histoanatomi yang
menunjang fungsinya masing-masing (Yudha, 2017).
Menurut (Lily, 2004) Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan
menerima dan juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah. sedangkan sisi
jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang mengandung oksigen
tinggi. Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang masing-
masing dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium kanan kiri, serta ventrikel
kiri dan kanan. Berikut fungsi dari bagian- bagian jantung yaitu :
1. Atrium.
Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava
superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung
sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru.
Atrium kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui vena kava superior
(kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada lebih rendah).
Simpul sinoatrial mengirimkan impuls yang menyebabkan jaringan otot jantung
dari atrium berkontraksi dengan cara yang terkoordinasi seperti gelombang. Katup
trikuspid yang memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan, akan terbuka untuk
membiarkan darah de-oksigen dikumpulkan di atrium kanan mengalir ke ventrikel
kanan
Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4
buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya
ke seluruh tubuh melalui aorta. Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-
paru melalui vena paru-paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial
kemajuan melalui atrium, darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri Ventrikel
2. Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-
paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kanan menerima darah de-oksigen
sebagai kontrak atrium kanan. Katup paru menuju ke arteri paru tertutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh,
mereka kontrak. Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup katup trikuspid dan
katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah dari dukungan ke
atrium kanan dan pembukaan katup paru memungkinkan darah mengalir ke
arteripulmonalis menuju paru-paru.
3. Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh
tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung oksigen
sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri. Katup
aorta menuju aorta tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah.
Setelah ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri, menutup
katup mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup mitral mencegah darah dari
dukungan ke atrium kiri dan pembukaan katup aorta memungkinkan darah
mengalir ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh.
4. Siklus Jantung Dan Sistem Peredaran Darah Jantung
Siklus jantung termasuk dalam bagian dari fisiologi jantung itu sendiri.
Jantung ketika bekerja secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan
isi jantung dan juga berelaksasi dalam rangka mengisi darah kembali. siklus jantung
terdiri atas periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan juga periode diastol
(relaksasi dan pengisian jantung).
Gejala Gangguan Sistem Kardiovaskuler
Pada seseorang yang mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler, akan muncul
beberapa gejala antara lain:
1. Nyeri dada dan rasa tidak nyaman
2. Dipsnea (sesak nafas)
3. Palpitasi
4. Sinkop
5. Edema
6. Gejala Lain

Nyeri Dada dan Rasa Tidak Nyaman


Pada pasien yang mengalami keluhan nyeri dada dan rasa tidak nyaman, seringkali
merupakan tanda dan gejala terjadinya sindroma koroner akut ataupun diseksi aorta. Akan
tetapi seringkali pasien tidak mengeluhkan nyeri dada, akan tetapi mengeluh rasa tidak
nyaman. Sehingga perlu kiranya dilakukan pengkajian anamnesa yang lebih mendalam
terhadap keluhan yang muncul dari pasien, karena keluhan rasa tidak nyaman yang terjadi
pada pasien tidak selalu mencerminkan tingkat keparahan penyakit yang dideritanya.
Penyakit jantung koroner seringkali disebut dengan silent diseases, karena penyakit ini
seringkali tidak memunculkan gejala pada fase awal, pada orang lanjut usia ataupun pada
pasien diabetes.
Dipsnea (Sesak Nafas)
Seseorang dapat dikatakan mengalami sesak nafas apabila mengalami perubahan
ambang batas pernafasan dari yang diharapkan. Gejala sesak nafas yang muncul pada pasien
dapat merupakan tanda khusus yang disebabkan oleh gangguan pada jantung, gangguan pada
pernafasan, gangguan neuromuscular, gangguan metabolik, ataupun akibat dari toksin atau
ansietas.
Pada pasien yang mengalami gangguan sistem kardiovaskuler, beberapa penyakit
memunculkan gejala sesak nafas antara lain angina pektoris maupun gagal jantung. Pada
angina pektoris pasien mengalami iskemik miokard sehingga pasien menjadi merasa tidak
nyaman pada dada. Sedangkan pada pasien gagal jantung, sesak nafas seringkali muncul
akibat kelelahan. Pada gagal jantung kiri, munculnya edema paru juga mengakibatkan pasien
mengalami sesak nafas. Edema paru ini terjadi karena peningkatan tekanan diastolik akhir
pada atrium kiri yang menyebabkan peningkatan tekanan vena pulmonal dan kapiler. Pasien
dengan edema paru akut ini biasanya akan lebih nyaman dengan posisi duduk tegak.
Beberapa gejala sesak nafas lain yang muncul yaitu ortopnea, dipsnea paroksismal
nokturnal dan platipnea. Ortopnea merupakan tanda terjadinya gagal jantung yang sudah
lanjut, ditandai dengan munculnya sesak nafas pada saat posisi berbaring mendatar.
Sedangkan sesak nafas yang muncul mendadak pada saat pasien tidur sehingga akibat sesak
yang dialaminya pasien menjadi terbangun dari tidurnya disebut dengan dipsnea paroksismal
nokturnal. Pada pasien yang mengalami kondisi ini, pasien akan merasa tercekik atau
terengah-engah menghirup udara. Kondisi ini disebabkan oleh akumulasi cairan di alveolar.
Sedangkan platipnea adalah munculnya sesak nafas saat pasien berada dalam posisi duduk
tegak. Hal ini dapat terjadi akibat adanya kelainan anatomis dan fungsional.
Palpitasi
Palpitasi merupakan kesadaran tidak terduga akan detak jantung yang terasa di dalam
dada. Hal ini dapat terasa cepat, kuat atau ireguler dan dideskripsikan dipukul pukul, berdetak
keras, melompat-lompat, bergetar, berlomba atau meloncat-loncat. Palpitasi dapat terjadi
pada pasien aritmia. Akan tetapi gejala ini tidak selalu muncul. Palpitasi juga dapat muncul
akibat penggunaan kafein dan nikotin berlebihan, penggunaan dekongestan, antihistamin
maupun obat-obat stimulant seperti amfetamin, ekstasi dan kokain. Selain itu, palpitasi juga
merupakan tanda dan gejala terjadinya takikardia supraventrikular.
Munculnya gejala palpitasi harus segera diidentifikasi pada kasus :
1. Mempunyai riwayat infark miokard, intervensi perkutaneus koroner atau bedah
jantung kurang dari 3 bulan
2. Disertai sinkop atau nyeri dada hebat
3. Riwayat keluarga sinkop atau meninggal mendadak
4. Sindrom Wolf-Parkinson-White, atau channelopathy bawaan
misalmnya sindrom QT panjang
5. Penyakit jantung struktural bermakna, seperti kardiomiopati hipertrofi, stenosis aorta

Sinkop
Sinkop adalah hilangnya kesadaran akibat hipoperfusi serebral. Pusing, sinkop atau
perasaan akan pingsan (prasinkop) dapat disebabkan oleh kelainan kardiovaskuler dengan
penyebab utama yaitu :
1. Hipotensi postural
Merupakan keadaan penurunan tekanan darah sistolik > 20 mmHg
dalam kondisi berdiri yang dapat disebabkan oleh hipovolemia,
penggunaan obat antihipertensi terutama diuretik dan vasodilator,
serta neuropati otonomik
2. Sinkop neurokardiogenik
Merupakan kelompok kondisi yang disebabkan oleh reflex otonomik abnormal.
Pingsan murni dapat terjadi pada seseorang yang dipaksa berdiri dalam jangka waktu yang
lama dan dalam kondisi lingkungan yang panas, atau juga dapat terjadi karena faktor emosi
ataupun nyeri berlebihan. Hal ini terjadi akibat penurunan frekuensi jantung yang mendadak
dan atau vasodilatasi. Sebelum terjadi pingsan, pasien seringkali ditandai oleh munculnya
gejala prodromal antara lain, pusing, pandangan gelap, tinnitus, mual, berkeringat dan wajah
pucat. Selanjutnya pasien akan terjadi di lantai. Pada kondisi ini, saat pasien dalam posisi
berbaring, seringkali pasien akan dapat sadar kembali. Hal ini terjadi karena pada posisi
berbaring, aliran darah akan kembali ke otak sehingga pasien akan menjadi sadar.
3. Aritmia
Gejala yang muncul pada pasien dengan aritmia dapat berupa sinkop atau prasinkop.
Bradiaritmia seringkali penyebab yang mendasarinya akibat gangguan pada sinoatrial atau
blok atrioventrikular. Selain itu takikardia ventrikuler juga dapat memunculkan gejala sinkop
atau prasinkop. Obstruksi mekanik curah jantung.
4. Bahan dengan hill op
Beberapa kondisi dapat menyebabkan terjadinya hambatan ventrikel kiri untuk
memompa darah secara maksimal ke seluruh tubuh seperti stenosis aorta yang berat dan
kardiomiopati hipertrofik. Hal ini menyebabkan curah jantung menjadi menurun sehingga
sirkulasi serebral juga akan terganggu. Gangguan sirkulasi serebral inilah yang akan
memunculkan gejala prasinkop atau sinkop. Adanya emboli paru maupun tumor jantung juga
dapat mencetuskan terjadinya sinkop

Edema
Edema merupakan penumpukan cairan dalam ruang interstitial. Gangguan
kardiovaskuler yang memunculkan gejala edema biasanya akibat dari gagal jantung,
penggunaan obat-obatan vasodilator, penyakit vena kronik dan limfedema. Pada gangguan
jantung, seringkali edema disertai dengan peningkatan tekanan pada vena jugularis. Akan
tetapi, edema yang tidak disertai dengan peningkatan tekanan vena jugularis, bukan
merupakan tanda yang bersifat kardiogenik.

Gejala Lain
Beberapa gejala non kardiak juga dapat terjadi pada penyakit jantung, misalnya pada
pasien dengan endokarditis infektif, gejala yang muncul berupa penurunan berat badan, rasa
letih, demam dan keringat malam.

Anamnesis
Anamnesis merupakan salah satu langkah yang sangat penting dan harus dilakukan
untuk mendapatkan data status kesehatan pasien sehingga penentuan diagnosis dapat
ditegakkan.

Keluhan Utama
Tanyakan keluhan utama yang dialami pasien. Tentukan frekuensi, durasi dan tingkat
keparahan gejala, faktor yang mencetuskan serta faktor yang meringankan. Perhatikan adakah
terjadi sesak nafas, nyeri dada atau nyeri tungkai bawah yang baru terjadi. Perhatikan apakah
pasien mengalami palpitasi, kelelahan berlebihan, edema kaki, sianosis, pingsan atau
ortopnea. Tanyakan apakah gejala muncul saat pasien istirahat atau olahraga.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tanyakan pada pasien riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya, misal riwayat
pernah mengalami demam rematik atau bising jantung selama masa anak-anak serta penyakit
lain yang berhubungan seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal, tirotoksikosis
(fibrilasi atrium) dan sindrom marfan (regurgitasi aorta atau diseksi aorta).

Riwayat Obat-obatan
Tanyakan riwayat penggunaan obat-obatan yang digunakan oleh pasien. Penggunaan
obat obatan tertentu dapat menyebabkan atau - memperberat gejala pada gangguan
kardiovaskuler seperti sesak nafas, nyeri dada, edema, palpitasi atau sinkop.
Tanyakan apakah pasien sedang mengkonsumsi obat obatan kardiovaskuler seperti
antidisritmia, antihipertensi serta tanyakan apakah pasien mengerti tujuan, dosis dan efek
samping penggunaan obat tersebut. Bagi seorang petugas kesehatan, mengkaji pengetahuan
pasien tentang penggunaan obat-obatan memungkinkan untuk mengetahui kepatuhan
penggunaan obat-obatan maupun kemungkinan bahwa obat- obatan yang dikonsumsi
mempengaruhi tanda-tanda vital pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tanyakan riwayat penyakit keluarga yang ada. Banyak penyakit jantung mempunyai
komponen genetik yang dapat diturunkan kepada. anggota keluarganya. Tanyakan apakah di
dalam keluarganya mempunyai riwayat penyakit jantung, diabetes, kolesterol tinggi,
hipertensi, stroke atau penyakit jantung rematik.

Riwayat Sosial
Pada pengkajian riwayat sosial, perlu dikaji tentang kebiasaan gaya hidup pasien seperti
merokok, penggunaan alkohol maupun penggunaan obat-obatan tertentu. Kebiasaan merokok
merupakan salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung
koroner. Konsumsi alkohol yang berlebihan serta konsumsi makanan yang buruk juga turut
berperan menyebabkan penyakit tersebut. Selain itu penggunaan obat-obatan intravena
beresiko menyebabkan kerusakan pada dinding arteri dan vena perifer serta menyebabkan
aneurisme palsu terinfeksi, contohnya arteri femoralis komunis di selangkangan dapat
berperan sebagai sumber endokarditis infektif.

Selain itu tanyakan kebiasaan olahraga serta pola diet dan makan pasien termasuk
konsumsi lemak dan garam. Beri pertanyaan juga tentang status emosional pasien, apakah
pola hidup pasien penuh dengan tuntutan fisik atau emosional. Riwayat Pekerjaan Pengkajian
riwayat pekerjaan diperlukan untuk mendapatkan data pekerjaan yang beresiko menyebabkan
gangguan kardiovaskuler. Misalnya pasien dengan riwayat pekerjaan yang terpapar dengan
penggunaan getaran selama pekerjaannya melalui penggunaan alat bertenaga angin, dapat
mengalami sindroma vibrasi tangan - lengan yang muncul sebagai gejala vasopastik,
misalnya fenomena Raynaud dan gejala neurosensorik yaitu rasa kesemutan.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada gangguan kardiovaskuler tergantung pada kondisi pasien
pasien dalam kondisi gawat darurat seperti mengalami henti jantung atau nafas, maka segera
tangani dulu masalah kegawatannya. Setelah itu lakukan pemeriksaan lebih rinci.
Tujuan :
1) Untuk menentukan kelainan kardiovaskuler primer
2) Menemukan kelainan sistemik dengan akibat /
konsekwensi kardiovaskuler
3) Menemukan penderita dengan gejala dan keluhan
menyerupai, namun tanpa kelainan
kardiovaskular
4) Untuk skrining kelainan kardiovaskular
Keadaan umum :
1) Kelainan dan usia pasien
2) Tampak sakit atau tidak
3) Kesadaran dan keadaan emosi
4) Dalam kondisi comfort atau distres
5) Sikap dan tingkah laku pasien
Postur tubuh :
1) Berat badan
2) Tinggi badan
3) Bentuk badan secara keseluruhan
 Syndrom Down
 Syndrom Turner
 Syndrom Hurler
 Dresden China
 Syndrom Rubella
 Elfin Appearance
4) Texture jaringan / warna kulit
 Turgor
 Tonus Jaringan Sianosis
 Anemia
 Ikterus

5) Kepala
 Mata konjungtiva, sklera, pupil, gerakan bola
 mata, kelopak mata, fundoskopi
 Mulut selaput lendir bibir dan lidah, gigi geligi, gusi rahang, palatum,
orofaring, tonsil
 Kuping bentuk dan sekret dalam telinga
 Muka/wajah expresi (sianotik, pucat, puffy
 face)
 JVP (jugularis vena pressure)
6) Leher
 Arteri karotis
 Kelenjar thyroid
 Kelenjar getah bening
7) Dada
 Funnel chest
 Pigeon breast
 Voussure cardiaque
 Flat chest
 Pulsasi apex

ABDOMEN
Perhatikan besar, bentuk, konsistensi, serta mencari ada tidaknya nyeri tekan
1. Asites
 Penimbunanan cairan dalam rongga intraperotoneal
Dalam sikap baring perut akan membuncit ke segala arah
 Cara memeriksa dengan shiffting dullness
2. Perabaan pembesaran hati dan limpa
 Perhatikan besarnya, permukaan, konsisitensi
 Pulsasi hati terjadi pada insufisiensi tricuspid Caranya kedua telapak tangan,
satu di bagian dorsal dan satu diventral hati di permukaan perut
3. Hepato Jugular Reflux
Menekan perut di kwadran atas, maka akan menambah bendungan vena
4. Pitting Edema Sub Cutan
Terjadi pada asites yang besar
5. Extrimitas kiri dan kanan
 Lengan tangan
 Bentuk, gerakan, reflek fisiologis Maupun patologis
 Kondisi persendian (peradangan sendi)
 Warna dan texture kulit (edema sub cutis)
 Kelenjar getah bening sub kutan (benjolan granulasi)
 Pemeriksaan jari (deformitas jari, persendian
 jari, sianosis, clubing finger)
 Bandingkan denyut nadi arteri radialis kiri dan kanan
 Tungkai - Kaki
 Bentuk, gerakan, reflek fisiologis dan patologis
 Tanda peradangan
 Warna dan texture kulit
 Edema tungkai, edema pretibial, edema
 pergelangan kaki (ankle edema), jari kaki
 Perabaan denyut nadi arteri femoralis, a.
 Politea, a. dorsalis pedis.
 Tanda fenomena trombo emboli pada tungkai
 Vena tungkai bawah (varises, tromboflebitis)

Pemeriksaan Sirkulasi Pada Ekstremitas


Tanda-tanda vital:
 Tekanan darah.
 Tekanan pada dinding arteri (arteri bracial)
 Sikap berbaring tenang (keadaan basal)
 Manset dipompa 20-30 mmhg lebih tinggi dari tekanan maximal (dalam keadaan
ini tidak teraba denyut di bagian distal manset)
 Stetoskop diletakkan tepat distal dari manset
 Tekanan darah dalam manset kemudian dikempiskan perlahan-lahan 2-3 mmhg
Perdetik
 Tekanan systole, saat bunyi pertama terdengar (fase1)
 Dyastolik diambil saat bunyi yang terdengar hilang (fase V)

Attention
1. Harus dilakukan dengan betul terutama pada pasien
gemuk dan anak-anak.
2. Ukuran manset 13 x 20 cm. (20% lebih besar dari diameter lengan)
3. Untuk pasien Hipertensi pengukuran dilakukan pada kedua lengan
dan kedua tungkai
4. Ukuran lebar manset
Usia < I :tahun lebar cekungnya
< 2.5cm.
1-4 tahun
: lebar 5 cm.
4-8 tahun
: lebar 9 cm.

Nadi
Kriteria keadaan nadi:
1. Frekuensi
2. Regularitas
3. Amplitudo
4. Bentuk/contour
5. Isi/volume
6. Perabaan arteri

Jenis-jenis nadi:
1. Nadi keras
2. Kekakuan dinding arteri / keadaan
Sirkulasi yang hyperdinamik
3. Nadi lemah / kecil
4. Curah jantung rendah
5. Pulsus alternans
6. Nadi yang relatif kuat diselingi
nadi yang lebih lemah
7. Pulsus bigeminus
8. Pulsus defisit dll.
Pernafasan:
1. Untuk menilai nafas perlu diperhatikan 2. Posisi badan, untuk menilai ortopnea
3. Ekspresi muka, untuk menilai keadaan emosi atau stress
pada pernapasan
4. Tanda-tanda obyektif dyspneu / pernapasan pada saat aktifitas dan istirahat

Kriteria pemeriksaan pernapasan :


1. Irama pernapasan
 Frekuensi pernapasan
Bradipnea < 16 siklus permenit
Takipnea :> 24 siklus permenit
Normopnea: 16-24 x permenit
 Regularitas pernapasan
Reguler pernapasan berlangsung secara teratur
Iregular pernapasan tidak teratur
2. Amplitudo pernapasan
 Apnea, normopnea, hyperpnea

Suhu badan :
 Aliran darah melalui sistem kardiovaskuler berperan untuk mendistribusikan
panas ke seluruh tubuh
 Pada gangguan sistem kardiovaskuler, distribusi darah. dan perfusi jaringan
mengalami gangguan, sehingga suhu badan menjadi cenderung turun.
Pemeriksaan khusus :
Inspeksi
1. Area prekordial :
 Depresi
 Penonjolan asimetris
2. Tentukan lokasi kelainan pada permukaan dada:
 Garis tengah sternal / MSL
 Garis tengah clavicular / MCL
 Garis anterior aksilair / AAL
DAFTAR PUSTAKA

Anjani, Anggra Trisna dkk. 2023. “ Konsep Dan Aplikasi Asuhan Keperawatan PasienDengan

Gangguan Kardiovaskuler”. Jurnal Ilmiah (Online). Bandung: Media

SainsIndonesia.(https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=WTW0EAAAQBAJ

&oi=fnd&pg=PA17&dq=info:ncQxO5lrMcEJ:scholar.google.com/&ots=WiUY_e765Z

&sig=32gIjrNFPpjkTAaOcoQvOcEQx1c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false).

Diakses Pada 25 Maret 2023.

Pramestyani, Mustika. 2022. “Anatomi Fisiologi”. Jurnal Ilmiah (Online). Padang: Global

EksekutiTeknologi.(https://books.google.co.id/books?id=E64eEAAAQBAJ&pg=PA47

&dq=sistem+kardiovaskuler&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUK

Ewjfmbz_lvb9AhW0U2wGHcAuAmMQ6AF6BAgLEAI#v=onepage&q=sistem%20ka

rdiovaskuler&f=false). Diakses Pada 25 Maret 2023.

Fikriana, Riza. 2019. “Sistem Kardiovaskuler”. Jurnal ilmiah (Online). Yogyakarta:

Deepublish.(https://books.google.co.id/books?id=Rm9nDwAAQBAJ&printsec=frontco

ver&dq=sistem+kardiovaskular&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobi

le_search&sa=X&ved=2ahUKEwiNm9Xuw-r9AhVKT2wGHTa-

D90Q6AF6BAgJEAM#v=onepage&q=sistem%20kardiovaskular&f=false).Diakses

Pada 25 Maret 2023.

Anda mungkin juga menyukai