Pada jantung terdapat dua buah ruangan serambi, yaitu: atrium dextra
dan atrium sinistra dan dua buah ruangan bilik terdapat ke arah apex cordis
yaitu ventricel dextra dan ventricel sinistra. Antara kedua atrium dibatasi oleh
sekat yang dinamakan septum atriorum, dan di antara kedua ventrikel
dinamakan septum interventrikulorum.
Pada atrium dextra tempat masuk darah yang berasal dari: vena cava
superior, vena cava inferior, dan sinus coronarius. Sedangkan pada atrium
sinistra masuk empat buah vena pulmonalis dextra dan sinistra, berasal dari
kedua paru. Dari ventricel dextra darah dipompakan ke paru melalui truncus
pulmonalis yang bercabang menjadi arteria pulmonalis dextra dan sinistra,
Valva tricuspidalis adalah katup jantung yang terdapat antara atrium dan
ventrikel dextra yang terdiri dari:
1. Valvula atau cuspis anterior
2. valvula atau cuspis posterior
3. valvula septal
Valva bikuspidalis atau katup mitral yang terdapat antara atrium dan ventrikel
sinistra yang terdiri dari:
1. Valvula atau cuspis anterior
2. Valvula atau cuspis posterior
Bagian jantung pada ruang ventrikel:
1. M. papillaris anterior dan posterior: otot yang membuka atau menutup
katup
2. Valvula atrioventriculare: katup antara atrium dan ventrikel. Ada dua buah
katup yaitu: valvula tricuspidalis dan valvula bicuspidalis
3. Septum bicuspidalis: sekat untuk perlekatan katup
4. Chorda tendineae: serabut serabut yang menghubungkan katup dan
m.papillaris
5. Myocardium: lapisan otot jantung
6. Aorta ascendens
7. Trabeculae carneae: dinding bagian dalam yang tidak rata
1.2mikroskopis
Jantung
jaringan ikat padat fibrosa tempat melekat otot jantung dan katup katupnya.
Komponen yang utama ialah septum membranaseum, trigonum fibrosum, dan
anulus fibrosus. Anulus fibrosus melingkari pangkal aorta dan arteri pulmonalis
dan pintu atrioventrikuler. Cincin cincin ini merupaka tempat penambat utama
serat serat otot atrium dan ventrikel dan juga sebagai tempat tambatan katup
atroiventrikuler. Trigonum fibrosum berupa massa jaringan fibrosa di antara pintu
pintu arteri dan pintu atrioventrikuler. Septum membranosum, bagian fibrosa
sekat interventrikel, juga menjadi tempat melekat ujung bekas beberapa serat
otot jantung.
Epikardium
Selubung luarnya (disebut juga perikardium viseral) berupa suatu
membran serosa. Permukaan luarnya diliputi selapis sel mesotel. Di bawah
mesotel terdapat lapisan tipis jaringan ikat yang mengandung banyak serat
elastin. Suatu lapisan subperikardial terdiri atas jaringan ikat longgar
mengandung buluh darah, banyak elemen saraf, dan lemak, menyatukan
epikardium dengan miokardium.
Atrium Jantung
Endokardium atrium lebih tebal dari endokardium ventrikel. Endokardium
atrium terdiri atas tiga lapisan, yaitu:
1. Selapis sel endotel yang merupakan epitel selapis gepeng yang terletak
paling dalam
2. Lapisan subendotel yang mengandung serat kolagen halus
3. Lapisan elastikmuskulosa yang mengandung banyak serat elastin dan
serat otot polos
Di bawah endokardium adalah lapisan subendokardium. Setelah itu lapisan
miokardium terdiri atas otot jantung. Miokardium atrium lebih tipis dibandingkan
dengan miokardium ventrikel, serat otot jantung di sini tersusun dalam berkas
yang membentuk jala jala. Epikardium berupa suatu membran serosa yang
permukaan luarnya diliputi selapis sel endotel.
Valvula Atrioventrikulare ( Katup Jantung )
Valvula atrioventrikulare ( tricuspidal dan mitral ) merupakan lipatan
endokardium bertulangkan jaringan ikat fibrosa yang menyatu dengan annulus
fibrosus. Endokardiumnya lebih tebal pada permukaan yang menghadap atrium
daripada yang menghadap ventrikel dan lebih banyak mengandung serat elastin.
Semua katup dihubungkan dengan muskulus papilaris ventrikel oleh benang
fibrosa, disebut korda tendinea, yang mengendalikan katup saat ventrikel
berkontraksi. Pada pangkal katup terdapat jaringan penyambung padat fibrosa
yang disebut annulus fibrosus yang meneruskan diri atau bersatu dengan rangka
katup.
Ventrikel jantung
Dinding ventrikel lebih tebal dari dinding atrium, tetapi lapisan endokardium
ventrikel lebih tipis dari endokardium atrium. Endokardiumnya terdiri atas dua
lapis, yaitu:
1. Selapis sel endotel yang merupakan epitel selapis gepeng
2. Lapisan subendotel yang mengandung serat kolagen halus.
Lapisan subendokardium mengandung serat purkinje bergaris tengah lebih
besar dibandingkan serat otot jantung biasa dan relatif mengandung lebih
banyak sarkoplasma.
Vaskularisasi Jantung
Aorta Ascendens setelah keluar dari ventrikel kiri pada bagian pangkal, di
atas katup semilunaris aorta mempercabangkan dua buah pembuluh darah
untuk mendarahi otot jantung, terutama terjadi pada saat fase relaksasi ( sebab
pada saat kontraksi pembuluh darah jantung tertekan) :
Cabang cabang arteria coronaria sebagai berikut:
1. Arteria coronaria dextra dengan cabang:
o Arteri marginalis untuk mendarahi atrium dan ventrikel dextra
o Arteri interventrikularis posterior untuk mendarahi kedua dinding
belakang ventrikel, epicardium, atrium dextra, dan SA node.
1. Sirkulasi sistemik
1.1 Dimulai dari aliran darah yang telah mengandung oksigen dipompakan
dari jantung ( ventrikel sinistra ) aorta ascendens arcus aorta
melalui cabang cabang arteria sedang pembuluh darah kecil
sampai ke atriole untuk di bawa ke seluruh jaringan tubuh
melepaskan oksigen.
1.2 Selanjutnya darah dikembalikan melalui kapiler vena sistem vena
kecil/sedang vena besar. Darah yang mengandung karbondioksida
dikumpulkan melalui vena cava superior dan inferior masuk ke
jantung pada atrium dextra ventrikel dextra dilanjutkan dengan
sirkulasi sisyem pulmonal.
2. Sirkulasi pulmonal
2.1 Darah yang mengandung karbondioksida masuk lagi ke jantung
dimulai dari ventrikel dextra truncus pulmonalis arteria pulmonalis
dextra dan sinistra paru masuk oksigen
2.2 Melalui vena pulmonalis dilanjutkan kembali ke jantung (atrium
sinistra) ventrikel sinistra dilanjutkan kembali sirkulasi sistemik
PERSARAFAN JANTUNG
Berasal dari pleksus cardiacus: anyaman saraf pada permukaan bawah lengkung
aorta. Anyaman saraf terdiri dari:
1. Saraf simpatik dari truncus simpatikus, mempercepat kerja jantung dan
vasodilatasi arteri coronaria
2. Saraf parasimpatik dari nervus vagus, memperlambat kerja jantung dan
vasokontriksi arteri coronaria
Aktivitas listrik jantung
Kontraksi sel otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh suatu
potensial aksi yang menyebar melalui membran sel sel otot. Jantung
berkontraksi atau berdenyut secara berirama akibat potensial aksi yang
ditimbulkannya sendiri, suatu sifat yang dikenal sebagai ototrimitas. Terdapat
dua jenis khusus sel otot jantung:
1. 99% otot jantung adalah sel kontraktil yang melakukan kerja mekanis,
yaitu memompa. Sel sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak
menghasilkan suatu potensial aksi
2. Sebagian kecil sisanya merupakan suatu sel otoritmik, tidak berkontraksi
tetapi mengkhususkan diri untuk mencetuskan dan menghantarkan suatu
potensial aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel sel pekerja.
Aktivitas Pemacu sel otot otoritmik
Sel sel otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat. Sel sel
tersebut memperlihatkan suatu pace maker, yaitu membran mereka secara
perlahan mengalami depolarisasi, atau bergeser antara potensial potensial aksi
sampai tercapai ambang, pada saat membran mengalami potensial aksi.
Penyebab pergeseran ke potensial membran ke ambang mapotensial potensial
aksi, masih belum diketahui.
Setelah ambang tercapai, terjadi fase naik dari potensial aksi sebagai
respon terhadap pengaktifan saluran Ca++ dan influks Ca++ kemudian. Fase
turun disebabkan karena efluks K+ yang terjadi karena peningkatan
permeabilitas K+ akibat pengaktifan saluran K+. Setelah potensial aksi usai,
inaktifasi saluran saluran K+ ini mengawali depolarisasi berikutnya.
Sel sel jantung yang mampu mengalami ototrimitas ditemukan di lokasi lokasi
berikut ini:
1. Nodus Sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat
lubang vena cava superior
2. Nodus Atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel otot jantung khusus di
dasar atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan
ventrikel.
3. Berkas HIS (Berkas Atrioventrikel), suatu jaras sel khusus yang berasal
dari atrioventrikel, tempat berkas tersebut bercabang membentuk berkas
kanan dan kiri yang berjalan ke bawah septum, melingkari ujung bilik
ventrikel, dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar.
4. Serat purkinje, serat terminal halus yang berjalan dari berkas his dan
menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting ranting
pohon.
Tidak seperti sel sel otoritmik, membran sel kontraktil pada dasarnya tetap
berada dalam keadaan istirahat sebesar -90Mv sampai tereksitasi oleh aktivitas
listrik yang merambat dari pemacu. Setelah membran sel kontraktil miokardium
ventrikel tereksitasi, timbul potensial aksi melalui perubahan permeabilitas dan
perubahan potensial membran.
Selama fase naik potensial aksi, potensial membran dengan cepat berbalik
ke nilai positif sebesar +30mV akibat peningkatan mendadak
permeabilitas membran terhadap Na+ yang diikuti oleh influks masif Na+.
Permeabilitas Na+ kemudian dengan cepat berkurang ke nilai istirahatnya
rendah tetapi khas untuk sel otot jantung membran potensial
dipertahankan di tingkat positif dan menghasilkan fase datar (plateau
phase) potensial aksi
Perubahan voltase mendadak yang terjadi selama fase naik potensial aksi
menimbulkan dua perubahan permeabilitas bergantung voltase yang
bertanggung jawab mempertahankan fase datar tersebut. Pengaktifan
salurann Ca++ lambat dan penurunan permeabilitas K+. Pembukaan
saluran Ca++ menyebabkan difusi lambat Ca++ masuk ke dalam sel
karena konsentrasi Ca++ di CES lebih besar. Influks Ca++ yang
bermuatan positif ini memperlama kepositifan pada bagian dalam sel dan
merupakan penyebab fase datar. Efek ini diperkuat oleh penurunan
permeabilitas K+ yang terjadi secara bersamaan. Penurunan aliran ke luar
K+ yang bermuatan positif mencegah repolarisasi cepat membran dan
dengan demikian ikut berperan memperlama fase datar.
Fase turun potensial aksi yang berlangsung cepat terjadi akibat inaktivasi
saluran Ca++ dan pengaktifan saluran K+. Penurunan permeabilitas Ca+
+ menyebabkan Ca++ tidak masuk lagi ke dalam sel sedangkan
peningkatan mendadak permeabilitas K+ yang terjadi bersamaan
menyebabkan difusi cepat K+ yang positif ke luar sel. Dengan demikian,
repolarisasi cepat yang terjadi pada akhir fase datar terutama disebabkan
oleh efluks K+, yang kembali membuat bagian dalam sel lebih negatif
daripada bagian luar dan memulihkan potensial membran ke tingkat
istirahat.
2. MemahamidanMenjelaskanFisiologiJantung
Proses Mekanisme siklus jantung
Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan
diastole (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus
sistol dan diastole yang terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi ke
seluruh jantung, sedangkan relaksasi timbul satelah repolarisasi otot jantung.
Selama diastole ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan
diastol. Karena aliran darah
masuk secara
kontinu dari system vena ke
dalam atrium,
tekanan atrium sedikit melebihi
tekanan ventrikel walaupun
kedua bilik tersebut melemas.
Karena perbedaan tekanan ini,
AV terbuka,
mengalir
langsung
ke dalam
selama
ventrikel.
katup
dan darah
mengalir
dari atrium
ventrikel
diastole
Akibatnya, volume
menjadi bilik tetutup. Karena semua katup tertutup, tidak ada darah yang masuk
atau keluar ventrikel selama waktu ini. Interval waktu ini disebut sebagai
kontraksi ventrikel isovolumetrik (isovolumetric berarti volume dan panjang
konstan). Karena tidak ada darah yang masuk atau keluar ventrikel, volume bilik
ventrikel tetap dan panjang serat-serat otot juga tetap. Selama periode kontraksi
ventrikel isovolumetrik, tekanan ventrikel terus meningkat karena volume tetap.
Pada saat tekanan ventrikel melebihi tekanan aorta, kautp aorta dipaksa
membuka dan darah mulai menyemprot. Kurva tekanan aorta meningkat ketiak
darah dipaksa berpindah dari ventrikel ke dalam aorta lebih cepat daripada
darah mengalir pembuluh-pembuluh yang lebih kecil. Volume ventrikel
berkurangs secara drastis sewaktu darah dengan cepat dipompa keluar. Sistol
ventrikel mencakup periode kontraksi isovolumetrik dan fase ejeksi
(penyemprotan) ventrikel.
Ventrikel tidak mengosongkan diri secara sempurna selam penyemprotan.
Dallam keadaan normal hanya sekitar separuh dari jumlah darah yang
terkandung di dalam ventrikell pada akhir diastol dipompa keluar selama sistol.
Jumlah darah yang tersisa di ventrikel pada akhir sistol ketika fase ejeksi usai
disebut volume sistolik akhir (end sistolik volume,ESV), yang jumlah besarnya
sekitar 65 ml. Ini adalah jumlah darah paling sedikit yang terdapat di dalam
ventrikel selama siklus ini.
Jumlah darah yang dipompa keluar dari setiap ventrikel pada setiap
kontraksi dikenal sebagai volume /isi sekuncup (stroke volume,SV); SV setara
dengan vvolume diastolik akhir dikurangi volume sistolik akhir; dengan kata lain
perbedaan antara volume darah di ventrikel sebelum kontraksi dan setelah
kontraksi adalah jumlah darah yang disemprotkan selama kontraksi.
Ketika ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi, tekanan ventrikel
turun dibawah tekanan aorta dan katup aorta menutup. Penutupan katup aorta
menimbulkan gangguan atau takik pada kurva tekanan aorta yang dikenal
sebagai takik dikrotik (dikrotik notch). Tidak ada lagi darah yang keluar dari
ventrikel selama siklus ini karena katup aorta telah tertutup. Namun katup AV
belum terbuka karena tekanan ventrikel masih lebih tinggi dari daripada tekanan
atrium. Dengan demikian semua katup sekali lagi tertutup dalam waktu singkat
yang disebut relaksasi ventrikel isovolumetrik. Panjang serat otot dan volume
bilik tidak berubah. Tidak ada darah yang masuk atau keluar seiring dengan
relaksasi ventrikel
dan tekanan terus turun. Ketika tekanan ventrikel turun dibawah tekanan
atrium, katup AV membuka dan pengisian ventrikel terjadi kembali. Diastol
ventrikel mencakup periode ralaksasi isovolumetrik dan fase pengisian ventrikel.
Repolarisasi atrium dan depolarisasi ventrikel terjadi secara bersamaan,
sehingga atrium berada dalam diastol sepanjang sistol ventrikel. Darah terus
mengalir dari vena pulmonalis ke dalam atrium kiri. Karena darah yeng masuk ini
terkumpul dalam atrium, tekanan atrium terus meningkat. Ketika katup AV
terbuka pada akhir sisitl ventrikel, darah yang terkumpul di atrium selama sistol
ventrikel dengan cepat mengalir ke ventrikel. Dengn demikian, mula-mula
pengisian ventrikel berlangsung cepat karena peningkatan tekanan atrium akibat
penimbunan darah di atrium. Kemudian pengisian ventrikel melambat karena
darah yang tertimbun tersebut telah disalurkan ke ventrikel, dan tekanan atrium
mulai turun. Selama periode penurunan pengisian ini, darah terus mengalir dari
vena-vena pulmonalis ke dalam atrium kiri dan melalui katup AV yang terbuka ke
dalam ventrikel kiri. Selama diastol ventrikel tahap akhir, sewaktu pengisian
ventrikel berlangsung lambat, nodus SA kembali mengeluarkan potensial aksi
dan siklus jantung dimulai kembali.
Bunyi pada Jantung
Bunyi jantung normal
Dua bunyi jantung utama dalam keadaan normal dapat didengar selama
siklus jantung. Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama,
sering dikatakan terdengar seperti lub. Bunyi jantung dua memiliki nada yang
lebih singkat dan tajam, sering dikatakan terdengar seperti dup. Bunyi jantung
pertama berkaitan dengan penutupan katup AV, sedangkan bunyi jantung dua
berkaitan dengan penutupan katup semilunaris. Pembukaan katup tidak
menimbulkan bunyi apapun. Bunyi terjadi karena getaran di dinding ventrikel
dan arteri arteri besar ketika menutup, bukan oleh derik penutupan katup.
Karena penutupan katup AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan
ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi jantung pertama
menandakan awitan sistol ventrikel. Penutupan katup semilunaris terjadi pada
awal relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kiri dan kanan turun di bawah
tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Dengan demikian, bunyi jantung kedua
menandakan permulaan diastol ventrikel.
Bunyi jantung abnormal
Bunyi jantung abnormal, atau murmur (bising jantung) biasanya berkaitan
dengan penyakit jantung. Murmur yang tidak berkaitan dengan patologi jantung,
yang disebut murmur fungsional, lebih sering dijumpai pada usia orang muda.
Dalam keadaan normal, darah mengalir secara laminar, yaitu mengalir dengan
mulus dalam lapisan yang berdampingan satu sama lain, namun apabila aliran
darah menjadi turbele, dapat terdengar bunyi. Bunyi abnormal tersebut
disebabkan oleh getaran yang terbentuk di struktur di sekitar aliran yang
bergolak tersebut.
Penyebab tersering turbulensi adalah malfungsi katup, baik katup stenotik atau
insufien. Katup stenotik adalah katup kaku dan menyempit dan tidak
membuka secara sempurna. Darah harus dipaksa melewati lubang yang
menyempit dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga terjadi turbulensi
yang menimbulkan bunyi yang abnormal.
Katup insufien adalah katup yang tidak dapat menutup sempurna, biasanya
karena tepi tepi daun katup mengalami jaringan parut dan tidak pas satu sama
lain. Turbulensi terjadi sewaktu darah mengalir berbalik arah melalui katup yang
insufien dan bertumbukan dengan darah yang mengalir dalam arah berlawanan,
menimbulkan murmur yang berdesir. Aliran darah balik demikian dikenal dengan
regurgitasi. Biasanya katup yang insufien disebut katup bocor, yang
memungkinkan darah mengalir balik pada katup seharusnya tertutup.
Katup yang terkena dan jenis defek biasanya dapat dideteksi berdasarkan lokasi
dan waktu murmur. Setiap katup jantung dapat terdengar paling jelas di lokasi
lokasi tertentu di dada. Waktu murmur mengacu pada bagian siklus jantung
selama murmur terdengar. Dengan adanya anggapan bahwa bunyi jantung satu
merupakaan permulaan sistol, dan bunyi jantung dua merupakan permulaan
diastol ventrikel. Jadi, suatu murmur yang terjadi antara bunyi jantung pertama
dan kedua mengisyaratkan murmur sistolik. Murmurr diastolik terjadi antara
bunyi jantung kedua dan pertama. Bunyi murmur menandakan apakah murmur
bersifat stenotik atau insufien.
PusatPengawasandanPengaturanTekananDarah
Pusatpengawasandanpengaturantekanandarahyaitu : (6 : 131)
1. Sistemsaraf :terdiriataspusat-pusat yang terdapat di
batangotakmisalnyapusat vasomotor dan di
luarsusunansarafpusatmisalnyabaroreseptordansistematis.
2. Sistemhumoral (kimia) :berlangsunglokalatausistemikmisalnya renin
angiotensin, vasopresin, epinefrin, asetilkolin, serotinin, adenosine
kalsium, magnesium, hidrogen, dankalium.
3. Sistemhemodinamik :lebihbanyakdipengaruhioleh volume darah,
susunankapiler,
sertaperubahantekananosmotikdanhidrostatikbagianluardanbagiandalamsi
stemvaskular.
Mekanisme pemeliharaan tekanan darah
Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa
kelenjar endokrin, arteri, dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan
darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang
membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada
otak perihal tekanan darah, volume darah, dan kebutuhan khusus semua organ.
Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf
menuju organ organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai
dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf saraf ini
dapat berfungsi secara otomatis.
Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan
gas) dalam tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin
dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin yang menyebabkan pembuluh
darah kontriksi sehingga tekanan darah meningkat. Sedangkan hormon dari
beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar
adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon seperti adrenalin dan
aldosteron juga ovari yang mensekresikan estrogen yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Kelenjar tiroid atau hormon tiroksin juga berperan penting dalam
pengontrolan tekanan darah.
Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang
bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah
mengalir di ssirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar
dapat berfungsi baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka
dapat terjadi tekanan darah tinggi.
TekananDarahSis
tolik
TekananDarahDias
tolik
Normal
Dibawah 120
mmHg
Dibawah 80
mmHg
Pre-Hipertensi
120-139 mmHg
80-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Stadium 2
160 mmHg
ataulebih
100 mmHg
ataulebih
Hipertensi Mendesak
(tanpa disertai gejala
kerusakan organ)
diatas 180
mmHg
Hipertensi maligna
(disertai gejala kerusakan
organ)
220 mmHg
ataulebih
120 mmHg
ataulebih
Etiologi
1.3
klasifikasi
Tekanan sistolik
(mmHg)
Tekanan diastolik
(mmHg)
Optimal
< 120
<80
Normal
<130
<85
Hipertensi
Ringan
140-159
90-99
Hipertensi
Sedang
160-180
100-110
Hipertensi
Berat
180
110
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang disebabkan oleh gangguan pada fungsi organ
seperti :
Adanya perubahan pada organ jantung dan pembuluh darah yang
menyebakan meningkatnya tekananan darah
Gangguan ginjal, diabetes, endokrin, kekakuan dari aorta
Feokromositoma yaitu Tumor pada kelenjar adrenal yang
menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(naradneralin)
Kelainan hormonal
Berdasarkan faktor pemicu
Hipertensi dibedakan atas :
a Hipertensi yang tidak dapat dikontrol
Seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan.Pada 70-80% kasus
Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak
dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila
salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa
faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
b
1.4
manefestasi klinis
1. Bidang neurologi:
Sakit kepala, hilang/ kabur penglihatan, kejang, defisit neurologis fokal,
gangguan kesadaran (somnolen, sopor, coma).
2. Bidang mata:
Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina, edema papil.
3. Bidang kardiovaskular:
Nyeri dada, edema paru.
4. Bidang ginjal:
Azotemia, proteinuria, oligouria.
5. Bidang obstetri
Preklampsia dg gejala berupa gangguan penglihatan, sakit kepala hebat,
kejang, nyeri abdomen kuadran atas, gagal jantung kongestif dan oliguri,
serta gangguan kesadaran/ gangguan serebrovaskuler.
1.6
pemeriksaan
1.7
DIAGNOSIS
Anamnesis
a. Sering sakit kepala (meskipun tidak selalu), terutama bagian belakang,
sewaktu bangun tidur pagi atau kapan saja terutama sewaktu mengalami
ketegangan.
b. Keluhan sistem kardiovaskular (berdebar, dada terasa berat atau
sesak terutama sewaktu melakukan aktivitas isomerik)
c. Keluhan sistem serebrovaskular (susah berkonsentrasi, susah tidur,migrain,
mudah tersinggung, dll)
d. Tidak jarang tanpa keluhan, diketahuinya secara kebetulan.
e. Lamanya mengidap hipertensi. Obat-obat antihipertensi yang telah dipakai,
hasil kerjanya dan apakah ada efek samping yang ditimbulkan.
f. Pemakaian obat-obat lain yang diperkirakan dapat mempermudah terjadinya
atau mempengaruhi pengobatan hipertensi (kortikosteroid,analgesik, anti
inflamasi, obat flu yang mengandung pseudoefedrinatau kafein, dll),
Pemakaian obat kontrasepsi, analeptik,dll.
Ureum : 15 50
Kreatinin : 0,6 sampai 1,3
Asam urat : 3,4 7 (pria) dan 2,4 5,7 (wanita)
Glukosa sewaktu : kurang dari 150
Glukosa puasa : 70 100
Glukosa 2 jam setelah puasa : kurang dari 150
Kolesterol total : 140 200
Kolesterol HDL : di atas 45
Kolesterol LDL dan trigliserida : kurang dari 150
Kalium : 3,3 5,1 mEq/L
Natrium : 135 155 mEq/L
Kalsium : 8,8 10,2 mEq/L
j.
Pemeriksaan lain
Ada berbagai jenis pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendukung
diagnosis hipertensi. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dilakukan untuk menilai
apakah ada kelainan ginjal, anuerisma (pelebaran arteri) pada bagian perut,
tumor di kelenjar adrenal. Magnetic Resonance Angiography (MRA) dilakukan
untuk melihat kelancaran aliran darah.
DIAGNOSIS BANDING
1.
Hipertensi Sekunder
Koarktasio Aorta
Manifestasi klinis tergantung pada tempat dan luasnya obstruksi dan adanya
anomali jantung yang menyertainya, paling sering katup aorta bikuspidalis.
Sebagian besar keluhan bersifat asimtomatik seperti pusing dan ekstremitas
dingin. Keluhan dapat berupa nyeri kepala yang hebat serta epitaksis yang
hilang timbul. Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan
perempuan.
1.8
penatalaksaan
Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol
tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak
diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada
keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non
farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan
efek pengobatan yang lebih baik.
1.9
komplikasi
Kondisi hipertensi yang berkepanjangan menyebabkan
gangguan pembuluh darah di seluruh organ tubuh manusia. Angka
kematian yang tinggi pada penderita darah tinggi terutama disebabkan
oleh gangguan jantung.
1. Jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi
berupa penebalan otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil
rongga jantung untuk memompa, sehingga jantung akan semakin
membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini disertai dengan adanya
gangguan pembuluh darah jantung sendiri (koroner) akan
menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan menyebabkan
nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan
kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian.
2. Sistem Saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata
bagian dalam) dan sistem saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat
pembuluh-pembuluh darah tipis yang akan melebar saat terjadi
hipertensi, dan memungkinkan terjadi pecah pembuluh darah yang
akan menyebabkan gangguan penglihatan.
3. Sistem Ginjal
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan
dari pembuluh darah ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang
zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik, akibatnya terjadi
penumpukan zat yang berbahaya bagi tubuh yang dapat merusak
organ tubuh lain terutama otak.
1.10 Prognosis
Mengubah gaya hidup dapat membantu Anda setidaknya mengurangi risiko
negatif yang ditimbulkan oleh hipertensi, seperti:
1.
Menghabiskan waktu selama 30 sampai 40 menit
untuk berolahraga sebanyak 2-3 kali seminggu
2.
Perbanyak jalan kaki daripada mengemudi atau
menggunakan kendaraan
3.
Hindari konsumsi makanan berminyak, bergaram, dan
bergula tinggi
4.
Konsumsi makanan yang beraneka ragam dan bergizi
seimbang
5.
Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran segar
6.
Mengolah makanan dengan cara merebus atau
memanggang. Hentikan kebiasaan merokok dan konsumsi minuman
beralkohol
7.
Bebaskan pikiran dari stres dan tekanan pikiran buruk
lainnya
8.
Istirahat 5-10 menit di tengah rutinitas
9.
Minum air 7-8 gelas setiap hari
10.
Tidur cukup di malam hari selama 7-8 jam
1.11 Pencegahan*
Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol,
hiperkolesterole-mia, intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya
mempengaruhi prognosis dari penyakit hipertensi esensial pada lansia.
Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi pertama kali, maka
semakin buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani.
Prevalensi hipertensi pada wanita pre-menopause tampaknya lebih
sedikit dari pada laki-laki dan wanita yang telah menopause. Adanya
faktor resiko independen (seperti hiperkolesterolemia, intoleransi glukosa
dan kebiasaan merokok) yang mempercepat proses aterosklerosis
meningkatkan angka mortalitas hipertensi dengan tidak memperhatikan
usia, ras dan jenis kelamin.
Dengan pengobatan yang adekuat, dapat mendekati normal tetapi
dapat timbul di waktu lain karena telah mempunyai riwayat hipertensi
sebelumnya.