Anda di halaman 1dari 18

POTENSIAL OSMOTIK DAN PLASMOLISIS

A. Latar Belakang

Tumbuhan sangat membutuhkan air untuk tumbuh dan berkembang secara normal,
karena air didalam tumbuhan berfungsi sebagai medium berbagai reaksi. Air pada jaringan
tumbuhan memiliki potensial. Potensial air merupakan alat untuk menentukan secara tepat
keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah potensial dari suatu
sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air
dari dalam tanah. Sebaliknya semakin tinggi potensial air semakin besar potensial jaringan
untuk memberikan air kepada sel yang memiliki kandungan air lebih rendah. Didalam
suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial
osmosis. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan
potensial osmosis menunjukan status larutan didalam sel tersebut. Dengan memasukkan
suatu jaringan tersebut kedalam seri larutan yang telah diketahui potensial airnya, maka
potensial air jaringan tersebut dapat diketahui. Plasmolisis dapat terjadi apabila sel
tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik sehingga sel tumbuhan akan kehilangan air
dan tekanan turgor dan menyebabkan sel tumbuhan lemah, keadaan ini akan terus terjadi
sampai dimana protoplasma sel terkelupas dari lubang dinding sel dan menyebabkan
adanya jarak antara dinding sel dengan membran plasma. Kondisi seperti ini biasanya
terjadi pada tumbuhan yang layu dan hampir mati. Oleh karena itu perlunya kita
mempelajari potensial air dan osmotik pada tumbuhan juga plasmolisis karena kedua hal
tersebut merupakan hal dasar dan penting dalam fisiologi tumbuhan.

B. Tujuan
1. Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
 Mengetahui nilai potensial air umbi kentang
2. Potensial Osmotik dan Plasmolisis
 Menemukan fakta tentang gejala plasmolisis
 Menemukan faktor penyebab plasmolisis
 Mendeskripsikan peristiwa plasmolisis
 Menunjukan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara
larutan selnya dengan larutan di lingkungannya

1
C. Dasar Teori
1. Potensial Osmosis

Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang akan
menggambarkan status energi air dalam suatu sistem. setiap komponen suatu sistem
biologi mempunyai energi bebas dan aktivitas molekul yang dapat melakukan kerja.
Energi bebas suatu zat per unit jumlah (energi bebas / mol) disebut potensial kimia
(Advinda,Linda,2018 : 31).

Potensial kimia suatu zat dapat meningkat dengan bertambahnya konsentrasi


partikel-partikel titik sehingga difusi dapat diduga dalam bentuk perbedaan potensial
kimia antara dua ruangan, dan bukan perbedaan konsentrasinya. oleh karena itu difusi
dapat dinyatakan sebagai gerakan netto atau bersih partikel-partikel zat dari ruangan
yang berpotensial kimianya lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. Potensial kimia
air pada sistem ini disebut potensial airnya dan perbedaan potensial air menjadi tenaga
pendorong yang mengakibatkan gerakan air. volume air yang membesar mempunyai
lebih banyak energi bebas daripada volume yang lebih kecil dalam kondisi yang sama
(Advinda,Linda,2018 : 31).

Potensial kimia air merupakan konsep yang sangat penting dalam fisiologi
tumbuhan titik potensial air adalah energi yang dimiliki air untuk bergerak atau untuk
mengadakan reaksi. Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan
molekul air untuk melakukan difusi. Lambang untuk menuliskan potensial air adalah ψ
(dibaca Psi) yang satuannya dapat berupa satuan tekanan (atm, bar) atau satuan energi.
Potensial kimia air murni dinyatakan sebagai nol (merupakan konvensi), adanya
beberapa substansi yang yang terlarut di dalam air tersebut akan menurunkan potensial
airnya, sehingga potensial air dari suatu larutan adalah kurang dari nol. Definisi ini
hanya berlaku pada tekanan atmosfer. Apabila tekanan di sekitar sistem ditingkatkan
atau diturunkan, maka secara otomatis potensial air akan naik atau turun sesuai dengan
perubahan tekanan tersebut (Advinda,Linda,2018 : 31).

Potensial kimia adalah energi bebas per mol substtansi di dalam suatu system
kimia. Oleh karena itu, potensial kimia suatu senyawa di bawah kondisi tekanan dan
temperature konstan tergantung kepada jumlah mol substansi yang ada. Dalam hal
hubungan air dan tanaman, potensial kimia dari air sering dinyatakan dengan istilah
“potensial air”. Selanjutnya, bila potensial kimia dapat dinyatakan sebagai ukuran
2
energy dari suatu substansi yang akan bereaksi atau bergerak, maka potensial air
merupakan ukuran energy yang tersedia di dalam air untuk bereaksi atau bergerak.
Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air
untuk melakukan difusi. Potensial air dapat disingkat dengan aksara yunani ψ (dibaca
Psi). para ahli biologi tanaman menghitung ψ dalam satuan unit yang disebut
Megapascal (MPa). Potensial air murni pada kondisi standar (diatas permukaan laut dan
pada temperature kamar) adalah 0 MPa. Satu MPa setara dengan 10 kali tekanan
atmosfir diatas permukaan laut. Tekanan dalam sel tumbuhan hidup ketika osmosis
terjadi adalah 0,5 MPa, kira-kira jika dibandingkan dengan tekanan pada ban mobil,
sekitar dua kalinya tekanan pada ban mobil (Reece, 2014).

Potensial air akan positif jika potensial kimia air di dalam sistem lebih tinggi
dari air murni sebaliknya akan negatif jika potensial kimia air dalam sistem lebih rendah
dari air murni. Potensial kimia air yang dapat dipengaruhi oleh tekanan suhu dan
partikel-partikel bahan terlarut. Jika tekanan diberikan kepada air dalam bejana tertutup
maka nilai akan meningkat sebanyak tekanan yang diberikan. Tekanan yang diberikan
akan meningkatkan energi bebas partikel air sehingga partikel-partikel ini bergerak
lebih cepat yang mengakibatkan potensial air pun meningkat. Demikian juga dengan
pengaruh suhu terhadap potensial kimia air. Difusi akan terjadi pada cairan yang lebih
hangat ke cairan yang lebih dingin, walaupun awalnya konsentrasinya sama. Adanya
partikel partikel terlarut dalam suatu larutan dapat mempengaruhi potensial airnya.
Salah satu dampak dari penambahan bahan terlarut adalah berkurangnya jumlah partikel
air per satuan volume. Sedangkan potensi gerakan air bergantung kepada jumlah
partikel yang bergerak per satuan volume. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan
potensial air. sehingga makin besar konsentrasi partikel-partikel yang terlarut semakin
rendah nilai potensial air.

Dalam proses osmosis potensial osmotik sangat berperan penting di samping


potensial air dan tekanan titik potensial osmotik merupakan potensial kimia yang
disebabkan adanya materi yang terlarut. atau dengan kata lain konstribusi dari potensial
air pada zat terlarut disebut dengan potensial osmotik yang selalu bernilai negatif. di
lain pihak, zat terlarut menurunkan potensial air dengan cara larutnya zat terlarut di
dalam air. Hal ini disebabkan karena pencampuran zat terlarut dengan air dapat
meningkatkan kekacauan dalam sistem yang berakibat menurunnya energi bebas titik
meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial osmotiknya.
3
Sehingga potensial osmotik larutan tersebut bernilai negatif, karena air sebagai pelarut
dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni. Kalau tekanan pada larutan
meningkat maka kemampuan larutan untuk melakukan kerja juga meningkat
(Advinda,Linda,2018 : 31-32).

Di dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen yaitu potensial tekanan
dan potensial osmotik. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial
air, sedangkan potensial osmotik menunjukkan status larutan di dalam sel tersebut titik
dengan memasukkan suatu jaringan tumbuhan ke dalam dari larutan yang telah
diketahui potensial airnya maka potensial air jaringan tersebut dapat diketahui titik
potensial tekanan air dapat bernilai positif negatif bahkan nol titik tetapi secara umum
nilai potensial tekanan ini bernilai positif karena setiap sel tumbuhan memiliki tekanan
turgor. Terkait dengan kemampuan air untuk beras dengan partikel koloid maka
muncullah istilah potensial matriks. Potensial matriks bernilai cukup kecil sehingga
seringkali diabaikan (Advinda,Linda,2018 : 32).

Komponen-komponen potensial air atau jaringan adalah sebagai berikut :

Ψw = Ψs + Ψp + Ψm

(PA = PO + PT + PM)

Dimana Ψw = potensial air suatu tumbuhan

Ψs = potensial osmotik

Ψp = potensial tekanan atau turgor

Ψm = potensial matriks (Ismail, 2011)

Menurut Ismail 2011, potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan oleh
zat-zat terlarut. Tandanya selalui negatif. Potensial tekanan adalah potensial yang
disebabkan oleh tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel. Nilainya ditandai dengan
bilangan positif, nol, atau dapat juga negatif. Penambahan tekanan (terbentuknya tekanan
turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih positif. Potensial matriks disebabkan oleh
ikatan air pada koloid protoplasma dan permukaan (dinding sel). Potensial matriks
bertanda negatif, tetapi pada umumnya pada sel-sel bervakuola, nilainya dapat diabaikan.
Oleh karena itu, persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :

Ψw = Ψs + Ψp (PA = PO + PT)
4
Potensial air jaringan ditentukan dengan cara merendam potongan jaringan dalam
suatu seri larutan sukrosa atau manmitol (non-elektrolit) yang diketahui konsentrasinya
(Ismail, 2011).

Analisis kuantitatif potensial air. Pengaruh gabungan dari tekanan dan konsentrasi
zat terlarut ini terhadap potensial air ditulis dalam persamaan berikut ini :

Ψ = Ψp + Ψs

Dimana Ψp adalah potensial tekanan (tekanan fisik suatu larutan) dan Ψs adalah
potensial zat-zat terlarut, yang sebanding dengan konsentrasi zat-zat terlarut dari suatu
larutan. (Ψs juga disebut potensial osmotik.) Tekanan pada suatu larutan (Ψp) bisa
berupa suatu bilangan yang positif atau negatif (tegangan, suatu tekanan negatif).
Sebaliknya, potensial zat-terlarut dari suatu larutan (Ψs) selalu negatif, dan semakin
besar konsentrasi zat-zat terlarut, semakin tinggi nilai Ψs (Campbell, 2004).

2. Plasmolisis

Plasmolisis merupakan peristiwa lepasnya plasmalemma atau membran plasma


dari dinding sel karena sel kehilangan air atau dehidrasi ketika sel ditempatkan di larutan
dengan konsentrasi tinggi atau hipertonis terhadap sel atau memiliki potensial osmotik
yang lebih tinggi. Pada saat sel ditempatkan di larutan yang hipertonis, maka air akan
keluar dari vakuola, sehingga membran sitoplasma akan mengkerut dan terlepas dari
dinding sel.

Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel,
sebagai unit terkecil kehidupan, terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya
sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis denga lingkungannya. Jika memerlukan
materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya
dengnan mengatur tekanan agar terjadi perbedan tekanan sehinggga materi dari luar bias
masuk. (Buana dkk, 2011:5).

Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel tumbuhan


dileteakkan pada larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan
turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti
ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis,
dimana tekanan harus berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan

5
menjauhi dinding sel, sehingga dapat terjadi cytorhysis – contohnya dinding sel. (Buana
dkk, 2011:5).

Hubungan potensial omotik dengan plasmsolisis


Karena pada titik keseimbangan, nilai mutlak potensial osmotic (yang negtif)
setara dengan tekanan nyata (yang positif) di osmometer ‘sempurna’, maka potensial
osmotik larutan dapat diukur secara langsung. Pengukuran menggunakan pengamatan
pada plasmolisis insipien digunakan untuk memperoleh tekanan nol dalam jaringan tanpa
mengubah lagi sifat osmotik lainnya bila tidak diperlukan (yang mungkin bisa terlalu
banyak). Pada metode ini, sampel jaringan dimasukkan ke dalam suatu seri larutan
bertingkat yang potensial osmotiknya diketahui. Peristiwa plasmolisis merupakan
dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakan dilarutan garam
terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor,
menyebabkan sel tumbuhan menjadi lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini
layu. Tidak ada mekanisme di dalam tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan. Akan tetapi, plasmolisis dapat
dibalikkan jika sel diletakkan di larutan (hipotonik). Proses sama pada hewan disebut
krenasi. Cairan di dalam sel hewan keluar karena difusi. Pada percobaan plasmolisis
menggunakan sukrosa jika semakin tinggi proporsi sukrosa yang ditambahkan serta lama
osmosis yang diberikan, maka tekanan osmosis semakin besar sehingga plasmolisis yang
terjadi pada bahan semakin besar, sehingga air serta molekul-molekul organik yang
keluar dari bahan akan lebih banyak.(Rahmasari Hamita, 2014 : 191-197).
Plasmolisis terjadi karena cairan di luar sel bersifat hypertonis atau lebih pekat
sedangkan larutan di dalam sel bersifat hypotonis atau lebih encer sehingga cairan di
dalam vakuola bergerak keluar sel sehingga protoplasma mengkerut dan terlepas dari
dinding sel.Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang
menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan
sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga
molekul gula dapat masuk dengan mudah. Semakin tinggi kadar larutan glukosa yang
diberikan maka semakin cepat terjadinya plasmolisis dan semakin tinggi tekanan osmosis
yang terjadi pada sel tumbuhan tersebut, semakin tinggi tekanan osmosisnya maka
tekanan turgor akan semakin menurun, Persentasi terjadinya plasmolisis dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
6
jumlah sel plasmolisis
% Plamolisis = x 100 %
Jumlah total sel

Dengan menggunakan persamaan diatas maka dapat dibuktikan bahwa besar


kecilnya persentasi plasmolisis dipengaruhi oleh kadar larutan glukosa terlarut yang
melisiskan sel. Semakin tinggi kadar larutan glukosa maka semakin banyak sel yang
lisis sehingga persentasi plasmolisis juga semakin besar ( Sari, Yunita, 2014 : 6-7).

D. Alat dan Bahan :

Alat :

1. Pisau tajam
2. Penggaris
3. Petridish
4. Pipet tetes
5. Gelas benda
6. Gelas penutup
7. Silet
8. Mikroskop
9. Pelubang gabus / pencetak silinder kentang
10. Neraca Analitik

Bahan :

1. Seri larutan sukrosa 0,0 ; 0,4 ; 0,8 ; 1,2 ; 1,6 dan 2,0 Molar masing- masing sebanyak
30ml.
2. Kentang
3. Daun Rhoe discolor
4. Larutan sukrosa 0,14 M ; 0,16 M ; 0,18 M ; 0,20 M ; 0,22 M ; 0,24 M ; 0,26 M masing
– masing sebanyak 10 ml.

7
E. Cara Kerja :
1. Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
1. Silinder umbi kentang dibuat dengan menggunakan pelubang gabus. Potongan
silinder dibuat dengan ukuran panjang 10cm sebanyak 8 buah.
2. Potongan silinder di timbang menggunakan neraca analitik.
3. 4 potongan silinder kentang dimasukkan de dalam seri larutan sukrosa 30ml di
dalam petridish dengan konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M dan 1,6 M ( konsentrasi
0,0 M ; 0,4 M ; 1,2 M ; dan 2,0 M dibuat oleh kelompok lainnya ).
4. Dikerjakan dengan cepat untuk memperkecil terjadinya penguapan dari permukaan
silinder kentang.
5. Diamkan selama 40 menit
6. Silinder kentang di timbang menggunakan neraca analitik untuk mengetahui berat
akhir setelah direndam ke dalam larutan sukrosa.
7. Hasil penimbangan dicatat ke dalam tabel lalu dibuat grafik hubungan antara berat
kentang dengan konsentrasi larutan sukrosa .
2. Potensial Osmotik dan Plasmolisis
1. 7 botol vial disiapkan yang berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,14 M ; 0,16
M ; 0,18 M ; 0,20 M ; 0,22 M ; 0,24 M ; 0,26 M masing – masing sebanyak 10 ml.
2. Sayatan epidermis dibuat pada permukaan bawah epidermis daun Rhoe discolor.
3. Sayatan diletakkan diatas gelas benda lalu di tutup menggunakan gelas penutup.
4. Sayatan diamati dibawah mikroskop untuk memastikan bidang pandang
5. Sayatan ditetesi dengan larutan sukrosa.
6. Preparat dimati setiap 5 menit pertama, kedua dan ketiga hitung jumlah sel yang
terplasmolisis dan sel yang tidak terplasmolisis, lalu dihitung jumlah %
menggunakan rumus :

jumlah sel plasmolisis


% Plamolisis = x 100 %
Jumlah total sel

jumlah sel tidak plasmolisis


%Tidak Plamolisis = x 100 %
Jumlah total sel
7. Hasil perhitungan di tuangkan kedalam tabel lalu dibuat grafik hubungan antara
konsentrasi sukrosa dengan tingkat plasmolysis yang terjadi.

8
F. Hasil Pengamatan

Grafik Hubungan antara Berat Kentang dengan Konsentrasi Sukrosa

Gafik hubungan antara berat kentang


dengan konsentrasi sukrosa
0.8
0.7
berat kentang (gram)

0.6
0.5
0.4
0.3 berat akhir
0.2 berat awal
0.1
0
0.0 M 0.4 M 0.8 M 1.2 M 1.6 M 2.0 M
konsentrasi sukrosa (m)

Grafik Hubungan Perlakuan Sukrosa (M) terhadap Banyak Sel yang Terplasmolisis
(%) selama 15 menit

Grafik Hubungan Perlakuan Sukrosa (M) terhadap Banyak Sel


yang Terplasmolisis (%)
100%
90%
95%
80% 90%
70%
60%
50% 56.80%
40% 46.40% 49.90% Banyak Sel Terplasmolisis
30% 41.80%
20%
23.50%
10%
0%
0.14 0.16 0.18 0.2 M 0.22 0.24 0.26
M M M M M M

9
G. Pembahasan

Berdasarkan praktikum Fisiologi Tumbuhan yang telah dilaksanakan pada hari


Selasa, 11 Feberuari 2020 yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta tentang
“Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan dan Potensial Osmotik dan
Plasmolisis” yang memiliki tujuan untuk mengetahui nilai potensial air umbi kentang,
menemukan fakta mengenai gejala plasmolisis, menunjukkan faktor penyebab
plasmolisis, mendiskripsikan peristiwa plasmolisis, serta menunjukkan hubungan antara
plasmolisis dengan status potensial osmotik antara cairan selnya dengan larutan di
lingkungannya. Alat yang digunakan yaitu pisau tajam, penggaris, petridish, pipet tetes,
gelas benda, gelas penutup, silet , mikroskop, pelubang gabus / pencetak silinder kentang,
dan neraca analitik. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu seri larutan sukrosa 0,0 ;
0,4 ; 0,8 ; 1,2 ; 1,6 dan 2,0 Molar masing- masing sebanyak 30 ml, kentang, daun Rhoe
discolor, dan larutan sukrosa 0,14 M ; 0,16 M ; 0,18 M ; 0,20 M ; 0,22 M ; 0,24 M ; 0,26
M masing – masing sebanyak 10 ml.

Berdasarkan praktikum pertama, yaitu mengukur potensial air umbi kentang


diperoleh rata-rata berat awal umbi kentang 0.6727 gr, 0.6906 gr, 0.4906 gr, 0.4925 gr,
0.4718 gr, dan 0.403 gr. Kemudian potongan umbi kentang tersebut secara berturut-turut
dimasukkan ke dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi secara berturut-turut 0,0 ; 0,4
; 0,8 ; 1,2 ; 1,6 dan 2,0. Setelah direndam setelah 40 menit kemudian ditimbang dan
diperoleh hasil secara berturut-turut 0.71975, 0.7581, 0.5621, 0.5463, 0.511, dan 0.47.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui terjadi perubahan berat umbi kentang sebelum
dimasukkan ke dalam larutan sukrosa berbagai konsentrasi dengan berat akhir umbi
kentang setelah dimasukkan ke dalam larutan sukrosa. Hal ini dikarenakan pada saat
perendaman potongan umbi kentang pada larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi
mengalami difusi osmosis. Jaringan pada potongan umbi kentang memiliki lingkungan
yang hipotonik. Sedangan di luar jaringan umbi kentang memiliki lingkungan yang
hipertonik atau potensial air di dalam jaringan umbi kentang lebih tinggi sehingga terjadi
difusi air dari daerah yang memiliki potensial air lebih tinggi ke daerah yang potensial
airnya lebih rendah. Dari data yang telah diperoleh, perubahan potensial air umbi kentang
yang paling besar terjadi pada potongan umbi kentang yang dimasukkan ke dalam larutan
sukrosa 2,0%.

10
Semakin besar konsentrasi larutan yang digunakan untuk merendam potongan
kentang, selisih panjang awal dan akhir akan semakin besar. Ini membuktikan adanya
aliran molekul air yang bergerak dari dalam jaringan umbi ke lingkungan yang
menunjukkan bahwa larutan perendam bersifat hipertonis dibandingkan jaringan
tumbuhan sehingga berat akhir akan lebih kecil dibandingkan dengan berat awal.

Kelangsungan hidup sel tumbuhan bergantung pada kemampuannya untuk


menyeimbangkan pengambilan dan pengeluaran air. Pengambilan atau pengeluaran
netto air oleh suatu sel terjadi melalui osmosis, yaitu transport pasif air melewati suatu
membran. Air akan bergerak akibat osmosis dari arah hipotonik ke arah hipertonik. Akan
tetapi dalam kasus sel tumbuhan, kehadiran dinding sel menjadi faktor kedua yang
mempengaruhi osmosis tersebut, adanya tekanan fisik merupakan faktor pertama.
Pengaruh gabungan dari kedua faktor ini yaitu konsentrasi zat terlarut dan tekanan yang
disebut potensial air (water potensial). Komponen potensial dalam potensi air mengacu
pada energi potensial, yaitu kapasitas untuk melaksanakan kerja ketika air bergerak dari
daerah dengan ᴪ yang lebih tinggi ke daerah dengan ᴪ lebih rendah. Keadaan ini adalah
suatu kasus khusus mengenai kecenderungan umum pada sistem untuk berubah secara
spontan menuju pada keadaan energi bebas terendah. (Campbell, 2002).

Proses pergerakan cairan atau transportasi air di dalam sel tumbuhan berlangsung
dengan cara osmosis. Osmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeable
dari daerah dimana jumlah molekul air lebih banyak ke daerah dengan jumlah molekul
air yang lebih sedikit. Proses osmosis ini sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau
potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan
difusi (Ismail, 2014).

Pada percobaan plasmolisis menggunakan Rhoe discolor menunjukkan bahwa


sel yang terplasmolisis akan berubah dari yang berwarna ungu menjadi berwarna putih.
Plasmolisis terjadi akibat adanya osmosis. Potensial osmotik tinggi menyebabkan
potensial air cairan sel tinggi sehingga air air osmosis keluar sel dan menyebabkan
plasmolisis.

Pada konsentrasi 0,26 sebanyak 95% sel terplasmolisis yang artinya osmosis nya
paling besar dan cepat. Sedangkan pada konsentrasi 0,18 M sebanyak 23,5% sel
terplasmolisis menandakan sel pada konsentrasi tersebut mengalami plasmolisis paling
sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa plasmolisis
11
menggunakan sukrosa jika semakin tinggi proporsi sukrosa yang ditambahkan serta lama
osmosis yang diberikan, maka tekanan osmosis semakin besar sehingga plasmolisis yang
terjadi pada bahan semakin besar, sehingga air serta molekul – molekul organik yang
keluar dari bahan akan lebih banyak (Rahmasari Hamita, 2014). Ketidaksesuaian ini
kemungkinan terjadi karena cahaya pada mikroskop pada saat pengamatan konsentrasi
0,18 M selalu dinyalakan yang menyebabkan air pada gelas benda mengalami penguapan
sehingga konsentrasi zat terlarut sukrosa menjadi lebih pekat yang menyebabkan sel
terplasmolisis dengan cepat.

Pada konsentrasi 0,14 M ; 0,16 M; 0,18 M ; 0,20 M ; 0,22 M ; 0,24 M ; 0,26 M


terjadi proses plasmolisis dalam kurun waktu 15 menit saat pengamatan di bawah
mikroskop. Pada konsentrasi tersebut terjadi naik turun banyaknya sel yang
terplasmolisis. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sel yang berada
pada lingkungan hipertonik akan mengalami dehidrasi (plasmolisis). Semakin tinggi
konsentrasi larutan, maka tingkat plasmolisis akan semakin tinggi (Dwidjoseputro,
1992). Seharusnya pada konsentrasi 0,14 M ; 0,16 M; 0,18 M ; 0,20 M ; 0,22 M ; 0,24
M ; 0,26 M persentase sel yang terplasmolisis terus meningkat.

Plasmolisis insipien terjadi jika potensial osmotik jaringan ditaksir ekuivalen


dengan potensial osmotik suatu larutan yang telah menimbulkan plasmolisis sebesar 50%
(Dahlia, 2001). Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar tetap
menempel pada dinding sel sehingga kehilangan air saja akan berakibat lepasnya
protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis
insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlah selnya
mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. Potensial osmotik
larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setlah
keseimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992). Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, tidak ditemui adanya peristiwa plasmolisis insipient.
Karena persentase sel yang mengalami plasmolisis kurang dan lebih dari 50%.

12
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dialakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Potensial air tergantung pada konsentrasi larutan. Apabila konsentrasi larutan
tinggi maka potensial osmotik rendah dan potensial airnya tinggi.
2. Gejala plasmolisis dapat ditemukan pada sel sayatan epidermis permukaan bawah
daun Rhoe discolor yang menunjukan hilangnya sebagian atau seluruh warna
ungu yang ada didalam sel.
3. Faktor penyebab plasmolisis antara lain sel berada di lingkungan hipertonik, yaitu
pada kondisi zat terlarut terlalu tinggi (larutan sukrosa), perbedaan potensial air
didalam dan diluar sel, konsentrasi zat terlarut, sehingga potensial osmosis juga
semakin tinggi.
4. Peristiwa plasmolisis merupakan peristiwa terlepasnya plasmalema atau membran
plasma dari dinding sel karena dehidrasi / sel kehilangan air. Peristiwa ini terjadi
bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial
osmotik lebih tinggi. Dalam keadaan tersebut, sel akan terdorong untuk berdifusi
keluar sel menembus membran (osmosis).
5. Hubungan plasmolisis dengan status potensial osmotik antara cairan sel dengan
larutan dilingkungannya adalah bahwa sel yang berada dalam larutan hipertonik
akan menyebabkan cairan yang berada didalam sel berosmosis keluar dari sel,
sehingga potensial osmosis semakin besar, dan menyebabkan sel yang
terplasmolisis semakin banyak.

13
I. Daftar Pustaka :

Advinda, Linda.2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta : Deepublish.

Buana, Eqi, dkk. 2011. Struktur dan Inti Sel Rhoeo Discolor saat Normal dan Plasmolisis.
Bogor : Regina.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi jilid II. Jakarta:
Erlangga.

Campbell, Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G Mitchel. 2004. Biologi Edisi ke 5 jilid II.

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Malang.

Dwijoseputro. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.

Ismail dan Abd Muis. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi

Universitas Negeri Makassar, Makassar.

Ismail, dkk. 2014. Practical Guidance for Plant Physiologi. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.

Rahmasari, Hamita dan Wahono Hadi S. 2014. Ekstraksi Osmosis pada Pembuatan Sirup
Murbei(Morus alba L.). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No 3 p.191-197.

Reece, Jane B. 2014. Campbell Biology 10th Edition. USA : Pearson Education.

Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB Press.

Sari, Yunita.2014. Difusi Kristal KMnO4 dalam Pelarut dan Tekanan Osmotik Cairan Sel pada

Daun Rhoe discolor. Jurnal Sel dan Lingkungan. Hal : 6-7.

14
K. Lampiran
Kegiatan 2. PA Kentang

Kentang
J. B KonsentrasiSukrosa (M)
ke- e 0,0 0,4 0,8 1,2 1,6 2,0
r
Ulangan 1 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 3 1 2
a
ke-
t
k
e
n
t
a
n
g
BeratA 1 0.836 0.489 0.842 0.545 0.542 0.309 0.429 0.584 0.406 0.425 0.595 0.418 0.399 0.415
wal 2 0.859 0.494 0.836 0.522 0.570 0.499 0.400 0.587 0.410 0.413 0.586 0.404 0.404 0.370
(gram) 0.858 0.508 0.843 0.525 0.550 0.511 0.418 0.587 0.394 0.407 0.580 0.400 0.419 0.412
3
4 0.841 0.498 0.812 0.570 0.541 0.503 0.418 0.579 0.401 0.425 0.573 0.438 0.415 0.390
Rata- 0.848 0.497 0.833 0.548 0.55 0.506 0.416 0.582 0.440 0.417 0.583 0.415 0.409 0.397
Rata 5 3 5

Rata- 0.6727 0.6906 0.4906 0.4925 0.4718 0.403


Rata
Akhir
BeratAk 1 0.850 0.561 0.886 0.612 0.569 0.569 0.461 0.605 0.463 0.466 0.580 0.453 0.543 0.482
hir 2 0.886 0.546 0.892 0.595 0.564 0.564 0.520 0.614 0.493 0.496 0.623 0.445 0.493 0.420
(gram) 0.890 0.578 0.872 0.600 0.596 0.568 0.499 0.606 0.485 0.476 0.598 0.447 0.458 0.466
3
4 0.880 0.567 0.897 0.599 0.578 0.557 0.482 0.590 0.515 0.502 0.583 0.467 0.473 0.435
Rata- 0.876 0.563 0.887 0.629 0.630 0.576 0.479 0.603 0.489 0.485 0.596 0.452 0.489 0.451
Rata 5 5 75 75 0 75

Rata- 0.71975 0.7581 0.5621 0.5463 0.511 0.47


Rata
Akhir

Kegiatan 3. PO Plasmolisis
PerlakuanSukrosa 5 menitke- Bidang Pandang
(M) Terplasmolisis TidakTerplasmolisis
Jumlah % Jumlah %
0,14 1 47 88,6% 6 11,5%
2 48 90% 5 9,4%
3 48 90% 5 9,4%
0,16 1 45 37,8% 74 62,9%
2 48 40,3% 71 59,6%
3 49 41,8% 70 58,8%
0,18 1 8 9,4% 77 90,5%
2 17 20% 68 80%
3 20 23,5% 65 76,4%
0,20 1 41 35,9% 73 64,03%
2 49 42,9% 65 57,01%
3 53 46,4% 61 53,5%
0,22 1 29 50% 29 50%
2 31 53,4% 27 46,6%
3 33 56,8% 25 43,2%
15
0,24 1 16 12,3% 115 87,7%
2 32 24,5% 99 75,3%
3 64 49,9% 67 51,1%
0,26 1 34 81% 8 19%
2 38 91% 4 9%
3 40 95% 2 5%

1. Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan

Silinder umbi kentang dibuat Hasil dari potongan silinder kentang


dengan menggunakan pelubang
gabus

Hasil timbangan kentang 1 Hasil timbangan kentang 2

16
Hasil timbangan kentang 3 Hasil timbangan kentang 4

Hasil timbangan kentang 5 Hasil timbangan kentang 6

Hasil timbangan kentang 7 4 potongan silinder kentang


dimasukkan de dalam seri larutan
sukrosa

17
2. Potensial Osmotik dan Plasmolisis

Penyayatan Rheo discolor Rheo discolor pada gelas benda

Pengamatan menit ke 0 Pengamatan menit 1

Pengamatan menit 2 Pengamatan menit ke 3

18

Anda mungkin juga menyukai