A. Latar Belakang
Tumbuhan sangat membutuhkan air untuk tumbuh dan berkembang secara normal,
karena air didalam tumbuhan berfungsi sebagai medium berbagai reaksi. Air pada jaringan
tumbuhan memiliki potensial. Potensial air merupakan alat untuk menentukan secara tepat
keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah potensial dari suatu
sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air
dari dalam tanah. Sebaliknya semakin tinggi potensial air semakin besar potensial jaringan
untuk memberikan air kepada sel yang memiliki kandungan air lebih rendah. Didalam
suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial
osmosis. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan
potensial osmosis menunjukan status larutan didalam sel tersebut. Dengan memasukkan
suatu jaringan tersebut kedalam seri larutan yang telah diketahui potensial airnya, maka
potensial air jaringan tersebut dapat diketahui. Plasmolisis dapat terjadi apabila sel
tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik sehingga sel tumbuhan akan kehilangan air
dan tekanan turgor dan menyebabkan sel tumbuhan lemah, keadaan ini akan terus terjadi
sampai dimana protoplasma sel terkelupas dari lubang dinding sel dan menyebabkan
adanya jarak antara dinding sel dengan membran plasma. Kondisi seperti ini biasanya
terjadi pada tumbuhan yang layu dan hampir mati. Oleh karena itu perlunya kita
mempelajari potensial air dan osmotik pada tumbuhan juga plasmolisis karena kedua hal
tersebut merupakan hal dasar dan penting dalam fisiologi tumbuhan.
B. Tujuan
1. Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Mengetahui nilai potensial air umbi kentang
2. Potensial Osmotik dan Plasmolisis
Menemukan fakta tentang gejala plasmolisis
Menemukan faktor penyebab plasmolisis
Mendeskripsikan peristiwa plasmolisis
Menunjukan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara
larutan selnya dengan larutan di lingkungannya
1
C. Dasar Teori
1. Potensial Osmosis
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang akan
menggambarkan status energi air dalam suatu sistem. setiap komponen suatu sistem
biologi mempunyai energi bebas dan aktivitas molekul yang dapat melakukan kerja.
Energi bebas suatu zat per unit jumlah (energi bebas / mol) disebut potensial kimia
(Advinda,Linda,2018 : 31).
Potensial kimia air merupakan konsep yang sangat penting dalam fisiologi
tumbuhan titik potensial air adalah energi yang dimiliki air untuk bergerak atau untuk
mengadakan reaksi. Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan
molekul air untuk melakukan difusi. Lambang untuk menuliskan potensial air adalah ψ
(dibaca Psi) yang satuannya dapat berupa satuan tekanan (atm, bar) atau satuan energi.
Potensial kimia air murni dinyatakan sebagai nol (merupakan konvensi), adanya
beberapa substansi yang yang terlarut di dalam air tersebut akan menurunkan potensial
airnya, sehingga potensial air dari suatu larutan adalah kurang dari nol. Definisi ini
hanya berlaku pada tekanan atmosfer. Apabila tekanan di sekitar sistem ditingkatkan
atau diturunkan, maka secara otomatis potensial air akan naik atau turun sesuai dengan
perubahan tekanan tersebut (Advinda,Linda,2018 : 31).
Potensial kimia adalah energi bebas per mol substtansi di dalam suatu system
kimia. Oleh karena itu, potensial kimia suatu senyawa di bawah kondisi tekanan dan
temperature konstan tergantung kepada jumlah mol substansi yang ada. Dalam hal
hubungan air dan tanaman, potensial kimia dari air sering dinyatakan dengan istilah
“potensial air”. Selanjutnya, bila potensial kimia dapat dinyatakan sebagai ukuran
2
energy dari suatu substansi yang akan bereaksi atau bergerak, maka potensial air
merupakan ukuran energy yang tersedia di dalam air untuk bereaksi atau bergerak.
Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air
untuk melakukan difusi. Potensial air dapat disingkat dengan aksara yunani ψ (dibaca
Psi). para ahli biologi tanaman menghitung ψ dalam satuan unit yang disebut
Megapascal (MPa). Potensial air murni pada kondisi standar (diatas permukaan laut dan
pada temperature kamar) adalah 0 MPa. Satu MPa setara dengan 10 kali tekanan
atmosfir diatas permukaan laut. Tekanan dalam sel tumbuhan hidup ketika osmosis
terjadi adalah 0,5 MPa, kira-kira jika dibandingkan dengan tekanan pada ban mobil,
sekitar dua kalinya tekanan pada ban mobil (Reece, 2014).
Potensial air akan positif jika potensial kimia air di dalam sistem lebih tinggi
dari air murni sebaliknya akan negatif jika potensial kimia air dalam sistem lebih rendah
dari air murni. Potensial kimia air yang dapat dipengaruhi oleh tekanan suhu dan
partikel-partikel bahan terlarut. Jika tekanan diberikan kepada air dalam bejana tertutup
maka nilai akan meningkat sebanyak tekanan yang diberikan. Tekanan yang diberikan
akan meningkatkan energi bebas partikel air sehingga partikel-partikel ini bergerak
lebih cepat yang mengakibatkan potensial air pun meningkat. Demikian juga dengan
pengaruh suhu terhadap potensial kimia air. Difusi akan terjadi pada cairan yang lebih
hangat ke cairan yang lebih dingin, walaupun awalnya konsentrasinya sama. Adanya
partikel partikel terlarut dalam suatu larutan dapat mempengaruhi potensial airnya.
Salah satu dampak dari penambahan bahan terlarut adalah berkurangnya jumlah partikel
air per satuan volume. Sedangkan potensi gerakan air bergantung kepada jumlah
partikel yang bergerak per satuan volume. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan
potensial air. sehingga makin besar konsentrasi partikel-partikel yang terlarut semakin
rendah nilai potensial air.
Di dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen yaitu potensial tekanan
dan potensial osmotik. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial
air, sedangkan potensial osmotik menunjukkan status larutan di dalam sel tersebut titik
dengan memasukkan suatu jaringan tumbuhan ke dalam dari larutan yang telah
diketahui potensial airnya maka potensial air jaringan tersebut dapat diketahui titik
potensial tekanan air dapat bernilai positif negatif bahkan nol titik tetapi secara umum
nilai potensial tekanan ini bernilai positif karena setiap sel tumbuhan memiliki tekanan
turgor. Terkait dengan kemampuan air untuk beras dengan partikel koloid maka
muncullah istilah potensial matriks. Potensial matriks bernilai cukup kecil sehingga
seringkali diabaikan (Advinda,Linda,2018 : 32).
Ψw = Ψs + Ψp + Ψm
(PA = PO + PT + PM)
Ψs = potensial osmotik
Menurut Ismail 2011, potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan oleh
zat-zat terlarut. Tandanya selalui negatif. Potensial tekanan adalah potensial yang
disebabkan oleh tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel. Nilainya ditandai dengan
bilangan positif, nol, atau dapat juga negatif. Penambahan tekanan (terbentuknya tekanan
turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih positif. Potensial matriks disebabkan oleh
ikatan air pada koloid protoplasma dan permukaan (dinding sel). Potensial matriks
bertanda negatif, tetapi pada umumnya pada sel-sel bervakuola, nilainya dapat diabaikan.
Oleh karena itu, persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :
Ψw = Ψs + Ψp (PA = PO + PT)
4
Potensial air jaringan ditentukan dengan cara merendam potongan jaringan dalam
suatu seri larutan sukrosa atau manmitol (non-elektrolit) yang diketahui konsentrasinya
(Ismail, 2011).
Analisis kuantitatif potensial air. Pengaruh gabungan dari tekanan dan konsentrasi
zat terlarut ini terhadap potensial air ditulis dalam persamaan berikut ini :
Ψ = Ψp + Ψs
Dimana Ψp adalah potensial tekanan (tekanan fisik suatu larutan) dan Ψs adalah
potensial zat-zat terlarut, yang sebanding dengan konsentrasi zat-zat terlarut dari suatu
larutan. (Ψs juga disebut potensial osmotik.) Tekanan pada suatu larutan (Ψp) bisa
berupa suatu bilangan yang positif atau negatif (tegangan, suatu tekanan negatif).
Sebaliknya, potensial zat-terlarut dari suatu larutan (Ψs) selalu negatif, dan semakin
besar konsentrasi zat-zat terlarut, semakin tinggi nilai Ψs (Campbell, 2004).
2. Plasmolisis
Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel,
sebagai unit terkecil kehidupan, terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya
sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis denga lingkungannya. Jika memerlukan
materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya
dengnan mengatur tekanan agar terjadi perbedan tekanan sehinggga materi dari luar bias
masuk. (Buana dkk, 2011:5).
5
menjauhi dinding sel, sehingga dapat terjadi cytorhysis – contohnya dinding sel. (Buana
dkk, 2011:5).
Alat :
1. Pisau tajam
2. Penggaris
3. Petridish
4. Pipet tetes
5. Gelas benda
6. Gelas penutup
7. Silet
8. Mikroskop
9. Pelubang gabus / pencetak silinder kentang
10. Neraca Analitik
Bahan :
1. Seri larutan sukrosa 0,0 ; 0,4 ; 0,8 ; 1,2 ; 1,6 dan 2,0 Molar masing- masing sebanyak
30ml.
2. Kentang
3. Daun Rhoe discolor
4. Larutan sukrosa 0,14 M ; 0,16 M ; 0,18 M ; 0,20 M ; 0,22 M ; 0,24 M ; 0,26 M masing
– masing sebanyak 10 ml.
7
E. Cara Kerja :
1. Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
1. Silinder umbi kentang dibuat dengan menggunakan pelubang gabus. Potongan
silinder dibuat dengan ukuran panjang 10cm sebanyak 8 buah.
2. Potongan silinder di timbang menggunakan neraca analitik.
3. 4 potongan silinder kentang dimasukkan de dalam seri larutan sukrosa 30ml di
dalam petridish dengan konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M dan 1,6 M ( konsentrasi
0,0 M ; 0,4 M ; 1,2 M ; dan 2,0 M dibuat oleh kelompok lainnya ).
4. Dikerjakan dengan cepat untuk memperkecil terjadinya penguapan dari permukaan
silinder kentang.
5. Diamkan selama 40 menit
6. Silinder kentang di timbang menggunakan neraca analitik untuk mengetahui berat
akhir setelah direndam ke dalam larutan sukrosa.
7. Hasil penimbangan dicatat ke dalam tabel lalu dibuat grafik hubungan antara berat
kentang dengan konsentrasi larutan sukrosa .
2. Potensial Osmotik dan Plasmolisis
1. 7 botol vial disiapkan yang berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,14 M ; 0,16
M ; 0,18 M ; 0,20 M ; 0,22 M ; 0,24 M ; 0,26 M masing – masing sebanyak 10 ml.
2. Sayatan epidermis dibuat pada permukaan bawah epidermis daun Rhoe discolor.
3. Sayatan diletakkan diatas gelas benda lalu di tutup menggunakan gelas penutup.
4. Sayatan diamati dibawah mikroskop untuk memastikan bidang pandang
5. Sayatan ditetesi dengan larutan sukrosa.
6. Preparat dimati setiap 5 menit pertama, kedua dan ketiga hitung jumlah sel yang
terplasmolisis dan sel yang tidak terplasmolisis, lalu dihitung jumlah %
menggunakan rumus :
8
F. Hasil Pengamatan
0.6
0.5
0.4
0.3 berat akhir
0.2 berat awal
0.1
0
0.0 M 0.4 M 0.8 M 1.2 M 1.6 M 2.0 M
konsentrasi sukrosa (m)
Grafik Hubungan Perlakuan Sukrosa (M) terhadap Banyak Sel yang Terplasmolisis
(%) selama 15 menit
9
G. Pembahasan
10
Semakin besar konsentrasi larutan yang digunakan untuk merendam potongan
kentang, selisih panjang awal dan akhir akan semakin besar. Ini membuktikan adanya
aliran molekul air yang bergerak dari dalam jaringan umbi ke lingkungan yang
menunjukkan bahwa larutan perendam bersifat hipertonis dibandingkan jaringan
tumbuhan sehingga berat akhir akan lebih kecil dibandingkan dengan berat awal.
Proses pergerakan cairan atau transportasi air di dalam sel tumbuhan berlangsung
dengan cara osmosis. Osmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeable
dari daerah dimana jumlah molekul air lebih banyak ke daerah dengan jumlah molekul
air yang lebih sedikit. Proses osmosis ini sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau
potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan
difusi (Ismail, 2014).
Pada konsentrasi 0,26 sebanyak 95% sel terplasmolisis yang artinya osmosis nya
paling besar dan cepat. Sedangkan pada konsentrasi 0,18 M sebanyak 23,5% sel
terplasmolisis menandakan sel pada konsentrasi tersebut mengalami plasmolisis paling
sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa plasmolisis
11
menggunakan sukrosa jika semakin tinggi proporsi sukrosa yang ditambahkan serta lama
osmosis yang diberikan, maka tekanan osmosis semakin besar sehingga plasmolisis yang
terjadi pada bahan semakin besar, sehingga air serta molekul – molekul organik yang
keluar dari bahan akan lebih banyak (Rahmasari Hamita, 2014). Ketidaksesuaian ini
kemungkinan terjadi karena cahaya pada mikroskop pada saat pengamatan konsentrasi
0,18 M selalu dinyalakan yang menyebabkan air pada gelas benda mengalami penguapan
sehingga konsentrasi zat terlarut sukrosa menjadi lebih pekat yang menyebabkan sel
terplasmolisis dengan cepat.
12
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dialakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Potensial air tergantung pada konsentrasi larutan. Apabila konsentrasi larutan
tinggi maka potensial osmotik rendah dan potensial airnya tinggi.
2. Gejala plasmolisis dapat ditemukan pada sel sayatan epidermis permukaan bawah
daun Rhoe discolor yang menunjukan hilangnya sebagian atau seluruh warna
ungu yang ada didalam sel.
3. Faktor penyebab plasmolisis antara lain sel berada di lingkungan hipertonik, yaitu
pada kondisi zat terlarut terlalu tinggi (larutan sukrosa), perbedaan potensial air
didalam dan diluar sel, konsentrasi zat terlarut, sehingga potensial osmosis juga
semakin tinggi.
4. Peristiwa plasmolisis merupakan peristiwa terlepasnya plasmalema atau membran
plasma dari dinding sel karena dehidrasi / sel kehilangan air. Peristiwa ini terjadi
bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial
osmotik lebih tinggi. Dalam keadaan tersebut, sel akan terdorong untuk berdifusi
keluar sel menembus membran (osmosis).
5. Hubungan plasmolisis dengan status potensial osmotik antara cairan sel dengan
larutan dilingkungannya adalah bahwa sel yang berada dalam larutan hipertonik
akan menyebabkan cairan yang berada didalam sel berosmosis keluar dari sel,
sehingga potensial osmosis semakin besar, dan menyebabkan sel yang
terplasmolisis semakin banyak.
13
I. Daftar Pustaka :
Buana, Eqi, dkk. 2011. Struktur dan Inti Sel Rhoeo Discolor saat Normal dan Plasmolisis.
Bogor : Regina.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi jilid II. Jakarta:
Erlangga.
Campbell, Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G Mitchel. 2004. Biologi Edisi ke 5 jilid II.
Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Malang.
Ismail dan Abd Muis. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi
Ismail, dkk. 2014. Practical Guidance for Plant Physiologi. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.
Rahmasari, Hamita dan Wahono Hadi S. 2014. Ekstraksi Osmosis pada Pembuatan Sirup
Murbei(Morus alba L.). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No 3 p.191-197.
Reece, Jane B. 2014. Campbell Biology 10th Edition. USA : Pearson Education.
Sari, Yunita.2014. Difusi Kristal KMnO4 dalam Pelarut dan Tekanan Osmotik Cairan Sel pada
14
K. Lampiran
Kegiatan 2. PA Kentang
Kentang
J. B KonsentrasiSukrosa (M)
ke- e 0,0 0,4 0,8 1,2 1,6 2,0
r
Ulangan 1 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 3 1 2
a
ke-
t
k
e
n
t
a
n
g
BeratA 1 0.836 0.489 0.842 0.545 0.542 0.309 0.429 0.584 0.406 0.425 0.595 0.418 0.399 0.415
wal 2 0.859 0.494 0.836 0.522 0.570 0.499 0.400 0.587 0.410 0.413 0.586 0.404 0.404 0.370
(gram) 0.858 0.508 0.843 0.525 0.550 0.511 0.418 0.587 0.394 0.407 0.580 0.400 0.419 0.412
3
4 0.841 0.498 0.812 0.570 0.541 0.503 0.418 0.579 0.401 0.425 0.573 0.438 0.415 0.390
Rata- 0.848 0.497 0.833 0.548 0.55 0.506 0.416 0.582 0.440 0.417 0.583 0.415 0.409 0.397
Rata 5 3 5
Kegiatan 3. PO Plasmolisis
PerlakuanSukrosa 5 menitke- Bidang Pandang
(M) Terplasmolisis TidakTerplasmolisis
Jumlah % Jumlah %
0,14 1 47 88,6% 6 11,5%
2 48 90% 5 9,4%
3 48 90% 5 9,4%
0,16 1 45 37,8% 74 62,9%
2 48 40,3% 71 59,6%
3 49 41,8% 70 58,8%
0,18 1 8 9,4% 77 90,5%
2 17 20% 68 80%
3 20 23,5% 65 76,4%
0,20 1 41 35,9% 73 64,03%
2 49 42,9% 65 57,01%
3 53 46,4% 61 53,5%
0,22 1 29 50% 29 50%
2 31 53,4% 27 46,6%
3 33 56,8% 25 43,2%
15
0,24 1 16 12,3% 115 87,7%
2 32 24,5% 99 75,3%
3 64 49,9% 67 51,1%
0,26 1 34 81% 8 19%
2 38 91% 4 9%
3 40 95% 2 5%
16
Hasil timbangan kentang 3 Hasil timbangan kentang 4
17
2. Potensial Osmotik dan Plasmolisis
18