Anda di halaman 1dari 14

ACARA 4

TEKANAN OSMOSIS SEL

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan
peristiwa difusi dan osmosis, baik kita sadari mauoun tidak kita sadari. Seperti
pada tumbuhan, tumbuhan dapat menyerap air dan zat hara melalui proses
osmosis dan difuasi. Peristiwa tersebut dapat berlangsung baik jika terdapat
perbedaan tekanan potensial.
Tumbuhan mempunyai membrane plasma yang jika dimasukkan
kedalam larutan yang berkonsentrasi tinggi akan mengalami plasmolisis, yaitu
terlepasnya membrane dari dinding sel akibat tekanan osmotik. Untuk
mengetahui bagaimana sel yang mengalami plasmolisis, maka dilakukanlah
praktikum tekanan osmosis sel.
B. Tujuan
1. Menentukan tekanan osmosis sel daun Rhoediscolor
2. Mengetahui perbedaan jumlah sel terplasmolisis pada konsentrasi larutan
sukrosa yang berbeda.

BAB II

DASAR TEORI
Molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu bergerak. Oleh
karena itu, terjadi perpindahan terus menerus dari molekul air, dari satu bagian ke
bagian lain (Bidwell, 1979).
Perpindahan molekul-molekul itu dapat di tinjau dari dua sudut. Pertama dari
sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber, dikatakan bahwa terdapat
suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan.
Tekanan ini disebut dengan tekana difusi. Dari sudut tujuan, dapat dikatakan bahwa
ada suatu kekurangan (defisit akan molekul-molekul). Hal ini dibangingkan dengan
istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Ini berarti bahwa di sumber itu ada
tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan difusi negative. Istilah tekanan
difusi negative dapat ditukar dengan kekurangan tekanan difusi atau defisit tekanan
difusi yang disingkat dengan DTD (Dwijosaputro, 1985).
Difusi adalah gerakan partikel dari tempat yang potensial kimia lebih tinggi ke
tempat potensial kimia lebih rendah karena energy kinetik sendiri sampai terjadi
keseimbangan dinamis (Indradewa,2009). Senada dengan itu, agrika (2009)
menjelaskan bahwa difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat
dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian berkonsentrasi rendah.
Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan tekawar. Lambat laun,
cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dari udara.
Prinsip dasar yang dapat kita pegang mengenai peristiwa difusi adalah, difusi
terjadi sebagai suatu respon terhadap perbedaan konsentrasi. Suatu perbedaan terjadi
apabila terjadi perbedaan konsentrasi dari suatu keadaan ke keadaan lain. Selain
perbedaan konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga menjadi difusi. Proses
pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi di daun adalah suatu contoh proses difusi.

Dalam proses ini, CO2 di atmosfer masuk ke dalam rongga antar sel pada mesofil
daun yang selanjutnya digunakan untuk proses fotosintesis (Indradewa,2009).
Laju difusi antara lain tergantung kepada suhu dan densitas (kepadatan)
medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair. Sedangkan zat padat
ber difusi lebih lambat dibandingkan zat cair. Molekul berukuran besar lebih cepat
pergerakannya dibandingkan molekul yang lebih kecil. Pertukaran udara melalui
stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses
fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan
konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari daun keudara luar melalui
stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 didalam jaringan menurun (karena digunakan
untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari luar masuk melalui stomata. Penguapan air
melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin
dan aliran air menyebabkan molekul lebih cepat dibandingkan dengan proses difusi
(Agrica,2009).
Apabila ada 2 bejana yang satu berisi air murni dan bejana lain diisi dengan
larutan, apabila kedua bejana ini kita hubungkan, lalu diantara kedua bejana
diletakkan membrane semipermeabel yaitu membrane yang dapat dilalui air (pelarut)
dan menghambat lalunya zat0zat terlarut. Pada proses ini air bedifusi ke bejana yang
berisi larutan sedangkan larutan terlarang berdifusi ke bejana murni. Proses difusi
disebut osmosis (Dwijosaputro,1985).
Osmosis adalah satu topic yang penting dalam biologi karena fenomena ini
menjelaskan mengapa air dapat di transprtasikan ke dalam dan keluar air
(Fetter,1996). Osmosis adalah proses perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki
konsentrasi rendah atau pelarut murni melalui membrane semipermeabel menuju
larutan yang memiliki konsentrasi lenih tinggi hingga tercapai kesetimbangan laju
pelarut. Pada proses osmosis, molekul-molekul pelarut bermigrasi dari larutan encer
ke larutan yang lebih pekat hingga dicapai keadaan kesetimbangan laju perpindahan

pelarut diantara kedua medium. Osmosis dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian yang pekat menjadi encer. Osmosis akan semakin
cepat berlangsung apabila perbedaan konsentrasi antar larutan semakin tinggi pula.
Tekanan yang diterapkan untuk menghentikan proses osmosis dari larutan encer
kedalam larutan yang lebih pekat dinakan tekanan osmotic larutan, larutan
dilambangkan dengan . Tekanan osmotic dapat meningkatkan kemampuan osmosis
larutan tersebut. Tekanan yang diberikan atau yang timbul ini disebut potensial
tekanan, yang dalam tumbuhan potensial ini dapat timbul dalam tekanan turgor
(Loveless,1991).
Untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan, cairan sel dapat digunakan
metode plasmolisis. Jika potensial air dalam satu sel lebih tinggi dari potensial air
yang ada disekitar sel atau diluar sel, makan air akan meninggalkan sel sampai
potensial air yang ada didalam maupun diluar sel sama besar. Protoplasma yang
kehilangan air itu menyusust airnya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel.
Perostiwa tersebut biasa kita kenal dengan istilah plasmolisis (Salisbury,1995).
Menurut sasmita (1996) metode plasmolisis dapat ditempuh dengan cara
menentukan pada konsentrasi sukrosa berapakah yang mengakibatkan jumla sel yang
terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama
dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang
menyebabkan 50% sel terplasmoilisis diketahui, maka tekanan osmosis sel dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TO sel = 22,4 x M x T / 273


Dengan :

TO = tekanan Osmotik
M = Konentrasi larutan yang menyebabkan plasmolisis
T = Temperatur mutlak (273+toc)

Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi) dan cairan diluar
sel bersifat hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk kedalam sel
sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan suatu
larutan yang hipertonus terdapat sitoplasma, maka air didalam sel akan berdifusi
keluar sehingga sitoplamsa berkerut dan terlepas dari dinding sel hal ini disebut
plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke cairan hipotonus, maka air akan
masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang hal ini disebut
plasmolisis (Bidwell,1979).

BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat Dan Waktu
Tempat

: Laboratorium Agronomi, Lt.1, gedung OECF, Fakultas Pertanian,


Universitas Mulawarman

Waktu

: Rabu, 7 desember 2016 pukul 10.00 WITA

B Alat Dan Bahan


Alat

: silet, kaca preparat, mikroskop cahaya, thermometer, gelas ukur,


objec glass, pipet, pinset

Bahan

: tanaman adam hawa (Rhoediscolor), larutan sukrosa, aquades

C Prosedur Kerja
1 Iris tipis daun adam hawa pada bagian yang berwarna merah
2 Tempatkan pada kaca preparat irisan yang tadi lalu amati sel pada irisan
3

tersebut
Hitung dan catat jumlah sel yang terdapat pada irisan tersebut (berwarna

4
5
6

ungu)
Rendam irisan daun adam hawa dalam larutan sukrosa selama 30 menit
Angkat irisan tadi lalu ulangi prosedur kerja no 2 & 3
Hitung tekanan osmosis selnya

Rumus perhitungan TO (tekanan osmosis)


TO =

22,4 . M .T
273

Keterangan:
M : konsentrasi larutan sukrosa
T : suhu mutlak larutan (273+t)
t : suhu larutan

Rumus perhitungan jumlah sel plasmolisis

Jumlah sel plasmolisis =

x y
x

x 100 %

Keterangan =
X= jumlah sel sebelum direndam
Y= jumlah sel sesudah direndam

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

No

1
2
3
4
5
6
7

Konsentrasi

Suhu

Jmlh sel

Jmlh sel

Jmlh sel

TO

larutan

larutan

sebelum

setelah

palsmolisis

(atm

sukrosa (M)

( )

direndam

direndam

(%)

0.14
0.16
0.18
0.20
0.22
0.24
0.26

21
20
21
22
24
26
21

67
238
66
95
211
228
141

35
176
56
66
157
103
101

46
26
15
30,52
25.59
54
28.36

3.38
3.8
4.34
5.36
5.7
6.26
6.26

8
9
10
11
12

0.28
0.14
0.16
0.18
0.20

21
21
20
21
22

129
22
263
239
68

34
0
233
103
52

73.6
100
11.4
57
23.52

6.75
3.36
3.8
4.34
4.84

Tabel 1. Hasil pengamatan jumlah sel yang mengalami plsamolisis (%) dan tekanan
osmosis (TO) sel daun Rhoediscolor pada beberapa konsentrasi larutan
sukrosa.

Konsentrasi larutan

Rata-rata jumlah sel

o
1
2
3
4

sukrosa (M)
0.14
0.16
0.18
0.20

plasmolisis (%)
74
18.7
36
27

Tabel 2.

Rata-rata jumlah sel plasmolisis pada konsentrasi larutan


sukrosa yang sama

Perhitungan ( konsentrasi larutan sukrosa 0.14 M )

Jumlah sel plasmolisis

x y
x

6735
67

= 48 %

x 100 %
x 100 %

Tekanan osmosis (TO)

22.4 . M .T
273

22, 4 .0,14 .(273+21)


273

= 3.38 atm

Rata-rata jumlah sel plasmolisis pada konsentrasi larutan sukrosa 0.14 M


Rata-rata sel plasmolisis =

48 +100
2

= 74 %

BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan tekanan osmosis sel pada
sampel daun Rhoediscoclor dengan larutan sukrosa sebagai larutan hypotonisnya.
Dapat dilihat pada hasil praktikum no.1 dengan konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M
dan tekanan osmotik 3,38 atm bahwa sel daun Rhoediscolor yang awalnya berjumlah
67 setelah direndam dalam larutan sukrosa jumlah sel berkurang menjadi 35.
Pengurangan jumlah sel tersebut karena sebagian sel daun mengalami plasmolisis.
Apabila dihitung dalam bentuk % maka 48% sel yang mengalami plasmolisis.
Plasmolisis adalah lepasnya protoplasma dari dinding sel. Sel pada daun mengalami
plasmolisis karena potensial air dalam sel Rhoediscolor lebih tinggi, sedangkan
potensial air dalam larutan sukrosa lebih rendah, sehingga pada saat sel daun
direndam dalam larutan sukrosa, sel mengalami difusi yaitu air pada sel daun yang
potensialnya lebih besar keluar melalui selaput semipermiabel menuju larutan sukrosa
yang potensial airnya lebih kecil, yang akhirnya menyebakan sel mengkerut dan

terlepas dari dinidng sel. Sel-sel yang mengalami plasmolisis pada daun Rhoediscolor
dapat diamati dari berkurangnya sel yang berwarna ungu.
Dilihat dari tabel pengamatan bahwa pada konsentrasi larutan sukrosa yang
sama yaitu 0,14 M dan tekanan osmotik 3,38 atm, memiliki jumlah sel yang
plasmolisis berbeda jauh yaitu antara 48% dan 100%. Perbedaan yang jauh ini
dimungkinkan karena jumlah mula-mula sel pada percobaan ke-2 (no.9) berjumlah
sangat sedikit yaitu hanya 20 sel, sedangkan pada percobaan ke 1 (no.1) jumlah sel
mula-mula 67, sehingga sel pada percobaan ke-2 lebih cepat terdifusi dan plasmolisis.
Jumlah sel ini berpengaruh karena apabila tekanan yang diberikan sama yaitu 3,38
namun permukaan (jumlah) sel berbeda, maka permukaan (jumlah) yang lebih
kecil/sedikitlah yang akan lebih cepat terdifusi. Pada hasil praktikum, apabila dirataratakan maka pada konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M jumlah sel yang terplasmolisis
yaitu 74%.
Selain itu pada berbagai konsentrasi larutan gula dapat diketahui bahwa
jumlah sel yang semakin banyak pada larutan sukrosa yang konsntrasinya tinggi,
karena tekanan osmosisnya semakin tinggi pula, namun pada praktikum kali ini
perubahan jumlah sel yang terplasmolisis pada konsentrasi yang semakin tinggi tidak
konsisten, seperti yang dapat dilihat pada tabel pengamatan bahwa pada konsentrasi
0,22 M jumlah sel plasmolisis lebih rendah dari pada jumlah pada pada konsntrasi
0,20 M sehingga proses difusi juga berjalan lebih lambat.

BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan hasil praktikum, tekan osmosis sel dapat disimpulkan bahwa :
1. Tekanan osmosis sel pada larutan gula 0,14 M adalah 3,38 dan menyebabkan
74% sel daun Rhoediscolor terplasmolisis.
2. Konsentrasi larutan semakin tinggi rata-rata menyebabkan jumlah sel yang
terplasmolisis juga semakin tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Agrica, Houlerr. 2009. BIOLOGI. Jakarta : PT Erlangga.


Dwidjosaputro, D, Prof. DR. 1898. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :
PT Gramedia
Fetter. 1998. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Jakarta : PT Yudhistira
Indradewa. 2009. Fisiologi Tumbuhan Dasar Jilid 1. Bandung : ITB Press.
Loveless. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta :
PT Gramedia.
Salisbury, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : ITB Press.
Sasmita, Drajat ; Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB Press.

LAMPIRAN

Sel sebelum terplasmolisis

Sel setelah terplasmolisis

Anda mungkin juga menyukai