Anda di halaman 1dari 15

Menurut Bidwell (1979) molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu

bergerak. Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul air, dari satu bagian ke
bagian yang lain.
Perpindahan molekul-molekul itu dpat ditinjau dari dua sudut. Pertama dari sudut sumber
dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa terdapat suatu tekanan yang
menyebabkan molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan. Tekanan ini disebut dengan
tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat dikatakan bahwa ada sesuatu kekurangan (deficit akan
molekul-molekul. Hal ini dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul.
Ini bararti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan difusi
negatif. Istilah tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan kekurangan tekanan difusi atau deficit
tekanan difusi yang disingkat dengan DTD (Dwijo, 1985).
Difusi adalah gerakan partikel dari tempat dengan potensial kimia lebih tinggi ke tempat
dengan potensial kimia lebih rendah karena energi kinetiknya sendiri sampai terjadi
keseimbangan dinamis (Indradewa, 2009). Senada dengan itu, Agrica (2009) menjelaskan
bahwa difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah
uap
air
dari
cerek
yang
berdifusi
dalam
udara.
Prinsip dasar yang dapat kita pegang mengenai peristiwa difusi ini adalah difusi terjadi sebagai
suatu respon terhadap perbedaan konsentrasi. Suatu perbedaan terjadi apabila terjadi
perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke keadaan lain. Selain perbedaan
konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga menyebabkan difusi. Proses pertukaran
gas pada tumbuhan yang terjadi di daun adalah suatu contoh proses difusi. Dalam proses
ini gas CO2 dari atmosfir masuk ke dalam rongga antar sel pada mesofil daun yang
selanjutnya digunakan untuk proses fotosintesis (Tim Fisiologi Tumbuhan, 2009).
Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium.
Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi
lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar lebih lambat
pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil. Pertukaran udara melalui
stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses fotosintesis yang
menghasilkan O2sehingga konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan
menyebabkan difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO 2 di
dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO 2 dari udara luar
masuk melalui stomata.Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh
proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan molekul lebih cepat dibanding dengan
proses
difusi
(Anonymous
a,
2009).
Apabila ada dua bejana yang satu berisi air murni dan bejana lain diisi dengan larutan, apabila
kedua bejana ini kita hubungkan, lalu diantara kedua bejana diletakkan membran
semipermeabel, yaitu membran yang mempu melalukan air (pelarut) dan menghambat lalunya
zat-zat terlarut. Pada proses ini air berdifusi ke bejana yang berisi larutan sedangkan larutan
terhalang untuk berdifusi ke bejana murni. Proses difusi ini disebut dengan osmosis (Tim
Fisiologi
Tumbuhan,
2009).
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan
mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel (Fetter, 1998).

Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan
konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya
pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang
lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang
berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut
itu sendiri (Agrica,2009).
Tekanan yang diberikan pada air atau larutan, akan meningkatkan kemampuan osmosis
dalam larutan tersebut. Tekanan yang diberikan atau yang timbul dalam system ini disebut
potensial tekanan, yang dalam tumbuhan potensial ini dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor.
Nilai potensial tekanan dapat positif, nol, maupun negatif.
Selain potensial air (PA) dalam potensial tekanan (PT) osmosis juga dipengaruhi tekanan
osmotic (PO). Potensial osmotic dari suatu larutan lebih menyatakan sebagai status larutan.
Status larutan biasa kita nyatakan dalam bentuk satuan konsentrasi, satuan tekanan, atau
satuan energi. Hubungan antara potensial air (PA) dan potensial tekanan (PT), dan potensial
osmotic (PO) dapat dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut:
PA = PO + PT
Dari rumus di atas dapat terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan tambahan (PT), maka
nilai PA = PO
Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat digunakan
metode plasmolisis. Jika potensial air dalam suatu sel lebih tinggi dari pada potensial air yang
ada di sekitar sel atau di luar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai potensial air yang ada
dalam sel maupun di luar sel sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut
volumenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa tersebut biasa kita kenal
dengan istilah plasmolisis.
Metode plasmolisis dapat ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa
berapakah yang mengakibatkan jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi
tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika
konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis
sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4 x M x T
273
Dengan :
TO = Tekanan Osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + tC)
(Tim fisiologi tumbuhan. 2010).
Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di luar sel bersifat
hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke dalam sel sehingga antara
kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus
terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma
mengkerut dan terlepas dari dinding sel, hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian
dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonus, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma
akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis(Tim fisiologi tumbuhan. 2009).
Dwidjoseputro, D, Prof. DR. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.
Kimball, John W. 1983. BIOLOGI. Jakarta: PT Erlangga.

Loveless. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta: PT Gramedia.


Sasmita, Drajat ; Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:ITB Press.
Salisbury, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung:ITB Press.
Tim fisiologi tumbuhan. 2009. Penuntun Praktikum FISIOLOGI TUMBUHAN.Bandung : Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Tim fisiologi tumbuhan. 2010. Penuntun Praktikum FISIOLOGI TUMBUHAN.Surabaya : Jurusan Biologi
FMIPA UNESA.
Bidwell. R.G.S.1979. Plant Physiology edition 2. Macmillion Publishing. Co : New York
Dwidjoseputro. D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia : Jakarta

Pada umumnya, air dan bahan yang larut di dalamnya masuk dan keluar sel, bukan
sebagai aliran massa, melainkan satu per satu molekul setiap kali. Pergerakkan neto dari suatu
tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik acak atau gerak termal dari molekul atau ion
disebut difusi. Dengan kata lain, difusi merupakan perpindahan molekul dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi yang rendah akibat energi kinetik. Makin besar perbedan
konsentrasi anatara dua daerah, maka makin tajam pula gradasi konsentrasinya sehingga
makin besar pula kecepatan difusinya. Salah satu contoh dari proses difusi adalah Kristal
KMnO4 yang diletakkan pada permukaan air. Zat warna tersebut akan melarut dan menyebar
(berdifusi) dengan lambat dari sumbernya ke seluruh bagian cairan.
Sedangkan difusi dari bahan pelarut melalui selaput semi permeable dari
konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi disebutosmosis. Membran semi
permeable harus dapat ditembus oleh pelarut, tetapi tidak oleh zat terlarut, yang
mengakibatkan gradient tekanan sepanjang membrane.Osmosis merupakan suatu
fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada
bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih
encer.Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu
tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah.Tekanan yang terjadi karena
difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin
besar pula tekanan osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti
jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi.Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya
pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang
lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif,
yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat
terlarut itu sendiri.
Peristiwa migrasi molekul-molekul air ke suatu zat lain yang berpori cukup besar
untuk melewatkan molekul-molekul air kemudian molekul-molekul air tersebut menetap di
dalam zuatu zat disebut imbibisi. Salah satu contoh dari proses imbibisi adalah
perkecambahan suatu biji yang ditandai dengan semakin membesarnya biji dan keluarnya
radikula suatu biji. Imbibisi sebenarnya merupakan proses osmosis melalui dinding sel-sel

kulit maupun protoplas dari biji. Peristiwa imbibisi sebenarnya bukan suatu proses difusi
belaka karena sel-sel biji mempunyai nilai osmosis yang tinggi dan oleh karena itu
mempunyai defisit tekanan osmosis yang besar pula. Jadi molekul air berdifusi dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi yang tinggi.
C. Alat dan Bahan
a) Alat
1. Cawan petri
11. Objek glass
2. Mikroskop cahaya
12. Counter
3. Pipet
13. Gelas ukur
4. Stopwatch
14. Timbangan
5. Kertas millimeter
15. Kertas saring
6. Penggaris
16. Selotip
7. Gelas ukur
8. Silet
9. Alumunium foil
10. Karet gelang
b) Bahan
1. Kristal KMnO4
2. Air
3. Daun Rhoeo discolor
4. Larutan sukrosa 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; 1 M
5. Biji kacang hijau dan biji kedelai
D.
I.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

CARA KERJA
Difusi Molekul KMnO4 ( Kalium Permanganat ) Dalam Air
Air sebanyak 15 ml dituangkan dalam cawan Petri.
Cawan Petri diletakkan ditempat yang datar yang telah dialasi dengan kertas millimeter atau
kertas yang telah diberi tanda garis dengan ukuran skala mm.
Satu butir kecil Kristal KMnO4 dimasukkan kebagian tengah cawan Petri yang sudah berisi
air.
Gerak difusi molekul KMnO4 diperhatikan dan diukur kecepatan penyebaran Kristal tersebut
dengan stopwatch atau pencatat waktu lainnya .
Kecepatan dan konstanitas perambatan proses difusi tersebut diamati dan dicatat.
Diameter luasan penyebaran kristal KMnO 4 dalam air diukur tiap 1 menit selama 20 menit
dan diperhatikan apakah kadar cepat perambatannya konstan atau tidak.
Data data pengamatan tersebut dimasukkan dalam tabel dan selanjutnya digambar dalam
bentuk grafik.

II. Tekanan Osmosis Cairan Sel


1. Menyiapkan 6 buah cawan Petri lalu larutan sukrosa yang telah dibuat dituangkan kedalam
cawan Petri tersebut sesuai dengan molaritas yang telah ditentukan. Mencatat kadar larutan
dalam setiap cawan Petri atau beri tanda ( label ) pada cawan Petri sesuai molaritas larutan
sukrosa.
2. Menyayat lapisan epidermis bawah atau abaksial yang berwarna ungu dari daun Rhoeo
discolor dengan pisau silet setipis mungkin. Diusahakan menyayat hanya selapis sel saja.
3. Merendam sayatan sayatan tersebut dalam cawan Petri selama 30 menit. Waktu mulai
perendaman dicatat.

4. Setelah direndam selama 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dibawah mikroskop
dengan menggunakan objek dan cover glassjumlah sel seluruhnya ( dalam satu lapangan
pandang ) dan jumlah sel yang mengalami plasmolisis dihiutng.
5. Konsentrasi sukrosa dimana yang mengakibatkan 50 % dari jumlah sel epidermis
daun Rhoeo discolor dicari dan diperiksa yang telah mengalami plasmolisis. Keadaan ini
disebut insipien plasmolisis. Sel pada keadaan insipien plasmolisis memiliki potensial
osmotik sama dengan tekanan osmotik ( PO ) larutan yang digunakan
6. Tentukan PO sel pada insipien plasmolisis dengan mengacu pada tabel 1. sedangkan
potensial osmotik ( PO ) dapat dihitung dengan rumus :
PO = 22,4 m T
273
PO
= tekanan osmosism
m
= kadar larutan penyebab separuh jumlah sel ter plasmolisis.
T
= suhu absolute ( K ) = ( suhu ruangan + 273 K )
III. Imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai
1. Menyipkan biji kacang hijau dan biji kedelai, serta gelas bekker yang telah diisi dengan air.
Dan mencatat keadaan awal biji (bentuk, warna, ukuran, tekstur dan berat)
2. Menimbang terlebih dahulu biji-biji yang akan digunakan dalam percobaan ini, juga volume
yang ada pada gelas bekker (Volume biji dan volume air)
3. Memasukkan biji-biji yang telah tercatat beratnya ke dalam air yang ada pada gelas bekker
yang volumenya telah diketahui. Lalu menimbang seluruh volume biji dan air tersebut
(Volume biji + volume air)
4. Membiarkan rendaman biji-biji tersebut selama 24 jam, menutup rapat gelas bekker dengan
menggunakan plastik dan mengikatnya dengan karet gelas agar tidak terjadi penguapan air.
Menyimpan rendaman pada tempat yang sejuk dan tidak banyak sinar yang papar.
5. Setelah 24 jam, menimbang kembali gelas bekker yang berisi air dan biji tersebut.
Mengambil biji-biji yang telah direndam dan meletakkan di atas kertas kering. Mengamati
perubahan-perubahan yang terjadi pada biji (bentuk, ukuran, warna, tekstur dan berat). Untuk
mengetahui berat/volume biji dengan cara menimbang kembali biji-biji tersebut.
Membandingkan dengan keadaan awal.
E. HASIL PENGAMATAN
I. Difusi Molekul KMnO4 ( Kalium Permanganat ) Dalam Air
Diameter (mm)
Waktu (detik)
Kecepatan (mm/detik)
5
14
0.36
10
32
0.31
15
61
0.25
20
121
0.17
25
189
0.13
30
292
0.10
35
372
0.09
40
473
0.08
45
589
0.08
50
677
0.07
55
826
0.07
60
1020
0.06
65
1402
0.05

70

1833

0.04

Berdasarkan data di atas, dapat ditentukan grafiknya sebagai berikut :

II. Tekanan Osmosis Cairan Sel


Kosentrasi (M)
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0

Jumlah sel yang


terplasmolisis
57
56
77
73
48
16

Jumlah sel
seluruhnya
94
61
106
93
97
73

Presentase (%)
60.6 %
91.8 %
72.6 %
78.5 %
49.4 %
22 %

Dari percobaan Tekanan Osmosis Ciran sel dengan berbagai kosentrasi sukrosa yaitu 0,0 M,
0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, dan 1,0 M. Dicari kosentrasi sukrosa dimana yang
mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoe discolor mengalami plasmolisis.
Insipien plasmolisis terjadi pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,8 M sehingga, tekanan
osmotik dapat dihitung sebagai berikut :

PO =
PO =
PO =
PO = 19,5 atm
Jadi, Tekanan Osmotik dengan konsentrasi 0,8 M sebesar 19,5 atm
III.

Imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai


Biji
Perubahan
Sebelum direndam
Bentuk

seperti ginjal

Warna
Tekstur
Berat
Volume air

hijau kekuningan
Keras
2,7 gram
50 ml

Bentuk

seperti ginjal

Kacang hijau

Setelah direndam
seperti ginjal, lebih
besar dan
menggembung, kulit
mengelupas, radikula
mulai tampak
hijau muda
lunak
7 gram
44 ml
seperti ginjal, lebih
besar dan
menggembung, kulit
biji mengelupas, dan

Kacang kedelai
Warna
Tekstur
Berat
Volume air

kuning kecoklatan
(cream)
Keras
2,7 gram
50 ml

satu biji mulai tampak


radikulanya
kuning pucat
lebih lunak
5,9 gram
46 l

F. PEMBAHASAN
Difusi
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan proses difusi zat padat dalam
larutan. Dalam hal ini, zat padat yang digunakan adalah KMnO4. Dalam percobaan difusi
dengan menggunakan zat KMnO4, yang berperan sebagai zat dengan konsentrasi tinggi
adalah KMnO4, sedangkan air adalah zat dengan konsentrasi rendah. Proses difusi terjadi dari
zat KMnO4 ke dalam air sebagai pelarut. Pada awal dimasukkannya KMnO 4 ke dalam air,
difusi berjalan dengan cepat. Terjadinya difusi ditandai dengan melarutnya zat ini ke dalam
air yang menyebabkan air yang tadinya berwarna jernih menjadi berwaran keunguan.
Semakin lama proses difusi semakin lambat. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh suhu,
besarnya gradient difusi, serta ukuran dan massa partikel yang berdifusi (dalam hal ini
KMnO4). Kesetimbangan terjadi ketika larutan menjadi homogen, artinya KMnO4 sudah
melarut sempurna di dalam air. Apabila partikel suatu zat dapat bergerak bebas tanpa
terhambat oleh gaya tarik, maka dalam jangka waktu tertentu partikel-partikel itu akan
tersebar merata dalam ruang yang ada. Sampai distribusi merata seperti itu terjadi, akan
terdapat lebih banyak partikel yang bergerak dari daerah tempat partikel itu lebih pekat ke
daerah yang partikelnya kurang pekat, lalu terjadi yang sebaliknya, dan secara menyeluruh
gerakan partikel ke arah tertentu disebut difusi. Makin besar perbedaan konsentrasi antara
dua daerah, yaitu makin tajam gradasi konsentrasinya, makin besar kecepatan difusinya.
Kecepatan rata-rata difusi saat konstan adalah 0,075 mm/detik. Kecepatan rata-rata
difusi saat tidak konstan adalah 0,156 mm/detik. Diameter yang konstan ditempuh pada akhir
difusi (hampir mencapai kesetimbangan). Hal ini terjadi karena pada saat akhir difusi
penambahan diameter sangat kecil sehingga kecepatannya lebih lambat daripada proses awal
difusi. Hal tersebut juga ditandai dengan kristal KMnO4 yang semakin mengecil atau habis.
II.
Osmosis
Peristiwa osmosis dapat juga dikatakan sebagai proses difusi dari bahan pelarut molekul
melalui selaput semipermeable. Untuk mengetahui tekanan osmosis suatu cairan sel dapat
digunakan metode plasmolisis. Metode plasmolisis merupakan menyusutnya volume dan
lepasnya protoplas sel dari dinding sel karena kehilangan air, adanya perbedaan tekanan
dengan lingkungan luarnya. Pada percobaan ini digunakan larutan sukrosa dengan berbagai
konsentrasi untuk melakukan plasmolisis pada sel epidermis daun Rhoeo discolor. Larutan
sukrosa dapat mengakibatkan terjadinya arus air, terutama yang terdapat di dalam vakuola
keluar sel sehingga isi vakuola berkurang, turgor sel turun, isi protoplas mengecil dan pada
akhirnya sel mengalami plasmolisis. Plasmolisis ditandai dengan adanya warna keunguan
pada daerah tepi sel saat diamati di bawah mikroskop.
Konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan dalam percobaan bervariasi, mulai dari 0 M;
0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M dan 1,0 M. Dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan, bahwa
pada konsentrasi 0,8 M total keseluruhan sel ada 97 sedangkan yang sel yang mengalami
plasmolisis ada 48. Keadaan ini dinamakan plasmolisis insipient. Plasmolisis insipient terjadi
pada jaringan yang separuh jumlah selnya baru saja mengalami plasmolisis (protoplas baru
mulai terlepas dari dinding sel), berarti tekanan dalamnya sama dengan nol. Terlepasnya
protoplas dari dinding sel disebabkan oleh penyusutan atau pengurangan volume, karena
I.

cairan di dalam protoplas sudah menjadi lebih pekat dan karenanya berpotensial osmotik
lebih negatif. Tekanan osmotic untuk konsentrasi 0,8 M adalah sebesar 19,5 atm.
III.

Imbibisi
Imbibisi adalah peristiwa masuknya air ke dalam suatu zat melalui pori-pori.Air yang
masuk ke dalam biji membuat biji mengalami perubahan, baik bentuk, warna, tekstur,
maupun berat biji. Proses imbibisi berguna untuk mematahkan dormansi dan memicu
perkecambahan biji. Masuknya air ke dalam biji dapat melalui transport pasif simplas
maupun apoplas, air masuk ke dalam kulit biji kemudian menembus dinding sel biji dan air
masuk ke dalam sel-sel biji.Air yang masuk membuat kulit biji robek dan mengelupas,
sehingga air masuk dan membuat biji membesar karena sel-selnya berisi air. Warna dari biji
yang telah direndam air selama 24 jam menjadi lebih pucat dikarenakan air menembus
plastida yang semula pekat menjadi lebih pudar karena telah bercampur air. Air yang masuk
ke dalam sel-sel biji mengaktifkan enzim-enzim yang digunakan untuk merombak bahanbahan dari endosperm maupun kotiledon dan memindahkan nutrien-nutrien ke bagian embrio
yang digunakan untuk pertumbuhan embrio tersebut.
Pada praktikum ini, digunakan biji kacang hijau dan biji kacang kedelai yang diberi
perlakuan yaitu direndam ke dalam air selama 24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan pengamatan
tapak adanya perubahan bentuk, warna, tekstur, berat, dan voleme air yang tersisa pada kedua
biji kacang tersebut. Berat awal kedua biji tersebut adalah 2,7 gram namun setelah direndam
berat biji kacang hijau menjadi lebih besar yaitu 7 gram sedangkan berat kacang kedelai
hanya 5,9 gram hal ini disebabkan meskipun berat awal kedua biji kacang sama, namun
jumlah dari biji kacang hijau lebih banyak dari kacang kedelai, sehingga sel-sel pada biji
kacang hijau lebih banyak mengalami imbibisi daripada sel-sel biji kacang kedelai. Volume
air yang tersisa pada proses imbibisi biji kacang hijau sebesar 44 ml, lebih sedikit daripada
voleme air yang tersisa pada botol kacang kedelai yaitu 46 ml. hal ini dikarenakan air yang
digunakan dalam proses imbibisi pada kacang hijau lebih besar daripada pada imbibisi
kacang kedelai.
G. DISKUSI
Diskusi Difusi
a. Berapakah kecepatan rata-rata penyebaran KmnO4 saat konstan dan tidak konstan? Mengapa
hal ini dapat terjadi?
Kecepatan rata-rata difusi saat konstan adalah 0.075 mm/detik.
Kecepatan rata-rata difusi saat tidak konstan adalah 0.156 mm/detik.
Diameter yang konstan ditempuh pada akhir difusi (hampir mencapai kesetimbangan). Hal ini
terjadi karena pada saat akhir difusi, penambahan diameter sangat kecil sehingga
kecepatannya lebih lambat daripada proses awal difusi.
b. Proses fisiologi apa saja yang dapat menggambarkan terjadinya difusi zat cair, padat maupun
gas pada tumbuhan?
Terjadinya difusi zat cair pada proses fisiologi tumbuhan adalah ketika suatu zat yang masuk
melalui dinding sel menyebar ke seluruh bagian sel, dan siap diambil organel yang
membutuhkannya.
Terjadinya difusi zat gas pada proses fisiologi tumbuhan adalah ketika proses fotosintesis.
Terjadinya difusi zat padat pada proses fisiologi tumbuhan adalah masuknya unsur hara dan
mineral ke dalam tubuh tumbuhan.
c. Apakah keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi dalam tumbuhan?
Dapat, karena dalam lingkungannya terdapat suhu dan tekanan yang menjadi faktor-faktor
yang mempengaruhi dufusi.

d. Bagaimana terjadinya keseimbangan penyebaran KmnO4 dalam larutan dan faktor-faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi terjadinya kesetimbangan tersebut?
Keseimbangan penyebaran KMnO4 dalam larutan terjadi akibat adanya gradien konsentrasi.
Faktor-faktor yang dapar mempengeruhi kesetimbangan adalah konsentrasi, suhu, dan
tekanan.
e. Apakah setelah kesetimbangan tercapai dapat terjadi proses difusi lagi? Mengapa?
Tidak, merujuk ke pengertian difusi adalah gerakan molekul dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah, setelah terjadi difusi konsentrasi molekut-molekul tersebut akan sama,
jadi tidak dapat terjadi proses difusi lagi.
Diskusi Osmosis
a. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada sel tumbuhan ?
Pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada daun Rhoe discolor, apabila proses osmosis
terjadi pada suhu yang tinggi akan menyebabkan epidermis pada sel cepa tmengalami
plasmolisis karena suhu yang tinggi dapat merusak struktur sel pada tumbuhan. Selain itu
suhu yang tinggi dapat mempercepat laju reaksi sel epidermis untuk mengalami palsmolisis.
b. Apakah rumus PO yang digunakan berlaku untuk semua zat ?
Rumus PO tidak berlaku untuk semua zat, karena di dalam rumus PO terdapat m yaitu
kadar larutan penyebab separuh dari jumlah sel terplasmolisis. Selain itu tidak semua zat
mampu mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoe discolor.
Mengapa terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada sel yang
direndam pada larutan sukrosa ?
Terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada sel yang direndam pada
larutan sukrosa, karena proses plasmolisis menggunakan berbagai macam konsentrasi sukrosa
dan setiap konsentrasi memiliki daya plasmolisis yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi
akan menyebabkan sel pada tumbuhan semakin cepat untuk terplasmolisis.
d. Apakah yang dimaksud dengan insipient plasmolisis dalam percobaan ini ?
Insipien plasmolisis adalah banyaknya konsentrasi sukrosa yang dapat mengakibatkan 50%
dari jumlah sel epidermis Rhoe discolor yang dapat mengalami plasmolisis.
c.

Sebutkan metode metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan osmosis
pada sel tumbuhan !
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan osmosis pada tumbuhan yaitu metode
krioskopik atau metode titik beku, dan metodete kanan uap.
e.

Diskusi (Imbibisi)
Bagaimana ait dapat melakukan imbibisi ke dalam biji ditinjau dari struktur biji dan proses
difusi /osmosis?
Air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji dilihat dari struktur biji dengan cara air meresap
ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mrngembang. Ada 2
kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi adalah adanya gradient, potensial air antara
permukaan adsorban dengan senyawa yang diimbibisi dan adanya affnier atau daya gabung
antara komponen adsorban dengan senyawa yang diimbibisi. Biji yang kering direndam
dalam air, air akan masuk ke ruang antar sel penyusun endosperm secara osmosis.
b. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada biji yang telah mengalami imbibisi dan
bagaimana kaitannya dengan proses fisiologi biji itu sendiri?
Ukuran biji terlihat mengembang, hal tersebut karena peristwa meresapnya air ke dalam biji
pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.Kemudian terlihat pula
terlepasnya kulit biji dan sebagian ada yang tumbuh radikula.
a.

c.

Jelaskan hubungannya imbibisi air pada biji dengan proses perkecambahan biji
Seperti telah diketahui bahwa proses imbibisi air pada biji adalah proses masuk atau
meresapnya air ke dalam biji ke dalam ruangan dinding antar sel sehingga dinding selnya
akan mengembang. Benih atau biji yang menyerap air, menyebabkan kulit pecah dan
penyerapan berlangsung melalui seluruh permukaan kulit.Proses metabolic biji membutuhkan
oksigen sehingga jika terlalu lembab atau kurang menyebabkan proses perkecambahan dapat
membusuk.
d. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap proses imbibisi air pada biji? Jelaskan dengan
memberi contoh adanya imbibisi pada kondisi di alam (hutan)!
Keadaan lingkungan seperti ketersediaan air dan kelembaban berpengaruh terhadap proses
imbibisi air dan biji karena air berfungsi sebagai penstimulir metabolism dan sebagai pelarut
dalam perubahan dan pengangkutan cadangan makanan kepada seluruh bagian tanaman
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, biji dari pohon yang berada di
hutan dapat tumbuh karena adanya proses imbibisi, baik itu melalui air hujan ataupun embun.
H. KESIMPULAN
1. Kecepatan rata-rata difusi KMnO4 dalam larutan saat konstan adalah 0.075 mm/detik.
Sedangkan kecepatan rata-rata difusi KMnO4 saat tidak konstan adalah 0.156 mm/detik.
Tujuan dari kristal KMnO4tersebut berdifusi adalah supaya berada dalam keadaan setimbang.
2. Penghitungan tekanan osmotik menggunakan konsentrasi sukrosa 0,8 M, karena konsentrasi
tersebut merupakan insipien plasmolisis dimana jumlah keseluruhan sel ada 97 dan yang
mengalami plasmolisis ada 48 sel.
3. Kacang hijau dan kacang kedelai mengalami imbibisi, hal tersebut ditunjukkan adanya
perubahan warna, tekstur, ukuran, volume air sebelum dan sesudah perendaman serta ada
tidaknya radikula pada biji.
I. DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., 1990, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, B. Estiti., 1995, Anatomi Tumbuhan Berbiji, Bandung : ITB Press
Kimball, John W., 1983, BIOLOGI, edisi ke lima, jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Salisbury, Frank B. & Cleon W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1, Bandung : ITB Press.

Dinding sel hidup selalu rembes dan kadang-kadang dikelilingi oleh larutan cair yang sinambung dari
satu sel ke sel lainnya, sehingga membentuk suatu jalinan pada seluruh tumbuhan. Dipandang dari
sudut hubungannya dengan larutan ini, sebuah sel tumbuhan biasanya dapat dibandingkan dengan
sistem osmosis tipe tertutup. Kedua selaput sitoplasma, yaitu plasmalema di sebelah luar dan tonoplas
di sebelah dalam, kedua-duanya sangat permeabel terhadap air, tetapi relatif tak permeabel terhadap
bahan terlarut, sehingga untuk mudahnya seluruh lapisan sitoplasma itu dapat dianggap sebagai
membran sinambung dan semi-permeabel. (Loveless, 1991).
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh
tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di
dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta)

proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem (Anonim, 2009).
Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2, air dan unsur hara. Kecuali
gas O2 dan CO2 zat diserap dalam bentuk larutan ion. Mekanisme proses penyerapan dapat belangsung
karena adanya proses imbibisi, difusi, osmosis dan transpor aktif (Anonim, 2009).
Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat (solid) atau agak padat (semi
solid) karena benda-benda itu mempunyai zat penyusun dari bahan yang berupa koloid (Suradinata,
1993).
Banyak benda-benda kering atau benda setengah padat dapat menyerap air (absorpsi) karena bendabenda tersebut mengandung materi koloid yang hidrofil. Hidrofil artinya menarik air. Contoh pada
tumbuhan misalnya biji yang kering (Suradinata, 1993).
Penyerapan air dipengaruhi oleh faktor dalam (disebut pula faktor tumbuhan) dan faktor luar atau faktor
lingkungan (Soedirokoesoemo, 1993).
Menurut Soedirokoesoemo (1993), Faktor dalam terdiri dari:
a. Kecepatan transpirasi : semakin cepat transpirasi makin cepat penyerapan.
b. Sistem perakaran : tumbuhan yang mempunyai system perakaran berkembang baik, akan mampu
mengadakan penyerapan lebih kuat karena jumlah bulu akar semakin banyak.
c. Kecepatan metabolisme : karena penyerapan memerlukan energi, maka semakin cepat metabolismem
(terutama respirasi) akan mempercepat penyerapan.
Menurut Soedirokoesoemo (1993), factor lingkungan terdiri dari:
a. Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia antara kapasitas lapang dan
konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi kapasitas lapang penyerapan terhambat karena akan berada
dalam lingkungan anaerob.
b. Konsentrasi air tanah : air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi berbagai ion dan molekul.
Semakin pekat larutan tanah semakin sulit penyerapan.
c. Temperatur tanah : temperatur mempengaruhi kecepatan metabolism. Ada temperatur optimum untuk
metabolisme dan tentu saja ada temperatur optimum untuk penyerapan.
d. Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara, yaitu maksudnya oksigen dan
lepasnya CO2 dari lingkungan. Aerasi mempengaruhi proses respirasi aerob, kalau tidak baik akan
menyebabkan terjadinya kenaikan kadar CO2 yang selanjutnya menurunkan pH. Penurunan pH ini
berakibat terhadap permeabilitas membran sel.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu diadakan pada:
Hari/tanggal : Selasa/09 Juni 2009
Waktu : Pukul 15.00 s.d. 17.30 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Gedung B Lt. III

Fakultas Sains dan Teknologi


UIN Alauddin Makassar
Samata Gowa.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, neraca analitik, cawan petri, stopwatch, dan
pinset
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu biji kacang merah (Phaseolus vulgaris), air, aquadest, dan
kertas saring.

C. Cara Kerja
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengambil secara random 10 biji dari tiap kelompok yang disediakan kemudian menimbang.
2. Merendam biji-biji tersebut dalam cawan petri selama 5 menit
3. Mengeluarkan biji dari cawan petri dan meletakkan di atas kertas saring hingga air yang menempel
terserap.
4. Segera menimbang dan menentukan beratnya.
5. Melakukan kegiatan nomor 3 dan 4 untuk beberapa kali hingga memperoleh berat yang tidak
bertambah lagi.
6. Membuat grafik yang menunjukkan hubungan antara waktu perendaman dengan air yang diserap.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
No Waktu perendaman (menit) Berat biji (gram)
1
2
3
40
5
10
15 2,32
2,33
2,34
2,34

B. Analisis Data
Diketahui : Berat awal = 2, 32 gr
Ditanyakan : Air yang diserap?
Penyelesaian :
Air yang diserap = berat akhir berat awal
Pada menit ke 5 = berat menit ke 5 berat awal
= 2,33 gr 2,32 gr
= 0,1 gr
Pada menit ke 10 = berat menit ke 10 berat awal
= 2,34 gr 2,32 gr
= 0,2 gr
Pada menit ke 15 = berat menit ke 15 berat awal
= 2,34 gr 2,32 gr
= 0,2 gr

C. Grafik
Adapun grafik yang menunjukkan hubungan antara waktu perendaman dengan air yang diserap adalah
sebagai berikut:

D. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, proses imbibisi pada biji kering diketahui dengan cara perendaman. Biji
tumbuhan yang menjadi sampel yaitu biji tumbuhan Phaseolus vulgaris. Dari sini dapat diketahui bahwa
ternyata biji tersebut melakukan proses imbibisi atau penyerapan air, hal ini dibuktikan dari hasil
pengamatan yang diperoleh. Pada hasil pengamatan didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap
penimbangan biji setelah perendaman dalam cawan petri yang berisi air.

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagi berikut:


1. Perendaman pada menit ke 5
Pada pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil penimbangan awal yaitu 2,32 gr. Setelah dilakukan
perendaman selama 5 menit, hasil penimbangan bertambah menjadi 2,33 gr. Penambahan berat
tersebut disebabkan karena masuknya air ke dalam biji pada saat perendaman.
Masuknya air ke dalam biji karena melewati membran sel, serta adanya gaya tarik senyawa di dalam biji
yang bersifat higroskopik, yaitu Kristal karbohidrat (amilum) dan protein kering di dalam biji.
Bertambahnya berat biji setelah perendaman merupakan bukti bahwa terjadi proses imbibisi pada biji
tersebut, dan dari hasil penimbangan maka didapatkan jumlah air yang diserap sebanyak 0,1 gr.
Banyaknya air yang diserap diketahui dengan mengurangkan antara berat biji pada menit ke 5 ini
dengan berat awal penimbangan biji.
2. Perendaman pada menit ke 10
Seperti halnya pada perendaman menit ke 5, pada hasil pengamatan ini didapatkan berat setelah

perendaman selama 10 menit yaitu 2,34 gr. Berat biji pada menit ke 10 ini mengalami peningkatan
dibandingkan dengan berat biji pada perendaman menit ke 5. Terjadinya penambahan berat pada biji
tersebut disebabkan karena biji masih aktif melakukan proses imbibisi.
Adanya tarikan oleh senyawa higroskopik dari dalam biji menyebabkan air masuk melalui membran sel,
yang kemudian menyebabkan terjadinya proses imbibisi. Senyawa higroskopik yang dimaksud adalah
Kristal karbohidrat (amilum) dan protein kering yang terdapat di dalam biji.
Adanya penambahan berat pada menit ke 10 ini menyebabkan adanya penambahan pada jumlah air
yang diserap yaitu sebesar 0,2 gr. Hasil ini didapatkan dari pengurangan antara berat biji setelah
perendaman selama 10 menit dengan berat awal biji sebelum dilakukan perendaman.
3. Perendaman pada menit ke 15
Pada pengamatan ini, didapatkan berat biji yang sama dengan berat biji pada perendaman menit ke 10
yaitu sebesar 2,34 gr. Tidak adanya penambahan berat disebabkan karena sudah tidak ada lagi gaya
tarik oleh senyawa higroskopik yang ada di dalam biji tersebut karena sudah penuh dengan air yang
tadinya diserap.
Penyerapan air oleh biji kering menyebabkan terjadinya peristiwa imbibisi karena air masuk biji melewati
membran sel, juga ditarik oleh oleh senyawa di dalam biji sifatnya higroskopik, yaitu amilum dan protein
kering di dalam biji.
Berdasarkan hasil penimbangan yang dilakukan, dimana tidak terjadi penambahan berat dari
perendaman menit ke 10, maka jumlah air yang diserap biji ini pun konstan, yaitu 0,2 gr. Hal ini terjadi
karena adanya titik jenuh biji pada proses penyerapan
Berdasar dari hal inilah sehingga dapat diketahui bahwa semakin lama proses perendaman biji di dalam
air, semakin besar kecepatan imbibisinya. Begitupula sebaliknya, semakin sedikit waktu perendaman,
semakin lambat kecepatan imbibisi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan imbibisi
tanaman biji kering dapat diketahui dengan cara perendaman. Bertambahnya berat biji tiap
penimbangan menunjukkan terjadinya proses imbibisi.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu setelah melakukan perendaman, biji
dikeringkan dengan kertas saring sebaik mungkin agar sisa-sisa air yang masih menempel pada biji tidak
mempengaruhi berat biji pada saat penimbangan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Transportasi pada Tumbuhan.http://tedbio.multiply.com/journal/. Diakses pada hari


Jumat/12 Juni 2009.

Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Suradinata, Tatang. 1993. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai